Anda di halaman 1dari 43

OM SWASTYASTU

ANALISIS KEPADATAN LARVA Aedes sp DAN PERILAKU MASYARAKAT


TERHADAP PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI LINGKUNGAN
KEMONING KLOD, KELURAHAN SEMARAPURA KELOD, KECAMATAN
KLUNGKUNG, KABUPATEN KLUNGKUNG
Oleh : I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya Dewi
Agenda
01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA


KONSEP

04 METODE PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

DBD
Gejala :
Latar belakang

Tahun 2015 Tahun 2016


10.759 kasus 20.306 kasus
Tahun 2016
Tahun 1968
Tahun 2017
4.487 kasus
IR 105,7 per 100.000 penduduk
Target nasional angka kesakitan (IR) demam CFR 16 kematian
berdarah < 49 per 100.000 penduduk
Aedes aegypti
Aedes albopictus
Latar Belakang

PSN
3M+

ABJ masih < 95 % 2017


219 Kasus
ABJ 87,75 %
Survei Entomologi

Survei Jentik
Breteau Index (BI) Container Index (CI),

House Index (HI) ABJ


Rumusan Masalah

Gambaran perilaku masyarakat


Gambaran kepadatan larva Aedes
terhadap pemberantasan sarang
sp di Lingkungan Kemoning Kelod,
nyamuk di Lingkungan Kemoning
Kelurahan Semarapura Kelod,
Kelod, Kelurahan Semarapura
Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Kelod, Kecamatan Klungkung,
Klungkung
Kabupaten Klungkung
Tujuan

Tujuan Umum Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran Mengetahui jenis dan jumlah


01 kepadatan larva 01 kontainer
Mengetahui gambaran
Mengetahui jenis Aedes sp
02 perilaku masyarakat terhadap 02 terbanyak
pemberantasan nyamuk
Manfaat

Bagi
Bagi pemerintah
masyarakat Bagi peneliti
atau
puskesmas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Agenda
01 Morfologi Aedes sp

02 Siklus hidup dan perilaku Aedes sp

03 Habitat dan distribusi Aedes sp

04 PSN 3M plus

05 Surveilan entomologi vektor DBD


Morfologi Aedes sp

Telur Larva Pupa Nyamuk Aedes


Diletakkan di tempat
yang lembap. Telur Terdiri dari sefalotoraks,
Larva instar I Memiliki panjang
tahan terhadap abdomen, kaki pengayuh
Larva instar II kurang lebih 3-4 mm
kondisi kering yang lurus dan runcing,
Larva instar III terdiri dari kepala,
dengan intensitas serta corong pernafasan
Larva instarIV toraks, dan abdomen
dan durasi yang .
bervariasi.
Morfologi Aedes sp

Aedes sp Anopheles sp Mansonia sp Culex sp


Mempunyai sifon yang Mempunyai sifon Mempunyai sifon kecil
besar dan pendek dan Tidak mempunyai sifon pendek dan ujung dan langsing tanpa
terdapat pectern teeth runcing tanpa pectern pectern teeth
pada siphon teeth
Aedes albopictus
Memiliki prosesus torakalis tidak jelas dan bergerigi,
abdomen memiliki sifon pendek, serta bulu sifon satu
berkas dengan warna lebih gelap dari abdomen. Pada
Aedes albopictus, sisik sikat (comb scale) tidak berduri
lateral. Sikat ventral memiliki 4 pasang rambut.

Aedes aegypti
Aedes aegypti yang memiliki prosesus torakalis
yang jelas,tunggal, dan tidak bergerigi serta
abdomen memiliki sifon pendek dan bulu sifon
satu pasang dengan warna lebih gelap dari abdom
en. Pada abdomen ke-8 terdapat satu baris sisik
sikat (comb scale) yang pada sisi lateralnya
terdapat duri-duri. Gigi pekten (pectin teeth) pada
sifon dengan satu cabang. Sikat ventral pada
Aedes aegypti memiliki 5 pasang rambut.
Aedes albopictus Aedes aegypti

Nyamuk
dewasa
Siklus hidup Aedes sp
Aedes albopictus
Lebih banyak dapat ditemukan di daerah terbuka dengan
banyak tanaman atau vegetasi. Nyamuk ini biasanya
meletakkan telurnya dan berkembang biak di air yang
terdapat di lubang pohon, potongan bambu, dan lipatan
daun yang ada di hutan serta pada kontainer di daerah
urban

Habitat Aedes aegypti


Aedes sp Paling tinggi didapatkan di daerah
perumahan yang kumuh, rumah
usaha (ruko), dan di perumahan
susun
PSN 3M PLUS
Surveilan Entomologi
Vektor DBD
BAB III KERANGKA BERPIKIR
DAN KERANGKA KONSEP
Kerangka Berpikir

DBD

KEPADATAN
LARVA MAYA
INDEX

PSN
Kerangka Konsep

Perilaku
masyarakat

Geografis Keberadaan Kejadian


larva DBD

Kepadatan
Breeding
larva
place
Maya index
BAB IV Metode Penelitian
Jenis Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian
Penelitian deskriptif (cross-sectional). Lingkungan Kemoning Klod,
Kelurahan Semarapura Kelod,
Kecamatan Klungkung Kabupaten
Subjek Penelitian
Klungkung
Semua rumah yang ada di wilayah
Lingkungan Kemoning Klod,
Kelurahan Semarapura Kelod, Waktu Penelitian
Bulan Februari sampai bulan
Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Agustus Tahun 2019
Klungkung yaitu sebanyak 100
rumah
Variabel Penelitian

Kepadatan Larva Aedes sp

Maya index
.

Angka Bebas Jentik (ABJ)

Perilaku Masyarakat
Kepadatan Larva
Aedes sp
Kepadatan larva diukur dengan menggunakan
indikator sebagai berikut:
DF 6-9 Kepadatan Tinggi
Tinggi ≥ 10%
Rendah < 10%
DF 2-5 Kepadatan sedang

Tinggi ≥ 50
Rendah < 50
DF 1 Kepadatan rendah

Tinggi ≥ 5%
Rendah < 5%
Kepadatan Larva
Aedes sp
Density Figure House index Kontainer index Breteau Index

(DF) (HI) (CI) (BI)

1 1-3 1-2 1-4


2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200
Maya index
Aedes sp
Semua tempat yang potensial bagi perkembangan
Tinggi nyamuk Aedes sp. Maya Index diukur dengan
BRI3/HRI3,BRI3/HRI2 dan BRI2/HRI3 menggunakan indikator sebagai berikut:

Sedang
BRI1/HRI3,BRI2/HRI2,BRI3/HRI

Rendah
BRI1/HRI1,BRI2/HRI1 dan BRI1/HRI2

X < (µ -0,3) = Rendah


(µ - 0,3) ≤ X < (µ+0,3) = Sedang
X ≥ (µ+0,3) = Tinggi
Maya index
Aedes sp

Indikator BRI 1 (Rendah) BRI 2 (Sedang) BRI 3 (Tinggi)

HRI 1 (rendah) Rendah Rendah Sedang

HRI 2 (sedang) Rendah Sedang Tinggi

HRI 3 (tinggi) Sedang Tinggi Tinggi


Angka Bebas Jentik
Aedes sp
Target nasional
≥ 95 % Persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di
suatu wilayah.
Perilaku Masyarakat
Terhadap Pemberantasan
Sarang Nyamuk
Pengetahuan

Baik Sedang Rendah

> 75 % > 40-75 % < 40 %


Sikap
kuesioner
Dari nilai Dari nilai Dari nilai
tertinggi > 4 tertinggi 2- 4 tertinggi < 2

Tindakan
Subjek Penelitian

Kriteria Kriteria
Inklusi Eksklusi
Bahan & Instrumen penelitian

Lembar Observasi Lampu senter Lembar kuesioner Mikroskop Kamera


Berupa formulir yang Digunakan untuk Berisi 6 item Objek glass, cover Kamera yang digunakan
digunakan untuk memeriksa pertanyaan glass, dan mikroskop untuk mendokumentasik-
mendata keberadaan keberadaan larva pengetahuan, 5 item untuk mengidentifikasi an kegiatan penelitian.
larva Aedes sp pada Aedes sp pada pertanyaan sikap, dan larva
kontainer yang kontainer 5 item pertanyaan
diperiksa tindakan yang telah
diuji validitas dan
reliabilitas.
Pemeriksaan Larva
Aedes sp

Pengamatan status
maya index

Prosedur
pengumpulan Pembagian kuesioner

data
Alur Penelitian

Penyusunan proposal Persiapan penelitian Perijinan Tempat


Pengambilan Sampel

Pengumpulan data
Penyusunan laporan Analisi & penyajian data
dengan observasi
penelitian
& pembagian
kuesioner
Pengolahan dan analisis data

Pengolahan Analisis Data


Data
Analisis
Program
univariat
SPSS
Editing
Coding
Entry
Tabulating
Thank you
“OM SHANTI SHANTI SHANTI OM”
Referensi
Amalia, R., Sayono, Sunoto. 2009. Perilaku Bertelur Nyamuk Aedes aegypti pada Air Sumur Gali dan Air Comberan. Laporan Penelitian.
Prosiding Seminar Nasional Hari Nyamuk. Hal: 92-98.
Anonim. 2013. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
. 2016a. Wilayah KLB DBD Ada di 11 Provinsi. Tersedia di <http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-
ada-di-11-provinsi.html>. [Diakses tanggal 1 Juni 2017].
. 2016b. Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
. 2016c. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
. 2016d. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
. 2018a. Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung Tahun 2017. Denpasar: Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung.
. 2018b. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Referensi
Danis-Lozano R, Rodriguez MH, Hernandez-Avila M. 2002. Gender-related family head schooling and Aedes aegypti larva
breeding risk in Southerm Mexico. Salud Publica Mex. 44(3):237-242.
Dhewantara, Padji Wibawa, Arda Dinata. 2015. Analisis Risiko Dengue Berbasis maya index pada rumah penderita DND di kota
banjar tahun 2012. Vol.11 No. 01. Ciamis: Lokal Litbang P2B2 Ciamis.
Ditjen PP&PL. 2007. Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta
Ditjen PP&PL. 2008a. Kunci Identifikasi Nyamuk Aedes. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
. 2008b. Pelatihan bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nymuk Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan
Komunikasi Perubahan Perilaku (Communication For Behavioral Impact). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik-PSN Anak Sekolah. Jakarta: Kementeriaan Kesehatan RI.
Focks, D.A. 2003. A Review of Entomological sampling methods and indikators for dengue vectors.
Gubler, D.J et al. 2014. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. London: CABI. Ed 2.
Referensi
Hanson, SM, Craig GB Jr. 1995. Cold Acclimation, Diapause, and Geographic Origin Affect Cold Hardiness in Eggs of Aedes
albopictus (Diptera: Culicidae). Journal of Medical Entomology. 31(2):192-201.
Kurane, I. 2007. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on Immunopathogenesis. Comparative Immunology,
Microbiology & Infectious Disease. Vol 30:329-40.
Ma'mun K. 2007. Survei Entomologi Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Perhitungan Maya Index di Dusun Kalangan
Kelurahan Baturetno Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada.
Medlock, Joylon M, David Avenell, Iain Barras, and Steve Leach. 2006. Analysis of The Potential For Survival and Seasonal
Activity of Aedes albopictus (Diptera: Culicidae) in The United Kingdom. Journal of Vector Ecologay. 31 (2): 292-304.
Service, M. 2012. Medical Entomology for Student. Ed 5. USA : Cambridge University Press.
Sudarmaja, I Made. 2008. Pengaruh Air Sabun dan Deterjen terhadap Daya Tetas Telur Aedes aegypti. Medicina, [S.l.]. Vol 39
No 1. Nov. 2012. ISSN 2540-8321. Diakses di <https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina /article/view/3296>. Tanggal diakses
17 Juni 2017.
Sugijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai