b. Bentuk alkana rantai lurus pada suhu kamar berbeda-beda c. Semakin banyak jumlah atom karbon, semakin tinggi titik didihnya d. Adanya rantai cabang pada senyawa alkana menurunkan titik didihnya e. Larut dalam pelarut nonpolar (CCl4) atau sedikit polar (dietil eter atau benzena) dan tidak larut dalam air f. Alkana lebih ringan dari air a. Alkana dan sikloalkana tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan dengan senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana kadang disebut paraffin (berasal dari bahasa latin: parum affins, yang artinya “afinitas kecil sekali”) b. Alkana dapat bereaksi dengan halogen, salah satu atom H diganti oleh halogen. Reaksi dengan halogen tersebut dinamakan reaksi halogenasi dan menghasilkan alkil halida c. Alkana dapat dibakar sempurna menghasilkan CO2 dan H2O a. Titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi b. Alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air c. Alkena dapat bereaksi adisi dengan H2, dan halogen (X2= F2, Cl2, Br2, I2) a. Titik didih alkuna mirip dengan alkana dan alkena. Semakin bertambah jumlah atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi.
b. Alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2, halogen
(X2= F2, Cl2, Br2, I2) dan asam halida (HX = HF, HCl, HBr, HI) Metana : zat bakar, sintesis, dan karbon black (tinta, cat, semir, ban) Propana, Butana, Isobutana : zat bakar LPG (Liquified Petrolium Gases) Pentana, Heksana, Heptana : sebagai pelarut pada sintesis Etena : Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan O2) Untuk memasakkan buah- buahan Sintesis zat lain (gas alam, minyak bumi, etanol) Etuna : Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (kurang lebih 3000 derajat celcius) dipakai untuk mengelas besi dan baja Untuk penerangan Untuk sintesis senyawa lain