Anda di halaman 1dari 45

Anemia Defisiensi Besi

Kelompok Diskusi 4
Virna Tasya (4111151006)
Hani Hadyah (4111151011)
Lintang Pitarani (4111151054)
Tamara Amanda (4111151066)
Nida Ankhofiyya (4111151103)
Clarissa Nurlita M (4111151124)
Jessica Astria (4111151126)
Ali Yasin (4111151129)
Irfannugraha T I (4111151131)
Brahmana Kusumajati (4111151137)
Fatya Nurul Aini (4111151140)
Ni Ketut Agustiani S (4111151163)
Aktiva Syifa (4111151166)
Skenario Kasus
Seorang anak laki-laki usia 6 bulan diantar oleh ibunya berobat ke
PUSKESMAS dengan keluhan utama beruntus-beruntus kemerahan pada kulit
kedua pipi yang sering digaruknya sehingga sejak kira-kira 1 bulan yang lalu
melebar menjadi berukuran sebesar telapak tangan bayi.
Dari aloanamnesis terhadap ibunya diketahui keluhan pertama kali timbul
ketika pasien berusia kira-kira 2 bulan berupa beruntus kemerahan hanya pada
pipi kiri yang berukuran kira-kira sebesar uang logam 50 rupiah.
1 bulan kemudian ketika pasien berusia sekitar 3 bulan, beruntus kemerahan
serupa timbul di pipi kanan.Pada saat itu ibunya sering melihat pasien menggaruk-
garuk kelainan kulitnya pada kedua pipi tersebut sehingga melebar menjadi
berukuran kira-kira sebesar uang logam 1000 rupiah.
Karena keluhan tersebut ibu pasien membawanya berobat ke
PUSKESMAS,oleh dokter umum diberi krim hidrokortison 2½ % yang
dioleskan 2x sehari setelah mandi serta sirup anti histamin yang diminum 2x ½
sendok teh selama 3 hari.
Setelah obat habis beruntus-beruntus kemerahan hanya membaik dan sekitar 2 minggu
sebelum berobat saat ini pasien sering menggaruk kedua pipinya kembali sehingga menjadi
melebar berukuran kira-kira sebesar telapak tangan bayi.
Dari riwayat penyakit pasien sering rewel dan terbangun dari tidurnya bila sedang
menggaruk kedua pipinya. Sering rhinitis alergika di pagi hari. Ayah pasien mempunyai
riwayat bentol-bentol pada kulit badannya yang timbul setelah makan ikan tongkol.
Ketika pasien berusia 1 bulan kulit kepala dan dahi bersisik seperti ketombe.
• Kepala : Kedua alis

• Wajah : Hertog sign (-) / (-)

• Status GeneralisPasien Infra orbita : Dennie Morgan Fold (-) / (-)

• Dada

• Perut Kulit kering


• Punggung

• Lain – lain : Dalam batas normal


Status Dermatologikus Pasien

• Distribusi : Regioner, Bilater


• A/R
:
Kedua pelipis dan kedua pipI

:
• Lesi Multipel, sebagian diskret sebagian
konfluens, bentuk tidak teratur,ukuran
numuler sampai dengan plakat, batas
sebagian tegas sebagian tidak, menimbul dari
permukaan, menimbul, kering
:
• Efloresensi Plak eritema dengan skuama halus di atasnya
Case Overview (kasus ibu)
SKENARIO AWAL
• Data Ibu Keterangan
• Wanita, 30 th Insidensi Anemia (wanita dewasa muda)
• KU: Pucat disertai lemah badan  Hematologi:
- Anemia Primer/Sekunder
- Leukimia
- Limfoma
 Non-Hematologi:
- DM (Hipoglikemi)
- Hipotensi
- Keganasan
- Hipotiroid
- Respiratory Failure
- Anafilaksis
SKENARIO LANJUTAN
Keluhan Penyerta:
 Sejak 3 minggu yg lalu tampak pucat, lemah badan,
sering pusing, mata berkunang-kunang, mudah lelah Gejala umum anemia
 Sesak jika beraktifitas
 Ujung jari tangandan kaki terasa dingin Mengarah ke komplikasi
Gejala umum anemia

Keluhan Disangkal:
 Benjolan pada lipat ketiak atau paha (-)  Singkirkan leukimia, limfoma, atau keganasan lain
 Singkirkan leukimia, anemia aplastik
 Perdarahan atau bercak kemerahan pada kulit(-)
 Riwayat demam hilang timbul disertai penurunan BB yg  Singkirkan anemia hemolitik
drastic (-)
 Riwayat nyeri ulu hati atau riwayat pemakaian obat  Singkirkan perdarahan kronis lambung/ gastropati
jangka panjang (-) (gastritis, ulkus peptikum, kolitis)

 Riwayat perdarahan jalan lahir (lama dan banyaknya  Singkirkan perdarahan kronis dari jalan lahir
haid dirasakan wajar) (-)  Singkirkan perdarahan e.c hemorroid
 Riwayat BAB darah/keluar benjolan saat BAB(-)
 Riwayat operasi saluran pencernaan (-)  Singkirkan malabsorpsi saluran pencernaan
 Baal/kesemutan pada jari tangan/kaki(-)  Singkirkan anemia megaloblastik (def vit B12 )

 Sering sariawan atau timbul bercak kemerahan pada  Singkirkan anemia hemolitike.c SLE
wajah bila terkena matahari (-)
 Riwayat transfuse darah berulang(-)  Singkirkan Thalasemia
Anamnesis Tambahan:
 Keluarga pasien tinggal di perkebunan teh
 Pekerjaan sebagai penyadap karet kadang Faktor predisposisi port d’entry cacing
bekerja tanpa alas kaki tambang
 Tidak ada keluhan serupa pada keluarga
yang lain Genetik (-)
Pemeriksaan Fisik:
 KU: Tampak pucat Tanda klinis anemia
 TV:
TD 120/90 mmHg dbn
N 100x/ menit takikardi
R 20x/ menit dbn
S 36.7°C dbn
 Kepala:
- Konjungtiva anemis Tanda klinis anemia
- Sklera tidak ikterik Singkirkan Anemia Hemolitik
- papil lidah atrofi, stomatitis angularis Tanda klinis anemia
 Leher: KGB tidakteraba Singkirkan keganasan (leukimia, limfoma)
 Thoraks:
- Bentuk dan gerak simetris
- batas jantung kiri 1 cm lateral LCMS. Komplikasi anemia heart disease
murmur (+)
- ronkhi -/-, wheezing -/-
 Abdomen:
- datar lembut, H/L tidak teraba
- Ruang Traube kosong
- bising usus (+) normal
 Ekstrimitas:
- Edema -/-
- palmar pucat Tanda klinis anemia
- spoon nail (+) Tanda klinis anemia
Pemeriksaan Lab (awal/langsung):
 Hb 7,2 gr%  Hb rendah (N ♀: 11,5-14,5 gr%)
 Leukosit 9000 sel/ mm3
 Trombosit 567.000 sel/ mm3  Trombositosis (N: 150.000-450.000
sel/mm3)
Kemungkinan ada perdarahan kronis
 HJ 0/10/30/60/25/2
 Feses: Telur cacing tambang (+)  Eosinofilia (infeksi parasit)
 Adanya infeksi cacing tambang

DD/ SKENARIO LANJUTAN 1:


1. Suspect Anemia defisiensi besi e.c infeksi cacing tambang
2. Suspect Anemia e.c penyakit kronis
SKENARIO LANJUTAN 2
Pemeriksaan Lab (rujuk):
 Eritrosit 3,4 jutasel/ mm3  Dbn
 Hematokrit 24%  ↓ (35-45%)
 MCV 70,59 fL  ↓ (76-96 fL)
 MCH 21,18 pg  ↓ (24-32 pg)
 MCHC 30,0 g/dL  ↓ (32-36 g/dL)
 Darah tepi eritrosit:  Anemia hipokrom mikrositer:
- hipokrom, mikrositer, poikilositosis - Anemia def besi
- ovalosit, cigar shape, pencil cell - Anemi Sideroblastik
- benda inklusi (-), normoblas (-) - Anemia akibat penyakit kronis
- Thalasemia

 Darah tepi leukosit:


- jumlahn normal, eusinofil ↑  Infeksi Parasit (Cacing)
- kelainan morfologi (-)
- sel muda (-)
 Trombosit: jumlah ↑, anisositosis  Kemungkinan adanya perdarahan kronis
 Serum Fe 30 µg/dL
 TIBC 505 µg/DL
DD/ Ibu:
1. Anemia defisiensi besi e.c infeksi cacing tambang disertai anemia heart disease
2. Anemia e.cpenyakit kronis disertai anemia heart disease

DK ibu: Anemia defisiensi besi e.c infeksi cacing tambang disertai anemia heart disease
Case Overview (anak)
SKENARIO AWAL
• Data Anak Keterangan
• Laki - laki, 6 th Insidensi
• KU:  Hematologi:
 Mudah sakit, sering batukpilek, pucat sejak 1 bln yg lalu - Anemia
- Thalasemia
- Leukimia
 Non-Hematologi:
- Infeksi
- syok
- anafilaksis
SKENARIO LANJUTAN I
Keluhan Penyerta:
 BAB dan BAK tidakadakeluhan
 Anak tampak lesu, tidak lincah seperti sebelumnya saat bermain di rumah Gejala umum anemia
atau di sekolah

Keluhan Disangkal:
 Benjolan pada lipat ketiak atau paha (-)  Singkirkan leukimia, limfoma, atau
keganasan lain

 Perdarahan atau bercak kemerahan pada kulit (-)  Singkirkan leukimia, anemia aplastik
 Riwayat demam hilang timbul disertai penurunan BB yg drastis (-)  Singkirkan anemia hemolitik

 Riwayat nyeri ulu hati atau riwayat pemakaian obat jangka panjang (-)  Singkirkan perdarahan kronis lambung/
gastropati (gastritis, ulkus peptikum,
kolitis)
 Riwayat BAB darah/keluar benjolan saat BAB (-)
 Singkirkan perdarahan e.c hemorroid

 Baal/kesemutan pada jari tangan/kaki (-)


 Singkirkan anemia megaloblastik (defvit
 Sering sariawan atau timbul bercak kemerahan pada wajah bila terkena B12)
matahari (-)
 Singkirkan anemia hemolitike.c SLE
 Riwayat transfuse darah berulang (-)
Anamnesis Tambahan:
 Keluarga pasien tinggal di perkebunan teh Faktor predisposisi port d’entry cacing
 Pekerjaan sebagai penyadap karet kadang bekerja tanpa alas kaki tambang
 Tidak ada keluhan serupa pada keluarga yang lain Genetik (-)

PemeriksaanFisik:
 KU: Tampakpucat Tanda klinis anemia
 TV:
TD 90/60 mmHg dbn
N 110x/ menit takikardi
R 24x/ menit dbn
BB 15 Kg, TB 110 cm dbn
 Kepala:
- Konjungtiva anemis Tanda klinis anemia
- Sklera tidak ikterik Singkirkan Anemia Hemolitik
- mukosa bibir pucat Tanda klinis anemia
- rambut kemerahan dan mudah dicabut Tanda klinis anemia
 Leher: KGB tidak teraba Singkirkan keganasan (leukimia, limfoma)
 Thoraks: jantung dan paru tidak ada kelainan
 Abdomen:
- datar lembut, H/L tidak teraba
- Ruang Traube kosong
- bising usus (+) normal Tanda klinis anemia
 Ekstrimitas: palmar pucat
Pemeriksaan Lab (awal/langsung):
 Hb 7,7 gr%  Hb rendah (N anak: 11,5-
 Leukosit 6.800 sel/ mm3 15,5 gr%)
 Trombosit 566.000 sel/ mm3  Trombositosis (N: 150.000-
450.000 sel/mm3)
Kemungkinan ada
perdarahan kronis
 HJ 0/8/1/56/33/2  Eosinofilia (infeksi parasit)
 Feses: Telur cacing tambang (+)  Adanya infeksi cacing
tambang

DD/ SKENARIO LANJUTAN 1:


1. Suspect Anemia defisiensi besi e.c infeksi cacing tambang
2. Thalasemia
SKENARIO LANJUTAN
Pemeriksaan Lab (rujuk):
 Eritrosit 3,4 juta sel/ mm3  Dbn
 Hematokrit 25%  ↓ (35-45%)
 MCV 73,53 fL  ↓ (76-96 fL)
 MCH 22,64 pg  ↓ (24-32 pg)
 MCHC 30,8 g/dL  ↓ (32-36 g/dL)
 Darah tepi eritrosit:  Anemia hipokrom mikrositer:
- hipokrom, mikrositer, poikilositosis - Anemia def besi
- ovalosit, pencil cell - Anemia Sideroblastik
- benda inklusi (-), normoblas (-) - Anemia akibat penyakit kronis
- Thalasemia

 Darah tepi leukosit:


- jumlah normal, eosinofil ↑  Infeksi Parasit (Cacing)
- kelainan morfologi (-)
- sel muda (-)
 Trombosit: jumlah ↑, tidak ada kelainan morfologi  Kemungkinan adanya perdarahan kronis
 Serum Fe 30 µg/dL
 TIBC 505 µg/DL
DD/ Ibu:
1. Anemia defisiensi besi e.c infeksi cacing tambang
2. Thalasemia

DK anak : Anemia defisiensi besi e.c infeksi cacing tambang


Definisi

Anemia secara umum adalah keadaan dimana kadar hemoglobin rendah atau
berada dibawah nilai rujukan. Anemia Defisiensi Fe adalah anemia yang timbul
akibat berkurangnya persediaan besi untuk eritropoiesis, karna cadangan besi
kosong (depleted iron strore) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang.
Manifestasi Klinis

 Gejala umum
Gejala ini disebut juga sebagai sindrom anemia, yang terdiri atas keluhan
berupa lemah badan, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga
berdenging, kaki dan tangan terasa dingin, konjungtiva anemis, pucat terutama
terlihat pada mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan dibawah kuku.Gejala
umum anemia menjadi jelas apabila kadar hemoglobin telah turun dibawah
7g/dL.
 Gejala khas
Pendekatan Diagnosis

Parameter ADF APK A Sid

Morf Eri HM HM HM/NN

NA Eri ↓↓↓ ↓NN Dim, N/↓

Fe ↓ ↓ ↑

TIBC ↑ N/↓ N/↓

Ferritin ↓ N/↑ ↓

Saturasi transferin ↓ N/↓ ↑


Etiologi

1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun dapat berasal dari :


 Saluran cerna : akibat dari tukak peptic,pemakaian salisilat atau OAINS, kanker
lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang.
 Saluran genitalia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia
 Saluran kemih : hematuria
 Saluran nafas : hemoptoe
2. Faktor nutrisi : Akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik ( makanan banyak serat,
rendah vit C,dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat : Seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : Gastrektomi, topical sprue atau colitis kronik
Faktor risiko

Untuk faktor risiko terdiri dari faktor predisposisi dan presipitasi.


 Faktor predisposisinya : bekerja tanpa alas kaki dan kurang makan daging
merah.
 Faktor presipitasi pada kasus yaitu tidak mencuci kaki
Ilmu Kedokteran Dasar

PARASITOLOGI
 CACING TAMBANG
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.

 TAXONOMI
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Strongylida
Super family : Ancylostomatoidea
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma dan Necator
Spesies : Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
 Daur hidup

Telurlarva rhabditiform larva filariform menembus kulit kapiler darah jantung kanan
paru bronkus trakea laring usus halus
Destruksi Eritrosit
Eritropoiesis
Eritrosit baru diproduksi oleh tubuh
setiap hari melalui proses eritropoiesis yang
kompleks. Eritropoiesis berjalan dari sel induk
melalui sel progenitor CFUGEMM (unit
pembentuk koloni granulosit, eritroid,
monosit, dan megakariosit), BFUE (unit
pembentuk letusan eritroid), dan CFU eritroid
yang menjadi prekursor eritrosit dan dapat
dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu
pronormoblas.
Eritropoiesis diatur oleh hormon
eritropoietin, yaitu suatu polipeptida yang
sangat terglikosikasi yang terdiri dari 165
asam amino dengan berat molekul 30400.
Eritropoietin merangsang eritropoiesis
dengan meningkatkan jumlah sel progenitor
yang terikat untuk eritropoiesis. BFUE dan
CFUE lanjut yang mempunyai reseptor
eritropoietin terangsang untuk berproliferasi,
berdiferensiasi, dan menghasilkan
hemoglobin.
Morfologi eritrosit

1. Bentuk : Sirkuler, bi-concave disc


2. Nukleus : Tidak Ada
3. Diameter : Kira-kira 7.5 mikro meter
4. Ketebalan : 2,5 mikrometer di perifer dan 1.0 mikrometer di sentral
5. Area Permukan : 140 mikrometer
6. Umur : 120 hari
7. Volume : 90 – 95 kbik FL
Pengaruh Vitamin B12 dan Asam Folat dalam
Pembentukan Eritrosit

 Pembentukan eritrosit
 Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan adanya hambatan dalam
pembentukan eritrosit
 penyusunan DNA.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
dr. ……. dr. ……
Epidemiologi
 Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita
ini adalah ADB terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui.

 Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori


protein, vitamin A dan yodium.

 Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 –


40%, pada anak sekolah 25 – 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada
balita sebesar 5,55%.

 ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan
tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta
kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan
penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun.
MCH < 70 fl hanya didapatkan pada anemia difisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW (red
cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah
dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering
turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul
perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis,
poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan
mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit
dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus
ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.
2. Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-
blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.

3. Kadar besi serum menurun <50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC) meningkat
>350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%.

4. TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.

5. Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanus.

6. Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop,


pemeriksaan ginekologi.
Komplikasi

 Anemia heart disease


 Congestif heart failure
 Gangguan tumbuh kembang
 Penurunan sistem imun
Prognosis

Prognosis ibu dan anak :


 Q.A.V : dubia ad bonam
 Q.A.F : dubia ad bonam
BHP
 Beneficence
Dokter mampu mendiagnosis penyakit pasien dengan benar berdasarkan anamnesis yaitu terdapat bruntus-bruntus
kemerahan pada kedua kulit pipi yang sering digaruk dan semakin membesar ukurannya dari mulai sebesar koin Rp50,-
menjadi sebesar telapak tangan bayi. Kemudian diketahui bahwa pasien memiliki riwayat atopi yang diturunkan dari ayahnya.
Berdasarkan pemeriksaan fisik terlihat kulit pada dada, perut, dan punggungnya kering (serosis) dan dilihat dari lesinya,
pasien mendapatkan lesi yang multipel, sebagian diskret dan konfluens, bentuk tidak teratur, ukuran numuler sampai plakat
dengan batas sebagian tegas dan lesinya menimbul dari permukaan serta kering dengan efloresensi plak eritema dengan
skuama halus di atasnya. Sehingga dokter mendiagnosis pasien dermatitis atopik infantil.

 Nonmaleficence
Dokter berusaha menghindari keadaan yang lebih buruk atau tidak memperburuk keadaan pasien. Maka setelah dokter
mengetahui diagnosis pasien, dokter harus menangani dengan tepat tanpa rujuk karena kompetensi pada limfadenitis 4A.
 Autonomy
Pasien belum kompeten dan berkapabilitas untuk segala tindakan yang akan dilakukan dokter sehingga hak
pasien diberikan kepada orang tuanya (dalam hal ini ibunya). Selain itu orang tua pasien berhak untuk mengetahui
segala informasi tentang penyakit dermatitis atopik.

 Justice
Memberikan edukasi kepada orang tua pasien untuk menjaga anaknya agar menghindari faktor risiko yang
dapat memperburuk keaadaan lesi pasien (menggaruk-garuk kulit, terpapar suatu bahan yang iritan, tidak menjaga
kebersihan pasien, dan lain lain). Selain itu juga dijelaskan kepada orang tua pasien bahwa penyakit ini bisa rentan
terkena infeksi sekunder yang disebabkan bakteri, virus, ataupun jamur.

Anda mungkin juga menyukai