BLOK 8
By: Depdik Nucleus
Edited by:
@ECIKICIIIIW
Sindroma Cushing
by: Gita Fitri Arida
Overview Case
Riwayat penggunaan obat dlm jangka waktu Menyingkirkan sindroma cushing eksogen
panjang disangkal (karena obat-obatan kortikosteroid
DK/ Sindrom Cushing e.c DD/ Tdk di DD krn ditemukan tanda&gejala yang
- Cushing Disease khas pd Sindrom Cushing, shg yg di DD
- Adenoma/ Adenocarcinoma adrenal adalah penyebab dr Sindrom Cushing.
Definisi
Sindrom Cushing adalah manifestasi klinis dari kelebihan abnormal hormone kortisol,
terutama glukokortikoid dalam waktu lama. Istilah sindrom cushing adalah istilah umum
yang dipakai u/ fenomena tsb tanpa memperhatikan penyebabnya. Jika fenomena
sindrom cushing terjadi karena adanya kelebihan ACTH yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis disebut Cushing Disease atau karena tumor pada adrenal shg sekresi hormon
adrenokortikal meningkat
Tanda Gejala
IKD
1. Anatomi
Kelenjar suprarenal
2. Histologi
3. Fisiologi Regulasi hormonal
1. Anatomi dan Histologi Kelenjar Suprerenal
Aldosteron
Norepinefrin
Korteks
- Zona Glomerulosa ( 15% dari korteks adrenal)
Sel2 tersusun melengkung
Penghasil mineralkortikoid/aldosterone
- Zona Fasciculata (75% dari korteks adrenal)
Sel2 tersusun tegak, selnya lebih terang karena ↑ jmlh butiran lemak dalam
sitoplasma
Penghasil kortisol & androgen
- Zona Retikularis
Sel2 tersusum tdk teratur
Penghasil kortisol & androgen
Medula
Sel kromafin Penghasil katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)
!KLINIS!
- Jika terjadi defisiensi ACTH, maka zona fasciculata dan retikularis akan atrofi (krn zona
glomerulosa lebih byk dirangsang oleh angiotensin II)
- Jika terjadi kelebihan ACTH, maka zona Fasciculata dan retikularis akan hyperplasia dan
hipertrofi
2. Regulasi Hormon Korteks Adrenal
Stimulator:
- Regulasi sirkadian
- Stress
- - (fisik/psikis/hipoglikemi/cold/nyeri)
Hipothalamus
↓
CRH
-
↓
Adenohipofisis
↓
ACTH
↓
Korteks Adrenal
↓
Kortisol
Etiologi
Cushing disease (gangguan hipofisis) paling sering terjadi
ACTH – dependent (65%)
Ektopik
Ektopik
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kadar kortisol darah
Pemeriksaan dilakukan saat tengah malam
Jika kortisol plasma malam hari >200 nmol/L atau >7,5 µg/dL Hiperkortisolime
Sindroma Cushing (+)
2. Dexamethason Supression Test (DST) – overnight 1 mg DST
Pemberian deksametason 1 mg antara pukul 23.00 – 24.00
Periksa kortisol puasa antara pukul 08.00- 09.00 esok harinya
Normal: kortisol <5µg/dL Jika kadar kortisolnya tinggi dapat diduga tidak terjadi
supresi dan kortisol yang berarti integrasi hypothalamus – hipofisis – adrenal
terganggi shg tdk ada feedback negative dari kortisol ke hipofisis. Besar
kemungkinan terjadi cushing
3. MRI (Magnetic Resonance Images)
Penyebab tersering sindrom cushing adalah mikroadenoma hipofisis shg u/
memastikannya dilakukan MRI (krn ukuran hipofisis kecil).
4. IPSS (Inferior Petrosus Sinus Sampling) pengambilan sampel darah menggunakan
kateter pd sinus petrosus inferior untuk pemeriksaan kadar ACTH. Apabila kadar ACTH
tinggi maka dapat dipastikan jika sumber ACTH berasal dari pituitary, bukan berasal dari
ektopik
#IPSS inilah yang paling sensitive
Penatalaksanaan
- Intro: Sindrom Cushing (Cushing disease paling banyak) dikategorikan level kompetensi
3B shg dokter umum hanya menentukan diagnosis, penatalaksanaan awal, dan merujuk.
Penatalaksanaan awal hanya untuk menghilangkan gejala pd pasien
Kemudian dirujuk ke spesialis penyakit dalam.
Sebelum merujuk, dokter harus mengedukasi pasien mengenai alasan merujuk,
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, serta terapi untuk penyakit pasien.
Terapinya adalah:
a) Non-farmakologi
1. Operasi
- Jika cushing disease, pilihan pertama adalah operasi transspheoid yg dilakukan
melalui hidung os. Sphenoid sinus sphenoid hipofisis.
- Jika adrenal cushing pilihan terapi adalah operasi, sesuai lesi yang ditemukan
b) Farmakologi
1. Metyrapon anti steroidogenesis
Mekanisme kerja: menghambat enzim II – β hidroksilase shg menghambat
II deoxicortisol untuk menjadi kortisol (sintesis kortisol dihambat) dan
menghambat DOC u/ menjadi kortikosteron (sintesis aldosterone
dihambat)
KI: hipersensitivitas, insufiensi adrenokortikal
ES: mual jd bisa diminum dgn susu
Dosis: 250 mg 2x sehari sampai 1,5 g setiap 6 jam
2. Cotrimoxazole Profilaksis terhadap Pnemocistic carinii di paru
Mekanisme kerja: sbg antibakteri spectrum luas terutama pd saluran napas,
cerna, dan kemih
Dosis: 2 tablet (1 tablet 480 mg) setiap kali, diminum 2 x 2 tablet.
*note:
Pd cushing disease dilakukan operasi (pilihan pertama) kemudian radioterapi &
medikamentosa jika diperlukam
Pd Adrenal Cushing diberi obat anti streoidogenesiis dulu, baru kemudian operasi.
Komplikasi
1. Obesitas sentral
2. Hipertensi
3. Gangguan toleransi glukosa&diabetes
4. Dislipidemia
5. Trombosis
6. Kelainan psikiatri
7. Penyakit ginjal
8. Osteoporosis
9. ↑ risiko kardiovaskular seperti aterosklerosis
10. Infeksi dan sepsis
Epidemiologi
Estimasi insidensi tahunan sindrom cushing berkisar 2,3 jt per tahun di seluruh
dunia
Terutama terjadi pd wanita dgn rasio w:p = 3:1 sampai 10:1
Ditemukan prevalensi sindrom cushing sekitar 3% diantara pasien DM yang tdk
terkontrol dan osteoporosis
Prognosis
Q.A.V
dubia
Q.A.F
BHP
1. Medical Indication
Beneficence menerapkan GRP
Karena level kompetensi 3B, shg dokter harus dpt menentukan diagnosis pd
pasien berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik yg telah dilakukan shg
ditemukan tanda dan gejala seperti moonface, buffalo hump, kumisan, dll yg
menunjukkan sindrom cushing yg berarti terjadi peningkatan hormone korteks
adrenal didalam tubuh
2. Patient Preference
Autonomi Krn usia pasien 25 th & kesan sakitnya sakit sedang shg dokter dpt
langsung memberikan informasi pd pasien. Krn level kompetensi 3B maka dokter
wajib merujuk pasien, informasikan pd pasien bahwa pasien harus dirujuk ke
dokter spesialis pnykt dalam dan beritahukan alasannya.
3. Quality of Life
Non Maleficence mencegah dr bahaya
Dengan cara dokter merujuk paien ke dokter spesialis penyakit dalam
4. Contextual Feature tdk ditemukan pd kasus.
Marasmus-Kwashiorkor
By : Nia dewanti, Nada Shaumi, Aldiast Alhadi, Arif Budiman
Overview case
Data Keterangan
K.U: kurus dan BAB cair sejak 2 minggu Kemungkinan gizi buruk, menggunakan
yang lalu, BB 7 kg dengan TB 81 cm, plot WHO:
LK 47 cm BB/TB < -3 SD. KEP III
Keluhan badan kurus dirasakan sejak 2 Kronis
tahun yang lalu
Riwayat asupan makanan: 1 th ASI, sejak Asupan nutrisi sangat kurang, terutama
6 bulan bubur susu instan, sejak 1 th karbohidrat dan protein
bubur nasi dengan kuah sayur sop (yang
berisi sayuran saja). Saat ini penderita
makan 2x sehari berupa nasi dengan lauk
pauk (tahu, tempe, asin) 3-4 sdm tiap
makan, kadang-kadang minum susu cair
kemasan 2-3x seminggu
Sejak 2 mgg yll BAB cair 3-4x/hr ampas -Diare kronik
sangat sedikit, darah (-), lender (-) -Diare persisten
Sejak 6 bulan yll anak sering menabrak Defisiensi vit A dan makronutrien
saat senja (proteinrodopsin)
Data Keterangan
Riwayat kelahiran: anak ke-5 dari ibu 35 th Faktor risiko gizi buruk.
P5A1, dilahirkan pada usia kehamilan 38
mgg, BBL 2500 gram, PBL 47 cm
Tidak ada riwayat kontak dengan penderita Menyingkirkan gizi buruk sekunder
batuk lama/batuk berdarah, tidak disertai (TBC dan heart congenital)
sesak nafas jika beraktivitas, kebiruan di
sekitar mulut atau ujung jari
Pemfis: Berdasarkan plot WHO:
Pengukuran antropometri: BB 8 kg, TB 81 BB/TB severely wasted (KEP III)
cm, LK 47 cm TB/U severely stunted
Keadaan umum:
tampak lemah
Kesadaran komposmentis
TD 85/50 mmHg
Nadi 96x/menit
Respirasi 30x/menit
Suhu 35,9oC Hipotermi (<36,5oC)
Pemeriksaan lain ditemukan konjungtiva Marasmus
tidak anemis, kelopak mata cekung, wajah
lonjong, berkeriput seperti orangtua (old man
face), kulit kering, bersisik, jaringan lemak
subkutan tipis, baggy pants, otot atrofi
Pitting edema di kedua tungkai bawah Kwashiorkor
Faktor risiko :
1. Rendahnya pendapatan keluarga
2. Rendahnya pendidikan ibu
3. Rendahnya pengetahuan ibu dalam monitoring pertumbuhan anak
4. Banyak anak perhatian ibu kurang
5. BBLR
6. Pendeknya masa ASI eksklusif
7. Imunisasi tidak komplit
I. Fed Stage/Fase Kenyang : Glukosa yang disediakan dari glukosa yang masuk.
II. Fasted Stage/ Fase Puasa : Glukosa yang disediakan berasal dari pemecahan
glikogen pada hepar.
III. Starved Stage/Fase Kelaparan : Glukosa berasal dari lemak dan protein
glukoneogenesis (proteolisis dan lipolisis)
Metabolisme KH, Protein, dan Lemak
Glikogen
-
TA
Glukosa G
Nitrogen
pool As.
Amino Protein
Penatalaksanaan
Penanganan meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase (stabilisasi 1-2 hari, transisi 3-7
hari, rehabilitasi minggu ke-2 s.d 6, tindak lanjut minggu ke-7 s.d 26)
1. Atasi/cegah hipoglikemi
# Cegah : berikan F-75 setiap 2-3 jam siang dan malam hari
#Terapi : - Sadar : 50 ml larutan glukosal sukrosa 10, pemberian F-75 setiap 2 jam
- Tidak sadar : glukosa 10 % IV, pemberian f-75 tiap 2 jam , 2 jam pertama1
untuk dosis makanan tiap 30 menit
2. Atasi/cegah hipotermi
Hangatkan anak dengan selimut, bisa juga dengan metode kangguru yaitu dengan
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi dengan selimbut.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Cegah : Berikan resomal , kurang dari dua tahun 50-100 ml setiap diare, lebih dari dua
tahun 100-200 ml setiap diare
Atasi : Berikan resomal 10-100 ml/KgBB untuk mengembalikan cairan normal, 2 jam
pertama : 5 ml /KG BB?30 menit atau 5-10 l?KHGBB/jam selama 12 jam
Berikan ekstra kalium 2-4 mg /KgBB/hari
Ekstra magnesium 0,3-0,6 Mg/Kg
4. Koreksi elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
- Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
- Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
- Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
- Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan penambahan
1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan
bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium,
Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak
5. Atasi/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara
rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
6. Pemberian nutrisi
-fase stabilisasi
-fase transisi
-fase rehabilitasi
MAKANAN KELUARGA
7. Tumbuh kejar
Anak menunjukkan rasa lapar dan mulai menunjukkan senyuman yang menggantikan
muka yang apatis. Beri makan secara bertahap
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, leukosit, eritrosit, ht, apus darah tepi, albumin, protein, profil lipid, elektrolit,
glukosa, bilirubin, HJL
Urin: kultur, hidroksiprolin
Epidemiologi
• Gizi buruk dapat diderita balita dan semua kelompok usia
• Lebih banyak pada perempuan (<5 tahun)
• Menurut Riskesdas (2013):
a.19,6% balita gizi kurang
b. 5,7% gizi buruk
• Tinggal di negara berkembang atau daerah miskin
• Status ekonomi rendah
• Marasmus sering berhubungan dengan kepadatan penduduk dan hygiene yang rendah
(2-4 dari 10 balita di Indonesia)
• Kwashiorkor di daerah miskin, persediaan makanan terbatas, Pendidikan rendah (26%
balita gizi kurang dan 8,8% balita gizi buruk)
Pencegahan
- Memberikan menu seimbang pada asupan gizi
- Peran serta pemerintah dalam meningkatkan gizi yang baik dan mendeteksi gizi buruk
melalui program posyandu dan peran serta dari lembaga kesehatan
-memberikan ASI Eksklusif
-memberikan imunisasi.
Prognosis
Q.A.V : dubia
Q.A F : dubia
Tergantung terapi yang benar, apabila terapi baik bonam. Apabila komplikasi semakin
memburuk maka dapat menjadi malam.
BHP
1. Medical indication
Beneficence : menerapkan golden rule principle
2. Patient preference
Autonomy : informed consent
3. Quality of life
Beneficence : meminimalisasi akibat buruk
4. Contextual feature
Justice : memperhatikan kondisi sosial, ekonomi pasien
Diabetes Mellitus
by: Syifa Shafira
Overview Case
Keluhan penyerta:
- Poliuri, polidipsi, polifagi Gejala klasik DM
- Kesemutan di tangan dan kaki, sering Gejala tidak khas pada DM
mengalami infeksi
- Pasien mengonsumsi nasi 2x sehari, tidak Faktor risiko: pola makan kurang sehat dan
konsumsi buah dan sayur, senang tinggi KH
mengonsumsi cemilan (Dapat dimodifikasi)
- Pasien selalu mengalami ↑BB sejak 6 bulan,
terakhir mengalami peningkatan 10kg
- Pasien tidak pernah berolahraga, bekerja Faktor risiko: aktivitas fisik yg kurang (dapat
sebagai sekretaris dimodifikasi)
- Riwayat DM Gestational dan Riwayat DM Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi
Keluarga
- Pasien menggunakan kontrasepsi IUD Alat kontrasepsi yg aman u/ DM krn tdk
mempengaruhi hormone
- Sejak remaja obesitas Faktor risiko: BB berlebih
- Tidak ada riwayat perawatan karena ↓ Tidak ada komplikasi DM (Diabetic
kesadaran dan nafas tidak berbau aseton ketoasidosis) dan menyingkirkan DD/ DMT
1
Keadaan Umum:
Kesan sakit ringan, compos mentis
Status Gizi:
TB: 155 cm, BB: 82 kg, LP: 90 cm IMT: 34,13 kg/m2 Obesitas tipe II, LP >80
cm karena obesitas bukan asites
Tanda Vital:
- TD: 120/80 mmHg (60-100x/menit)
- Nadi: 84x/menit
normal
- Respirasi: 16x/menit (16-24x/menit)
- Suhu: 36,6oC (36,5-37,5oC )
Pemeriksaan Fisik:
- Leher tidak ada pembesaran struma Menyingkirkan hyperthyroid
- Thoraks, abdomen Normal
- Extremitas:
o Pulsasi a. dorsalis pedis dan a. tibialis Komplikasi makrovaskular (-)
posterior teraba
o Pem. rangsang sensoris pd ke-2 tungkai Komplikasi Neuropati perifer
berkurang
o Pretibial non pitting edema Menyingkirkan DD/ Hipothyroid
Laboratorium:
- GDP: 204 mg% ↑ (N: ≤126 mg/dL)
- GDS: 246 mg% ↑ (N: ≤200 mg/dL) DM
- GD2PP: 265 mg% ↑ (N: <140 mg/dL)
- HbA1c: 90% ↑ (N: 4 – 5,9% ) u/ memprediksi KGD 2-3
bulan yll
- Kolesterol total: 245 mg% ↑ (N: <200 mg/dL )
- HDL: 35 mg% ↓ (N: >50 mg/dL)
- LDL: 140 mg% ↑ (N: <130 mg/dL)
- TAG: 260 mg% ↑ (N: <130 mg/dL)
Kreatinin serum 0,96mg/dL
Urine reduksi puasa (+) GD dlm urine 500-1000 mg/dL
Urine reduksi 2 jam PP (++) GD dlm 250-500 mg/dL
Albuminuri (-) Normal Tdk ada komplikasi neuropaty
diabetik
DD/: - DMT1
- DMT2
DK/: DM Tipe 2
o Langkah Diagnosis DM
DM TTGO
>200
Anatomi Pankreas
Primer (wirsungi)
Ductus pankreaticus
Sekunder (santorini)
Embriologi: Dibentuk o/ 2 tunas darilapisan endoderm duodenum
Tunasdorsal dan ventral
Topografi: Retroperitoneal kecuali cauda intraperitoneal
Vaskularisasi: - A. pancreaticoduodenale superior
Caput
- A. pancreaticoduodenale inferior
- A. pancreatica major
Corpus et
- A. pancreatica caudalis cauda
Parasimpatis: N. vagus
Inervasi: Sifatnya otonom
Simpatis: T7 – T11
Histologi
Terdiri dari:
- Sel α: Glukagon (20%) : ↑ Glukosa dlm darah
- Sel β: Insulin (70%) merupakan penyusun terbanyak parenkim pankreas
- Sel δ: Somatostatin (5%) menghambat kerja hormone glucagon & insulin
- Sel F: Polipeptida pancreas menghambat kerja somatostatin
2 4
6
1
3
Sekresi
Sintesis
↓ 3 ↓
↓ Piruvat
Insulin matur ↓
2 ↓ Siklus krebs
6 ↓
Interaksi Insulin dan reseptor insulin di jaringan Menstimulasi proses eksositosis granul
sekretori yang berisi insulin ke dalam kapiler
1 5
4
target yg terdapat di membran sel
2
↓
3 2 Autofosfolirasi pada subunit β
4
3 Mengaktifkan 3 Posforilasi P13K u/
Efek Insulin di sel target Tirosin kinase memberikan sinyal
5
kpd vesikel GLUT-4
↓
Jalur MAP kinase 4 ↓
Translokasi GLUT 4
↓
ke membrane sel
Transduksi sinyal ↓
u/ proses
metabolism 5 Glukosa masuk
glukosa kedalam sel:
- Otot
5 5 - Hepar
5 - Adiposa (sel.
lemak)
Patogenesis & Patofisiologi
Komplikasi
AKUT
1. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
↓
- Ditandai dgn ↑ glukosa darah yg tinggi (300-600 mg/dL)
- ↑ plasma keton
- ↑ osmolaritas plasma
↓
tanda:
- nafas cepat-dalam (Kussmaul)
- Turgor <
- Lidah dan bibir kering
- Bau aseton
3. Hiperglikemi
- ↓ KGD (<60 mg/dL)
- ↓ Kesadaran
KRONIK
1. Mikroangiopati
o Pembuluh darah jantung
o Pembuluh darah otak Hemorage
o Pembuluh darah perifer
2. Makroangiopati
o Retinopati
o Neuropati
o Nefropati
Penatalaksanaan (4 PILAR)
1. Edukasi
↑ Pengetahuan, mengubah sikap, perilaku, meningkatkan kepatuhan dan kualitas hidup
pasien
2. Terapi gizi
Pengaturan pola makan, dalam jadwal makan, disesuaikan kebutuhan kalori perharinya
dgn memperhitungkan kebutuhan u/ metabolisme basal, aktifitas fisik
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu ± 30 menit
Latihan/olahraga yg dianjurkan spt berjalan kaki, bersepeda santai, jogging, berenang
OHO
4. Terapi farmakologi
Suntikan
Terapi obat oral ada 5 golongan berdasarkan cara kerjanya:
1. Pemicu sekresi Insulin Sulfonilurea Glibenklamid
o Farmakokinetik-farmakodinamik waktu paruh 3-5 jam
Metabolisme di hepar
Ekskresi di urine
o Mekanisme kerja merangsang sel β u/ melepaskan insulin dengan cara
memblok ATP sensitive potassium channel
o ESO Mual, muntah, agranulositosis, anemia aplastic, hipersensitivitas
o Dosis Dimulai dengan dosis rendah u/ menghindari hipoglikemi
Dosis inisial 2,5- 5 mg maks, efektif 23 mg
↓
Tergantung kadar glukosa darah
Diberikan 30 menit sebelum makan
o Kontraindikasi kehamilan, masa laktasi, gg. hepar, ginjal, DM T 1
o Thiazolidinedione
- Rosiglitaton
- Pioglitazon
- Troglitazon
3. Penghambat gluconeogenesis
4. Penghambat absorpsi glukosa Glukosidase α
5. DPP – IV inhibitor
∫ 2 𝑑𝑑 1 ½ ℎ 𝑎. 𝑐
Pro: Ny. X
Usia: 30 th
Suntikan
Epidemiologi
Prediksi WHO th 2000, Penyandung DM di Indoneisa --.8,4 juta th 2030 21,3 juta
Prognosis
Q.A.V
Ad bonam
Q.A.F
BHP
1. Medical Indication
Beneficence
2. Patient Preference
Autonomi
3. Quality of Life
Non Maleficence
4. Contextual Feature
Justice
Obesitas Tipe 2
by: Made Vira Dwipayanti
Overview Case
Keadaan umum:
Sakit ringan, compos mentis
Status gizi obesitas: TB: 165 cm, BB: 110 kg Obesitas tipe II , IMT >30 kg/m2
(IMT= 40,40 kg/m2)
Lingkar perut : 90 cm > 80 cm Obesitas sentral
Lab:
GDP: 110 mg/dL GDP normal
2 jam pp: 155 mg/dL ↑ 2jam pp (≤ 140 mg/dL)
Kolesterol total: 185 mg/dL
HDL: 35 mg/dL HDL rendah (≥ 45 mg/dL)
LDL: 80 mg/dL
Trigliserida: 280 mg/dL TG meningkat (< 200 mg/dL)
Kreatinin serum: 0,96 mg/dL
Definisi
Obesitas Kandungan lemak berlebih pd. jaringan adipose orang dengan BB ↑, ukuran
dan jumlah sel lemak akan bertambah besar.
Faktor Risiko
1. Faktor risiko yang bisa diubah:
- Pola makan
- Aktifitas Fisik
- BB
Tanda-tanda Obesitas
Wajah bulat
Pipi tembem
Leher relatif pendek
Dada membusung dengan payudara membesar
Perut membucit disertai dinding perut berlipat-lipat
Tipe Obesitas
Apple-shaped body: distribusi jaringan lemak lebih banyak di dada & pinggang
Pear-shaped body: distribusi jaringan lemak lebih banyak di panggul & paha
IKD
- Lipogenesis Diet
Sintesis di hepar
Glukosa
TG
Glikogen
VLDL
Jaringan u/
menyimpan
TAG
Pada obesitas :
- ↑ LDL
- ↑ TAG
- ↓ HDL
o Lemak putih
- Ada di seluruh tubuh kecuali kelpoak mata, daun telinga
- Sebagai pelarut vit, penyimpanan energy, bantalan alat gerak
- Bentuk: unilokuler
o Lemak coklat
- ada pada neonates saja
- Sebagai thermogenesis (mempertahankan panas tubuh)
- bentuk: multilokuler
Patogenesis & Patofisiologi
Penatalaksanaan
Non- Farmakologi
1. Terapi Diet:
Mengontrol jumlah asupan makanan dengan mengatur asupan
2. Aktifitas Fisik
Gerak melihatkan otot besar dilakukan secara kontinyu dengan gerakan ritmis
Durasi: 20-30 menit, 3-5x/menit
Co/: Jogging, berenang, jalan kaki, dll
3. Terapi Perilaku
-Self monitoring : Pasien dapat memonitor & evaluasi masalahnya sendiri
-Stimulus control: menghilangkan berbagai stimulus yang dapat menimbulkan
keinginan u/ makan, waktu, tempat, dan kebiasaan rutin makan (hindari minum
alcohol)
4. Pembedahan
Pilihan terakhir u/ mengatasi obesitaas, dilakukan pada penderita IMT >40 atau >35
kg/m2
Farmakologi
Sibutramine
Untuk IMT ≥ 30 kg/m2
Bekerja u/ menekan nafsu makan dan mengatur ketersediaan neurotransmitter odi
otak yaitu menghambat “re-uptake” serotonin & norepinefrin
K.I: Hipertensi, penyakit jantung coroner, gagal jantung, stroke
E.S: Denyut jantung dan tekanan darah ↑, mulut kering, sakit kepala, insomnia
Dosis awal 10 mg, dapat ditingkatkan tetapi harus melihat frekuensi jantung &
tekanan darah pasien.
Orlistat
Menghambat absorpsi lemak sebanyak 30%
Mengubah metabolisme lemak dgn cara menhalangi kerja enzim lipase
lipoprotein yg bekerja memecah lemak
E.S: Gejala gastrointestinal seperti kembung, kolik, peningkatan defekasi.
Dosis: 60 mg, 3x sehari
RESEP:
R/ Orlistat 120 mg caps No. XIV
∫ 2 𝑑𝑑 1 𝑎. 𝑐
Komplikasi
- DM tipe 2
- Hipertensi
- Sleep apnea
- Peny. Kardiovaskular
Epidemiologi
- IMT > 30 kg/m2
- Prevalensi obesitas : urbanisasi
- Negara maju.
Prognosis
Ad bonam
BHP
1. Medical Indication
Beneficence Golden Rule Principle
Melakukan anamnesis untuk menentukan DD dan menegakkan DK
2. Patient Preference
Autonomi Membiarkan pasien yg kompeten memilih keputusan sendiri
3. Quality of Life
Non Maleficence Meminimalisasi akibat buruk seperti komplikasi –
komplikasi yg dapat di derita pasien
4. Contextual Feature
Justice Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugia, menjelaskan efek
samping & penatalaksanaan yang diberikan.
Hipertiroid e.c Grave Disease
by: Teti Santika, Muthia Rachmi, Fathika Hera L
Overview Case
- Pasien mengeluh
Pemeriksaan Fisik:
- d.b.n
- TD: 120/60 mmHg (normal)
- Menyingkirkan aritmia primer.
- Nadi 120x/menit (+3) >90x/menit
- Respirasi: 16x/menit (normal)
- Suhu: 37oC
- (+2)
- Mata: Eksophtalmus (+2)
- Keadaan hipertiroid, menyingkirkan DD
- Leher: Teraba struma bilateral difusi (+3)
multinoduler
- Auskultasi : Bruit vaskuler (+) (+2)
- Auskultasi thorax : bunyi jantung regular
- Ekstremitas atas:
Total wayne
Tremor halus (+) (+1)
+28 toksik.
Perabaan: lengan lembab (+1)
Indeks Wayne
Penegakan Diagnosis
Dilihat dari:
1. Hipertiroid dengan pembesaran tiroid (difus) & terdapat ekosptalmus
2. Bisa dg pemeriksaan penunjang yaitu dengan melihat ada atau tidaknya TSI dalam
darah
Basic Science
Organ Tiroid
Topografi Dekstra
* Terdiri dari 2 lobus
Sinistra
Persarafan Superior
Ganglion Sympaticus Cervicalis Plexus thyroid superior &
Media inferior
Inferior
Histologi 2 sel
Biokimia
Hipothalamus (TRH)
-
↓
-
Hipofisis (TSH) Feedback negative dari target cell
dan kelenjar tiroid saat dirasa
↓ hormone tiroid yang dihasilkan sudah
- - cukup memenuhi kebutuhan.
Thyroid (T3 & T4) * Struktur hormone TRh & TSH
HIDROFILIK
↓ * Struktur hormone T3&T4
LIPOFILIK
Target Cell
-
Mekanisme hormon lipofilik:
Membran plasma sel bersifat lipid/lemak dgn hormone yang bersifat lipofilik
akan masuk ke dalam sel dan bereaksi di Inti sel
Mekanisme hidrofilik:
Hormon yg bersifat hidrofilik menempel pada G-protein membrane plasma G
protein teraktivasi dan akan mengaktivasi adenilat siklasi
mengubah
Merangsang fungsi fisiologi C’ AMP ATP
(Second messenger)
Sintesis Protein (Hormon Tiroid)
Sintesis protein (+) gugus pada globulin Pengangkutan tiroglobulin ke ruang
folikel iodium masuk juga dari pembuluh darah ke ruang folikel iodinisasi di ruang
folikel antara iodin dgn tiroglobulin menghasilkan T3&T4 dipisahkan o/ lisosom
T3 & T4 keluar ke pembuluh darah.
Komplikasi
- Krisis tiroid kumpulan dari semua gejala & klinis tirotoksikosis
Penyebab pasti tidak diketahui, ada kemungkinan ↑ sensitifitas pada ketokolamin,
pencegahannya dengan jangan memutuskan penggunaan obat anti tiroid scr langsung
tapi harus secara perlahan
Penatalaksanaan
Diobati terlebih dahulu dengan obat oral. Jika masih terdapat goiter maka harus
dilakukan pembedahan
1. DAT = propilurasil
Farmakodinamik; menghambat proses organifikasi & reaksi autoimun
menghambat iodinisasi pada sel folikel tiroid
2. β adrenergic = propranolol
Farmakodinamik: memblok reseptor β adrenergic sehingga akan ↓↓ denyut jantung dan
tekanan darah & menghambat konversi T4 ke T3 di perifer
RESEP:
dr. Nucleus
SIP: 04122016
Alamat di dalam sel
* Pembedahan (tiroidektomi)
Pemotongan organ kelenjar tiroid, dilakukan jika pasien sudah eutiroid
* Yodium radioaktif
↓ kelenjar tiroid [proliferasinya] Tiroid menyusut eutiroid dalam jangka
waktu 6-12 minggu
Epidemiologi
♀>♂
Usia 20 – 40 tahun
Tirodotoksikosis penyebab 60-90% yaitu grave, >> didaerah pegunungan
yodium
Prognosis
Q.A.V
dubia
Q.A.F
BHP
1. Medical Indication
Beneficence : menerapkan GRP
Dokter anamnesis Indeks wayne pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang u/ menyingkirkan diagnosis banding dan menegakkan diagnosis kerja
Non Maleficence : mengobati secara proporsional
Diobati sesuai kebutuhan pasien dan sesuai dengan diagnosis yang telah
ditegakkan
2. Patient Preference
Autonomi melaksanakan Informed Consent kepada pasien yang sudah
kompeten
3. Quality of Life
Beneficence meminimalisir akibat buruk menghindaari komplikasi yang
mungkin terjadi
4. Contextual Feature
Justice mendistribusikan keuntungan dan kerugian dari terapi yang diberikan
oleh dokter