Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

ANALISA KASUS
TEORI KASUS

Defenisi
Dehisensi adalah kegagalan mekanik Ny. D , 26 tahun, G6P5A1 datang dengan keluhan luka
penyembuhan luka insisi. Dehisensi juga terbuka bekas operasi sesar. Hal ini dialami pasien sejak
disebutkan merupakan komplikasi dari proses tgl 28 November 2018. kemudian pasien sempat
penyembuhan luka yang didefinisikan sebagai dirawat 1 minggu di RS luar setelah itu pasien di rujuk
keadaan dimana terbukanya kembali sebagian ke RS Pirngadi Medan. Os sebelumnya dilakukan
atau seluruh luka operasi. operasi SC a/i Makrosomnia pada tanggal 7 November
2018 pada saat ini pasien sudah NH37. Riw. Demam

Gejala klinis tidak dijumpai. Riw. keluar darah dari kemaluan tidak

Pada pemeriksaan didapatkan luka operasi yang dijumpai. BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien
terbuka. Terdapat pula tanda-tanda infeksi umum merupakan rujukan dari RS Luar dengan diagnosa
seperti adanya rasa nyeri, edema dan hiperemis Wound Dehescence + Post SC a/i makrosomnia +
pada daerah sekitar luka operasi, dapat pula NH37 DM tipe II + Ganggren
terjadi pus atau nanah yang keluar dari luka
operasi.
Etiologi
Faktor penyebab dehisensi luka operasi berdasarkan Albumin: 2 q/dL

mekanisme kerjanya dibedakan atas tiga yaitu: RPT : DM tipe II (KGDs: 314 mg/dL)

a. Faktor mekanik : Adanya tekanan dapat Hb: 8,2 gr/dl


WBC: 16.930/mm3
menyebabkan jahitan jaringan semakin meregang
Pasien NH37
dan mempengaruhi penyembuhan luka operasi.
Faktor mekanik tersebut antara lain batuk-batuk
STATUS PRESENT
yang berlebihan, ileus obstruktif dan hematom serta
Sensorium : Compos Mentis
teknik operasi yang kurang.
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Faktor metabolik : Hipoalbuminemia, diabetes Frekuensi Nadi : 88x/i
mellitus, anemia, gangguan keseimbangan elektrolit Frekuensi Nafas : 20 x/i
serta defisiensi vitamin dapat mempengaruhi proses Suhu : 37,9 o C
penyembuhan luka.
c. Faktor infeksi : Semua faktor yang mempengaruhi Status Lokalisata
terjadinya infeksi luka operasi akan meningkatkan Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal
terjadinya dehisensi luka operasi. Secara klinis P/V : (-)
L/O :
biasanya terjadi pada hari ke 6 - 9 paska operasi
Tampak luka operasi terbuka sepanjang 17 cm, kedalaman 3
dengan gejala suhu badan yang meningkat disertai
cm sampai subkutis, fascia terbuka, otot intake pus (+)
tanda peradangan disekitar luka.
Penatalaksanaan Terapi:

1. Penanganan Nonoperatif/ Konservatif - IVFD RL 20gtt/menit

Penanganan non operatif diberikan kepada penderita - Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam


yang sangat tidak stabil dan tidak mengalami eviserasi.
- Inj. Gentamicin 80mg/8jam
Hal ini dilakukan dengan penderita berbaring di tempat
tidur dan menutup luka operasi dengan kassa steril atau - Drip metronidazoleb500mg/8jam
pakaian khusus steril. Penggunaan jahitan penguat - Inj. Ketorolac 30mg/8jam
abdominal dapat dipertimbangkan untuk mengurangi
Rencana:
perburukan luka operasi terbuka.
- Rawat inap
2. Penanganan Operatif
- Secondary hecting
Jenis operasi rehecting atau penjahitan ulang paling
sering dilakukan hingga saat ini. Tindakan ini dilakukan Perbaikan KU
pada pasien dengan keadaan stabil, dan penyebab - Bedrest
terbukanya luka operasi murni karena kesalahan tekhnik
- Diet Putih Telur
penjahitan. Pada luka yang sudah terkontaminasi
dilakukan tindakan debridemen terlebih dahulu sebelum - Transfusi PRC
penutupan kembali luka operasi. Dalam perencanaan - GV basah/ hari
jahitan ulangan perlu dilakukan pemeriksaan yang baik
- Konsul interna advice terapi untuk subtitusi albumin,
seperti laboratorium lengkap dan foto throraks. Selain
penganan DM dan rawat bersama.
penjahitan ulang dilakukan pula tindakan debridement
pada luka.

Anda mungkin juga menyukai