Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KADAR HBA1C DENGAN KELUHAN


GANGGUAN PENGLIHATAN PADA PASIEN DM TIPE 2
DI KLINIK KIMIA FARMA HUSADA
SARIO MANADO

JOCEL AGUNG MARCELYO TUDA


14011104067

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2017

Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Hendro Bidjuni S.Kep,M.Kes Ns. Jane Regar M.Kep
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
terdapat 415 juta jiwa penduduk di dunia yang
menyandang DM dan diprediksi tahun 2040
DUNIA mendatang akan meningkat menjadi 642 juta jiwa.

(IDF 2015) Prevalansi DM tahun 2015 di Indonesia yaitu


sekitar 10 juta jiwa dan akan meningkat menjadi
14,1 juta jiwa pada tahun 2035, dan Indonesia
Indonesia merupakan urutan ke-7 penyandang DM terbanyak
di dunia
Sulawesi Utara merupakan penyandang diabetes
ke-2 terbanyak dengan prevelensi 3,6%. sebanyak
> 1,69 juta jiwa. penduduk yang berusia ≥15
SULUT tahun, terdapat 40,77 ribu jiwa yang pernah
didiagnosis oleh dokter mengalami DM. prevalensi
kasus DM di Manado tahun 2016 sebanyak 5652
kasus (Dinkes Sulawesi Utara, 2016 & Riskesdas
2013).
Salah satu masalah utama Diabetes adalah komplikasinya.
Diantaranya adalah serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan
amputasi kaki, dan juga kebutaan. Diabetes juga dapat
mengakibatkan penglihatan menjadi Kabur karena perubahan
refraksi mata dan mengakibatkan permukaan mata menjadi kering
(dry eye syndrome).

Keluhan yang timbul pada sindrom mata Menruut penelitian, penderita


kering adalah adanya sensasi gatal, rasa sindrom mata kering adalah
mata berpasir (sensasi benda asing), mata 54,3% dari seluruh pasien
sakit, mata merah, sensasi terbakar, sekresi diabetes mellitus.
mucus berlebihan.

Gangguan penglihatan ini banyak Dan berdasarkan penelitian, ditemukan


disebabkan oleh retinopati diabetic, bahwa gangguan penglihatan (mata
glaucoma, dan katarak. Gangguan kering) ini ada korelasinya dengan
penglihatan pada penderita diabetes Hba1c. Semakin tinggi niali Hba1c maka
lebih banyak (11%) dibanding bukan gangguan penglihatan seperti mata
penderita diabetes (5,9%) kering akan semakin tinggi.
Hasil studi data awal melalui wawancara dengan
kepala Klinik Diabetes di Kimia Farma Husada
Manado, didapatkan bahwa jumlah penyandang DM
tipe 2 yang memeriksakadar HbA1c dirawat jalan
klinik kimia farma husada sebanyak 30 pasien.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas,


peneliti tertarik untuk mengetahui “ Hubungan
Kadar HbA1c Dengan Keluhan Gangguan
Penglihatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 di Klinik Kimia Farma Husada Sario Manado.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah


pada penelitian ini: “Apakah ada hubungan kadar HbA1c
dengan keluhan gangguan penglihatan pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di klinik kimia farmah husada sario manado”?

Tujuan Penelitian
Umum Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Untuk mengetahui gambarankadar HbA1c pada pasien
hubungan kadar diabetes melitus tipe 2 di klinik kimia farma husada
HbA1c dengan keluhan manado.
gangguan penglihatan Untuk mengidentifikasi gangguan penglihatan yang terjadi
pada pasien Diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2 di klinik diabetes kimia
melitus tipe 2 di klinik farma husada manado
kimia farma husada
sario manado. Untuk menganalisa hubungan antara kadar HbA1c dengan
gangguan penglihatan pada pasien diabetes melitus tipe 2
di klinik diabetes kimia farma husada manado.
Manfaat Penelitian

Bagi peneliti

Bagi tenaga medis

Bagi mahasiswa/masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Diabetes melitus/DM adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik,
ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi
insulin, defek kerja insulin atau keduanya, (Waspadji S, 2009).
Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat dua kategori utama DM yaitu DM
tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 dulu disebut non-insulin-
dependent atau adult-onset-diabetes, disebabkan penggunaan insulin
yang kurang efektif oleh tubuh,

Etiologi
Umumnya diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kegagalan relatif sel
beta pankreas dan resistensi insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, yang
berarti sel beta pankreas mengalami desensitiasi terhadap glukosa
Klasifikasi Diabetes Melitus

1
Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin dependent diabetes
mellitus/IDDM).

2
Diabetes mellitus tipe 2. (Non insulin dependent diabetes
mellitus/NIDDM).

3
Diabetes mellitus tipe lain

4
Diabetes melitus gestasional
Patofisiologi

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada


permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
dalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes tipe II


disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini

Dengan demikian insuloin menjadi tidak efektif menstimulasi


pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi.
Gambaran Klinis DM

SERING BERKEMIH
(POLYURIA)

SERING MINUM
(POLYDISPSIA)

SERING MAKAN
(POLYFAGIA Wijaya &Putri (2013)

PENURUNAN BERAT
BADAN DAN RASA LEMAH
Komplikasi DM

HIPERGLIKEMIA HIPOGLIKEMIA
Komplikasi Akut

KETOASIDOSIS Jantung
DIABETES koroner

serebrova
MAKROVASKULER
skuler
(Ernawati, 2013)
Vaskuler
perifer

Mikrovaskuler
Retinopati Neuropati

Nefropati
Penatalaksanaan DM
Non-farmakologis Farmakologis

 Edukasi  Obat antihiperglikemia


 Terapi Gizi Medis oral
 Latihan Jasmani
 Terapi Insulin
KONTROL GLIKEMIK DIABETES MELITUS TIPE 2

Kontrol glikemik yang buruk Diabetes melitus terkendali baik,


ditandai dengan tingginya apabilaKGD, kadar lipid, dan HbA1c
kadar HbA1c yaitu lebih dari mencapai kadar yang diharapkan. Kontrol
7%, atau < 7% normal dan ≥ glikemik merupakan salah satu hal yang
7% abnormal penting dalam evaluasi pasien DM karena
berhubungan dengan komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular akibat DM
yang akan atau telah terjadi dan
memperkirakan prognosis pada pasien DM.

Kontrol glikemik berperan penting dalam


manajemen DM karena dapat mengetahui
efektifitas dari terapi diabetes yang telah
dilakukan dan kepatuhan dalam berobat penilaian kontrol glikemik
terbaik ditentukan oleh
ketiga komponen HbA1c
HEMOGLOBIN TERGLIKASI HBA1C

Pengukuran HbA1c penting untuk control jangka panjang


status glikemik pada pasien diabetes

HemoglobinA1c merupakan ikatan antara hemoglobin dengan


glukosa,sedangkan faksi-fraksi lain merupakan ikatan antara
hemoglobin dan heksosa lain

Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasiglukosa darah dan


usia eritrosit. Kadar rata-rata glukosa darah 30 hari
sebelumnyamerupakan kontributor utama HbA1c.

HbA1cmerupakan alat pemantauan yang penting


dalam penatalaksanaan pasien dengan DM

menunjukkan keterkaitanpenurunan
Hasil studi kadar HbA1c melalui terapi terhadap
penurunan resiko komplikasi

(Paputungan, 2014, Soelistijo, 2015 dan WHO, 2011).


KELUHAN GANGGUAN PENGLIHATAN

Definisi Keluhan penglihatan adalah kondisi dimana


mata mengalami gangguan untuk melihat
benda dengan jelas
Secara klinis, gejala yang dihubungkan termasuk, rasa
Gejala perih,iritasi, berair, seperti ada pasir, lengket, gatal,
pegal, merah, cepat merasamengantuk, cepat lelah,
rasa mata terbakar, nyeri, fotofobia
Etiologi  Usia lanjut
Faktor hormonal
Pemakaian lensa kontak
Faktor lingkungan
Mata yang menatap terus menerus
Komplikasi
Retinopati diabetes
Glaukoma
HUBUNGAN KADAR HBA1C DENGAN KELUHAN
GANGGUAN PENGLIHATAN

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang


menyatakan bahwa terdapat korelasi ditemukan antara
glikohemoglobin (HbA1C) dengan sindrom mata kering, yaitu
semakin tinggi nilai HbA1C maka semakin tinggi tingkat
sindrom mata kering.

(Oktaviani et, all & Mandala Health, 2011),


KERANGKA PENELITIAN

adalah uraian atau vidualisasi hubungan


Antara variable yang satu dengan variable yang lain
dari masalah yang ingin diteliti

Variabel Independen Variabel Dependen

Keluhan gangguan
Kadar HbA1c
penglihatan
HIPOTESIS PENELITIAN

 Ha : Ada hubungan antara kadar HbA1c


dengan keluhan gangguan penglihatan pada
pasien DM tipe 2 di Klinik Kimia Farma Husada
Sario Manado
 Ho : Tidak ada hubungan antara kadar HbA1c
dengan keluhan gangguan penglihatan pada
pasien DM tipe 2 di Klinik Kimia Farma Husada
Sario Manado
DEFINISI OPERASIONAL
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian

Penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif yang


bersifat deskrptif korelatif,

B. Waktu dan Tempat penelitian


•Waktu
Penelitian dilaksanakan bulan Desember
2017.
•Tempat
Penelitian dilaksanakan di Klinik Kimia
Farma Husada Sario Manado
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
Diabetes Melitus yang memeriksa kadar HbA1c di
Klinik Kimia Farma Husada Sario Manado sebanyak
30 orang.
Sampel
 Sampel diambil dengan menggunakan total sampling.
teknik penentuan sampel dengan cara mengambil
seluruh anggota populasi sebagai responden atau
sampel. Sampel dalam penelitian adalah seluruh
pasien DM Tipe2 yang memeriksa kadar HbA1c di
klinik kimia farma husada sario manado yang
berjumlah 30 orang.
Kriteria Inklusi
 Pasien yang terdiagnosa DM Tipe 2

 Pasien yang tidak mengalami gangguan jiwa

 Pasien DM dengan riwayat pemeriksaan kadar


HbA1c di Klinik Kimia Farma Husada Sario
Manado
Kriteria eksklusi
 Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

 Pasien yang mengalami ketulian dan buta


huruf
 Pasien yang tidak memeriksa kadar HbA1c
INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen pengumpulan data yaitu kuesioner yang


diambil dari Noer Haeny (2009) dengan judul Analisis
Faktor Resiko Keluhan Subjektif Kelelahan Mata, ini
juga merupakan alat pengukur setiap variabel:

 Bagian A, yaitu data demografi (umur, jenis kelamin,


agama, pendidikan, pekerjaan).
 Bagian B, yaitu pertanyaan untuk mengukur keluhan
subjektif kelelahan mata (10 pertanyaan). Penilaian
menggunakan 2 alternatif jawaban yaitu “ya” dan
“tidak”.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN
PENGOLAHAN DATA

 Tahap Persiapan
 Tahap Pengumpulan Data

 Pengolahan Data
 Editing

 Coding

 Entrydata
 Cleaning Data
ANALISIS DATA

Analisis Univariat

Analisis Bivariat
ETIKA PENELITIAN

 Informed consent
 Anonymity (tanpa nama)

 Confidentially
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai