Anda di halaman 1dari 25

OLEH :

MEISKE DUNGGIO
13 17 777 14 248

PEMBIMBING KLINIK :
dr. Wijoyo Halim, Sp.S
IDENTITAS
 Nama : Ny.R
 Umur : 43 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Suku Bangsa : Kaili
 Agama : Kristen
Keluhan Utama :
sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak napas yang dialami sejak 3 hari yang lalu. Pasien
tidak makan dan minum. Demam naik turun,ada lendir
keluar dari mulut. Nyeri perut sebelah kiri.Mual (+),
muntah(+). BAB cair dan BAL lancar. Riwayat hipertensi
(+),riwayat DM(+),jantung (-). Riwayat di gigit anjing 1
bulan yang lalu.
 Kesan : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis (E4 V5 M6)
 Gizi : Baik
 Tekanan Darah : 140/90 mmHg
 Suhu : 37°C
 Respirasi : 30x/menit,
 Nadi : 112x/menit.
 Anemi : -/-
 Ikterus : -/-
 Sianosis : -/-
 Paru-paru
Inspeksi : Simetris bilateral
Palpasi : Vocal fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-

 Jantung
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I/II murni reguler

 Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung kesan normal
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Emosi & Afek : Baik Penyerapan: Baik
Proses Berfikir : Baik Kemauan : Baik
Kecerdasan : Baik Psikomotor : Baik

Status Neurologis
 Kepala
Posisi: Central Penonjolan: (-) Bentuk/ukuran: Normochepal Auskultasi:

 Nervus Cranialis
N .I (olfaktorius/penghidu) : dalam batas normal
N.II (optikus) : Ketajamn penglihatan OD(6/6) OS(6/6)
: Lapangan penglihatan OD (N) OS (N)
N.III, IV & VI : Celah kelopak mata: ptosis OD (-) OS (-)
: Exoftalmus OD (-) OS (-)
Posisi bola mata : OD (central) OS (central)
Pupil :
◦ Ukuran/bentuk :tidak dilakukan pemeriksaan
◦ RCL/RCTL :tidak dilakukan pemeriksaan
◦ Refleks akomodasi :tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan bola mata :
Parese kearah : OD (-/-) OS (-/-)
Nistagmus : OD (-/-) OS (-/-)
N.V (Trigeminus)
Sensibilitas : N.V1, V2, V3: tidak dilakukan pemeriksaan
Motorik : Istirahat/menggigit (tidak dilakukan pemeriksaan)
Refleks dagu/masseter : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks cornea : tidak dilakukan pemeriksaan

N.VII (facialis)
Motorik :
Istirahat : (M. frontalis: simetris D/S) (M.Orbik.okuli : simetris D/S)
(M.Orbik.oris : simetris D/S)
Gerakan mimik : (M. frontalis : tidak dilakukan pemeriksaan)
(M.Orbik.okuli :tidak dilakukan pemeriksaan)
(M.Orbik.oris : tidak dilakukan pemeriksaan)
Pengecap 2/3 depan lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
N.VIII (vestibulotroklearis/auskultasi)
Pendengaran : normal
Tes Rinne/weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi vestibularis :Tidak dilakukan pemeriksaan

N.IX/X (Glossopharingeus/vagus)
Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) :tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks telan/muntah : Normal
Pengecap 1/3 lidah belakang : tidak dilakukan pemeriksaan
Fonasi :tidak dilakukan pemeriksaan
Takikardi/bradikardi : Takikardi
N.XI (Accecorius)
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan:tidak dilakukan pemeriksaan
Angkat Bahu :tidak dilakukan pemeriksaan
N.XII (Hypoglosus)
Deviasi lidah : tidak ada
Fasciculasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Atrofi : tidak ada
Tremor : tidak ada
Ataxia : tidak ada
LEHER
Tanda-tanda perangsangan selaput otak: KK(-), KS(-),
Kelenjar lympe: tidak ada pembesaran
Arteri Karotis : Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
: Auskultasi :tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran

 Abdomen
Refleks kulit dinding perut :tidak dilakukan pemeriksaan

 Kolumna Vertebralis:
Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Pergerakan : bebas
EXTREMITAS
Pergerakan : Semua Bebas (Mandiri)
Kekuatan : Semua 5
Tonus : tidak dilakukan pemeriksaan
Bentuk Otot : normal
Refleks Fisiologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Klonus : tidak dilakukan pemeriksaan
Sensibilitas : Eksteroseptif : tidak dilakukan pemeriksaan
: Propioseptif : tidak dilakukan pemeriksaan
 Gangguan koordinasi:
Test jari hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
Tes tumit : tidak dilakukan pemeriksaan
Test pronasi-supinasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Test pegang jari : tidak dilakukan pemeriksaan

 Gangguan keseimbangan:
Test romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test tandem gait :Tidak dilakukan pemeriksaan
Pasien perempuan umur 56 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan dipsnea yang dialami sejak 3 hari yang lalu. Pasien tidak
makan dan minum. Demam bifasik (+),ada lendir keluar dari
mulut. Nyeri perut sebelah kiri. nausea (+), vomitus(+). BAB cair
dan BAK lancar. Riwayat hipertensi (+),riwayat DM(+),jantung (-).
Riwayat di gigit anjing 1 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik: tekanan darah 14[/90 mmHg,nadi 112x/menit,
suhu 37,6 oC, pernapasan 30x/menit. Pemeriksaan neurologis:
GCS E4M6V5
 Diagnosis klinis : gigitan anjing
 Diagnosis Topis :sistem saraf pusat
 Diagnosis Etiologi : rabies
 O2 4 liter/menit
 Dextro 5% : RL 1: 1 28 tts/menit
 Inj ranitidin 1 amp/12 jam (IV)
 Inj ordensentron 1 amp/8 jam
 Drips sanmol 1 gr/8 jam
 Inj ceftriaxon 1 gr/12 jam
 Drips diazepam 1 amp/kolf
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan
yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta
menyerang susunan saraf pusat.

Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat


menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan
kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality
Rate) 100%.
Di indonesia Pada tahun 2015 terdapat 80.433 kasus
GHPR. Kasus GHPR paling banyak terjadi
di Bali yaitu sebanyak 42.630 kasus, diikuti oleh NTT yaitu
sebanyak 7.386 kasus.
Sedangkan untuk kematian akibat rabies (Lyssa) terdapat
118 kasus, terjadi paling banyak di Sulawesi Utara
sebanyak 28 kasus dan Bali sebanyak 15 kasus.
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia
Rhabdoviridae,genus Lyssa Virus berbentuk peluru atau silindris
dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada
potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong).
Pada umumnya rabies pada manusia mempunyai
masa inkubasi 3-8 minggu. Lama masa inkubasi
dipengaruhi oleh ;
 Dalam dan besarnya luka gigitan
 Lokasi luka gigitan (jauh dekatnya kesistem saraf
pusat)
Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari dan pada
ekstremitas 46-78 hari.
 Rabies bentuk tenang (dumb rabies)
Hipersalivasi (mengeluarkan saliva yang berlebihan)
Suara hewan menjadi berubah (menjadi parau)
Terjadi kelumpuhan pada bagian wajah dan rahang bawah
Lumpuh, Kejang, mati
 Rabies bentuk ganas (furious rabies)
Sangat galak, gelisah, hiperaktif
Bersembunyi di tempat gelap dan dingin
Nafsu makan menjadi berkurang
Menjadi lebih sensitif terhadap suara dan cahaya.
Memakan benda-benda asing seperti batu, kayu dll
lumpuh, kejang, mati
a. batuk, kesulitan bernafas
b. keringat yang berlebihan
c. Hipersalivasi
d. ketakutan pada air (hidrofobia)
e. ketakutan pada udara (aerofobia)
f. ketakutan pada cahaya (fotofobia)
g. kesulitan bernafas
h. kejang-kejang
i. kelumpuhan umum
j. meninggal
Anamnesis Pemeriksaan fisik Laboratorium

 Apakah ada riwayat  Gatal dan parestesia  Deteksi antibodi


gigitan hewan pada luka bekas spesifik virus rabies
seperti anjing,kucing gigitan yang sudah  Isolasi virus
dll sembuh (50%)  Deteksi protein virus
 Apakah hewan yang  Hipersalivasi atau RNA
menggigit mati  Hiperventilasi
dalam 1 minggu  Demam tinggi
 kejang
1. Isolasi pasien
2. Fase awal : luka gigitan harus segera di cuci dengan air sabun 5-
10 menit kemudian bilas dengan air bersih.
3. Fase lanjut : tidak ada terap untuk penderita rabies yang sudah
menunjukan gejala rabies
4. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) bila serum heterolog dosis 40
IU/kgBB, bila serum homolog dosis 20 IU/kgBB.
5. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai