Anda di halaman 1dari 37

Referat

MANIFESTASI KLINIS DAN


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PADA Pembimbing:
PENYAKIT SIFILIS
dr. Inda Asri Aryani, Sp.KK, FINSDV
OUTLINE

1 PENDAHULUAN

2 TINJAUAN PUSTAKA

3 SIMPULAN
Insert Your Image

1 PENDAHULUAN
DEFINISI

EPIDEMIOLOGI
Sifilis

KLASIFIKASI
KLASIFIKASI

Sifilis Sekunder
Sifilis Primer
& Stadium Lanjut
Insert Your Image Insert Your Image

Tanda klinis yang pertama muncul Manifestasi klinis yang muncul


adalah ulkus, dapat terjadi di area menyerupai kelainan kulit lain sehingga
genitalia eksterna, 3 pekan setelah disebut sebagai the great imitator.
kontak.
Insert Your Image

2 TINJAUAN PUSTAKA
ETIOPATOGENESIS

Bakteri motile (bergerak), memiliki morfologi


melingkar spiral seperti alat pembuka sumbat gabus
botol (corkscrew shape) prokariotik, dengan dinding
sel yang bergulung seperti sekrup.
Patogenesis Infeksi T.Pallidum

Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012.
Masa inkubasi Sifilis primer yang tidak diobati
T.Palidum (30-33 jam) Bakteri yang berada di
antara endotel kapiler
Timbul lesi primer  Sifilis sekunder (2-8 pekan
bertahan 4-6 pekan  Berinteraksi dengan sel setelah Chancre timbul)
sembuh spontan imun
Menyebar melalui kel. limfe
Pada tempat bekas lesi Reaksi radang
mengenai jar. vaskular
Kealiran darah
Bakteri bermultiplikasi Hipertrofi Endotel

Ditandai dengan Obliterasi Lumen Keseluruh tubuh


munculnya sel imun Kapiler
(Limfosit, Makrofag &
Sel Plasma) Jar. Vaskuler Rusak Peningkatan jumlah bakteri

Infiltrat Penurunan aliran darah


Timbul Ruam di seluruh tubuh
Gambaran klinis  Papul  erosi/ulkus Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K,
editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill;
Papul “Chancre” 2012.
Sifilis Sifilis Tersier
Sekunder (timbul min. 1 tahun setelah kontak)

Stadium
laten
Terjadi mekanisme reaksi tipe lambat (tipe
IV)

Tidak terjadi
sensitifitas

“granuloma”
(jar. Tubuh timbul akibat peradangan)
Tidak timbul
gejala
Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012.
Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012.
Gambaran Klinis

Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012.
Gambaran Klinis
Sifilis Primer

• Setelah masa inkubasi  makula merah gelap 


• Papul mengalami erosi, keras karena indurasi,
tertutup krusta, tidak nyeri, tanda radang akut
tidak ada. Pada pria disertai pembesaran
kelenjar limfe inguinal medial unilateral atau
bilateral 
• Chancre: ulkus  Tidak nyeri genitalia
eksterna, 3 pekan setelah kontak.menetap
selama 1 - 6 pekan. Dengan terapi, chancre
hilang 1-2 pekan dan sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut.
Gambaran Klinis
Sifilis Primer

• Chancre pada perempuan  indurasi


edematosa.
• Chancre di dalam serviks: 44% kasus.
• Chancre ekstragenital : 60% terjadi di atas leher
dan setengah di antaranya terdapat pada bibir,
daerah perioral, atau kavum oral.
Gambaran Klinis
Sifilis Sekunder

• Timbul 2-6 bulan setelah infeksi primer atau 2-8


pekan setelah munculnya lesi pertama chancre
• Roseola sifilitika: ruam kemerahan, tidak disertai
gatal. Regio trunkus dan ekstremitas: makula, papul
eritem multiple
• Erupsi papular simetris, melibatkan seluruh trunkus
dan ekstremitas, termasuk telapak tangan dan
telapak kaki.
Gambaran Klinis
Sifilis Sekunder

• Alopesia. Kerontokannya terjadi setempat-setempat,


seperti bercak yang ditumbuhi rambut tipis yang terlihat
seperti digigit ngengat atau disebut Moth Eaten Alopecia,
• Papul  khas pada sifilis sekunder  berwarna merah
tembaga berbentuk bulat, dengan permukaan ditutupi
skuama putih berbentuk cincin atau Biette’s collarette
yang dapat disertai rasa gatal
Gambaran Klinis
Sifilis Sekunder

• Kondiloma lata
• Sifilis sekunder  penyakit sistemik  malaise,
nyeri tenggorokan, sakit kepala, penurunan berat
badan, demam ringan, atau nyeri otot.
• Pruritus juga sering terjadi dan dapat bersifat
berat.
• Pembesaran kelenjar getah 75% kelenjar
inguinal, 38% aksilaris, 28% serviks posterior,
18% femoralis, dan 17% epitroklear.
Anamnesis & Temuan Klinis
Riwayat seksual, yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan

Riwayat berganti – ganti pasangan

Riwayat kontak seksual dengan pasangan setelah mengalami gejala


penyakit

Riwayat frekuensi dan jenis kontak seksual

Riwayat cara melakukan kontak seksual

Riwayat apakah pasangan juga mengalami keluhan/gejala yang sama.

Riwayat penyakit sistemik dan terdapat lesi kulit yang sesuai dengan
manifestasi klinis sifilis sekunder.
Tes Serologi
Tes Nontreponemal
Insert Your Image Insert Your Image

• Tes flokulasi  menggunakan • Apabila terapi berhasil  titer VDRL


kardiolipin, lesitin dan kholesterol sebagai cepat menurun, dalam 6 pekan titer akan
antigen. Contohnya: menjadi normal.
• Tes VDRL untuk penapisan atau • Titer meningkat mencapai puncaknya
screening dan menilai hasil pada S II lanjut (1/64 atau 1/128) 
pengobatan. menurun  menjadi negatif.
• VDRL dapat berupa nilai yaitu dalam • Tes VDRL murah dan mudah dikerjakan.
bentuk titer, misalnya ½, ¼, 1/8, 1/16 • Tes VDRL dinyatakan positif bila titernya
dan seterusnya > 1/16.
Tes Serologi
Tes Treponemal

• Menggunakan fragmen atau seluruh bagian T. Pallidum


• Kurang praktis dalam praktik klinik sehari-hari.
• Sensitivitas & Spesifisitas tinggi pada fase primer dan lanjut
• Tes ini untuk mengkonfirmasi hasil tes non-treponemal yang reaktif.
• Tes ini bersifat spesifik

Tes imobilisasi : TPI


(Treponemal pallidum Tes fiksasi komplemen :
Imobilization Test). RPCF (Reiter Protein Tes imunofluoresen :
Complement Fixation FTA-Abs (Fluorecent Tes hemoglutisasi :
Test) Treponemal Antibody TPHA (Treponemal
Absorption Test) IgM Pallidum
& IgG Haemoglutination
Asssay)
Interpretasi Tes Serologi
Tes nontreponemal harus diperiksa
Insert Your Image

• Tes nontreponemal reaktif  berlangsungnya suatu proses


infeksi atau pernah terkena infeksi; pemberian pengobatan
yang tidak adekuat atau tidak dapat pengobatan; positif palsu
(SLE, Autoimun)
• Tes nontreponemal nonreaktif  tidak ada infeksi, masih
dalam masa inkubasi atau telah mendapat pengobatan
secara efektif.
• Kesalahan interpretasi  kesulitan menentukan titer atau
digunakannya lebih dari 1 jenis tes nontreponemal dalam
memantau hasil pengobatan.
Tes treponemal untuk konfirmasi tes nontreponemal atau pemeriksaan sifilis lanjut
Insert Your Image

• Tes treponemal reaktif  pasien pernah terkena atau


sedang terkena infeksi Treponema patogen. Tes treponemal
reaktif, akan tetap reaktif seumur hidup. Jika pengobatan
diberikan pada sifilis awal, 10% menjadi nonreaktif dalam
waktu 2 tahun.
• Tes treponemal nonreaktif  tidak adanya infeksi di masa
lalu atau pada saat ini. Masa inkubasi hasil tes masih
nonreaktif karena belum terbentuk antibodi.
Insert Your Image

VDRL FTA-ABS TPHA DGE/ R/pengobat Interpretasi


Histologi an adekuat  
Non-reaktif Non-reaktif Non-reaktif Negatif Tidak Bukan sifilis
Non-reaktif Non-reaktif Non-reaktif Positif Tidak Bukan sifilis dengan hasil DGE positif palsu
Early primary syphilis dengan FTA-ABS negatif palsu
Sifilis dengan respons imun abnormal seperti pada pasien
AIDS
Non-reaktif Non-reaktif Reaktif Negatif Tidak Bukan sifilis dengan TPHA positif palsu
Non-reaktif Non-reaktif Reaktif Negatif Ya Sifilis yang telah diobati dengan FTA-ABS yang telah
mengalami serokonversi
Non-reaktif Reaktif Non-reaktif Negatif Tidak Bukan sifilis dengan FTA-ABS negatif palsu
Non-reaktif Reaktif Non-reaktif Positif Tidak Early primary syphilis
Non-reaktif Reaktif Reaktif Negatif Tidak Latent syphilis
Non-reaktif Reaktif Reaktif Negatif Ya Bekas serologis setelah sifilis sebelumnya
Non-reaktif Reaktif Reaktif Positif Tanpa Sifilis sekunder dengan fenomena prozone, ulangi VDRL
setelah dilusi
Insert Your Image

Reaktif Non-reaktif Non-reaktif Negatif Tidak Bukan sifilis dengan positif biologis palsu VDRL
Reaktif Non-reaktif Non-reaktif Positif Tidak Sifilis dengan FTA-ABS negatif palsu
Reaktif Non-reaktif Reaktif Negatif Tidak Sifilis dengan FTA-ABS negatif palsu
Reaktif Non-reaktif Reaktif Negatif Ya Reinfeksi atau sifilis relaps dengan FTA-ABS negatif palsu
Reaktif Non-reaktif Reaktif Positif Tidak Sifilis dengan FTA-ABS negatif palsu
Reaktif Reaktif Reaktif Negatif Tidak Sifilis
Reaktif Reaktif Reaktif Negatif Tidak Bekas serologis setelah sifilis sebelumnya jika asimtomatik
Reinfeksiatau relaps jika terdapat peningkatan lebih dari 4x
lipat titer VDRL atau IgM antitreponemal positif
Reaktif Reaktif Reaktif Positif Tidak Early syphilis
Reaktif Reaktif Reaktif Positif Ya Reinfeksi atau relaps
T.S.S. dan kehamilan

• Antenatal  tes serologi sifilis  dugaan hasil tes positif palsu dengan tes nontreponemal
dan treponemal reaktif.
• Jika penyebab tidak diketahui  pengobatan harus diberikan.
• Sifilis kongenital  menemukan T. pallidum dalam sekret hidung, dari lesi kulit atau di dalam
organ hati.
• Jika tidak dapat menemukan, diagnosis didasarkan hasil tes serologi. Tes
nontreponemal positif yang dikonfirmasi dengan tes treponemal positif  sifilis
• Membedakan kemungkinan transfer IgG pasif dari ibu  penentuan IgM total dan IgM
antibodi antitreponema dengan tes TFA-Abs.
Insert Your Image

• Sifilis primer  tes nontreponemal reaktif + lesi yang khas  tes


harus diulang setelah 1 minggu, 1 bulan dan 3 bulan  setelah 3
bulan tes tetap nonreaktif, diagnosis sifilis dikesampingkan.
• Sifilis sekunder  T. pallidum dalam lesi atau dalam kelenjar getah
bening, lesi yang khas disertai titer tes reagin > 1/16.
• Sifilis laten  tes nontreponemal dan treponemal reaktif, tanpa
gejala klinik dan tanpa riwayat penyakit yang jelas

Aplikasi Pemeriksaan Tes Serologi


Insert Your Image
• Sifilis laten dini  sifilis laten lanjut dan waspada kemungkinan
neurosifilis asimtomatik
• Pasien riwayat pengobatan sifilis yang adekuat dan dikhawatirkan
reinfeksi  pengobatan ulang, jika lesi yang menunjukkan hasil positif
dalam mikroskop lapangan gelap atau kenaikan titer tes serologi ≥ 4 kali
atau baru terjadi kontak seksual dengan penderita sifilis awal.
MIKROSKOP LAPANG GELAP
Permukaan lesi dibersihkan pisau steril pencet dasar
lesi dengan dua jari eksudat serosa berakumulasi pada
permukaanambil eksudat menggunakan kaca
objek+1 tetes salin kaca penutup periksa di
mikroskop lapang gelap.

• Dilakukan secepatnya sebelum apusan kering, sekitar


5-20 menit.
Gambaran Treponema pallidum pada dark field microscope • Sensitifitas pemeriksaan 74-79%.
• Diagnosis ditegakkan jika ditemukan T. pallidum tipikal.
Hasil negatif, pemeriksaan diulang setiap hari selama
beberapa hari, terutama jika pasien telah
mengaplikasikan agen antibakterial.
TES ANTIBODI FLORESENSI DIREK
Tes antibody floresensi direk + pemeriksaan mikroskopi lapang gelap  Tes definitif sifilis
Insert Your Image Insert Your Image

• BERBEDA DENGAN PEMERIKSAAN


MIKROSKOPI LAPANG GELAP:
• APUSAN DARI EKSUDAT DIWARNAI • APUSAN INI DAPAT DISIMPAN
DENGAN FLURESENS ANTI- • SPIROCHAETA KOMENSAL LAIN
IMUNOGLOBULIS T.PALIDUM TIDAK TERWARNAI SEHINGGA
• SENSITIFITAS TES INI 73-100% TIDAK MENGGANGGU
IDENTIFIKASI DARI T.PALLIDUM.
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIS

EPIDERMIS DERMIS

• HIPERPLASIA PSORIASIFORM • EDEMA PARS PAPILARE


• EKSOSITOSIS LIMFOSIT • INFILTRAT INTERSTISIAL & PERIVASKULAR
• PUSTULASI SPONGIFORMIS BERISI SEL PLASMA
• PARAKERATOSIS • HISTIOSIT
• NETROFIL

 T. pallidum dapat dilihat di sepanjang dermal-epidermal junction dan di sekitar pembuluh darah.
 Pemeriksaan ini tidak esensial untuk diagnosis sifilis.
TATALAKSANA
Insert Your Image

3 SIMPULAN
Simpulan
• Penyakit menular seksual  spirochaeta T. pallidum subspesies pallidum.
• Diagnosis klinis sesuai stadium  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium.
• Uji serologis umumnya negatif pada saat lesi primer  positif setelah 1-4
pekan.
• Uji nontreponemal untuk skrining dan uji treponemal untuk konfirmasi.
• Penatalaksanaan sifilis sesuai dengan stadium.
• Pasien dengan alergi penisilin  doksisiklin 2x100mg/hari peroral selama
2 pekan atau tetrasiklin 4x500 mg/hari peroral
Insert Your Image

4 REFERENSI
• Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012. p.2471-92.
• Syphilis. JMP.Med, 42(7), 394–398.
• Infeksi Menular Seksual. Edisi keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. p. 118-121.
• Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. Departemen Kesehatan RI. 2011. Hal 29-33.
• Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. p.392-412.
• In Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Elsevier Inc; 2006. p.352-64.
• Bacterial diseases. In Bolognia Dermatology. 2nd ed. USA: British Library Cataloguing in Publication
Data; 2008. p.1079.
• Rook's Textbook of Dermatology. 8th ed. Chichester:Wiley-Blackwell.2010.
• Syphilis. J.disamonth, 62(8), 280–286.
• World Health Organization. The use of rapid syphilis tests. The sexually transmitted diseases diagnostic
initiative. Geneva. WHO.2006.
• Syphilis in the Modern Era. JIDC., 27(4), 705–722. doi:10.1016/j.idc.2013.08.005
Insert Your Image

Anda mungkin juga menyukai