Anda di halaman 1dari 24

ASSALAMU'ALAIKUM

WR WB
BHR
(BADAN HISAB RUKYAT)
Sejarah, Tugas dan Fungsi

Oleh
Muhyiddin
Subdit Pembinaan Syari’ah
Dan Hisab Rukyat
Departemen Agama
2007
3

Sejak pemerintahan Belanda, penanggalan Ma-


sehi sudah digunakan dalam kegiatan-kegiatan
administrasi pemerintahan dan dijadikan seba-
gai penanggalan resmi.

Tetapi umat Islam dibiarkan menggunakan pe-


nanggalan hijriyah untuk pengaturan hari-hari
besar Islam dan penentuan waktu ibadah.

Sejak terbentuknya Departemen Agama RI (3 Ja-


nuari 1946) dengan Surat Penetapan Pemerintah
no 2 tahun 1946, Penentuan hari-hari libur Islam
dan penentuan waktu-waktu ibadah diserahkan
kepada Departemen Agama
4

Dipertegas dengan Keputusan Presiden Nomor


25 tahun 1967, nomor 148 tahun 1968 dan nomor
10 tahun 1971 bahwa pengaturan hari-hari libur
Islam dan penetapan tgl 1 Ramadlan, 1 Syawal
dan 10 Dzulhijjah diserahkan kepada Depar-
temen Agama dan berlaku untuk seluruh Indone-
sia.

12 Oktober 1971 (menjelang Ramadlan 1391 H)


diadakan musyawarah para ulama untuk meng-
antisipasi kemungkinan perbedaan tanggal 1
Ramadlan 1391 H. Disamping itu musyawarah
mendesak kepada Menteri Agama untuk meng-
adakan Lembaga Hisab Rukyat.
5

20 Januari 1972 (menjelang Dzulhijjah 1391 H)


diadakan musyawarah yang dihadiri ormas-
ormas Islam, Pusroh ABRI, Lembaga meteo-
rologi dan Geofisika, Planetarium, IAIN, dan
unsur Depag untuk mengantisipasi kemung-
kinan perbedaan penetapan tanggal 10 Dzul-
hijjah 1391 H. Disamping itu musyawarah
mendesak lagi kepada Menteri Agama untuk
mengadakan Lembaga Hisab Rukyat.
6

Menjelang Ramadlan 1391 H


Ijtima’ = Selasa Kliwon, 19 Oktober 1971 M
pukul 14:59:47.74 WIB
Irtifa’ = -00o 57’ 08.92”

Menjelang Dzulhijjah 1391 H


Ijtima’ = Ahad Wage, 16 Januari 1972 M
pukul 17:52:20.73 WIB
Irtifa’ = -00o 30’ 46.84”
7

Tim Perumus :
1. Wasit Aulawi, MA (Depag)
2. H. Ahmad Zaini Noeh (Depag)
3. H. Sa’aduddin Djambek (Depag)
4. Drs. Susanto (Meteorologi dan Geofisika)
5. Drs. Santoso Nitisastro (Planetarium)

Pada rapat 23 Maret 1972, Tim berkesimpulan :


1. Tujuan Lembaga Hisab Rukyat adalah meng-
usahakan bersatunya umat Islam dalam me-
nentukan tanggal 1 Ramadlan, 1 Syawal, dan
10 Dzulhijjah.
8

2. Status Lembaga Hisab Rukyat adalah resmi dan


berada di bawah Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan berkedudukan di Jakarta.
3. Tugas Lembaga Hisab Rukyat adalah memberi
advis dalam hal penentuan permulaan tanggal
qamariyah kepada Menteri Agama.
4. Keanggotaan Lembaga Hisab Rukyat teridiri dari :
a. Anggota inti terdiri unsur Depag, ahli hisab/Fa-
lak, ahli hukum Islam/Ulama
b. Anggota tersebar.
5. Urusan selanjutnya, BHR ditangani oleh Direktor-
at Peradilan Agama.
9

Tanggal 16 Agustus 1972 dikeluarkan SK Menteri


Agama no 76 tahun 1976 tentang pembentukan
BHR :
1. Membentuk BHR Departeman Agama.
2. Tugas BHR ialah memberikan saran kepada Men-
teri Agama dalam penentuan tanggal bulan-bulan
qamariyah.
3. Kepengurusan BHR terdiri Ketua, Wk Ketua, Se-
kretaris, anggota tetap dan anggota tersebar.
4. Anggota tetap merupakan pengurus harian yang
menangani masalah sehari-hari. Sedangkan ang-
gota tersebar bersidang dalam waktu tertentu
menurut keperluan.
10

5. Anggota tersebar diangkat dengan keputusan


Dirjen Bimas Islam.
6. BHR dalam melakukan tugasnya bertanggung-
jawab kepada Direktur Peradilan Agama.
7. Kepada Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan
anggota diberikan honorarium menurut peratur-
an yang berlaku.
8. Segala pengeluaran dan biaya BHR dibebankan
pada anggaran belanja Depag m.a 18.1.1.233
dan m.a 18.1.1.241 dan untuk tahun-tahun beri-
kutnya m.a yang selaras untuk itu.
10. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal dite-
tapkan.
11

SK Menteri Agama no. 77/1972 (16 Agustus


1972) tentang personalia BHR :
1. Sa’aduddin Djambek (Ketua / anggota)
2. A. Wasit Aulawi (Wk. Ketua / anggota)
3. Djabir Mansur (Sekretaris / anggota)
4. Z.A. Noeh (anggota)
5. Susanto (anggota)
6. Santoso (anggota)
7. Rodli Saleh (anggota)
8. Junaidi (anggota)
9. Muhadji (anggota)
10.Penuh Dali (anggota)
11.Sjarifudin (anggota)
12

23 September 1972 Personalia BHR dilantik Menteri


Agama.
Dalam pidato pengarahannya, Menteri mengakatan :
BHR ini diadakan dengan pertimbangan :
1. Masalah hisab dan rukyat awal tiap bulan qamari-
yah merupakan masalah penting dalam menentu-
kan hari-hari besar Islam.
2. Hari-hari besar Islam itu erat hubungannya dengan
peribadatan umat Islam, hari libur, hari kerja, lalu
lintas, ekonomi, dan juga erat hubungannya de-
ngan pergaulan hidup kita, baik antar umat Islam
sendiri maupun antara umat Islam dengan sauda-
ra-saudara sebangsa dan setanah air.
13

3. Persatuan ummat Islam dalam melaksanakan


ibadah perlu diusahakan, karena ternyata per-
bedaan pendapat yang menimbulkan perten-
tangan itu melumpuhkan umat Islam dalam
partisipasinya untuk membangun bangsa dan
negara

SK Menteri Agama no 10 tahun 1976 tentang


perubahan personalia BHR yaitu Direktor
Peradilan Agama ex ofisio menjadi ketua BHR.
14

SK Dirjen Bimas Islam nomor D.I/96/P/1973 (28


Juni 1973) tentang anggota tersebar BHR :
1. KH. Muchtar (Jakarta)
2. KH. Turaichan Adjhuri (Kudus)
3. KRB. Tang Soban (Sukabumi)
4. KH. Ali Yafi (U Pandang)
5. KH. Abdul Jalil (Kudus)
6. KH. Wardan (Yogyakarta)
7. Drs. Abdur Rachim (Yogyakartra)
8. Ir. Basit Wachid (Yogyakarta)
9. Ir. Muchlas Hamidi (Yogyakarta)
15

10. H. Azlam M (Yogyakarta)


11. H. Bidran Hadi (Yogayakarta)
12. Drs. Bambang Hidayat (ITB Bandung)
13. Ir. Hamran Wachid (ITB Bandung)
14. KH. Abdul Aziz (Jakarta)
15. Ali Ghazali (Cianjur)
16. K. Banadji Aqil (Jakarta)
17. K. Zuhdi Usman (Nganjuk)
16
DASAR HUKUM :
1. UU No.4/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
2. UU No.5/2004 tentang perubahan atas UU No.14/
1985 tentang mahkamah Agung.
3. UU No.3/2006 tentang perubahan atas UU No.7/
1989 tentang Peradilan Agama
4. Kepres RI No.21/2004 tentang Pengalihan organe-
sasi, administrasi dan finansial di lingkungan Per-
adilan Umum, Peradilan tata Usaha Negara dan Per-
adilan Agama ke mahkamah Agung.
5. Fatwa MUI No.2/2004
6. Rumusan hasil koordinasi dan konsultasi tenaga tek-
nis pelaksanaan rukyatul hilal di Solo (21-23 April
2006).
19
PEMERINTAH
17

BHR
(Badan Hisab Rukyat)

Direktorat
Urusan Agama Islam

Subdit
Pembinaan Syariah
dan Hisab Rukyat
18

BHR

Anggota : Tugas :
○ Departemen Agama ○ Menghimpun hasil
○ Mahkamah Agung hisab dari berbagai
○ Ormas Islam sistem.
○ Perguruan Tinggi
○ Memberi masukan
○ Planetarium
kepada Menteri
○ BMG
Agama ttg awal-
○ Boscha
awal bulan qama-
○ Lapan
riyah.
○ Bakasortanal
○ Perorangan Ahli ○ Rukyatul Hilal
19
MEKANISME
PENETAPAN AWAL BULAN
1. Menghimpun hasil hisab
2. Rukyatul Hilal :
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Pengitsbatan hasil rukyat
d. Pelaporan
3. Sidang Itsbat Awal Bulan
4. Pengumuman itsbat Pemerintah
20
ITSBAT HASIL RUKYAT :

1. Perukyat lapor kpd Hakim Agama dan


mohon agar rukyatnya diitsbatkan.
2. Hakim mencatat identitas pelapor.
3. Hakim memeriksa materi laporan rukyat.
4. Hakim mengitsbatkan / menolak laporan
rukyat
5. Hakim membuat Berita Acara Peng-
itsbatan atau Penolakan laporan rukyat
LAPORAN RUKYAT : 21

1. Naskah itsbat Hakim diminta oleh Tim Ruk-


yat
2. Tim Rukyat melaporkan hasil rukyat ke
Departemen Agama, dapat dengan cara :
a. Langsung datang ke Depag
b. Telpon atau SMS ke nomor (021) 34833014,
34833015, 3811642, 3811654, 3811679,
08122775496, 08128611062.
c. Fax nomor (021) 3483306
3. Isi Laporan :
Hilal dapat dilihat di ……… oleh Nama, Umur,
Pekerjaan, Alamat, dan sudah diitsbatkan oleh
Hakim Agama ……… bernama ……….
22
SIDANG ITSBAT AWAL BULAN
1. Dihadiri ± 100 orang :
a. Duta Besar negara-negara Islam.
b. Pejabat eselon I dan II Depag RI
c. Anggota BHR Depag
d. MUI dan Ormas Islam
e. Lembaga/Instansi terkait.
2. Dipimpin oleh Menteri Agama RI
3. Acara :
a. Presentasi hasil hisab awal bulan.
b. Tanggapan/saran (sambil menunggu
laporan rukyat).
c. Penetapan Awal Bulan.
23
Fatwa MUI No.2/2004 :
1. Penetapan awal Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah
dilakukan berdasarkan metode rukyah dan hisab
oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku
secara nasional.
2. Seluruh umat Islam di Indonesia wajib mentaati
ketetapan Pemerintah RI tentang penetapan awal
Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah.
3. Dalam menetapkan awal Ramadlan, Syawal, dan
Dzulhijjah, Menteri Agama wajib berkonsultasi
dengan Majelis Ulama Indonesia, ormas-ormas
Islam dan Instansi terkait.
4. Hasil rukyat dari daerah yang memungkinkan hilal
dirukyat walaupun di luar wilayah Indonesia yang
mathla’nya sama dengan Indonesia dapat dijadikan
pedoman oleh Menteri Agama RI.
WASSALAMU'ALAIKUM
WR WB
SAMPAI JUMPA LAGI

Anda mungkin juga menyukai