Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Refleksi
Kasus
Pembimbing:
dr. Jaya Mualimin, Sp. KJ
Oleh :
Fieska
1710029029
Identitas Pasien
0 Nama : Tn. RR
0 Jenis Kelamin : Laki – laki
0 Usia : 36 tahun
0 Pendidikan : SD
0 Pekerjaan : tidak bekerja
0 Suku : bugis
0 Alamat : JL H Aji Indra RT 003 kab Paser
Identitas Penanggung Jawab
0 Nama : Tn. UA
0 Jenis Kelamin : Laki-laki
0 Hubungan : Adik
0 Alamat : Jl. Senaken RT 04 Kabupaten Paser
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Pasien mengamuk di rumah sejak 3 hari terakhir
0 Faktor premobid
0 Pasien merupakan pribadi yang tertutup.
0 Faktor Pencetus
0 Pasien tidak teratur minum obat
0 Riwayat Kebiasaan
0 Riwayat mengonsumsi Napza (-)
0 Riwayat mengonsumsi alkohol (-)
0 Riwayat mengonsumsi obat-obat terlarang (-)
0 Riwayat merokok (+)
Riwayat pribadi
0 Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
0 Riwayat prenatal, kehamilan ibu dan kelahiran
Pasien dikandung selama 9 bulan. Pasien lahir secara spontan
pervaginam. Berat dan panjang normal
0 Kebiasaan makan dan minum
Pasien mendapatkan ASI selama 2 tahun lebih. Dan tidak
berbeda dengan anak-anak yang lain.
0 Perkembangan awal
Pasien mengatakan bahwa tumbuh kembangnya normal sesuai
usia. Tidak ada terlambat bicara maupun berjalan.
Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
0 Pasien menghabiskan masa kanak-kanak bersama orang
tuanya namun pada tahun 1995 ayah pasien meninggal dan tahun
2005 ibu pasien meninggal. Pasien hanya sekolah sampai SD saja.
0 Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
0 Hubungan dengan teman sebaya
Pasien tidak suka bergaul dengan teman sebayanya hanya suka
berdiam diri dirumah.
0 Riwayat sekolah
Pasien memiliki riwayat pendidikan hanya sampai SD
0 Perkembangan kognitif dan motorik
Pasien dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah dengan
baik dan tidak ada masalah.
0 Masalah-masalah fisik dan emosi remaja yang utama
Pasien merasa tidak mempunyai masalah dengan teman dan
keluarganya.
0 Latar belakang agama
Semua anggota keluarga pasien beragama Islam.
Genogram
Pemeriksaan Fisik
0 Rencana Terapi
0 Clozapine 2 x 100 mg
0 Stelosi 2 x 5 mg
0 Pasien rawat inap dengan indikasi gelisah
0 Prognosis
0 Dubia ad sanam
Pemeriksaan Positive and negative syndrom scale- Excitement
Component (PANSS-EC)
Interpretasi : hasil ≥15 skor, pasien perlu dirawat di ruang
intensif.
TEORI PASIEN
TEORI PASIEN
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas • Saat ditanya
(biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau keluhannya, pasien
kurang jelas). mengatakan bahwa
a) Isi Pikiran tetangganya merupakan
- Thought Echo. babi yang pantas untuk
- Thought Insertion atau Withdrawl. dipenggal kepalanya.
- Thought Broadcasting.
• Pasien pernah mengaku
b) Delusi melihat makhluk goib
- Delusion of Control. beberapa kali dengan
- Delusions of Influence. bentuk yang bermacam-
- Delusions of Passivity. macam. Selain itu
- Delusional Perception. pasien juga mendengar
perintah untuk
c) Halusinasi Auditorik. menyakiti orang lain.
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku penderita.
- Mendiskusikan perihal penderita di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara)
- Jenis suara halusinasilain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
PEMBAHASAN
TEORI PASIEN
TEORI PASIEN
CLOZAPIN STELOSI
Isi Pikiran
0 Thought Echo.
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang dan bergema dalam kepalanya (tidak
keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
0 Thought Broadcasting.
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
Delusi
0 Delusion of Control.
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
0 Deluasions of Influence.
Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
0 Delusions of Passivity.
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrahm terhadap suatu kekuatan dari
luar."Tentang dirinya" artinyasecara jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak
atau kepikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
0 Delusional Perception.
Pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
0 HalusinasiAuditorik.
• Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku penderita.
• Mendiskusikan perihal penderita di antara mereka sendiri (di antara
berbagai suara yang berbicara)
• Jenis suara halusinasilain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal.
Sebagai tambahan:
0 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
0 Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
0 Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
0 Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delussion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam, adalah yang paling khas
0 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif nyata/ tidak menonjol.
Klasifikasi
0 Skizofrenia Hebefrenik (F 20.1)
Pedoman Diagnostik
0 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
0 Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
0 Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis.
0 Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :
• Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
• Afek pasien dangkal dan tidak wajar, sering disertai oleh cekikikan atau perasaan
puas diri, senyum sendiri, atau oleh sikap, tinggi hati, tertawa menyeringai,
mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau, keluhan hipokondrial, dan
ungkapan kata yang diulang-ulang
• Proses piker mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta
inkoheren.
0 Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses piker umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol.
Dorongan kehendak dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan cirri khas, yaitu perilaku
tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat
dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar
orang memahami jalan pikiran pasien.
Klasifikasi
Skizofrenia Katatonik (F 20.2)
Pedoman Diagnostik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
• Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendomaninasi gambaran
klinisnya:
1) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara)
2) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
3) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)
4) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan ke arah
berlawanan)
5) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan diri)
6) Flexibilitas cerea (mempertahankan anggora gerak dan tubuh dalam posisi
yang dapat dibentuk dari luar)
7) Gejala-gejala lain seperti “komen, automatism” (kepatuhan secara otomatis
terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat
0 Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku
dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus
ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya
gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-
gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia.
Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan
metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif
Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F
20.3)
Pedoman Diagnostik
0 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
0 Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik
0 Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia
residual atau depresi pasca skizofrenia
Depresi Pasca-skizofrenia (F 20.4)
Pedoman Diagnostik
0 Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
0 Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini
0 Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya), dan
0 Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif dan telah ada dalam kurun waktu
paling sedikit 2 minggu
Obat APG-I .
Injeksi APG-I sering digunakan untuk mengatasi agitasi akut pada skizofrenia. Kerja
obat ini sangat cepat. Walaupun demikian, ada beberapa efek samping yang sering
dikaitkan dengan injeksi APG-I, misalnya distonia akut dan pemanjangan QTc. Efek
samping ini dapat menyebabkan ketidakpatuhan terhadap pengobatan.
Obat APG-II
Obat APG-II, baik oral maupun injeksi, bermanfaat dalam mengendalikan agitasi pada
fase akut skizofrenia. Selain itu, tolerabilitas dan keamanannya lebih baik bila
dibandingkan dengan APG-I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat injeksi jangka
pendek APG-II, misalnya olanzapin, aripiprazol, dan ziprasidon efektif mengontrol
agitasi pada fase akut skizofrenia.
Obat Antipsikotik Rentang dosis anjuran (mg/hari) Waktu Paruh ( jam)
Antipsikotik generasi I
Fenotiazin
Klorpromazin 300-1000 6
Flufenazin 5-20 33
Perfenazin 16-64 10
Thioridazin 300-800 24
Trifluoperazin 15-50 24
Butirofenon
Haloperidol 5-20 21
Lainnya
Loksapin 30-100 4
Antipsikotik Generasi II
Aripiprazol 10-30 75
Klozapin 150-600 12
Olanzapin 10-30 33
Quetiapin 300-800 6
Risperidon 2-8 24
Penanganan Efek
Samping
Bila terjadi efek samping sindroma ekstrapiramidal, misalnya distonia akut,
akathisia atau parkinsonisme, terlebih dahulu dilakukan penurunan dosis. Bila
tidak dapat ditanggulangi, diberikan obat-obat antikolinergik, misalnya
triheksifenidil, benztropin, sulfas atropin, atau difenhidramin injeksi IM atau
IV. Obat yang paling sering digunakan adalah triheksifenidil dengan dosis 3
kali 2 mg per hari. Bila tetap tidak berhasil mengatasi efek samping tersebut
disarankan untuk mengganti jenis antipsikotika yang digunakan ke golongan
APG-II yang lebih sedikit kemungkinannya mengakibatkan efek samping
ekstrapiramidal.
Efek Samping
Ekstrapiramidal
Nama Generik Dosis (mg/hari) Waktu paruh Target efek
eliminasi ( jam) samping
ekstrapiramidal
Trixifenidil 1-15 4 Akathisia,
hidrokhlorid dystonia,
parkinsonism
Amantadin 100-300 10-14 Akathisia,
parkinsonism
Propanolol 30-90 3-4 Akathisia
Lorazepam 1-6 12 Akathisia
Difenhidramin 25-50 4-8 Akathisia,
dystonia,
parkinsonism
Terapi Psikososial
0 Terapi perilaku. Teknik perilaku menggunakan
hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan
komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat
ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak
istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh
dapat diturunkan
Terapi Psikososial
0 Terapi berorintasi-keluarga. Terapi ini sangat berguna
karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari
terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan,
khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota
keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak
saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang
sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan
penyakitnya
Terapi Psikososial
0 Terapi kelompok. Terapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.
Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,
terorientasi secara psikodinamika atau tilikan,
atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi
pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin
dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif, tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia
Terapi Psikososial
0 Psikoterapi individual. Penelitian yang paling baik
tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data
bahwa terapi alah membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam
psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut
dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,
jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien
Kesimpulan
Skizofrenia merupakan sindrom gangguan psikosis
yang memiliki banyak faktor. Bahkan, dari sekian banyak
faktor masih beberapa faktor yang belum jelas. Klinis pasien
sangat bervariasi. Duagnosis diperjelas melalui klasifikasi
berdasarkan klinisnya. Dalam penangannya, pasien tidak
hanya diberikan farmakoterapi. Tapi, juga membutuhkan
sikoterapi terutama dukungan dari keluarga agar pasien
dapat segera pulih.
Terimakasih..