Presentasi AKHIR BBK bENGKEL
Presentasi AKHIR BBK bENGKEL
Subak Babakan Bengkel II dan III yang berada dalam pengelolaan Daerah Irigasi
Luwus Carangsari, dengan luas total 274 Ha dimana suplai air irigasinya diperoleh dari
Bendung Luwus Carangsari, selama ini terus mengalami kekurangan air irigasi
termasuk.
Berkurangnya debit air di hulu Tukad Penet yang merupakan sumber air utama
menuju Subak Babakan Bengkel menyebabkan beberapa munduk (terutama yang
paling hilir) di Subak Babakan Bengkel mengalami kekurangan air.
Mengingat jauhnya jangkauan Subak Babakan Bengkel II dan III dari Bendung
Luwus Carangsari mengakibatkan tidak maksimalnya suplai air dari saluran pembawa
menuju areal subak, dalam hal ini Pemerintah sudah mengupayakan optimalisasi
saluran pembawa sehingga air irigasi dapat dialirkan secara maksimal.
Berkaitan dengan masalah tersebut perlu dicarikan solusi lain barupa upaya
penambahan debit air dari sumber – sumber air baru, untuk hal tersebut Bidang
Pengairan di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung telah melakukan
Kegiatan Studi Identifikasi dan Kelayakan Saluran Suplesi di Subak Babakan Bengkel
di Kecamatan Petang, yang menghasilkan suatu rekomendasi agar dilakukan sodetan
dari Tukad Bangkung untuk mensuplai kebutuhan air menuju Subak Babakan
Bengkel.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud Studi :
Maksud dari Kegiatan DED Pembuatan Bangunan Penunjang Suplesi Subak
Babakan Bengkel adalah untuk melakukan kajian terhadap upaya-upaya teknis
hidrologis untuk meningkatkan ketersediaan air (debit) di Subak Babakan
Bengkel di daerah irigasi (DI) Luwus Carangsari.
Tujuan Studi :
Tujuan pelaksanaan pekerjaan adalah untuk menghasilkan detail desain
tentang bangunan penunjang suplesi Subak Babakan Bengkel yang ada di
Tukad Bangkung agar dapat dijadikan acuan dalam pengembangan sistem
irigasi atau suplesi ke Subak Babakan Bengkel.
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Curah hujan
rata-rata
tahunan 2750
mm/th – 3000
mm/th
CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM
9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0
9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0
Lebar total sungai = 12,8 meter
Jarak terowongan terhadap as
305400.000 305450.000 305500.000
bendung = 15,10 meter di hilir
bendung
•As 2 :
POSISI LOKASI
INTAKE TEROWONGAN
Lebar total sungai = 24,30 meter
0+682
Jarak terowongan terhadap as
bendung = 4,80 meter di hulu
bendung
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
0+700
•As 3 :
305400.000 305450.000 305500.000 Lebar total sungai = 28,00 meter
Jarak terowongan terhadap as
0+725
bendung = 17,10 meter di hulu
bendung
•As 4 :
X = 305473.355
Y = 9073911.583
0+742
0+769
Lebar total sungai = 18,70 meter
Z= 512.291
9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0
9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0
X = 305473.355
Y = 9073911.583
Z= 512.291 bendung
305400.000 305450.000 305500.000
KONDISI GEOLOGI
Kondisi dasar sungai
Dasar sungai terbentuk dari pasiran
dan kerikil dan terdapat batu
bongkah dengan konsentrasi jarang.
Geologi Permukaan
Sempadan sungai dari tanah liat
berpasir dan diantaranya terdapat
Secara visual di dasar sungai maupun
batu bongkah sedang sampai besar tebing sungai terbentuk dari material batu
padas masif dan diantaranya terdapat
Kondisi tebing sungai
batu-batu bongkah
Tebing sungai terbentuk dari batu
padas massif dan kuat. Sifat-sifat dari kelompok ini berbeda-beda
Pada beberapa titik pada tebing sungai
pada setiap titik lokasi karena umumnya
terdapat retakan terutama disisi timur. disusun oleh hasil endapan dari kegiatan
gunung api yang terjadi pada periode yang
tidak sama.
9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0
9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0
9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0
305400.000 305450.000 305500.000
POSISI LOKASI
INTAKE TEROWONGAN
0+682
Bor. 2 Bor. 4
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
0+700
Bor. 1
0+725
Bor. 3
0+742
X = 305473.355
Y = 9073911.583
Z= 512.291
0+769
9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0
9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0
9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0
X = 305473.355
Y = 9073911.583
Z= 512.291
Terowongan ± 450 m
Inlet terowongan + 1m
di atas dasar sungai
Berdasarkan kondisi tersebut maka fasilitas untuk menaikkan air ke intake dipilih bendung.
METODE PERENCANAAN TEKNIS
ANALISIS HUJAN RANCANGAN (DESIGN RAINFALL)
Dengan : Dengan :
Xt = curah hujan rencana yang terjadi dalam Log XT = logaritma dari curah hujan rancangan dengan kala
kala ulang
X t
= X rata-rata tahunan ulang
K = konstanta LogX = logaritma rata-rata dari data curah hujan
yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas G = besaran dari fungsi koefisien kemencengan dari kala ulang
yn,sn = besaran yang merupakan fungsi dari jumlah data (n) S = simpangan baku logaritma data curah hujan
X = harga rata-rata dari seri data X
Sx = penyimpangan baku sample
T = kala ulang
HUJAN RANCANGAN (DESIGN RAINFALL)
DAN PEMILIHAN DIST. FREKUENSI
No Jenis Distribusi Koef. Skweness Syarat (Cs & Ck) Hasil Kesimpulan
1 Distribusi Log Pearson Cs Tidak ada batasan 0,7258 Diterima
2 Distribusi E.J. Gumbel Cs Cs > 1.1395 1,3277 Tidak diterima
Sumber : Hasil Perhitungan.
ANALISIS BANJIR RANCANGAN (DESIGN FLOOD)
Q Dengan :
(m3/ LengkungNaik Lengkung Turun Qp = debit puncak banjir (m3/det)
det) C = koefisien pengaliran
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan
0,32 Qp sampai puncak banjir (jam)
0,3 Qp
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan
t (jam) debit, dari debit puncak sampai
Tp T0,3 1,5 T0,3
menjadi 30% dari debit puncak
Sumber : CD. Soemarto, 1995: 100 A = luas DPS (km2)
tg = waktu konsentrasi (jam)
C.A.R0 Tr = satuan waktu hujan, diambil 1 jam
Qp α = parameter hidrograf, bernilai antara
3,6 (0,3 Tp T0,3 )
1,5 – 3,5 L panjang sungai (m)
BANJIR RANCANGAN (DESIGN FLOOD) BENDUNG
Debit Rencana (m3/dt)
Jam ke- Q Q Q 10 th Q 25 th Q Q
2 th 5 th 50 th 100 th
0,00 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,160
0,50 2,303 2,577 2,845 3,217 3,519 3,843
1,00 8,216 9,739 11,221 13,280 14,952 16,749
1,50 21,233 25,500 29,657 35,430 40,118 45,156
0,140
2,00 43,497 52,461 61,190 73,316 83,164 93,746
2,24 62,801 75,837 88,532 106,166 120,487 135,876 0,120
2,50 66,726 80,589 94,090 112,844 128,074 144,441
3,00 64,050 77,349 90,300 108,290 122,901 138,601
3,50 59,605 71,966 84,005 100,727 114,307 128,900 0,100
Debit (m3/dt)
Q
4,00 53,858 65,007 75,865 90,947 103,196 116,358
4,50 46,498 56,095 65,441 78,423 88,966 100,296
2
5,00 38,406 46,296 53,980 64,653 73,321 82,636 0,080
5,50 32,014 38,556 44,926 53,776 60,963 68,685 T
6,00 27,104 32,611 37,973 45,421 51,470 57,971 h
6,50 23,168 27,844 32,398 38,723 43,860 49,380 0,060
7,00 19,972 23,974 27,871 33,284 37,681 42,405
7,50 17,358 20,808 24,169 28,836 32,627 36,700
8,00 15,209 18,206 21,124 25,179 28,471 32,009
0,040
8,50 13,365 15,973 18,514 22,042 24,907 27,986
9,00 11,761 14,031 16,241 19,312 21,805 24,485 0,020
9,50 10,365 12,340 14,264 16,936 19,106 21,438
10,00 9,291 11,039 12,742 15,108 17,029 19,094
10,50 8,370 9,925 11,439 13,542 15,250 17,085 0,000
11,00 7,578 8,965 10,316 12,193 13,717 15,355
11,50 6,890 8,132 9,342 11,023 12,387 13,854
12,00 6,291 7,407 8,494 10,004 11,230 12,547
12,50 5,769 6,774 7,754 9,114 10,219 11,407 Waktu (Jam)
13,00 5,297 6,203 7,085 8,311 9,307 10,377
13,50 4,871 5,688 6,483 7,588 8,485 9,449
14,00 4,488 5,224 5,940 6,936 7,744 8,613
14,50 4,143 4,806 5,451 6,348 7,076 7,859
15,00 3,832 4,429 5,011 5,819 6,475 7,180 No T (th) Qmax (m3/dt)
15,50 3,552 4,090 4,614 5,342 5,933 6,569
16,00 3,299 3,784 4,256 4,912 5,445 6,017 1 2 66,726
16,50 3,071 3,508 3,934 4,525 5,005 5,521 2 5 80,589
17,00 2,866 3,260 3,644 4,176 4,609 5,073
17,50 2,682 3,036 3,382 3,862 4,251 4,670 3 10 94,090
18,00 2,515 2,835 3,146 3,578 3,930 4,307
18,50 2,365 2,653 2,934 3,323 3,640 3,980 4 25 112,844
19,00 2,230 2,490 2,742 3,093 3,378 3,685
19,50 2,108 2,342 2,570 2,886 3,143 3,419
5 75 128,074
20,00 1,999 2,209 2,415 2,699 2,931 3,180 6 100 144,441
20,50 1,900 2,090 2,275 2,531 2,740 2,964
21,00 1,811 1,982 2,148 2,380 2,568 2,769 Sumber : Hasil Perhitungan.
21,50 1,731 1,885 2,035 2,243 2,412 2,594
22,00 1,658 1,797 1,932 2,120 2,273 2,437
22,50 1,593 1,718 1,840 2,009 2,147 2,294
23,00 1,534 1,647 1,757 1,909 2,033 2,166
23,50 1,481 1,583 1,682 1,819 1,931 2,051
24,00 1,434 1,525 1,614 1,738 1,839 1,947
Sumber : Hasil Perhitungan.
KRITERIA TEKNIS PENETAPAN DEBIT DESAIN BANGUNAN
Bangunan pelimpah, peredam energi, tembok pangkal, dan tanggul penutup, didesain dengan
menggunakan debit banjir rencana dengan kala ulang 100 tahun (Q100 th).
Bangunan pengambilan didsesain dengan debit kebutuhan untuk irigasi ditambah debit untuk
pembilasan sebesar 1,20 x Qn. Dengan Qn adalah debit rencana untuk pengambilan irigasi.
Bangunan atau sistem pembilas bendung didesain dengan debit desain yang ditentukan dengan
memperhatikan kecepatan minimum untuk pembilasan dan kecepatan maksimum agar
strukturnya tidak terkena kikisan air.
Debit desain untuk bangunan pembilas dan kantong sedimen direncanakan sama dengan debit
desain untuk bangunan pengambilan (= 1,20 x Qn), juga akan dihitung debit minimum yang
memungkinkan untuk pembilasan
Perkiraan agradasi dan degradasi dasar sungai yang terjadi disekitar bendung diperhitungkan
dengan debit desain.
STRUKTUR BANGUNAN BENDUNG
Q = C.L.Hd3/2
Dengan :
Q = debit pengaliran (m3/dt).
C = koefisien pengaliran (2,0 – 2,1).
L = lebar efektif bendung (m).
PARAMETER LENGKUNG MERCU
Xn = K.Hdn-1.Y
Dengan :
X,Y = koordinat permukaan hilir dengan
titik pusat ditarik dari puncak mercu
(m).
Hd = tinggi tekanan rencana (m).
n,k = parameter bendung tergantung dari
kecepatan dan kemiringan muka.
Bagian yang lebih hilir dari lengkung yang diperoleh harus dilanjutkan secara
menerus dan licin dengan lengkung lain atau garis lurus dengan kemiringan
tajam 1 : 1 atau 1 : 0,8.
HIDRAULIKA ALIRAN DI ATAS MERCU
Q2
3
hc hc = g.Le 2
Vc = g.hc
Dengan :
hc = kedalaman air kritis (m).
Vc = kecepatan kritis (m/dt).
Q = debit aliran (m3/dt).
g = gaya gravitasi (m/dt2).
Le = lebar efektif bendung (m).
PERENCANAAN PEREDAM ENERGI
Gambar di bawah ini menunjukkan kemungkinan yang terjadi dari setiap pola aliran
tersebut.
e. Puncak dinding kolam olakan (jagaan) 2). Gigi Benturan dan Ambang Hilir
Gigi benturan dibangun pada dasar kolam olakan dengan
Untuk keamanan dinding kolam olakan dari posisi berbaris dan berfungsi sebagai penghadang aliran
meluapnya air akibat loncatan hidraulik, maka serta mendeformir loncatan hidraulik menjadi lebih
diberikan jagaan (freeboard) dengan persamaan pendek seperti pada kolam olakan tipe III. Dengan
berikut (USBR, 1979) : demikian gigi benturan ini paling efektif mengurangi
panjang kolam olakan.
F = 0,1 . ( V1 + D2) Lebar dan jarak antara gigi benturan diambil 0,75 x tinggi
gigi benturan. Lokasi gigi benturan biasanya dibuat
dengan jarak 0,8 x D2 ke hilir dari tumit gigi pemencar
Dengan :
aliran.
F = tinggi jagaan (m).
V1 = kecepatan aliran di kaki bendung (m/dt).
D2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
Mengacu pada
hubungan antara
Grafik Hubungan
antara Bilangan
Froud dan Jari-
jari Lengkungan
Peredam Energi
Q
Y1
V1 2g.(Z H2 ) V1 . B1
Dengan : Dengan :
V1 = kecepatan aliran sebelum loncatan (m/dt). Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m).
Z = beda tinggi muka air upstream sampai titik yang ditinjau (m). Q = debit aliran (m3/dt).
H2 = tinggi air di atas ambang (m). V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m/dt).
B1 = lebar aliran pada kaki bendung (m).
ANALISIS PANJANG LONCAT AIR (HYDRAULIC JUMP)
Kedalaman air loncatan (Y2) dihitung dengan rumus : Panjang kolam olakan pada peredam energi dihitung
dengan rumus (Chow, 1979) :
Y2 1 L = 5.(D3 + h)
( 1 8Fr1 1
2
Dengan :
Y1 2
L = panjang kolam olakan (m).
D3 = kedalaman air sedikit di hilir (m).
V1
Fr1 h = tinggi ambang ujung (m).
g.Y1
Ketentuan lain yang dapat dipakai dalam menetapkan
Dengan : panjang kolam olakan datar adalah (Masrevaniah,
Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m). Aniek,1995:22) :
Y2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m3/dt). Lj = (5 – 6) D2
V2 = kecepatan aliran setelah loncatan (m/dt). Dengan :
Fr1= bilangan Froude pada kedalamanY1. Lj = panjang kolam olakan (m).
g = percepatan grafitasi (= 9,81 m/dt2). D2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
Gaya Momen
No. Uraian/Gaya
6. Akibat Tekanan Lumpur H (ton) V (ton) MH (tm) MV (tm)
1 Berat Sendiri (W) - 40,610 - 129,147
g2 s = Gaya Gempa1,6(G) ton/m3 3,910
(berat jenis- lumpur) 9,257 -
3 Tekanan Lumpur (Hs) 0,211 - 0,865 -
KONTROL STABILITAS
Ps =
4
5
0,211
Tekanan Uplift (U)
ton
Tekanan Hidrostatik (WH) 6,625
-
-
23,83
6,983
-
-
18,13
Gaya horisontal akibat tekanan lumpur
6 Tekanan Tanah (P) 0,577 - 0,434 -
Hs = 0,211 ton
Jumlah 11,323 64,438 17,538 147,275
KONDISI AIR NORMAL
Momen Horisontal akibat lumpur
MHs = 0,865 ton.m
Kontrol Stabilitas Bendung pada Kondisi Air Normal
A. Terhadap Guling
Rekapitulasi Gaya-gaya Kondisi Air Normal
SF = 8,397 > 1.5 OK
Gaya Momen
No. Uraian/Gaya
H (ton) V (ton) MH (tm) MV (tm)
1 Berat
B. Terhadap Geser Sendiri (W) - 44,092 - 151,048
2 Gaya Gempa (G) 3,910 - 9,257 -
3
SF = Tekanan Lumpur
4 (Hs)
0,211 > 1.5 - OK 0,865 -
4 Tekanan Hidrostatik 6,625
(WH) - 6,983 -
5 Tekanan Uplift (U) - 38,13 - 28,59
6 Tekanan Tanah (P) 0,577 - 0,434 -
KONDISI AIR BANJIR
Jumlah 11,323 82,223 17,538 179,639
A. Terhadap Guling
B. Terhadap Geser
SF = 5 > 1.5 OK
FOTO KEGIATAN SURVEY
Kondisi Jalan menuju Inlet terowongan dimensi 0,8 Kondisit terowongan pada
Lokasi Rencana Bendung m x 1,8 m jarak 50 m dari titik inlet.
Kondisi batu padas masif
FOTO KEGIATAN SURVEY SUNGAI
Kondisi sungai di hilir terowongan ; tebing Kondisi sungai di hulu terowongan tebing batu
dari batu padas ; dasar sungai berbatu, padas masif ; ada retakan ; kemiringan 60 %
permukaan tanah liat berpasir; kemiringan
50 %
Menentukan Tegangan Ijin Tanah dengan Tes SPT, Pada lubang Bor .3
Menentukan Tegangan Ijin Tanah dengan Tes SPT, Pada lubang Bor .4