Anda di halaman 1dari 40

PRESENTASI AKHIR

DED PEMBUATAN BANGUNAN PENUNJANG


SUPLESI SUBAK BABAKAN BENGKEL
LATAR BELAKANG

 Subak Babakan Bengkel II dan III yang berada dalam pengelolaan Daerah Irigasi
Luwus Carangsari, dengan luas total 274 Ha dimana suplai air irigasinya diperoleh dari
Bendung Luwus Carangsari, selama ini terus mengalami kekurangan air irigasi
termasuk.

 Berkurangnya debit air di hulu Tukad Penet yang merupakan sumber air utama
menuju Subak Babakan Bengkel menyebabkan beberapa munduk (terutama yang
paling hilir) di Subak Babakan Bengkel mengalami kekurangan air.

 Mengingat jauhnya jangkauan Subak Babakan Bengkel II dan III dari Bendung
Luwus Carangsari mengakibatkan tidak maksimalnya suplai air dari saluran pembawa
menuju areal subak, dalam hal ini Pemerintah sudah mengupayakan optimalisasi
saluran pembawa sehingga air irigasi dapat dialirkan secara maksimal.

 Berkaitan dengan masalah tersebut perlu dicarikan solusi lain barupa upaya
penambahan debit air dari sumber – sumber air baru, untuk hal tersebut Bidang
Pengairan di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung telah melakukan
Kegiatan Studi Identifikasi dan Kelayakan Saluran Suplesi di Subak Babakan Bengkel
di Kecamatan Petang, yang menghasilkan suatu rekomendasi agar dilakukan sodetan
dari Tukad Bangkung untuk mensuplai kebutuhan air menuju Subak Babakan
Bengkel.
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud Studi :
Maksud dari Kegiatan DED Pembuatan Bangunan Penunjang Suplesi Subak
Babakan Bengkel adalah untuk melakukan kajian terhadap upaya-upaya teknis
hidrologis untuk meningkatkan ketersediaan air (debit) di Subak Babakan
Bengkel di daerah irigasi (DI) Luwus Carangsari.

Tujuan Studi :
Tujuan pelaksanaan pekerjaan adalah untuk menghasilkan detail desain
tentang bangunan penunjang suplesi Subak Babakan Bengkel yang ada di
Tukad Bangkung agar dapat dijadikan acuan dalam pengembangan sistem
irigasi atau suplesi ke Subak Babakan Bengkel.
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

 Orientasi lapangan dan inventarisasi data sekunder


 Survey topografi dan pemetaan sungai
 Investigasi geologi dan uji laboratorium
 Survey hidrometri dan sedimentasi
 Analisis aliran dan Perencanaan :
 analisis hidrologi
 analisis hidraulika
 analisis sedimentasi
 analisis profil aliran
 Penggambaran dan RAB
LOKASI PEKERJAAN

 Terletak di Alur Tukad


Bangkung, anak sungai Tukad
Ayung
 Secara administratif
termasuk wilayah :

Kecamatan Petang, Kabupaten


Badung
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI
KONDISI GEOGRAFIS DAS

 Secara Geografis DAS Bd. Tukad


Bangkung ini mempunyai batas
wilayah :
Utara : Ds. Pakisan, Kabupaten
Buleleng
Timur : Ds. Batukaang, Ds.
Mengani dan Ds. Buahan
Kaja Kab. Bangli
Selatan : Ds. Petang Kabupaten
Badung
Barat : Ds. Pelaga, Ds. Sulangai
Kabupaten Badung

 Lokasi bendung suplesi Babakan


Bengkel berada pada posisi
08° 16' 18,8 “ LS dan 115° 16' 3,2" BT
dan pada el. + 550,0 m dpl.
KONDISI CURAH HUJAN
STASIUN HUJAN TERPILIH

Stasiun Hujan Terpilih :


 Sta. Catur
 Sta. Pelaga
 Sta. Baturiti

 Curah hujan
rata-rata
tahunan 2750
mm/th – 3000
mm/th
CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM

Hujan Maksimum (mm)


No. Tahun Rata-rata
Sta. Pelaga Sta. Catur
1 2004 63,46 140,00 101,73
2 2005 53,96 193,00 123,48
3 2006 56,58 160,00 108,29
4 2007 66,38 158,00 112,19
5 2008 108,00 167,00 137,50
6 2009 72,37 255,00 163,68
7 2010 185,08 200,00 192,54
8 2011 45,68 248,00 146,84
9 2012 264,00 249,00 256,50
10 2013 137,00 190,00 163,50
Sumber : Kantor BMG Tuban, 2014.
KONDISI TOPOGRAFI
•As 1 :
9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0

9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0

9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0
Lebar total sungai = 12,8 meter
Jarak terowongan terhadap as
305400.000 305450.000 305500.000
bendung = 15,10 meter di hilir
bendung

•As 2 :
POSISI LOKASI
INTAKE TEROWONGAN
Lebar total sungai = 24,30 meter
0+682
Jarak terowongan terhadap as
bendung = 4,80 meter di hulu
bendung
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
0+700
•As 3 :
305400.000 305450.000 305500.000 Lebar total sungai = 28,00 meter
Jarak terowongan terhadap as
0+725
bendung = 17,10 meter di hulu
bendung

•As 4 :
X = 305473.355
Y = 9073911.583
0+742

0+769
Lebar total sungai = 18,70 meter
Z= 512.291

Jarak terowongan terhadap as


bendung = 28,70 meter di hulu
9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0

X = 305473.355
Y = 9073911.583
Z= 512.291 bendung
305400.000 305450.000 305500.000
KONDISI GEOLOGI
Kondisi dasar sungai
 Dasar sungai terbentuk dari pasiran
dan kerikil dan terdapat batu
bongkah dengan konsentrasi jarang.
Geologi Permukaan
 Sempadan sungai dari tanah liat
berpasir dan diantaranya terdapat
 Secara visual di dasar sungai maupun
batu bongkah sedang sampai besar tebing sungai terbentuk dari material batu
padas masif dan diantaranya terdapat
Kondisi tebing sungai
batu-batu bongkah
 Tebing sungai terbentuk dari batu
padas massif dan kuat.  Sifat-sifat dari kelompok ini berbeda-beda
 Pada beberapa titik pada tebing sungai
pada setiap titik lokasi karena umumnya
terdapat retakan terutama disisi timur. disusun oleh hasil endapan dari kegiatan
gunung api yang terjadi pada periode yang
tidak sama.

 Tebing sungai di lokasi


terowongan terbentuk dari
batu padas massif dan kuat.

 Tebing sungai di posisi terowongan


terbentuk dari batu padas massif dan
kuat.
SEBARAN TITIK-TITIK BOR

9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0

9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0

9 0 7 4 0 0 0 .0 0 0
305400.000 305450.000 305500.000

POSISI LOKASI
INTAKE TEROWONGAN
0+682

Bor. 2 Bor. 4
9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 5 0 .0 0 0
0+700

305400.000 305450.000 305500.000

Bor. 1
0+725
Bor. 3

0+742

X = 305473.355
Y = 9073911.583
Z= 512.291
0+769
9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0

9 0 7 3 9 0 0 .0 0 0

X = 305473.355
Y = 9073911.583
Z= 512.291

305400.000 305450.000 305500.000


Investigasi Geologi Lapangan
Investigasi Geologi Laboratorium
KONDISI DAS TUKAD BANGKUNG

 Tukad Bangkung memIliki


karakteristik aliran kontinu
(continouse flow).

 Secara teknis karakteristik dari


DAS bendung suplesi Subak
Babakan Bengkel II di Tukad
Bangkung mempunyai luas DAS
27,28 km2 dan panjang sungai
utama 18,00 km terhitung dari
letak bendung ke hulu sungai.
PEMILIHAN JENIS BANGUNAN UNTUK MENGALIRKAN
AIR KE DALAM SALURAN TEROWONGAN

Terowongan ± 450 m

Inlet terowongan + 1m
di atas dasar sungai

Dasar sungai di depan


terowongan + 1 m di bawah
inlet. Sungai melebar.

Berdasarkan kondisi tersebut maka fasilitas untuk menaikkan air ke intake dipilih bendung.
METODE PERENCANAAN TEKNIS
ANALISIS HUJAN RANCANGAN (DESIGN RAINFALL)

a. Metode E.J. Gumbel b. Metode Log Pearson Type III


Metode E.J. Gumbel Type I dengan persamaan Metode ini sering dipakai dengan pertimbangan bahwa
sebagai berikut : metode ini lebih fleksibel dan dapat dipakai untuk semua
sebaran data, yang mana besarnya harga parameter
statistiknya (Cs atau Ck) tidak ada ketentuan (Sri Harto, 1993:
X t  X  Sx . K 252).
Rumus yang digunakan dalam metode Log Pearson Type III
Yt  Yn adalah (Soemarto, 1987: 243) :
K 
Sn
Log X T  log X  G . S

Dengan : Dengan :
Xt = curah hujan rencana yang terjadi dalam Log XT = logaritma dari curah hujan rancangan dengan kala
kala ulang
X t
= X rata-rata tahunan ulang
K = konstanta LogX = logaritma rata-rata dari data curah hujan
yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas G = besaran dari fungsi koefisien kemencengan dari kala ulang
yn,sn = besaran yang merupakan fungsi dari jumlah data (n) S = simpangan baku logaritma data curah hujan
X = harga rata-rata dari seri data X
Sx = penyimpangan baku sample
T = kala ulang
HUJAN RANCANGAN (DESIGN RAINFALL)
DAN PEMILIHAN DIST. FREKUENSI

Kala Ulang Hujan Rancangan (mm)


No.
(th) Metode E.J. Gumbel Metode Log Pearson
1 2 144,255 149,950
2 5 200,361 181,579
3 10 237,509 212,381
4 25 284,444 255,166
5 100 353,827 327,253
6 1000 468,032 474,418
UJI SMIRNOV
KOLMOGOROV
Distribusi Frekuensi Distribusi E.J. Gumbel Distribusi Log Pearson Tipe III
Derajat Signinfikasi, (%) 5,00 5,00
DP Maksimum, ∆ Maks (%) 10,37 8,99
DP kritis, ∆ cr (%) 41,00 41,00
HIPOTESA DITERIMA DITERIMA
UJI CHI-SQUARE (CHI-X2)
Distribusi Frekuensi Distribusi E.J. Gumbel Distribusi Log Pearson Tipe III
Derajat Signinfikasi, (%) 5,00 5,00
Chi-Square hitung (Chi-X2 hit) 0,40 0,40
Chi-Square kritis (Chi-X2 cr) 7,82 7,82
HIPOTESA DITERIMA DITERIMA
Sumber : Hasil Perhitungan.

No Jenis Distribusi Koef. Skweness Syarat (Cs & Ck) Hasil Kesimpulan
1 Distribusi Log Pearson Cs Tidak ada batasan 0,7258 Diterima
2 Distribusi E.J. Gumbel Cs Cs > 1.1395 1,3277 Tidak diterima
Sumber : Hasil Perhitungan.
ANALISIS BANJIR RANCANGAN (DESIGN FLOOD)

• Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Persamaan umum hidrograf satuan sintetik Nakayasu
Tr
adalah sebagai berikut (CD. Soemarto, 1995: 100) :
Tp = tg + 0,8 tr
tg = 0,21 x L0,7 (L < 15 km)
tg = 0,4 + 0,058 x L (L > 15 km)
0,8 Tr tg T0,3 = α x tg
Qp

Q Dengan :
(m3/ LengkungNaik Lengkung Turun Qp = debit puncak banjir (m3/det)
det) C = koefisien pengaliran
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan
0,32 Qp sampai puncak banjir (jam)
0,3 Qp
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan
t (jam) debit, dari debit puncak sampai
Tp T0,3 1,5 T0,3
menjadi 30% dari debit puncak
Sumber : CD. Soemarto, 1995: 100 A = luas DPS (km2)
tg = waktu konsentrasi (jam)
C.A.R0 Tr = satuan waktu hujan, diambil 1 jam
Qp  α = parameter hidrograf, bernilai antara
3,6 (0,3 Tp  T0,3 )
1,5 – 3,5 L panjang sungai (m)
BANJIR RANCANGAN (DESIGN FLOOD) BENDUNG
Debit Rencana (m3/dt)
Jam ke- Q Q Q 10 th Q 25 th Q Q
2 th 5 th 50 th 100 th
0,00 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,160
0,50 2,303 2,577 2,845 3,217 3,519 3,843
1,00 8,216 9,739 11,221 13,280 14,952 16,749
1,50 21,233 25,500 29,657 35,430 40,118 45,156
0,140
2,00 43,497 52,461 61,190 73,316 83,164 93,746
2,24 62,801 75,837 88,532 106,166 120,487 135,876 0,120
2,50 66,726 80,589 94,090 112,844 128,074 144,441
3,00 64,050 77,349 90,300 108,290 122,901 138,601
3,50 59,605 71,966 84,005 100,727 114,307 128,900 0,100

Debit (m3/dt)
Q
4,00 53,858 65,007 75,865 90,947 103,196 116,358
4,50 46,498 56,095 65,441 78,423 88,966 100,296
2
5,00 38,406 46,296 53,980 64,653 73,321 82,636 0,080
5,50 32,014 38,556 44,926 53,776 60,963 68,685 T
6,00 27,104 32,611 37,973 45,421 51,470 57,971 h
6,50 23,168 27,844 32,398 38,723 43,860 49,380 0,060
7,00 19,972 23,974 27,871 33,284 37,681 42,405
7,50 17,358 20,808 24,169 28,836 32,627 36,700
8,00 15,209 18,206 21,124 25,179 28,471 32,009
0,040
8,50 13,365 15,973 18,514 22,042 24,907 27,986
9,00 11,761 14,031 16,241 19,312 21,805 24,485 0,020
9,50 10,365 12,340 14,264 16,936 19,106 21,438
10,00 9,291 11,039 12,742 15,108 17,029 19,094
10,50 8,370 9,925 11,439 13,542 15,250 17,085 0,000
11,00 7,578 8,965 10,316 12,193 13,717 15,355
11,50 6,890 8,132 9,342 11,023 12,387 13,854
12,00 6,291 7,407 8,494 10,004 11,230 12,547
12,50 5,769 6,774 7,754 9,114 10,219 11,407 Waktu (Jam)
13,00 5,297 6,203 7,085 8,311 9,307 10,377
13,50 4,871 5,688 6,483 7,588 8,485 9,449
14,00 4,488 5,224 5,940 6,936 7,744 8,613
14,50 4,143 4,806 5,451 6,348 7,076 7,859
15,00 3,832 4,429 5,011 5,819 6,475 7,180 No T (th) Qmax (m3/dt)
15,50 3,552 4,090 4,614 5,342 5,933 6,569
16,00 3,299 3,784 4,256 4,912 5,445 6,017 1 2 66,726
16,50 3,071 3,508 3,934 4,525 5,005 5,521 2 5 80,589
17,00 2,866 3,260 3,644 4,176 4,609 5,073
17,50 2,682 3,036 3,382 3,862 4,251 4,670 3 10 94,090
18,00 2,515 2,835 3,146 3,578 3,930 4,307
18,50 2,365 2,653 2,934 3,323 3,640 3,980 4 25 112,844
19,00 2,230 2,490 2,742 3,093 3,378 3,685
19,50 2,108 2,342 2,570 2,886 3,143 3,419
5 75 128,074
20,00 1,999 2,209 2,415 2,699 2,931 3,180 6 100 144,441
20,50 1,900 2,090 2,275 2,531 2,740 2,964
21,00 1,811 1,982 2,148 2,380 2,568 2,769 Sumber : Hasil Perhitungan.
21,50 1,731 1,885 2,035 2,243 2,412 2,594
22,00 1,658 1,797 1,932 2,120 2,273 2,437
22,50 1,593 1,718 1,840 2,009 2,147 2,294
23,00 1,534 1,647 1,757 1,909 2,033 2,166
23,50 1,481 1,583 1,682 1,819 1,931 2,051
24,00 1,434 1,525 1,614 1,738 1,839 1,947
Sumber : Hasil Perhitungan.
KRITERIA TEKNIS PENETAPAN DEBIT DESAIN BANGUNAN

Kriteria Teknis Debit Desain

Debit desain dalam perencanaan bendung ditentukan berdasarkan keperluan masing-masing


bangunan, yaitu :

 Bangunan pelimpah, peredam energi, tembok pangkal, dan tanggul penutup, didesain dengan
menggunakan debit banjir rencana dengan kala ulang 100 tahun (Q100 th).
 Bangunan pengambilan didsesain dengan debit kebutuhan untuk irigasi ditambah debit untuk
pembilasan sebesar 1,20 x Qn. Dengan Qn adalah debit rencana untuk pengambilan irigasi.
 Bangunan atau sistem pembilas bendung didesain dengan debit desain yang ditentukan dengan
memperhatikan kecepatan minimum untuk pembilasan dan kecepatan maksimum agar
strukturnya tidak terkena kikisan air.
 Debit desain untuk bangunan pembilas dan kantong sedimen direncanakan sama dengan debit
desain untuk bangunan pengambilan (= 1,20 x Qn), juga akan dihitung debit minimum yang
memungkinkan untuk pembilasan
 Perkiraan agradasi dan degradasi dasar sungai yang terjadi disekitar bendung diperhitungkan
dengan debit desain.
STRUKTUR BANGUNAN BENDUNG

Kelengkapan bendung yang akan


direncanakan adalah :

 Tubuh bendung tetap


 Peredam energi
 Tembok pangkal bendung
 Tembok sayap hulu dan hilir
 Bangunan pengambilan (intake)
 Dinding banjir
 Pintu dan perlengkapan operasi
 Penduga muka air
 Tanggul penutup
KAPASITAS PENGALIRAN MELALUI BENDUNG

Dalam studi ini bentuk mercu bendung sesuai


dengan rekomendasi dari U.S. Army. Bagian
udik mercu berbentuk lengkung mendekati
bulat, sedangkan bagian hilir mercu
merupakan fungsi eksponen berdasarkan
variabel kedalaman air (Hd) di atas mercu.
Kapasitas pengaliran di atas mercu bendung
tipe Ogee adalah (Masrevaniah,
Aniek,:1995:141) :

Q = C.L.Hd3/2
Dengan :
Q = debit pengaliran (m3/dt).
C = koefisien pengaliran (2,0 – 2,1).
L = lebar efektif bendung (m).
PARAMETER LENGKUNG MERCU

a. Koordinat Lengkung Upstream


Persamaan lengkung bagian upstream
dapat dihitung sesuai dengan ketentuan
dalam skema gambar di samping.
Contoh untuk permukaan vertikal :
X1 = 0,750 Hd
X2 = 0,282 Hd
R1 = 0,50 Hd
R2 = 0,20 Hd

b. Koordinst Lengkung Downstream


Persamaan umum lengkung downstream
adalah sebagai berikut :

Xn = K.Hdn-1.Y
Dengan :
X,Y = koordinat permukaan hilir dengan
titik pusat ditarik dari puncak mercu
(m).
Hd = tinggi tekanan rencana (m).
n,k = parameter bendung tergantung dari
kecepatan dan kemiringan muka.
Bagian yang lebih hilir dari lengkung yang diperoleh harus dilanjutkan secara
menerus dan licin dengan lengkung lain atau garis lurus dengan kemiringan
tajam 1 : 1 atau 1 : 0,8.
HIDRAULIKA ALIRAN DI ATAS MERCU

Aliran Kritis Di Atas Mercu


Aliran kritis di bagian upstream bendung terjadi tepat di atas mercu
(crest) dimana pada kondisi ini terjadi energi spesifik minimum dari
aliran. Pada kondisi aliran kritis berlaku rumus (USBR, 1979) :

Q2
3
hc hc = g.Le 2

Vc = g.hc

Dengan :
hc = kedalaman air kritis (m).
Vc = kecepatan kritis (m/dt).
Q = debit aliran (m3/dt).
g = gaya gravitasi (m/dt2).
Le = lebar efektif bendung (m).
PERENCANAAN PEREDAM ENERGI

Pola Aliran Pada Peredam Energi


Aliran di atas bendung dapat menunjukkan berbagai perilaku di sebelah hilir bendung
akibat kedalaman ai loncat (h2).

Gambar di bawah ini menunjukkan kemungkinan yang terjadi dari setiap pola aliran
tersebut.

Kasus A : menunjukkan aliran tenggelam yang


menimbulkan sedikit saja gangguan di
permukaan berupa timbulnya gelombang.
Kasus B : menunjukkan loncatan tenggelam yang
lebih diakibatkan oleh kedalaman
konyugasi (h2).
Kasus C : menunjukkan keadaan loncatan air yang
mana kedalaman air di hilir sama dengan
kedalaman loncatan tersebut.
Kasus D : menunjukkan loncatan tenggelam yang
lebih diakibatkan oleh kedalaman
konyugasi (h2).

Sumber : Dirjen Pengairan, KP-02,1986.


PERENCANAAN PEREDAM ENERGI TIPE STALLING BAZIN
(ALTERNATIF I)
a. Kolam Olakan Datar
(Stalling Bazin) Tipe I

 Peredam energi kolam


olakan datar tipe I
merupakan lantai dasar
datar bendung yang
berfungsi untuk menahan
gerusan akibat loncatan air

 Tipe ini dipilih apabila debit


aliran mempunyai intensitas
kecil dan angka Froude
Number, F < 2,5.

Sumber : Sosrodarsono, Suyono,1987:217.


PERENCANAAN PEREDAM ENERGI TERPILIH
(STALLING BAZIN TIPE III)

 Kolam olakan datar tipe III juga


mempunyai gigi pemencar (buffle
block) dan ambang hilir yang berfungsi
untuk membantu memancarkan energi
sehingga panjang loncatan dapat
diperpendek.

 Agar lebih pendek lagi kolam olakan


tipe II dimodifikasi menjadi kolam
olakan datar tipe III dengan
penambahan gigi benturan di bagian
lantai.

 Kolam olakan tipe III sesuai untuk


debit spesifik (debit persatuan lebar)
agak kecil, yaitu q < 18,5 m3/dt, V >
18 m/dt dan F > 4,5.
PERENCANANAAN BANG. PELENGKAP KOLAM OLAKAN

e. Puncak dinding kolam olakan (jagaan) 2). Gigi Benturan dan Ambang Hilir
Gigi benturan dibangun pada dasar kolam olakan dengan
Untuk keamanan dinding kolam olakan dari posisi berbaris dan berfungsi sebagai penghadang aliran
meluapnya air akibat loncatan hidraulik, maka serta mendeformir loncatan hidraulik menjadi lebih
diberikan jagaan (freeboard) dengan persamaan pendek seperti pada kolam olakan tipe III. Dengan
berikut (USBR, 1979) : demikian gigi benturan ini paling efektif mengurangi
panjang kolam olakan.
F = 0,1 . ( V1 + D2) Lebar dan jarak antara gigi benturan diambil 0,75 x tinggi
gigi benturan. Lokasi gigi benturan biasanya dibuat
dengan jarak 0,8 x D2 ke hilir dari tumit gigi pemencar
Dengan :
aliran.
F = tinggi jagaan (m).
V1 = kecepatan aliran di kaki bendung (m/dt).
D2 = kedalaman air setelah loncatan (m).

f. imensi Bangunan Pembantu pada Peredam Energi


1). Gigi Pemencar Aliran
Gigi pemencar aliran dapat dibuat pada posisi
masuknya aliran dari bangunan peluncur di hilir
bendung. Pada kolam olakan datar tipe II dan III,
tinggi dan lebar gigi pemencar aliran mendekati
kedalaman air sebelum loncatan Y1 dan D2,
sedangkan jarak gigi dan lebih jarang.
PERENCANAAN PEREDAM ENERGI TIPE BAK PUSARAN
(SLOTTED BUCKET) (ALTERNATIF II)

 Mengacu pada
hubungan antara
Grafik Hubungan
antara Bilangan
Froud dan Jari-
jari Lengkungan
Peredam Energi

Sumber : Sosrodarsono, Suyono, 1987:219.


HIDRAULIKA ALIRAN DI KAKI BENDUNG

a. Kecepatan aliran di kaki bendung b. Kedalaman air di kaki bendung


Kecepatan aliran di kaki bendung sebelum
terjadi loncatan dapat dihitung dengan rumus Kedalaman air pada kaki (hilir) bendung dapat
(Masrevaniah, Aniek,1995:19) : dihitung dengan rumus kuantitas aliran :

Q
Y1 
V1  2g.(Z  H2 ) V1 . B1

Dengan : Dengan :
V1 = kecepatan aliran sebelum loncatan (m/dt). Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m).
Z = beda tinggi muka air upstream sampai titik yang ditinjau (m). Q = debit aliran (m3/dt).
H2 = tinggi air di atas ambang (m). V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m/dt).
B1 = lebar aliran pada kaki bendung (m).
ANALISIS PANJANG LONCAT AIR (HYDRAULIC JUMP)

c. Kedalaman air loncatan (Y2) d. Panjang kolam olakan

Kedalaman air loncatan (Y2) dihitung dengan rumus : Panjang kolam olakan pada peredam energi dihitung
dengan rumus (Chow, 1979) :

Y2 1 L = 5.(D3 + h)
 ( 1  8Fr1  1
2
Dengan :
Y1 2
L = panjang kolam olakan (m).
D3 = kedalaman air sedikit di hilir (m).
V1
Fr1  h = tinggi ambang ujung (m).
g.Y1
Ketentuan lain yang dapat dipakai dalam menetapkan
Dengan : panjang kolam olakan datar adalah (Masrevaniah,
Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m). Aniek,1995:22) :
Y2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m3/dt). Lj = (5 – 6) D2
V2 = kecepatan aliran setelah loncatan (m/dt). Dengan :
Fr1= bilangan Froude pada kedalamanY1. Lj = panjang kolam olakan (m).
g = percepatan grafitasi (= 9,81 m/dt2). D2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
Gaya Momen
No. Uraian/Gaya
6. Akibat Tekanan Lumpur H (ton) V (ton) MH (tm) MV (tm)
1 Berat Sendiri (W) - 40,610 - 129,147
g2 s = Gaya Gempa1,6(G) ton/m3 3,910
(berat jenis- lumpur) 9,257 -
3 Tekanan Lumpur (Hs) 0,211 - 0,865 -
KONTROL STABILITAS
Ps =
4
5
0,211
Tekanan Uplift (U)
ton
Tekanan Hidrostatik (WH) 6,625
-
-
23,83
6,983
-
-
18,13
Gaya horisontal akibat tekanan lumpur
6 Tekanan Tanah (P) 0,577 - 0,434 -
Hs = 0,211 ton
Jumlah 11,323 64,438 17,538 147,275
KONDISI AIR NORMAL
Momen Horisontal akibat lumpur
MHs = 0,865 ton.m
Kontrol Stabilitas Bendung pada Kondisi Air Normal

A. Terhadap Guling
Rekapitulasi Gaya-gaya Kondisi Air Normal
SF = 8,397 > 1.5 OK
Gaya Momen
No. Uraian/Gaya
H (ton) V (ton) MH (tm) MV (tm)
1 Berat
B. Terhadap Geser Sendiri (W) - 44,092 - 151,048
2 Gaya Gempa (G) 3,910 - 9,257 -
3
SF = Tekanan Lumpur
4 (Hs)
0,211 > 1.5 - OK 0,865 -
4 Tekanan Hidrostatik 6,625
(WH) - 6,983 -
5 Tekanan Uplift (U) - 38,13 - 28,59
6 Tekanan Tanah (P) 0,577 - 0,434 -
KONDISI AIR BANJIR
Jumlah 11,323 82,223 17,538 179,639

Kontrol Stabilitas Bendung pada Kondisi Air Normal

A. Terhadap Guling

SF = 10,243 > 1.5 OK

B. Terhadap Geser

SF = 5 > 1.5 OK
FOTO KEGIATAN SURVEY

Kondisi Jalan menuju Inlet terowongan dimensi 0,8 Kondisit terowongan pada
Lokasi Rencana Bendung m x 1,8 m jarak 50 m dari titik inlet.
Kondisi batu padas masif
FOTO KEGIATAN SURVEY SUNGAI

Kondisi sungai di hilir terowongan ; tebing Kondisi sungai di hulu terowongan tebing batu
dari batu padas ; dasar sungai berbatu, padas masif ; ada retakan ; kemiringan 60 %
permukaan tanah liat berpasir; kemiringan
50 %

Sempadan sungai kanan (hilir terowongan)


Landai, Liat berpasir, diselingi batu
bongkah
DOKUMENTASI DOKUMENTASI
PROYEK : DED BANGUNAN PENUNJANG SUPLESI SUBAK PROYEK : DED BANGUNAN PENUNJANG SUPLESI SUBAK
BABAKAN BENGKEL BABAKAN BENGKEL
LOKASI : Petang, Badung - Bali LOKASI : Petang, Badung - Bali

Penyidikan Tanah Dengan Tes Boring, pada Bor.4


Penyidikan Tanah Dengan Tes Boring, pada Bor.3

Menentukan Tegangan Ijin Tanah dengan Tes SPT, Pada lubang Bor .3
Menentukan Tegangan Ijin Tanah dengan Tes SPT, Pada lubang Bor .4

Anda mungkin juga menyukai