Anda di halaman 1dari 20

PENYAKIT KULIT

YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI


(PIODERMA)
Disusun Oleh :
dr. Sasadara Pramudita

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS PULOMERAK
2018-2019
PIODERMA
Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus,
Streptococcus, atau oleh kedua-duanya.
ETIOLOGI
Staphylococcus aureus Streptococcus B hemolyticus

FAKTOR PREDISPOSISI
Higiene yang kurang Menurunnya Daya tahan tubuh Telah ada penyakit lain di kulit

KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER (Impetigenisata)
EPIDEMIOLOGI
- Berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.
- Tidak ada ras tertentu yang cenderung terkena pioderma.
- Laki-laki = Perempuan
- Semua usia.

PEMERIKSAAN
- Laboratorik : leukositosis.
- Kronis dan sukar sembuh → kultur dan tes resistensi.
Pengobatan Umum :
1. Sistemik
- Penisilin G Prokain dan Semisintetiknya
Penisilin G Prokain (1,2 juta per hari)
Ampisilin (4 x 500 mg 1 jam sebelum makan)
Amoksisilin ( 4 x 500 mg )
Penisilin resisten penisillinase (oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin, fluklosasilin)
- Linkomisin (3x500 mg/hari) dan Klindamisin (4x150 mg/hari)
- Eritromisin (4x500 mg/hari)
- Sefalosporin
2. Topikal
- Basitrasin, neomisin dan mupirosin
- Kompres
BENTUK-BENTUK PIODERMA

1.IMPETIGO
• Definisi : pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)
• Klasifikasi :
–Impetigo krustosa/non bulosa
–Impetigo bulosa
–Impetigo neonatorum
KRUSTOSA BULOSA NEONATORUM

Etiologi Streptococcus B Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus


hemolyticus
Klinis • Anak-anak • Anak dan dewasa -Impetigo bulosa
• Gejala umum (-) • Gejala umum (-) -Predileksi : menyeluruh
• Predileksi : muka • Predileksi : ketiak, dada, -Demam
(sekitar lubang hidung punggung
dan mulut), • Kelainan kulit: eritema, -Mengenai neonatus
• Kelainan kulit: eritema bula, bula hipopion bila
dan vesikel mudah pecah pecah tampak koloret dasar
krusta tebal kuning eritema
madu  krusta diangkat
dasar erosi
DD Ektima Dermatofitosis Sifilis kongenital

Pengobatan Krusta dilepassalep AB, Bula dipecahkan salep AB sistemik + bedak salisil 2
bila banyakAB sistemik AB/cairan antiseptik, bila %
banyak AB sistemik
FOLIKULITIS
 Adalah peradangan pada folikel rambut
 Etiologi : Staphilococcus aureus
 Epidemiologi :
- Terutama pada anak-anak
- ♀=♂
 Klasifikasi :
 folikulitis superfisialis (terbatas pada epidermis)  impetigo
bockhart
 folikulitis profunda ( sampai subkutan) sycosis vulgaris
 Terapi :
 Topikal (kemicetin 2%)
 Sistemik (Eritromisin 3x500 mg/hari selama 7-14 hari)
JENIS SUPERFISIALIS PROFUNDA
Infeksi muara permukaan folikel rambut yang perifolikular, bersifat kronik,
bersifat superfisial, terbatas pada sampai ke subkutan
epidermis
Gejala Tanpa gejala konstitusi Gatal, panas, rasa terbakar di tepi
konstitusi bibir atas dekat dengan hidung

Karakteristik • Papul/pustula eritema • Papul/pustul eritema


• Ditengahnya terdapat rambut. • Ditengahnya terdapat rambut
• Multiple • Teraba infiltrat di subkutan
• Dinding sangat tipis pustula mudah
pecah erosi
Lokasi ekstrimitas, kepala, wajah bibir atas, dagu bilateral
FURUNKEL
• Peradangan folikel rambut dan sekitarnya, jika >1 disebut
furunkulosis
• Etiologi : Staphilococcus aureus
• Predileksi: aksila dan bokong
• Gejala klinis:
- Nyeri
- Nodul eritema, berbentuk kerucut,
berbatas tegas, ditengahnya terdapat pustul melunak
menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik lalu
pecah membentuk fistel.
• Terapi :
- Infiltrat : topikal, kompres salep iktiol 5%
- Antibiotik sistemik : eritromisin 4x250 mg
KARBUNKEL
• Gabungan beberapa furunkel yang dibatasi oleh trabekula
fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat.
• Etiologi : Staphilococcus aureus
• Karakteristik:
- Nyeri pada daeah lesi, nodus eritema berbentuk kerucut,
tampak bitnik putih sebagai mata bisul.
• Predileksi : tengkuk, aksila, bokong
Tatalaksana :
- Perbaiki predisposisi
- Antibiotik topikal : salep iktiol 10%
- Antibiotik sistemik : eritromisin 4x250 mgselama 7-14 hari
EKTIMA
 Definisi : Ulkus superficialis dengan krusta diatasnya
 Etiologi : Streptococcus B hemolyticus
 Gejala klinis :
- Kelainan kulit : krusta tebal warna kuning/coklat
kehitaman  jika diangkat sangat melekat & tampak
ulkus dangkal dengan tepi meninggi & radang akut
- Predileksi : tungkai bawah
 DD : impetigo krustosa
 Terapi :
- Krusta diangkat dengan salap antibiotik. Jika banyak,
gabungkan dengan antibiotik sistemik.
- Antibiotik sistemik : amoksisilin 50 mg/kgBB/hari.
- Topikal : asam fusidat 2% atau mupirosin 2%.
PIONIKIA
• Definisi : Radang sekitar kuku oleh piokokus.
• Etiologi :
- Staphilococcus aureus
- Streptococcus B hemolyticus
• Gejala klinis :
- Biasanya didahului trauma
- Disertai nyeri yg hebat
- Infeksi pada lipat kuku, tanda radang (+)  menjalar ke
matriks & lempeng kuku, dapat terbentuk abses
subungual
• Pengobatan :
- Akut: Kompres larutan antiseptik + antibiotik sistemik
- Abses subungual: Ekstraksi kuku
ERISIPELAS
• Definisi :
Penyakit infeksi akut dengan gejala utama infiltrat
merah cerah berbatas tegas disertai gejala konstitusi,
pada dermis dan epidermis
• Etiologi : Streptococcus B hemolyticus
• Gejala klinis :
 Demam,malaise
 Didahului trauma  predileksi tungkai bawah,
wajah
 Kelainan kulit : infiltrat merah cerah, batas tegas,
pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut.
 Dapat disertai edema, vesikel & bula
• DD/ : selulitis
• Pengobatan :
 Istirahat, tungkai bawah ditinggikan
 Antibiotik sistemik
 Topikal : kompres terbukaasam borat 3%)
SELULITIS
• Definisi :
Adalah peradangan supuratif yang terutama mengenai
lapisan subkutis dengan batas yang tidak tegas.
• Etiologi : Streptococcus B hemolyticus
• Gejala Klinis :
◦ Didahului trauma
◦ Lebih sering pada kelompok usia pertengahan
◦ Lapisan kulit yg diserang : terutama subkutis
◦ Gejala konstitusi & predileksinya hampir sama dengan
erisipelas
◦ Lesi kulit berupa : eritema lokal yg cepat meluas
dengan batas yang tidak tegas
ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT

• Definisi : Infeksi pada kelenjar keringat, berupa abses


multiple tidak nyeri dan berbentuk kubah.
• Etiologi : Staphylococcus aureus.
• Gejala Klinis :
◦ Nodus eritematosa, multiple, tak nyeri, berbentuk
kubah, dan lama memecah.
◦ Predileksi : Di tempat yang menjadi sumber keringat.
• Pengobatan :
- Sistemik : Antibiotik (eritromisin 4 x 500 mg/hari selama
14 hari).
- Topikal : Kompres dengan KMnO4.
HIDRAADENITIS
• Definisi : Infeksi pada kelenjar merupakan infeksi kelenjar
apokrin.
• Etiologi : Staphylococcus aureus.
• Gejala Klinis :
◦ Demam, malaise.
◦ Ruam berupa nodus dengan kelima tanda radang
akut→melunak menjadi abses dan memecah membentuh
fistel.
◦ Kronis dapat berbentuk absses, fistel dan sinus yang multiple.
◦ Predileksi : di tempat yang banyak kelenjar apokrin.
• Pengobatan :
- Sistemik : Antibiotik (eritromisin 1- 2 g/hari selama 7-10 hari).
- Topikal : Kompres dengan KMnO4.
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(S.S.S.S)
• Definisi : infeksi kulit dengan ciri yang khas ialah terdapatnya epidermolysis

• Etiologi : Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan/atau faga 71.

• Epidemiologi : Terutama terdapat pada anak <5 tahun, pria > wanita.

• Gejala Klinis :
◦ Demam yang tinggi disertai infeksi disaluran nafas bagian atas.
◦ Eritema, yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak dan lipat paha, kemudian
menyeluruh dalam waktu 24 jam.
◦ Dalam waktu 1-2 hari akan muncul bula-bula berdinding kendur, tanda nikolsky positif.
◦ Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai pengelupasan lembaran-lembaran
kulit sehingga tanpak daerah erosif→mengering dalam beberapa hari →→deskuamasi
• Diagnosis banding : Nekrolisis Epidermal Toksik
• Pengobatan :
- Antibiotik kloksasilin dengan dosis 3 x 250 mg
untuk dewasa sehari per oral
dan dosis 3x50 untuk neonates, klindamisin dan
sefosporin generasi 1.
- Pemberian topikal dapat diberikan sufratulle
atau krim antibiotik.
- Perhatikan keseimbangan carian serta elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. 2nd. Ed. Jakarta : EGC; 2005. p.1.
2. Wisnu IM, Menaldi SL, Daili ES. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Jakarta: PT.Medical Multimedia Indonesia;
2005. p.7.
3. Kemenkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI; 2013.
4. Djuanda, A. Pioderma. In : Menaldi SL, Bramono K. Indriatmi W. (eds.). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th Ed.
Jakarta: FKUI; 2017. p.72-77.
5. Widaty S, Triwahyudi D, Rosita C. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit danKelamin Indonesia (PERDOSKI); 2017. p. 121-126.
6. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. 2nd. Ed. Jakarta : EGC; 2005. p.45-75.
7. Wisnu IM, Menaldi SL, Daili ES. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Jakarta: PT.Medical Multimedia Indonesia;
2005. p.39-60.
8. Craft, N. Superficial Cutaneous Infections and Pyodermas. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ. (eds.). Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2012. p.2128-2147.
9. Wisnu IM, Menaldi SL, Daili ES. Kusta. In : Menaldi SL, Bramono K. Indriatmi W. (eds.). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 7th Ed. Jakarta: FKUI; 2017. p.87-102.
10. Wisnu IM, Menaldi SL, Daili ES. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Jakarta: PT.Medical Multimedia Indonesia;
2005. p.51-59.
11. Lee DJ, Rea TH, Modlin RL. Leprosy. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. (eds.).
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2012. p.2253-2262.
12. Widaty S, Triwahyudi D, Rosita C. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit danKelamin Indonesia (PERDOSKI); 2017. p. 80-85.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai