Anda di halaman 1dari 17

Referat

Elefantiasis

Oleh:
Anis Restuwaty, S.Ked
NIM 1730912320019

Pembimbing:
dr. Dikara Widyangga Sulfian Maulidy, Sp. PD

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juli, 2018
Definisi Elefantiasis
Elefantiasis (penyakit kaki gajah) atau bisa disebut filariasis merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan
melalui berbagai jenis nyamuk. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan
saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem
limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.

Tim Editor Fakultas Kedokteran UI. Parasitologi kedokteran edisi keempat Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009
Cacing dewasa berbentuk seperti rambut,
berwarna putih susu. Cacing jantan panja
ng tubuhnya sekitar 4 cm, mempunyai ek
or melengkung yang dilengkapi dua psiku
lum yang tidak sama panjang. Cacing bet
Etiologi
ina berukuran sekitar 10 cm, mempunyai
ekor yang runcing bentuknya.
Larva filaria ini mudah ditemukan di dala
m darah tepi, dengan panjang sampai 30
0 mikron dan lebar 8 mikron, mempunyai
selubung (sheath) hialin, dengan inti atau Wuchereria bancrofti
sel somatik berbentuk granul yang tersus
un tidak mencapai ujung ekor. Filariasis bancrofti umumnya bersifat periodik
nokturnal (nocturnal periodic), sehingga mikrofil
aria hanya dijumpai di dalam darah tepi hanya
pada malam hari (pukul 22.00 hingga 02.00).

Cacing Filariasis
Brugia malayi Brugia timori
Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya
dengan W. bancrofti, sehingga sulit dib B. timori betina panjang ba
edakan. Panjang cacing betina B. mala dannya sekitar 39 mm dan ya
yi dapat mencapai 55 mm, dan cacing ng jantan panjangnya dapat
jantan 23 cm.
Ciri khas mikrofilaria B. malayi adalah mencapai 24 mm. Mikrofilaria
bentuk ekornya yang mengecil, dan m Brugia mempunyai selubung,
empunyai dua inti terminal, sehingga panjangnya dapat mencapai
mudah dibedakan dari mikrofilaria W. b
ancrofti. 260 mikron pada B. timori
Das S, Panda Jaya K, B manoranjan. Current management: filariasis. Chapter 17. The association of Physicians of India. 2017: 28-32
Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO) 856
juta orang dari 52 negara terancam mengalami
filariasis dan memerlukan pencegahan penyebaran
infeksi parasit. Pada tahun 2000 lebih dari 120 juta
orang terinfeksi dan sekitar 40 juta orang mengalami
kelumpuhan karena penyakit tersebut. Pada tahun
2014 kasus filariasis di dunia terjadi sebanyak 1.103
juta orang di 73 negara, kasus ini terjadi di Asia
Tenggara sebanyak 9 negara endemis yang
terserang
Pada tahun 2015 kasus filariasi terjadi sebanyak
13.032 kasus dengan kasus tertinggi di Nusa Tengga
ra Timur 2.864

lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia


disebabkan oleh Brugia malayi. Di Indonesia
diperkirakan terdapat lebih dari 23 spesies vektor
World Health Organization Regional Office for South-East Asia. Epidemiology of nyamuk penular filariasis yang terdiri dari genus
Filariasis. Tahun 2010, [Online], Dari: http://www.filariasis.org [1 Juli 2018]
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI. 2,010. Filariasis di Indones Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia, dan Armigeres.
ia. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1,Juli 2010
Penularan Filariasis

Kemampuan nyamuk untuk mendapatkan mikrofilaria


saat menghisap darah yang mengandung mikrofilaria
juga sangat terbatas, nyamuk yang menghisap
mikrofilaria terlalu banyak dapat mengalami kematian,
tetapi jika mikrofilaria yang mengisap terlalu sedikit dapat
memperkecil jumlah mikrofilaria larva L3 yang akan
ditularkan . Filaria ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk,
dan sesuai dengan terdapatnya mikrofilaria di dalam
darah tepi, dikenal periodik nokturnal (mikrofilaria hanya
ditemukan malam hari), subperiodik diurnal (mikrofilaria
terutama ditemukan siang hari, malam hari jarang ditemu
kan) dan subperiodik nokturnal (mikrofilaria terutama dite
mukan malam hari, jarang ditemukan siang hari).

Masrizal. Penyakit filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013;7(1):32-37


Das S, Panda Jaya K, B manoranjan. Current management: filariasis. Chapter 17. The association of Physicians of India. 2017: 28-32.
Patogenesis

Larva
Mikrofilaremia Infeksius
(L3) Diagnostic stage

mikrofilaria berada dalam lambung Dalam tubuh manusia larva stadium III
nyamuk, kemudian melepas (L3) akan menuju sistem limfe dan
selubung dan menerobos dinding selanjutnya tumbuh menjadi cacing
lambung menuju ke rongga badan dewasa jantan atau betina. Cacing
Microfiliraia mencari jalan menuju ke otot betina menghasilkan mikrofilaria yang
dihisap oleh toraks dan mengalami beredar dalam darah. Seekor cacing
nyamuk dari metamorfosis. Mikrofilaria telah betina secara periodik akan
darah penderita mencapai stadium infeksius dalam mengeluarkan sekitar 50.000 larva
waktu 1 sampai 2 Minggu. setiap hari

Masrizal. Penyakit filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013;7(1):32-37


Das S, Panda Jaya K, B manoranjan. Current management: filariasis. Chapter 17. The association of Physicians of India. 2017: 28-32.
Manifestasi Klinis
Akut:
Gejala penyakit filariasis pada tahap awal (fase akut) biasanya tampak setelah
3 bulan infeksi, seperti demam selama 3-4 hari yang dapat hilang dengan
sendirinya tanpa diobati, mengigil, berkeringat, nyeri kepala, mual, muntah dan
nyeri otot.
Serangan demam dialami 4-7 kali tiap tahunnya dengan kata lain demam berulang
lagi setelah 1-2 bulan, atau gejala akan timbul bila penderita filariasis melakukan
aktifitas terlalu berat. Dapat timbul benjolan dan terasa nyeri pada
lipatan-lipatan (paha dan ketiak) dengan tidak ada luka di badan. Terasa sakit dari
benjolan menuju ke arah ujung kaki atau tangan dan berwarna merah..

Kronis:
Gejala berulang selama berbulan-bulan bahkan sampai
menahun, mulai dari yang ringan sampai dengan yang
berat. Cacing filaria akan menyebabkan fibrosis dan
penyumbatan pada pembuluh limfe, sehingga akan
mengakibatkan pembengkakan pada daerah yang
bersangkutan. Tanda klinis yang biasanya ditemukan yaitu
pembengkakan pada anggota gerak terutama di kaki
(elefantiasis) dan pembengkakan skrotum. Diagnosis
dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium
dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah.
Palumbo E. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. 2008; 79: 106-109
Manisfestasi Klinis
Elefantiasis

Limfangitis

Limfadema
Diagnosis
Cara untuk mendiagnosis penyakit filariasis dapat menggunakan diagnosis klinis dan diagnosis
laboratorium.
Manifestasi akut, berupa demam tinggi Diagnosis pasti ditegakkan
(demam filarial atau elefantoid), menggigil dan
lesu, limfangitis dan limfadenitis yang dengan ditemukannya
berlangsung 3-15 hari, dan dapat terjadi mikrofilaria dalam darah tepi,
beberapa kali dalam setahun. Pada banyak
kasus, demam filarial tidak menunjukan
kiluria, eksudat, varises limfe,
microfilaremia. Limfangitis akan meluas cairan limfe, cairan hidrokel dan
kedaerah distal dari kelenjar yang terkena ditemukannya cacing dewasa
tempat cacing ini tinggal. Limfangitis dan limfa
denitis berkembang lebih sering di ekstremitas pada biopsi kelenjar limfe atau
bawah dari pada atas. Selain pada tungkai, da pada penyinaran didapatkan
pat mengenai alat kelamin, (tanda khas infeksi
W.bancrofti) dan payudara.
cacing yang sedang melakukan
kalsifikasi.
Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurang
nya fungsi saluran limfe terjadi beberapa
bulan sampai bertahun-tahun dari episode
akut. Gejala klinis bervariasi mulai dari ringan
sampai berat yang diikuti dengan perjalanan
penyakit obstruksi yang kronis. Tanda klinis
utama yaitu hydrocele,limfedema,elefantiasis
dan chyluria, meningkat sesuai bertambahnya
usia

Palumbo E. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. 2008; 79: 106-109
Ada beberapa macam diagnosis laboratorium yang bisa dilakukan, yaitu
A. Tes antigen filaria
dikembangkan untuk diagnosis infeksi W.bancrofti tetapi belum tersedia untuk filariasis Brugian. Ini dianggap sebagai "gold standar
d" oleh WHO untuk diagnosis filariasis. Tes-tes ini mendeteksi antigen yang dikeluarkan oleh cacing filaria dewasa. Selain itu
tingkat antigen tetap stabil pada siang dan malam hari, sehingga tes ini dapat dilakukan kapan saja.

B. Apusan darah tebal


Mikrofilaria dapat dideteksi dalam darah, urin atau cairan hidrokel melalui mikroskopi langsung. Pemeriksaan apusan darah untuk
mikrofilaria harus dilakukan pada semua individu yang dicurigai menderita filariasis, jika tes antigen filariasis tidak tersedia atau filari
asis disebabkan Brugian dipertimbangkan berdasarkan riwayat paparan. Waktu pengumpulan darah sangat penting dan harus dida
sarkan pada periodisitas (antara jam 10 malam hingga 2 pagi) dari mikrofilaria di daerah endemik yang terlibat.

C. USG
Dalam kasus curiga filariasis, pemeriksaan skrotum, kelenjar getah bening, atau payudara (pada wanita) dengan menggunakan
USG frekuensi tinggi dengan teknik Doppler dapat menyebabkan identifikasi cacing dewasa motil dalam limfatik dilatasi. Cacing de
wasa hidup memiliki pola gerakan kontinyu yang khas di dalam pembuluh limfatik yang digambarkan sebagai “filarial dance sign”.
Radionuklida limfoskintigrafi adalah alat yang berguna untuk menilai tingkat kerusakan limpatik pada orang mikrofilaremik yang
jelas dan subklinis.

D. Tes serologis
untuk antibodi filarial yang mendeteksi peningkatan kadar IgG dan IgG4. Mayoritas tes ini didasarkan pada campuran antigen; oleh
karena itu, mereka tidak membedakan antara berbagai jenis infeksi filaria dan sering bereaksi silang dengan antigen dari cacing
lain. Lebih jauh lagi, karena tes ini tidak dapat membedakan antara infeksi aktif dan infeksi atau paparan sebelumnya, tes ini
berguna terutama dalam mendeteksi infeksi pada pelancong dari daerah non endemik dan memiliki nilai prediktif kecil pada
penduduk jangka panjang di daerah endemik.

Palumbo E. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. 2008; 79: 106-109
Tatalaksana
Diethylcarbamazine (DEC): Dosis yang dianjurkan sebelumnya dari obat
1 ini adalah 6mg / kgBB diberikan setiap hari selama 12 hari

2 Ivermectin: dosis tunggal 200 hingga 400 µg / kg

3 Albendazole: dosis 400 mg 2x1 diberikan selama dua minggu

Palumbo E. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. 2008; 79: 106-109
Diethylcarbamazine (DEC)
Obat ini efektif melawan microfilaria dan cacing dewasa. DEC jelas
menurunkan tingkat mikrofilaria darah bahkan dalam dosis tahunan tunggal 6
mg / kgBB, dan efek ini bertahan bahkan setelah satu tahun. Dengan ultrasono
grafi ditunjukkan bahwa bahkan dosis tunggal DEC membunuh cacing dewasa
ketika mereka sensitif terhadap obat. Ketika mereka tidak sensitif bahkan dosis
berulang tidak menunjukkan efek pada parasit dewasa. Obat ini tidak bertindak
langsung padaparasit tetapi tindakan dimediasi melalui sistem kekebalan tubuh
hospes.

Efek merugikan yang dihasilkan oleh obat ini sebagian besar diamati pada pasien yan
g memiliki mikrofilaria dalam darah mereka dan karena penghancuran cepat
mikrofilaria ditandai dengan demam, sakit kepala, mialgia, sakit tenggorokan atau
batuk yang berlangsung selama 24 hingga 48 jam biasanya ringan dan hanya
membutuhkan perawatan simtomatik. Efek samping langsung yang terkait dengan
obat ini sangat jarang
Palumbo E. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. 2008; 79: 106-109
Ivermectin
ivermectin bekerja pada mikrofilaria dan mungkin memiliki peran dalam mensterilkan
cacing dewasa. Ivermectin adalah obat pilihan untuk pengobatan onchocerciasis kare
na keamanan dan kemanjurannya, jika dibandingkan dengan DEC. Ini juga
merupakan obat pilihan untuk pencegahan filariasis di negara-negara Afrika endemik
untuk Onchocerca dan Loa loa, di mana DEC tidak dapat digunakan karena kemungki
nan reaksi merugikan yang parah

Efek merugikan yang terlihat pada pasien mikrofilaraemic mirip dengan yang
dihasilkan oleh DEC tetapi lebih ringan karena pembersihan lebih lambat.

Palumbo E. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. 2008; 79: 106-109
Albendazole
Obat antihelmintik ini terbukti menghancurkan cacing filaria dewasa ketika diberikan
dalam dosis 400 mg dua kali sehari selama dua minggu. Albendazole tidak memiliki
tindakan langsung terhadap mikrofilaria dan tidak segera menurunkan jumlah
mikrofilaria. Ketika diberikan dalam dosis tunggal 400 mg dalam hubungannya
dengan DEC atau ivermectin, penghancuran mikrofilaria oleh obat-obatan ini menjadi
lebih terlihat. Albendazole dikombinasikan dengan DEC atau invermectin
direkomendasikan dalam program eliminasi filariasis global. tidak hanya mencegah
penularan filariasis di masyarakat dengan mengurangi mikrofilaria tetapi juga memiliki
manfaat tambahan membersihkan cacing usus

Frekuensi dari efek samping albendazole rendah dan sulit dibedakan dari gejala
penyakit yang mendasari (infeksi)

Palumbo E. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. 2008; 79: 106-109
Pencegahan
WHO menetapkan resolusi “The global goal of elimination of lymphatic f
ilariasis as a public health problem by the year 2020 dan Indonesia
menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu prioritas nasional
pemberantasan penyakit menular. Eliminasi filariasis globar dilakukan
melalui dua pilar kegiatan yaitu:
1) memutuskan mata rantai penularan filariasis dengan pemberian oba
t pencegahan massal (POPM) filariasis di daerah endemeis setahun
sekali selama 5 tahun berturut-turut. Obat yang dipakai yaitu DEC 6
mg/kgBB dikombinasikan dengan Albendazole 400mg
2) mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan
kasus filariasis mandiri.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menuju eliminasi filariasis 2020. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2015.
Prognosis
Prognosis penyakit ini tergantung dari jumlah cacing dewasa dan mikrofilaria dalam tubuh
penderita, potensi cacing untuk berkembang biak, kesempatan untuk infeksi ulang dan
aktivitas RES. Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien
pindah dari daerah endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian obat, serta pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama
dengan edema pada tungkai, prognosis lebih buruk.

Natadisastra, Djaenudin dan RidadAgoes. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC;
2009
Thank you

Anda mungkin juga menyukai