Anda di halaman 1dari 46

Modul semester 2

TERAPI LATIHAN
Terapi Latihan
 Adalah terapi yang meliputi kontraksi otot dan
gerakan tubuh secara keseluruhan untuk meningkatkan
fungsi individu dan melakukan aktivitas sehari-hari.

 Terapi latihan diberikan untuk tujuan yang berbeda-


beda, sesuai kebutuhan pasien.

 Beberapa tujuan terapi latihan:


 Koreksi suatu impairement
 Meningkatkan fungsi muskuloskeletal
 Memelihara kondisi
 Mencegah disfungsi
 tanpa menimbulkan trauma
 faktor yang harus dipertimbangkan pada program
latihan:
 Jenis latihan
 Tujuan latihan
 Petunjuk latihan (frek, durasi, jenis dan jumlah resistensi,
alat yg digunakan, pemilihan waktu dll)
 Problem umum lainnya ( masalah medis, pain,
kontraindikasi, biaya, dll)
 Mudah dan menyenangkan  meningkatkan kepatuhan
 Tidak merubah pola hidup pasien secara drastis.
The Factors to be considered in
prescribing therapeutic exercise
• Mobility exc, Strengthening exc, Cardiopulmonary
Type of exercise endurance exc., Motor coordination and slill exc.,
Speed training, Relaxation exc

• e.g. to increase ROM, strength, endurance,


Objectives of coordination, to promote relaxation
exercise
• e.g. frequency, duration, repetition, type & amount
Details of exercise resistance, sequence of progression, exc. equipment,
instruction preffered time of day for exc., environment, and
warm-up – cool-down periods.

• e.g. time of schedule, pain, medical problems,


Other general general contraindication, cost, motivation.
problems
Efek sistemik
 Meningkatkan aliran darah ke otot  mencukupi peningkatan
kebutuhan O2
 Meningkatkan denyut jantung
 Meningkatkan tekanan arterial
 Meningkatkan cardiac output
 Meningkatkan sekresi glukagon
 Meningkatkan hormon katekolamin dan hormon lainnya
Distribution of cardiac output at rest and during exercise
Type of Exercise
• ROM or flexibility exc.; Passive stretching
Mobility exc. • Active inhibition ; Joint mobilization & manipulation

• Manual strengthening exc


Strengthening exc. • Mechanical strengthening exc (Isometric, isotonic &
isokinetik strengthening exc.)

Cardiopulmonary • Aerobic endurance exc.


endurance exc. • Anaerobic endurance exc.

• Frenkel exc. ;
Motor coordination • Traditional approaches for improving motor control &
& skill exc. coordination (PNF, Brunnstrom, Bobath, Rood)
• Contamporary spproaches

Speed Training

• Physiologic relaxation strategies ; Cognitive relaxation


Relaxation exc strategies ; Nontraditional “psychophisical” techniques
I. MOBILITY EXERCISE
 Untuk memelihara atau mengembalikan mobilitas jaringan lunak dan
sendi.
 Dapat dilakukan :
 pasif
 Aktif assistif
 Aktif
 Precaution jika mengganggu penyembuhan (m/ fraktur akut) atau
kondisi kardiovaskular yang tidak stabil.
 Jenisnya:
a) ROM atau flexibility exercises
b) Stretching
c) Active inhibition
d) Joint mobilization and manipulation
a. Latihan ROM atau fleksibilitas

Tujuan :

 Mempertahankan ROM yang sudah ada

 Mencegah kekakuan dan kontraktur

Prinsip :

 Tanpa tahanan
 Diulangi 3-5 kali, dilakukan 1-2 kali sehari, sedikitnya 3x
perminggu
 Memelihara mobilitas sepanjang range yang memungkinkan.
 latihan dilakukan perlahan dengan progress bertahap untuk
menghindari nyeri dan injury.
 Latihan fleksibilitas yang dilakukan dengan kekuatan yang
minimal disebut juga limbering exercises, dengan
mengeliminasi gravitasi melalui positioning.
 Alat-alat yang sering digunakan pada ROM exercise :
tongkat, finger ladder, shoulder wheel, overhead pulley,
suspension,skate or powder board, cpm’s machine
b. Stretching
 Suatu gerakan untuk memanjangkan struktur yang secara
patologis memendek dengan meningkatkan ROM sesuai
bidang anatomis.
 Sebelum stretching, dapat dilakukan;
relaksasi umum, pendinginan, pemanasan, massage, joint
traction

Precaution:
s.osteoporosis, prolonged immobilisasi, malignansi tulang,
excessive pain, total joint replacement
Kontra indikasi
 Halangan tulang yang mengurangi gerak sendi
 Ada fraktur baru dan penyatuan tulang belum lengkap
 Adanya proses inflamasi akut atau infeksi atau proses
penyembuhan luka
 Adanya nyeri tajam saat stretching
 Adanya hematome atau tanda trauma jaringan
 Adanya hipermobility
 Pemendekan jaringan yang diperlukan dalam kestabilan
gerak sendi
 Pemendekan jaringan pada penderita kelemahan untuk
fungsi tertentu
II. STRENGTHENING EXERCISES

 Meningkatkan kekuatan otot dengan aktifasi volunter


Juga dapat meningkatkan endurans pada otot tsb.

Strength training (strengthening exercise)


is defined as a systematic procedure of a muscle or
muscle group lifting, lowering, or controlling heavy
loads (resistance) for a relatively low number of
repetitions or over a short period of time.
 Strengthening exercises are based on The
Hellebrandt’s “overload” principles

Increase in strength occurs only in the load that is


greater than what the tissue is accustomed is
applied to the point of fatigue
 Kontraindikasi
isotonic strengthening  inflamasi pada otot dan sendi
serta nyeri.
Untuk latihan isometric  lakukan dengan hati-hati
 Precaution :

- pasien dengan gangguan kardiovaskular


- setelah operasi abdomen atau adanya hernia
abdominalis,
- kelainan yang mudah terjadi fatig ( multiple sclerosis,
CV disease, pulmonary diseases)
- osteoporosis
- inflamasi akut
Jenis latihan penguatan
 Isometric :
kontraksi otot tanpa ppergerakan sendi serta tanpa
perubahan panjang otot.
 Isotonic :
pemendekan dan pemanjangan otot saat kontraksi
dengan beban yang konstan tetapi dengan kecepatan
yang tidak dikontrol
 Isokinetic
Latihan isokinetik dengan kecepatan yang tetap
Isometric strengthening
 Digunakan ketika pergerakan sendi menjadi kontraindikasi latihan
 Hati2 pada pasien dgn gangguan kardivaskular (meningkatkan TD
 dpt terjadi aritmia ventrikular)
 Jenis :
- Brief max isometric exc (Hettinger-Muller) : single
isometric contraction againts fixed resistance, held 5-6 sec,
1x/hr, 5-6x/mgg  inefektif
- Brief repetitive (liberson-Asa)
repetisi 5-10x dengan maksimum kontraksi, masing2 6-15 detik,
5x/mgg
- rules of ten : 10 sets dari 10x repetisi masing2 10detik
setiap 10 derajat ROM
Isotonic strengthening
 De lorme’s technique
Tentukan 10 RM (repetition max)
I – 10 rep pada 50% dari 10 RM
II – 10 rep pada 75% dari 10 RM
terakhir 10 rep pada full 10 RM, setiap sesi
setiap minggu ditentukan 10 RM baru
 Zinovieff’s oxford technique  kebalikan dari de
lorme (untuk menghilangkan kelelahan otot tidak
efektif)
Knight technique
menentukan initial ‘working weight’ (ideal 5-7 RM)
set 1- 10 kali rep pada 50% initial
set 2 – 6 kali rep pada 75% initial
set 3 – repetisi semampunya pada full initial RM
set 4 – menurunkan atau meningkatkan beban sehingga dapat
menentukan repetition maximum kembali.
Set 4 digunakn untuk memulai latihan pada hari
berikutnya,

Circuit weight training  tidak ada ketentuan, memungkinkan


partisipan untuk berlatih dengan beban ringan sampai lanjut
dengan tberbagai variasi latihan dan diselingi periode 1 menit
istirahat
isokinetik
 Untuk meningkatkan kekuatan lebih efektif
digunakan latihan isokinetik dengan kecepatan
rendah.
 Biasanya dilakuan 5-7 repetisi dalam 3 set latihan
 Alat: Cybex, Biodes, Upper body exerciser
Definisi endurance :
Kemampuan melakukan latihan atau aktivitas
untuk periode waktu yang panjang
Merupakan latihan dengan low intensity dan high repetition serta
melibatkan sebanyak mungkin otot untuk meningkatkan kebugaran
kardiopulmonar.
Efek jangka panjang :
- menurunkan HR dan TD serta konsumsi oksigen otot jantung, pada
keadaan istirahat dan submaximal exercise.
- menurunkan waktu pemulihan setelah latihan.
Dilakukan sampai mencapai kelelahan (point of fatigue)
Jenis :
- Anaerobic exercises
- Aerobic exercises
 Anaerobic exercises :
terjadi pada 1-2 menit pertama dari latihan
yaitu latihan dengan high resistance dan short duration pada 80%
maximum exertion capacity

 Aerobic exercises
meliputi latihan penguatan dan endurans kardiopulmoner
melibatkan banyak otot untuk meningkatkan konsumsi oksigen secara
bertahap
lebih dianjurkan latihan low impact seperti berenang, bersepeda, jalan
cepat, low impact aerobic, mendayung, hiking.
dihindari jenis: contact sport m/ basket, sepakbola, melibatkan rotasi trunk
m/ golf, tenis, atau high impact m/ lari, loncat, skipping.
setiap sesi harus terdiri dari: pemanasan (5-10’), latihan inti (20-30’) dan
pendinginan (10’)
Dapat digunakan untuk mengontrol berat badan.
Selama latihan harus dimonitor
HR dan
RPP (rate pressure product)= HR x sistolic BP
I. MOTOR COORDINATION and SKILL EXERCISES

meningkatkan kemampuan seseorang untuk


meregulasi otot secara simultan atau melaksanakan
activitas yag sederhana maupun kompleks secara
berurutan.

24
Prinsip umum

 Repetisi konstan dari beberapa aktivitas motorik.


 Penggunaan sensori (taktil, visual, propriosepsi) untuk
membantu fungsi motorik.
 Meningkatkan kecepatan saat aktivitas.

25
Frenkel exercise

seri latihan yang dipergunakan untuk


meningkatkan kontrol propriosepsi dari extremitas
bawah.
Dimulai dengan gerakan yang sederhana tanpa
tahanan gravitasi kemudian dilanjutkan dengan
gerakan yang lebih kompleks.
Berguna untuk latihan koordinasi pada disfungsi
propriosepsi atau cerebelar.

26
V. SPEED TRAINING
 Latihan yang penting untuk atlet dan dipercaya
dapat mempengaruhi mekanisme control nervous
system
 Tehnik latihan termasuk:
gerakan yang semakin cepat
pemberian beban sesaat sebelum kontraksi
isotonic training dengan beban ringan
high resistance, high speed
VI. LATIHAN RELAKSASI
 Dilakukan aktif secara mental dan fisik untuk
menginduksi ‘relaxation respon’ pada aktivitas
saraf simpatik, kardiovaskular dan pulmonar
 Berguna untuk mengurangi nyeri akut maupun
kronik serta mengurangi kardiopulmonary stress
 Dapat dilakukan sesi tersendiri ataupun bersama
dengan sesi lain (pemanasan dan pendinginan)
a. Teknik relaksasi fisiologis
 Controlled-breathing relaxation
gerakan nafas perlahan untuk menstimulasi aktivitas
parasimpatik dan menghambat aktifitas simpatik
gerakan pernafasan diafragma

 Progressive muscle relaxation


fokus pada relaksasi setelah sejumlah otor kontraksi
b. Cognitive relaxation strategies

1. Dissosiative visualization
Melakukan relaksasi dengan pemberian informasi
sensorik (lagu, warna) dalam imaginasi
2. Autogenic relaxation
Self hypnosis dengan 6 standar formula
3 Other technique :audio-videotape, guided imaginary,
hypnosis dll

C. alternative psycophysical technique : Taichi, Yoga


FRENKEL’S
EXERCISE

31
Berbaring
Upper limb Lower limb
 Setengah berbaring –  Setengah berbaring –
abd & add shoulder, abd & add hip
 Setengah berbaring –  Berbaring miring – flx &

flx & ext wrist, ulnar & ext hip


rad deviasi,  Berbaring miring – flx &
 Berbaring miring – flx & ext knee
ext elbow,  Setengah berbaring –
 Berbaring miring – flx & flx & ext hip & knee
ext shoulder.
Duduk
Lower limb Upper limb
 Flx & ext knee  Sup & pron, flex & ext, membuka &

 Abd & add hip


menutup kepalan, finger tip
 Meraih tangan terapis yg diletakkan
 Menarik kaki & menempatkan pd
titik / nomer yg ditentukan diudara
 Memisahkan blok dgn warna yg
 Kaki menggantung dan diletakkan
pd tanda sama
 Menyusun objek dgn balok
 Kaki menyentuh tangan pemeriksa
yg tergantung  Memindahkan bola dari 1 tangan ke

 Berdiri & duduk lagi


tangan yg lain
 Gerakan mendorong & memukul
 Spt duduk pd toilet training
 Flex elbow & menyentuh shoulder
 Berjalan dgn bokong
dgn telapak tangan
 Duduk tanpa support upper limb.
 Menyisir rambut, menggambar,
mengikat tali sepatu dan ADL.
Gerakan lower limb saat duduk
Berdiri
 Yang pertama dilatih adl
berdiri dgn support.
 Latihan berjalan dgn
bantuan paralel bar.
 Pd awalnya berjalan dgn
wide base kmdn berubah
ke narrow base
 Dapat digunakan
bantuan frenkle’s mat.
Pivot turning
 Putaran dilakukan
terhadap bagian yang
lemah.
 Bag yg lemah tetap pd
1 point dan rotasi dgn
axis tetap.
 Kaki yg lain diangkat
dan diletakkan pada
area yg ditentukan
Faktor-faktor yang harus diperhatikan:
 Digunakan untuk latihan koordinasi  bukan
strengthening.
 Perintah diberikan dengan suara datar, pelan dan
monoton.
 Kemampuan pasien untuk menginterpretasikan deep
musle dan joint stability di cek dengan melakukan
latihan dengan menutup mata.
 Kekurangan dari metode ini adalah jika interpretasi
deep sensation secara visual maka pasien merasa tidak
berdaya saat berada di tempat gelap  tanya
penerangan di rumah.
 Hindari kelelahan
37
Dibagi dalam 4 divisi:
 Berbaring

 Duduk

 Berdiri

 Berjalan

Setiap gerakan di ulang pelan-pelan 3-4x,


minimal 2x/hari

38
Latihan dengan Berbaring
 Berbaring pada dipan dengan alas halus
 Kaki dapat bergerak bebas
 Kepala sedikit diangkat  mata melihat gerakan

39
Latihan dengan Berbaring….

1. Flexi & extensi sendi lutut dan hip, heel sliding.


Kembali ke posisi awal.
2. Abd & add dengan lutut ditekuk. Heel sliding
atau flexi lutut dan hip, abd tungkai, add
tungkai dan kembali ke posisi awal.
3. Flexi & extensi tiap tungkai pada lutut dan hip
dengan tumit diangkat dari dipan.

40
Latihan dengan Berbaring….

4. Flexi & ext dengan heel sliding pada dipan.


Flexikan lutut separuh dan kembali ke posisi awal.
5. Flexi lutut, tumit diletakkan pada lutut kontralateral
kemudian menyusuri tibia sampai pada ankle dan
kembali ke lutut.
6. Flexi & ext kedua tungkai bersamaan, lutut dan
tumit saling bersentuhan.
7. Flexi 1 tungkai dan ext tungkai yang lain.

41
Latihan dengan Duduk
1. Pasien mempertahankan posisi duduk yang
benar selama beberapa menit.
2. Catat waktunya, naikkan tumit saja, kemudian
dilanjutkan dengan mengankat seluruh tungkai
dan menaruh tungkai secara perlahan dilantai
pada posisi yang sama.
3. Buat 2 tanda + dilantai dengan kapur.
Gerakkan kaki diatas tanda, ke depan,
belakang, kanan, kiri.

42
Latihan dengan Duduk….
4. Pasien diajari untuk bangkit dari kursi dan
duduk lagi. Menurut hitungan. Hitungan
pertama, pasien menarik lututnya dari kursi;
pada hitungan dua, mencondongkan badan ke
depan; pada hitungan ketiga berdiri,
meluruskan hip dan lutut. Pasien kemudian
duduk kembali.
5. Gambar kaki dilantai dan minta pasien untuk
meletakkan kakinya pada gambar.

43
Latihan dengan Berdiri
1. Berjalan menyamping  lebih seimbang
karena tidak perlu mengangkat jari kaki dari
lantai.
2. Berjalan diantar 2 garis sejajar, 10 langkah
kemudian istirahat. Jarak antara kedua kaki
tidak lebih 6 inci.
3. Berjalan, tempatkan kaki dengan mengikuti
garis pada lantai mendekati posisi add, pola
jalan lurus. Latih ¼ langkah, ½ langkah, ¾
langkah, langkah penuh.
44
Latihan dengan Berdiri….
4. Berputar. Gambar lingkaran dilantai. Berputar
3 gerakan; e.g berputar ke kanan:
(a) pasien berputar pada tumit kanan, (b)
mengangkat tumit kiri dan berputar
dengan tumpuan jari kaki kiri,
(c) meletakkan kaki kiri di depan kaki
kanan.
Hal ini dapat dilakukan 4x, berputar penuh,
kemudian dilanjutkan ke kiri.

45
Latihan dengan Berdiri….
5. Berjalan naik turun tangga. Langkah
perlangkah, e.g pasien menaikkan kanan dan
meletakkan kaki kiri disebelahnya; kemudian
menaikkan kaki kiri dan meletakkan kaki kanan
disebelahnya.
Pasien dapat berpegangan pada susuran
tangga saat berlatih naik tangga seperti
orang normal.

46

Anda mungkin juga menyukai