Anda di halaman 1dari 46

Oleh

Istifadatul Ilmiya
Dini Ria O.
Hening Ryan
Zaida Mauludiyah
Firda Kalzum Kiah
Anggie Diniayuningrum
2
3
1

4
AKI di Indonesia MMR untuk Nusa Data resmi untuk
dalam 20 tahun Tenggara Timur tahun 2010
terakhir, menurun (NTT) tetap lebih menunjukkan, di
dari 390 th 1991, tinggi dari rata-rata Indonesia (82%)
menjadi 228 th nasional, dengan dan provinsi NTT
2007, dan 220 th 271/100.000 (76%), kelahiran
2010. (MDG 2015 kelahiran hidup dibantu oleh dukun
AKI 102/100.000 tahun 2010, dan terampil
kelahiran hidup) Timor Tengah
Selatan (TTS)
sangat tinggi
dengan MMR 596
pada tahun 2010
5
• Menjabarkan faktor hambatan dalam
mengakses perawatan kegawatdaruratan
Thaddeus maternal, yaitu:
dan Maine • Keputusan untuk mencari perawatan,
(1994)
• Kedatangan di fasilitas kesehatan; dan
• Penyediaan perawatan yang memadai.

• Menjelaskan terdapat empat kategori:


Gabrysch & • Faktor sosial-budaya;
Campbell • Manfaat/kebutuhan yang dirasakan;
(2009) • Faktor ekonomi; dan
• Geografis. 6
Menggambarkan keterbatasan atau
hambatan dalam mengakses perawatan
ibu pada saat keadaan darurat pada
kasus kematian ibu di kecamatan
pedesaan di NTT

Menggambarkan keadaan kematian ibu melalui


metodologi etnografi di mana keluarga menjelaskan
perilaku mencari kesehatan dan persepsi mereka
tentang penyebab komplikasi kelahiran, serta akses
mereka ke perawatan kesehatan selama kehamilan
dan kegawatdaruratan maternal.

7
Metode penelitian : studi etnografi
Design penelitian : kualitatif
Instrumen : wawancara terbuka
Lokasi penelitian : NTT

Responden :
- Keluarga yang terdapat kejadian kematian ibu (Terdapat
11 keluarga yang bersedia) terdiri atas suami, ibu, ibu
mertua, saudara laki-laki, saudara perempuan, dan
kerabat dari suami ibu yang meninggal. Selain itu,
wawancara juga dilakukan bersama dukun beranak.
- Para pemimpin desa dan perangkat desa juga
diwawancarai tentang struktur dan infrastruktur
organisasi desa dan proses pelaporan kematian di desa.
Peneliti melibatkan petugas gereja untuk membantu
melakukan pendekatan dan menyampaikan pesan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
8
9
RESULT
IDENTIFIKASI MASALAH

10
Sulitnya akses terhadap layanan kesehatan karena
faktor geografis dan ketersiadaan transportasi

Hanya sedikit yang memiliki Jamkesmas

Adanya tubulin

Ada masyarakat yang merasa “malu” datang ke


faskes

Revolusi KIA (ibu yang akan bersalin diberikan


tempat tinggal dekat dengan faskes) 11
Akses terhadap layanan kesehatan.

Kemiskinan.

Kebiasaan Ritual Tradisi.

Disfungsi sistem kesehatan.

Fatalisme

12
Keterlambatan
Keterlambatan dalam mencari Keterlambatan dalam menerima
perawatan perawatan setelah keputusan
keterlambatan dalam mengenali untuk mencari perawatan dicapai
kebutuhan perawatan darurat (mis. keterlambatan dalam
Keparahan perdarahan atau infeksi menyampaikan permintaan
yang tidak dikenali); perawatan (mis. Tidak ada telepon
keterlambatan memutuskan untuk dan perjalanan ke bidan);
mencari perawatan (mis. stigma keterlambatan bantuan datang
yang terkait dengan kehamilan (mis. bidan atau ambulans tidak
yang sebelum menikah). tersedia). 13
Kehamilan di luar nikah Disfungsi Sistem Kesehatan
 Adanya upaya perlindungan bagi  Terjadinya kematian akibat salah
perempuan yang hamil di luar nikah dari diagnosis pada kehamilan kembar
pemimpin desa, bidan dan dokter yang  Penyebab kematian akibat perdarahan
ada disana agar ibu hamil mendapatkan dan infeksi.
perawatan yang seharusnya.
 Untuk penanggulangan infeksi maka
 Perempuan yang hamil di luar nikah
diberikan antibiotik pada seluruh ibu yang
berisiko tinggi diabaikan oleh keluarga
telah melahirkan di rumah.
mereka dan menjadi bahan pembicaraan
yang berkembang di lingkungan tempat  Promosi kesehatan mengenai sabun dan
tinggal sehingga berisiko dengan cuci tangan sebelum membantu wanita
menyembunyikan kehamilan mereka. melahirkan juga dapat membantu.

14
Fatalisme
 Kepasrahan atas apa yang terjadi,
menganggap bahwa semua yang terjadi
adalah kehendak Tuhan dan mereka tidak
memiliki kendali atas apa yang terjadi.
 Motivasi dari pemimpin desa dan pemuka
agama sangat diperlukan kepada
masyarakatnya
 mendiskusikan kehendak Tuhan dengan
cara mengambil inisiatif juga merupakan
ketetapan hati Tuhan.

15
Keterlambatan dalam penanganan ibu
hamil dan bersalin dapat berakibat fatal
yaitu pada kematian.
Keterlambatan yang dialami disebabkan
oleh faktor sosial dan geografis.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dengan
mengatasi beberapa faktor yaitu sebagai
berikut:
 peningkatan kesadaran akan
kesetaraan akses ke perawatan
kesehatan ibu,
 kesiapsiagaan desa untuk tanggap
darurat,
 peningkatan akses ke telekomunikasi 16

dan akses geografis.


2

17
Pasal 12 Pasal 15
• Pasal 12, Pelayanan Kesehatan Masa Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi
Hamil bertujuan untuk memenuhi hak baru lahir paling sedikit 3 (tiga) kali selama
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan masa nifas dengan periode
kesehatan yang berkualitas sehingga • 1 (Satu) kali pada periode 6 (enam) jam
mampu menjalani kehamilan dengan sampai dengan 3 (tiga) hari
sehat, bersalin dengan selamat, dan pascapersalinan
melahirkan bayi yang sehat dan
berkualitas. • 1 (Satu) kali pada periode 4 (empat) hari
sampai dengan 28 (dua puluh delapan)
• Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
hari pascapersalinan
dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat)
kali selama masa kehamilan • 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua puluh
sembilan) hari sampai dengan 42 (empat
puluh dua) hari pascapersalinan
Pasal 40 Pasal 45
• Pasal 40, Setiap fasilitas pelayanan • Pasal 45, Pemerintah dan pemerintah
kesehatan wajib memberikan Pelayanan daerah menjamin ketersediaan,
Kesehatan masa sebelum hamil, masa pemerataan, dan keterjangkauan obat
hamil, persalinan, dan masa sesudah dan perbekalan kesehatan dalam
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan
seksual sesuai dengan standar
• Pasal 42, Sumber daya manusia dalam
pelayanan kesehatan harus tenaga
kesehatan
 Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
 Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan
 Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga
Kesehatan
 Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
 Penyehatan Lingkungan
 Aksesibilitas Serta Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
 Kesetaraan Gender.
 Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa
22
Salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia

Didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,


Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera

Menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian


direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015

Sasaran : meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui


upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan 23

perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan


Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
bertujuan untuk:
• meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap
pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif
dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar;
• mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota;
melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan;
• mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan
Kesehatan Nasional; dan
• mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam
rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. 24
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4
(empat) area prioritas yang meliputi:
• penurunan angka kematian ibu dan bayi;
• penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
• penanggulangan penyakit menular; dan
• penanggulangan penyakit tidak menular.

25
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah
keluarga sebagai berikut:
1. Keluarga mengikuti program keluarga 7. Penderita hipertensi melakukan
berencana (KB); pengobatan secara teratur;
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan
kesehatan; pengobatan dan tidak ditelantarkan;
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap; 9. Anggota keluarga tidak ada yang
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) merokok;
eksklusif; 10. Keluarga sudah menjadi anggota
5. Balita mendapatkan pemantauan jaminan kesehatan nasional (JKN);
pertumbuhan; 11. Keluarga mempunyai akses sarana air
6. Penderita tuberkulosis paru bersih; dan
mendapatkan pengobatan sesuai 12. Keluarga mempunyai akses atau
26
standar; menggunakan jamban sehat
• Pasal 5 ayat (1), Penyelenggaraan • Pasal 5 ayat (2), Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga Pendekatan Keluarga
dilaksanakan oleh Puskesmas. sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan untuk
memperkuat fungsi Puskesmas
dalam penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) di tingkat pertama di wilayah
kerjanya.

27
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di
tingkat Puskesmas dilakukan melalui kegiatan:
• melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;
• membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas;
• menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan
menyusun rencana Puskesmas;
• melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif;
• melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung)
melalui pendekatan siklus hidup; dan
• melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas.
28
 Peningkatan kualitas pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan;
 Pembangunan kesehatan;
 Pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pengembangan pariwisata;
 Pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi;
 Percepatan pembangunan infrastruktur berbasis tata ruang dan
lingkungan hidup;
 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
 Pembangunan perikanan dan kelautan.
 Penanggulangan kemiskinan, bencana dan pembangunan kawasan
perbatasan.
 Terwujudnya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
melahirkan dan bayi di seluruh wilayah Kabupaten/Kota se-Provinsi Nusa
Tenggara Timur;
 Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam;
 Tersedianya pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang terjangkau, bermutu dan
aman;
 Tertanganinya semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan
siap 24 jam;
 Tertanganinya kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi secara tepat waktu,
tepat sasaran dan tepat penanganan;
 Tersedianya tempat, tenaga dan peralatan, obat dan bahan yang cukup di
fasilitas pelayanan persalinan yang memadai;
 Terwujudnya perubahan perilaku masyarakat dan tenaga kesehatan terhadap
pola pencarian pengobatan dan pertolongan persalinan dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang profesional;
 Tercapainya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Penanganan permasalahan jurnal menurut
jurnal dan peraturan yang ada di Indonesia
31
No Permasalahan Pemecahan masalah dalam Manajemen/Peraturan
Jurnal Jurnal Pemerintah
1 Keterlambatan  Meningkatkan akses 1. Meningkatnya Akses dan
dalam mengenali, pelayanan kesehatan yang Mutu Fasilitas Pelayanan
mencari dan yang mempertimbangkan Kesehatan, dengan sasaran
menerima sosial dan geografis. yang akan dicapai dengan
perawatan Mengatasi dengan setiap kecamatan memiliki
kebidanan darurat mengisolasi ibu tidak akan minimal 1 Puskesmas yang
dasar dan tidak menyelesaikan masalah, terakreditasi dan
memiliki kartu tetapi diperlukan kerangka Puskesmas minimal
jaminan kesehatan kerja analitis yang memiliki 5 jenis tenaga
kompleks. sebagian besar kesehatan
ibu dan keluarga tetap 2. Diberlakukannya Sistem
mendukung untuk Jaminan Sosial Nasional
melakukan perawatan (SJSN). Menurut peta jalan
antenatal dan mencari menuju Jaminan Kesehatan
bantuan bidan/klinik jika Nasional ditargetkan pada
terjadi keadaan darurat. tahun 2019 semua
 Keluarga berhak penduduk Indonesia telah
mendapatkan bantuan tercakup dalam JKN.
kesejahteraan sosial dalam 32

bentuk kartu perawatan


kesehatan
No Permasalahan Pemecahan masalah dalam Manajemen/Peraturan
Jurnal Jurnal Pemerintah
2 Kehamilan di luar  Para pemimpin desa, bidan 1. Petugas kesehatan wajib
nikah cenderung dan dokter harus memberika pelayanan
menyembunyikan melindungi perempuan kesehatan ibu hamil minimal
kehamilannya dan yang hamil di luar nikah 4 kali pelayanan.
tidak melakukan karena berisiko tinggi 2. Kesetaraan gender dengan
pemeriksaan diabaikan oleh keluarga dan peningkatan dari beberapa
antenatal menjadi bahan indikator IPG yaitu
pembicaraan di lingkungan kesehatan, pendidikan, dan
tempat tinggal sehingga kelayakan hidup
berisiko dengan 3. Memberdayakan keluarga,
menyembunyikan yakni menggugah
kehamilan partisipasi segenap
keluarga (sebagai kelompok
masyarakat terkecil) untuk
berperilaku hidup sehat,
mencegah jangan sampai
sakit, bahkan meningkatkan
derajat kesehatannya
33
No Permasalahan Pemecahan masalah dalam Manajemen/Peraturan
Jurnal Jurnal Pemerintah
3 Disfungsi sistem 1. petugas kesehatan perlu 1. Pemerataan Bidan sudah
kesehatan dilatih dalam manajemen relatif tersebar ke seluruh
perdarahan antenatal, wilayah Indonesia, namun
intrapartum dan kompetensi masih belum
postpartum. memadai.
2. Untuk mencegah terjadinya 2. Penetapan standar
kematian setelah pelayanan ibu nifas sebanyak
3 kali untuk menhindari dan
persalinan akibat sepsis,
deteksi dini terjadinya
bidan diharapkan
komplikasi
memberikan antibiotic pada
3. Pengembangan desa yang
semua wanita yang melaksanakan Sanitasi Total
melahirkan di rumah baik Berbasis Masyarakat (STBM)
secara oral maupun sebagai upaya peningkatan
intravena. penyehatan lingkungan dan
3. Promosi kesehatan meningkatkan sanitasi air
mengenai sabun dan cuci layak.
tangan sebelum membantu 4. Pemerataan obat dengan
wanita melahirkan menggunakan logistic online
34
untuk daerah-daerah yang
terpencil.
No Permasalahan Pemecahan masalah Manajemen/Peraturan Pemerintah
Jurnal dalam Jurnal
4 Hambatan Skema mobilisasi desa 1. Secara kuantitas jumlah Puskesmas PONED dan RS
PONEK meningkat namun belum diiringi dengan
geografis dan seperti transportasi, peningkatan kualitas pelayanan.
daerah menghemat uang dan 2. Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa sehingga
terpencilan membantu ibu untuk desa mendapat dana untuk peningkatan PHBS dan
pergi ke layanan dan pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM).
kesehatan. 3. Memberdayakan masyarakat, yakni
mengorganisasikan gerakan atau peran serta
masyarakat untuk pembangunan kesehatan, yang
berupa berbagai bentuk UKBM seperti Posyandu,
Posbindu Penyakit Tidak Menular, UKS, Saka Bhakti
Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren), dan lain-lain.
4. Puskesmas pembantu yang memberikan pelayanan
kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam
wilayah kerja Puskesmas.
5. Puskesmas keliling yang memberikan pelayanan
kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum
terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.
6. Bidan desa yang ditempatkan dan bertempat tinggal
pada satu desa dalam wilayah kerja Puskesmas
35
No Permasalahan Pemecahan masalah Manajemen/Peraturan Pemerintah
Jurnal dalam Jurnal
5 Fatalisme Kepala desa dan bidan 1. SDM Kesehatan yang ditingkatkan
perlu memiliki kompetensinya sebanyak 56,910 orang.
keterampilan untuk 2. Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa
bekerja dengan sehingga desa mendapat dana untuk
masyarakat untuk peningkatan PHBS dan dan
mengatasi masalah pengembangan Upaya Kesehatan
yang mungkin Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
mempengaruhi banyak 3. Mengupayakan agar pembangunan semua
keluarga sektor berwawasan kesehatan.
Pembangunan di sektor lain harus
memperhitungkan kesehatan, yakni
mendukung atau minimal tidak merugikan
kesehatan. Wujud kegiatannya adalah
dengan mengembangkan konsep institusi
sehat seperti sekolah sehat, pesantren
sehat, masjid sehat, pasar sehat, warung
sehat, kantor sehat, dan lain-lain

36
3

37
• Keterpencilan suatu daerah mengakibatakan
keterbelakangan, terbelakang
mendapatkan informasi, terbelakang
mendapatkan akses kesehatan,
keterbelakangan dari fasilitas yang
seharusnya disediakan oleh negara.
1 Hal tersebut terlihat jarak rumah tempat
kematian ibu terjadi adalah antara 5 dan 15 km
Keterpencilan dari klinik kesehatan dan sekitar 35 km dari
perawatan kegawatdaruratan ibu.

• Besarnya dana desa yang diberikan


oleh Negara kepada desa
seharusnya dapat digunakan untuk
membantu mengatasi masalah
geografis sehingga tidak terjadi kematian
ibu dan bayi, seperti memperbaiki dan
memfungsikan kembali rumah tunggu 38
sebagaimana mestinya
2
Kemiskinan

Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,


pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan

Kemiskinan merupakan masalah global

Pada bidang pendidikan dapat ditemukan angka buta huruf yang


sangat tinggi dan kemauan masyarakat untuk bersekolah juga rendah.

Pada bidang kesehatan, malnutrisi diidentifikasi sebagai masalah umum 39


dan proporsi yang tinggi dari penduduk desa yang diklasifikasikan hidup
dalam kemiskinan.
3
Tradisi

Tradisi atau kebiasaan


merupakan sesuatu yang sudah
1 dilaksanakan sejak lama dan
terus menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok
2 Tradisi harus dikaji ulang
keberadaanya, apabila ada yang
salah harus segera diluruskan.
masyarakat.

3 Di NTT, mempunyai tradisi


melahirkan dirumah bundar dan
ditolong oleh dukun.
4 Adat istiadat dan budaya tidak
mudah untuk di rubah apalagi
dihilangkan

Hal ini menjadi tantangan bagi Adanya Revolusi KIA yang


tenaga kesehatan untuk dapat diatur dalam Pergub tersebut

5 mengarahkan masyarakat agar


kebiasaan tersebut tidak
membahayakan kesehatan dan
6 diharapkan menjamin kesehatan
dan keselamatan ibu dan bayi,
sehingga dapat menurunkan
40

nyawa ibu serta bayi. angka kematian ibu dan bayi.


4
Pandangan masyarakat ttg kehamilan
diluar nikah

Wanita hamil diluar pernikahan tidak mendapatkan perhatian/


diabaikan oleh keluarganya sendiri

Stigma buruk tentang kehamilan diluar nikah telah menyebabkan


kematian dua orang wanita karena menyembunyikan kehamilannya
dan tidak melakukan pemeriksaan antenatal

Hal ini menunjukkan bahwa peran serta tenaga kesehatan, tokoh


masyarakat dan tokoh agama sangat penting dalam memberikan
pengetahuan dan pemahaman terkait gender kepada masyarakat
41
tentang pandangan-pandangan yang ada di masyarakat yang
terkadang dapat berdampak pada kesehatan dan kematian ibu dan
bayi.
5
Disfungsi Sistem Kesehatan

• Disfungsi sistem kesehatan menunjukkan


1
lemahnya sebuah pelayanan kesehatan.

• Ada beberapa contoh sistem kesehatan yang


disfungsional untuk para wanita ini. Dalam
kasus-kasus ini para wanita sehat dan
2 menjalani pemeriksaan rutin kehamilan. Untuk
satu wanita, kembar tidak teridentifikasi pada
periode antenatal dan hanya ditemukan oleh
keluarga selama kelahiran. 42
6
Fatalisme

Fatalisme adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib.

Rasa fatalisme dapat menurunkan motivasi individu yang merasa bahwa mereka memiliki
sedikit kendali atas masa depan mereka.

Fatalisme adalah cara normal untuk menghilangkan kesedihan dan rasa bersalah tentang apa
yang mungkin berbeda, tidak membantu ketika mempertimbangkan, memotivasi desa untuk
mempersiapkan dan bertindak untuk mencegah kematian ibu dan bayi.

Kepala desa, bidan, tokoh masyarakat dan tokoh agama memiliki peran yang penting dalam
pendampingan dan memberi pengetahuan serta pemahaman, serta motivasi penduduk desa.

43
Skema mobilisasi desa seperti transportasi, menghemat uang dan membantu perempuan
untuk pergi ke layanan kesehatan dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayi
Pemerataan tenaga kesehatan, terutama bidan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu
caranya yaitu mencetak tenaga yang kompeten dan berkomitmen. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemberian beasiswa pada putra daerah untuk sekolah bidan, dan
ketika lulus langsung mengabdi atau kembali ke daerah asal.

Memutus mata rantai pencarian dukun yang berasal dari pertolongan persalinan.

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam segala bidang, salah satunya


kesehatan.

Melibatkan tokoh masyarakat dan pemuka agama dalam pelaksanaanya.

44
Meningkatkan pendidikan masyarakat, dengan membangun sekolah, menambah
tenaga guru/ pengajar, dan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya angka buta huruf pada kasus tersebut.
Membangun infrastruktur terutama pembangunan jalan,
sarana telekomunikasi dan pembangunan klinik pratama
didaerah tersebut.

Mengaktifkan dan memfungsikan rumah tunggu agar keadaan


geografis tidak lagi mejadi hambatan bagi ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan secara cepat dan tepat.

Pembenahan birokrasi terkait dengan asuransi kesehatan


masyarakat.

Meningkatkan perlindungan terhadap wanita, termasuk pada 45


wanita hamil diluar pernikahan.
SEKIAN
TERIMAKASIH
46

Anda mungkin juga menyukai