Istifadatul Ilmiya
Dini Ria O.
Hening Ryan
Zaida Mauludiyah
Firda Kalzum Kiah
Anggie Diniayuningrum
2
3
1
4
AKI di Indonesia MMR untuk Nusa Data resmi untuk
dalam 20 tahun Tenggara Timur tahun 2010
terakhir, menurun (NTT) tetap lebih menunjukkan, di
dari 390 th 1991, tinggi dari rata-rata Indonesia (82%)
menjadi 228 th nasional, dengan dan provinsi NTT
2007, dan 220 th 271/100.000 (76%), kelahiran
2010. (MDG 2015 kelahiran hidup dibantu oleh dukun
AKI 102/100.000 tahun 2010, dan terampil
kelahiran hidup) Timor Tengah
Selatan (TTS)
sangat tinggi
dengan MMR 596
pada tahun 2010
5
• Menjabarkan faktor hambatan dalam
mengakses perawatan kegawatdaruratan
Thaddeus maternal, yaitu:
dan Maine • Keputusan untuk mencari perawatan,
(1994)
• Kedatangan di fasilitas kesehatan; dan
• Penyediaan perawatan yang memadai.
7
Metode penelitian : studi etnografi
Design penelitian : kualitatif
Instrumen : wawancara terbuka
Lokasi penelitian : NTT
Responden :
- Keluarga yang terdapat kejadian kematian ibu (Terdapat
11 keluarga yang bersedia) terdiri atas suami, ibu, ibu
mertua, saudara laki-laki, saudara perempuan, dan
kerabat dari suami ibu yang meninggal. Selain itu,
wawancara juga dilakukan bersama dukun beranak.
- Para pemimpin desa dan perangkat desa juga
diwawancarai tentang struktur dan infrastruktur
organisasi desa dan proses pelaporan kematian di desa.
Peneliti melibatkan petugas gereja untuk membantu
melakukan pendekatan dan menyampaikan pesan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
8
9
RESULT
IDENTIFIKASI MASALAH
10
Sulitnya akses terhadap layanan kesehatan karena
faktor geografis dan ketersiadaan transportasi
Adanya tubulin
Kemiskinan.
Fatalisme
12
Keterlambatan
Keterlambatan dalam mencari Keterlambatan dalam menerima
perawatan perawatan setelah keputusan
keterlambatan dalam mengenali untuk mencari perawatan dicapai
kebutuhan perawatan darurat (mis. keterlambatan dalam
Keparahan perdarahan atau infeksi menyampaikan permintaan
yang tidak dikenali); perawatan (mis. Tidak ada telepon
keterlambatan memutuskan untuk dan perjalanan ke bidan);
mencari perawatan (mis. stigma keterlambatan bantuan datang
yang terkait dengan kehamilan (mis. bidan atau ambulans tidak
yang sebelum menikah). tersedia). 13
Kehamilan di luar nikah Disfungsi Sistem Kesehatan
Adanya upaya perlindungan bagi Terjadinya kematian akibat salah
perempuan yang hamil di luar nikah dari diagnosis pada kehamilan kembar
pemimpin desa, bidan dan dokter yang Penyebab kematian akibat perdarahan
ada disana agar ibu hamil mendapatkan dan infeksi.
perawatan yang seharusnya.
Untuk penanggulangan infeksi maka
Perempuan yang hamil di luar nikah
diberikan antibiotik pada seluruh ibu yang
berisiko tinggi diabaikan oleh keluarga
telah melahirkan di rumah.
mereka dan menjadi bahan pembicaraan
yang berkembang di lingkungan tempat Promosi kesehatan mengenai sabun dan
tinggal sehingga berisiko dengan cuci tangan sebelum membantu wanita
menyembunyikan kehamilan mereka. melahirkan juga dapat membantu.
14
Fatalisme
Kepasrahan atas apa yang terjadi,
menganggap bahwa semua yang terjadi
adalah kehendak Tuhan dan mereka tidak
memiliki kendali atas apa yang terjadi.
Motivasi dari pemimpin desa dan pemuka
agama sangat diperlukan kepada
masyarakatnya
mendiskusikan kehendak Tuhan dengan
cara mengambil inisiatif juga merupakan
ketetapan hati Tuhan.
15
Keterlambatan dalam penanganan ibu
hamil dan bersalin dapat berakibat fatal
yaitu pada kematian.
Keterlambatan yang dialami disebabkan
oleh faktor sosial dan geografis.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dengan
mengatasi beberapa faktor yaitu sebagai
berikut:
peningkatan kesadaran akan
kesetaraan akses ke perawatan
kesehatan ibu,
kesiapsiagaan desa untuk tanggap
darurat,
peningkatan akses ke telekomunikasi 16
17
Pasal 12 Pasal 15
• Pasal 12, Pelayanan Kesehatan Masa Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi
Hamil bertujuan untuk memenuhi hak baru lahir paling sedikit 3 (tiga) kali selama
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan masa nifas dengan periode
kesehatan yang berkualitas sehingga • 1 (Satu) kali pada periode 6 (enam) jam
mampu menjalani kehamilan dengan sampai dengan 3 (tiga) hari
sehat, bersalin dengan selamat, dan pascapersalinan
melahirkan bayi yang sehat dan
berkualitas. • 1 (Satu) kali pada periode 4 (empat) hari
sampai dengan 28 (dua puluh delapan)
• Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
hari pascapersalinan
dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat)
kali selama masa kehamilan • 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua puluh
sembilan) hari sampai dengan 42 (empat
puluh dua) hari pascapersalinan
Pasal 40 Pasal 45
• Pasal 40, Setiap fasilitas pelayanan • Pasal 45, Pemerintah dan pemerintah
kesehatan wajib memberikan Pelayanan daerah menjamin ketersediaan,
Kesehatan masa sebelum hamil, masa pemerataan, dan keterjangkauan obat
hamil, persalinan, dan masa sesudah dan perbekalan kesehatan dalam
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan
seksual sesuai dengan standar
• Pasal 42, Sumber daya manusia dalam
pelayanan kesehatan harus tenaga
kesehatan
Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga
Kesehatan
Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Penyehatan Lingkungan
Aksesibilitas Serta Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Kesetaraan Gender.
Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa
22
Salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia
25
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah
keluarga sebagai berikut:
1. Keluarga mengikuti program keluarga 7. Penderita hipertensi melakukan
berencana (KB); pengobatan secara teratur;
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan
kesehatan; pengobatan dan tidak ditelantarkan;
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap; 9. Anggota keluarga tidak ada yang
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) merokok;
eksklusif; 10. Keluarga sudah menjadi anggota
5. Balita mendapatkan pemantauan jaminan kesehatan nasional (JKN);
pertumbuhan; 11. Keluarga mempunyai akses sarana air
6. Penderita tuberkulosis paru bersih; dan
mendapatkan pengobatan sesuai 12. Keluarga mempunyai akses atau
26
standar; menggunakan jamban sehat
• Pasal 5 ayat (1), Penyelenggaraan • Pasal 5 ayat (2), Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga Pendekatan Keluarga
dilaksanakan oleh Puskesmas. sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan untuk
memperkuat fungsi Puskesmas
dalam penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) di tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
27
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di
tingkat Puskesmas dilakukan melalui kegiatan:
• melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;
• membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas;
• menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan
menyusun rencana Puskesmas;
• melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif;
• melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung)
melalui pendekatan siklus hidup; dan
• melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas.
28
Peningkatan kualitas pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan;
Pembangunan kesehatan;
Pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pengembangan pariwisata;
Pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi;
Percepatan pembangunan infrastruktur berbasis tata ruang dan
lingkungan hidup;
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
Pembangunan perikanan dan kelautan.
Penanggulangan kemiskinan, bencana dan pembangunan kawasan
perbatasan.
Terwujudnya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
melahirkan dan bayi di seluruh wilayah Kabupaten/Kota se-Provinsi Nusa
Tenggara Timur;
Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam;
Tersedianya pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang terjangkau, bermutu dan
aman;
Tertanganinya semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan
siap 24 jam;
Tertanganinya kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi secara tepat waktu,
tepat sasaran dan tepat penanganan;
Tersedianya tempat, tenaga dan peralatan, obat dan bahan yang cukup di
fasilitas pelayanan persalinan yang memadai;
Terwujudnya perubahan perilaku masyarakat dan tenaga kesehatan terhadap
pola pencarian pengobatan dan pertolongan persalinan dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang profesional;
Tercapainya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Penanganan permasalahan jurnal menurut
jurnal dan peraturan yang ada di Indonesia
31
No Permasalahan Pemecahan masalah dalam Manajemen/Peraturan
Jurnal Jurnal Pemerintah
1 Keterlambatan Meningkatkan akses 1. Meningkatnya Akses dan
dalam mengenali, pelayanan kesehatan yang Mutu Fasilitas Pelayanan
mencari dan yang mempertimbangkan Kesehatan, dengan sasaran
menerima sosial dan geografis. yang akan dicapai dengan
perawatan Mengatasi dengan setiap kecamatan memiliki
kebidanan darurat mengisolasi ibu tidak akan minimal 1 Puskesmas yang
dasar dan tidak menyelesaikan masalah, terakreditasi dan
memiliki kartu tetapi diperlukan kerangka Puskesmas minimal
jaminan kesehatan kerja analitis yang memiliki 5 jenis tenaga
kompleks. sebagian besar kesehatan
ibu dan keluarga tetap 2. Diberlakukannya Sistem
mendukung untuk Jaminan Sosial Nasional
melakukan perawatan (SJSN). Menurut peta jalan
antenatal dan mencari menuju Jaminan Kesehatan
bantuan bidan/klinik jika Nasional ditargetkan pada
terjadi keadaan darurat. tahun 2019 semua
Keluarga berhak penduduk Indonesia telah
mendapatkan bantuan tercakup dalam JKN.
kesejahteraan sosial dalam 32
36
3
37
• Keterpencilan suatu daerah mengakibatakan
keterbelakangan, terbelakang
mendapatkan informasi, terbelakang
mendapatkan akses kesehatan,
keterbelakangan dari fasilitas yang
seharusnya disediakan oleh negara.
1 Hal tersebut terlihat jarak rumah tempat
kematian ibu terjadi adalah antara 5 dan 15 km
Keterpencilan dari klinik kesehatan dan sekitar 35 km dari
perawatan kegawatdaruratan ibu.
Fatalisme adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib.
Rasa fatalisme dapat menurunkan motivasi individu yang merasa bahwa mereka memiliki
sedikit kendali atas masa depan mereka.
Fatalisme adalah cara normal untuk menghilangkan kesedihan dan rasa bersalah tentang apa
yang mungkin berbeda, tidak membantu ketika mempertimbangkan, memotivasi desa untuk
mempersiapkan dan bertindak untuk mencegah kematian ibu dan bayi.
Kepala desa, bidan, tokoh masyarakat dan tokoh agama memiliki peran yang penting dalam
pendampingan dan memberi pengetahuan serta pemahaman, serta motivasi penduduk desa.
43
Skema mobilisasi desa seperti transportasi, menghemat uang dan membantu perempuan
untuk pergi ke layanan kesehatan dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayi
Pemerataan tenaga kesehatan, terutama bidan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu
caranya yaitu mencetak tenaga yang kompeten dan berkomitmen. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemberian beasiswa pada putra daerah untuk sekolah bidan, dan
ketika lulus langsung mengabdi atau kembali ke daerah asal.
Memutus mata rantai pencarian dukun yang berasal dari pertolongan persalinan.
44
Meningkatkan pendidikan masyarakat, dengan membangun sekolah, menambah
tenaga guru/ pengajar, dan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya angka buta huruf pada kasus tersebut.
Membangun infrastruktur terutama pembangunan jalan,
sarana telekomunikasi dan pembangunan klinik pratama
didaerah tersebut.