Anda di halaman 1dari 52

Skrining/penapisan

DR FAUZI ARASJ, SKM, MKES


Objektif topik skrining
• Mendefinisikan istilah skrining
• Menjelaskan :
– tujuan,
– penggunaan,
– sifat-sifat uji skrining
• Menghitung berbagai ukuran yang
digunakan dalam menilai suatu uji
skrining

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 2


Definisi skrining
• Menurut US Commiission on Chronic
Illness (1951)
– Identifikasi dugaan penyakit yang tidak
diketahui atau kelainan dengan
penerapan tes (uji), pemeriksaan atau
prosedur lain yang dapat diterapkan
secara cepat.

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 3


Skrining adalah deteksi dini dari:
• suatu penyakit,
• prekursor dari suatu penyakit,
• kerentanan terhadap suatu penyakit
pada individu yang tidak/belum
menunjukkan tanda atau gejala dari
penyakit tersebut.

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 4


People who are as yet asymptomatic

Early detection

Classifying likelihood having a disease

Further evaluation by diagnostic test

Early treatment

Cured Noresponse Died


10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 5
BENTUK Test Skrining
• Pertanyaan/Kuesioner:
– misal: MAST (Michigan Alcohol Screening
Test) utk mengidentifikasi risiko
alkoholism
• Pemeriksaan Fisik:
– misal: pemeriksaan tekanan darah
• Pemeriksaan Laboratorium:
– misal: pemeriksaan gula darah, HPV
• X-ray, termasuk diagnostic imaging:
– misal: mammografi
10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 6
JENIS PENYAKIT YANG
TEPAT UNTUK SKRINING
• MERUPAKAN PENYAKIT YG SERIUS
• PENGOBATAN SEBELUM GEJALA MUNCUL
HARUS LEBIH UNTUNG DIBANDINGKAN
DENGAN SETELAH GEJALA MUNCUL .
• PREVALENS PENYAKIT PRE KLINIK HARUS
TINGGI PADA POPULASI YANG DISKRINING

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 7


Sasaran
• Sasaran penyaringan adalah penyakit
kronis seperti :
– Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.
– Infeksi Virus (Hepatitis
– Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes
mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca
Prostat, Glaukoma)
– HIV-AIDS

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 8


SYARAT SYARAT SKRINING
1. PENYAKIT HRS MERUPAKAN MASALAH
KES.MASYARAKAT YG PENTING
2. HARUS ADA CARA PENGOBATAN YAGN
EFEKTIF
3. TERSEDIA FASILITAS PENGOBATAN DAN
DIAGNOSA
4. DIKETAHUI STADIUM
PREKLINIK,SIMPTOMATIK DINI & MASA
LATEN
5. TEST HRS COCOK,HANYA MENGAKIBATKAN
SEDIDKIT KETIDAK NYAMNAN ,DPT
DITERIMA OLEH MASYARAKAT

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 9


6. TELAH DIMENGERTI RIWAYAT ALAMIAH
PENYAKIT
7. HARUS ADA POLICY YANG JELAS
8. BIAYA HARUS SEIMBANG, BIAYA SKRINING HRS
SESUAI DENGAN HILANGNYA KONSEKUENSI
KESEHATAN
9. PENEMUAN HARUS TERUS MENERUS

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 10


Diagnosa vs Skrining
• Test Skrining seringkali dapat
dipergunakan sebagai test diagnosa
– Diagnosa: menyangkut konfirmasi mengenai
ada atau tidaknya suatu penyakit pada
individu yang dicurigai atau ‘at risk’
menderita suatu penyakit
– Contoh: pemeriksaan gula darah, skrining utk
org sehat, tetapi diagnostik utk penderita DM

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 11


10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 12
DIAGNOSA DINI
• UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK
MENGETAHUI PENYAKIT SEDINI
MUNGKIN SEBELUM GEJALA
KLINIKNYA TAMPAK

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 13


Uji skrining
• Memisahkan secara jelas
–orang yang sehat mungkin
mempunyai penyakit
–dari pada
–orang-orang yang sehat yang
mungkin tidak mempunyai
penyakit
10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 14
Uji skrining
• Orang dengan tes positif atau temuan
dicurigai harus dirujuk ke dokter mereka
untuk diagnosis dan perlakuan
pengobatan

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 15


Uji skrining
• Hanya merupakan pemeriksaan awal, responden
yang positif memerlukan pemeriksaan
diagnostik kedua
• Inisiatifnya lebih baik dimulai oleh peneliti atau
orang atau lembaga penyedia pelayanan dari
pada keluhan-keluhan pasien
• Umumnya peduli dengan penyakit kronik dan
bertujuan mendeteksi penyakit yang belum
dalam pengobatan medik

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 16


10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 17
Proses pelaksanaan sceening
• Tahap 1 :
– melakukan pemeriksaan terhadap kelompok
penduduk yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit.
• Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut
tidak menderita penyakit.
• Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap
2

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 18


• Tahap 2 :
– pemeriksaan diagnostik
• Hasilnya positif maka dianggap sakit
dan mendapat pengobatan.
• Hasilnya negatif maka dianggap tidak
sakit (dilakukan pemeriksaan ulang
secara periodik).

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 19


Pengobatan fase preklinik
• Pengobatan pada DPCP lebih baik
sebelum gejala muncul
– DPCP = detectable preclinical phase (Fase
preklinik yang dapat dideteksi)
– Contoh:
• kanker serviks  dpcp panjang  10 tahun. Uji
(tes) Papanicoulaou smear (Pap smear) akan
efektif
• kanker paru  dpcp pendek,  maka skrining
tidak efektif

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 20


Prevalens dpcp tinggi pada
populasi
• biaya program skrining, diarahkan pada
kasus terdeteksi
• skrining terbatas
• deteksi kanker payudara untuk wanita
yang punya riwayat keluarga
• kanker kandung kemih pada pekerja yang
terpapar

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 21


Hipertensi contoh penyakit yang baik
diskrining
• Serius ,
• Mortalitas Tinggi ;
• Terdokumentasi
• Pengobatan Dini ,
• Menurunkan Mortalitas & Morbiditas
• Prevalensi tinggi di populasi 20 %

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 22


PKU (Phenyl Keton Urea)
• Penyakit jarang ;
• Bayi lahir tanpa ada fenilamin hidroksilase
• Akumulasi fenilamin ,
• Mental retardasi
• 1 antara 15.000 kelahiran
• Jenis skrining: akurat; murah ; sederhana;
• pku skrining seluruh bayi

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 23


TYPE OF SCREENING

1. MASS SCREENING
2. SELECTIVE SCREENING
3. SINGLE DISEASE SCREENING
4. CASE FINDING SCREENING
5. MULTIPHASIC SCREENING

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 24


10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 25
ASPEK EPIDEMIOLOGI
SKRINING TEST
• VALIDITAS
• RELIABILITAS
• EFFICACY

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 26


VALIDITAS
• KEMAMPUAN DARI SUATU
PEMERIKSAAN/TEST UNTUK
MENENTUKAN INDIVIDU MANA YANG
MEMPUNYAI PENYAKIT/BERISIKO
(TIDAK NORMAL) DAN INDIVIDU
MANA YANG TIDAK MEMPUNYAI
PENYAKIT (NORMAL/SEHAT).

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 27


10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 28
Validitas
• Validitas dari suatu test skreening atau
dioagnostik adalah kemampuan dari suatu
test diagnostik untuk membedakan antara
orang yang sakit dan orang yang tidak
sakit
• Validitas mempunyai 2 komponen, yaitu:
– Sensitivitas
– Spesivisitas

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 29


Validity
• Compare test results to a gold standard
diagnosis
• Classify each observation:
TP = true positives
TN = true negatives
FP = false positives
FN = false negatives
• Cross-tabulate results

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 30


SENSITIVITAS
• KEMAMPUAN DARI SUATU SKRINING
TEST UNTUK MENGIDENTIFIKASI
SECARA BENAR ORANG-ORANG YANG
MEMPUNYAI PENYAKIT/ BERISIKO

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 31


SPESIFISITAS
• KEMAMPUAN DARI SUATU SKRINING
TEST UNTUK MENGIDENTIFIKASI
SECARA BENAR ORANG-ORANG YANG
SEHAT ATAU YANG TIDAK
MEMPUNYAI PENYAKIT/ BERISIKO .

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 32


10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 33
• Sensitivitas dari tes adalah TP/(TP+FN) yaitu
proporsi orang yang sakit yang hasil test nya
positif
• Spesifisitas dari test adalah TN/(TN+FP) yaitu
proporsi orang yang sehat yang hasi tes nya
negatif
• TP atau True Positif adalah orang yang sakit
dan hasil test nya dinyatakan positif oleh test
diagnostik
• FP atau False positif adalah orang yang sehat /
tidak sakit tapi hasil testnya dinyatakan positif
oleh test diagnostik

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 34


• TN atau true Negatif adalah orang
yang sehat/ tidak sakit dan hasi tes nya
dinyatakan negatif oleh tes diagnostik
• FN atau False Negatif adalah orang
yang sakit namun hasil tes nya dinyatakan
negatif oleh test diagnostik

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 35


TRUE POSITIF
• POSITIF BERDASARKAN
SKRINING TEST DAN POSITIF
ATAU SAKIT BERDASARKAN
“GOLD STANDARD”

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 36


TRUE NEGATIF
NEGATIF BERDASARKAN SKRINING
TEST DAN NEGATIF /
SEHAT/TIDAK SAKIT
BERDASARKAN “GOLD
STANDARD”

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 37


FALSE POSITIF
• POSITIF BERDASARKAN
SKRINING TEST TETAPI NEGATIF
ATAU TIDAK SAKIT/SEHAT
BERDASARKAN “GOLD
STANDARD”

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 38


FALSE NEGATIF
NEGATIF BERDASARKAN SKRINING
TEST
TETAPI POSITIF ATAU SAKIT
BERDASARKAN “GOLD STANDARD”

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 39


Sensitifitas (Se)
• Adalah besarnya probabilitas bahwa seseorang
yang sakit akan memberikan hasil test positif
pada test diagnostik tersebut
• Sensitifitas adalah TRUE POSITIF RATE / TPR
dari suatu test diagnostik
individu yang sakit dengan hasil test +
• Se = -------------------------------------------------
semua individu yang sakit

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 40


• Contoh:
– Dari sebanyak 600 orang yang kena
carsinoma mame (kanker payudara) yang
ditentukan dengan biopsi (Gold Standar), 570
orang diantaranya dinyatakan positif oleh
suatu tes diagnostik “X”
– Hitung Se...?
– Se = 570/600 = 0,95 atau 95%

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 41


Spesifisitas (Sp)
• Adalah besarnya probabilitas bahwa individu yang tidak
sakit/sehat, akan memberikan hasil tes yang negatif
pada tes tersebut
• Spesifisitas = True Negatif Rate / TNR

individu yang sehat dengan hasil test -


• Sp = -------------------------------------------------------
semua individu yang sehat

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 42


• Contoh.
• Dari 1000 individu tanpa kanker payudara
yang ditentukan oleh biopsi (Gold
Standar), 850 orang diantaranya
dinyatakan NEGATIF oleh tes “X”
• Berapa Sp...?
• SP = 850/1000  0,85 atau 85%

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 43


10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 44
10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 45
10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 46
RELIABILITAS
KEMAMPUAN TEST ATAU PENGUKURAN
UNTUK MENGHASILKAN NILAI YANG
SAMA PADA INDIVIDU DAN
KONDISI YANG SAMA

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 47


OBSERVER BIAS
1. INTER OBSERVER BIAS
2. INTRA OBSERVER BIAS

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 48


Penilaian Reliabilitas
(Observed Agreement) - (Agreement Expected by chance)
Kappa =
1 - (Agreement Expected by chance)

Interpretasi nilai Kappa (Altman, 1991):

0.8 - 1 : sangat baik (very good)


0.6 - <0.8 : baik (good)
0.4 - <0.6 : moderate
0.2 - <0.4 : cukup (fair)
<0.2 : buruk (poor)

(terdapat beberapa pembagian/interpretasi nilai Kappa yang tidak terlalu


berbeda satu sama lain oleh beberapa peneliti lain)

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 49


Contoh:

Klasifikasi subtipe histologi dari 75 spesimen patologi kanker paru (dlm bentuk "slide") yang
dibaca oleh 2 orang ahli patologi (A dan B) adalah sbb:

Observed:

Grading oleh A Total o/ B


Grading Grade II Grade III Observed Agreement
oleh B Grade II 41 3 44 (58.6%) = (41+27)/75
Grade III 4 27 31 (41.4%) = 0.907
Total o/ A 45 (60%) 30 (40%) 75 (100%)

Expected by chance:

Grading oleh A Total o/ B


Grade II Grade III Agreement Expected
Grading Grade II (44x45)/75 (44x30)/75 44 (58.6%) by chance
oleh B =0.264 =0.176 = (26.4+12.4)/75
Grade III (31x45)/75 (31x30)/75 31 (41.4%) = 0.517
=0.186 =0.124
Total o/ A 45 (60%) 30 (40%) 75 (100%)

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 50


Contoh (lanjutan) …

0.907 - 0.517 0.39


Kappa = ------------------------------ = ------------ = 0.81
1 - 0.517 0.483

Artinya: pemeriksaan/pembacaan sediaan patologi kanker paru yang dilakukan


oleh ahli patologi A dan B sangat mirip (tidak bervariasi), atau mempunyai
agreement yang sangat baik (Kappa = 0.81).

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 51


WASSALAM
SURAK SABEU

10/10/2016 disain by FA Oktober 2016 52

Anda mungkin juga menyukai