Pasal 349
Mengatur tentang jenis pidana bagi dokter,
bidan atau juru obat yang melakukan praktik
aborsi
EUTHANASIA (mengakhiri kehidupan)
Euthanasia aktif : pemberian agen letal untuk
mengakhiri hidup dan mengurangi
penderitaan.
Pendekatan ini dapat mendatangkan tuntutan
kriminal atas pembunuhan.
Euthanasia pasif : berupa pencabutan alat
yang mendukung kehidupan, misal melepas
ventilator dan menunda resusitasi
Termasuk juga penundaan atau penghentian
pemberian makanan dan cairan yang
kompeten untuk perawatan pasien
Sebaiknya ada surat pelimpahan kekuasaan
(advance directive) atau menunjuk pengambil
keputusan pengganti untuk persetujuan
penghentian tindakan pendukung hidup
Keputusan untuk menghentikan terapi
pendukung hidup bukanlah keputusan untuk
menhentikan perawatan, karena itu perawat
tetap memberikan tindakan yg memberikan
rasa nyaman seiring dengan memburuknya
kondisi klien
DONASI ORGAN
Organ tranplantasi dapat berasal dari donor
yg hidup atau yg baru saja meninggal
Isu etik muncul berkaitan dengan alokasi
organ, penjualan bagian tubuh, keterlibatan
anak-anak sebagai donor maupun penerima
organ dan kloning membuat organ
Pengambilan keputusan sangat kompleks,
keyakinan bisa menjadi sumber konflik
Perawat seringkali merasa tidak nyaman
untuk mendiskusikan tentang hal ini kepada
keluarga yg berduka sementara organ pasien
masih cukup sehat untuk didonorkan
Indonesia >>>>Ketentuan untuk donor
organ atau jaringan tubuh, pengambilan
organ/jaringan dari donor, dan tranfusi darah
diatur dalam pasal 33, 34, 35 UU Kes no 23
th 1992. Pengaturan lebih lanjut dibutuhkan
Peraturan Pemerintah
Hubungan yg baik antara perawat-klien
terjalin bila :
Terdapat rasa saling percaya antara perawat dan
klien
Perawat benar-benar memahami hak klien dan
harus melindungi hak tersebut,
Perawat harus memahami keberadaan klien
sehingga sikap sabar dan tetap mempertahankan
pertimbangan etis dan moral
Perawat harus dapat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas segala resiko yang
mungkin timbul selama klien dalam asuhannya
Perawat selalu berusaha untuk menghindari
konflik pribadi dengan nilai-nilai pribadi klien
dengan tetap membina hubungan baik antara
klien, keluarga dan teman sejawat serta dokter
dan petugas kesehatan lain untuk kepentingan
klien.
Silih asuh
sesama perawat saling membimbing, menasihati,
menghormati, dan mengingatkan bila sejawat
melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga
terbina hubungan yang serasi.
Silih asih
Perawat saling menghargai satu sama lain, saling
menghargai antar sesama anggota profesi, saling
bertenggang rasa, serta bertoleransi yang tinggi
sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang
dapat menimbulkan sikap saling curiga dan benci.
Silih asah
Perawat yang merasa tahu/mampu dalam hal ilmu
pengetahuan dapat mengamalkan ilmu yang telah
diperolehnya kepada rekan sesama perawat
tanpa pamrih.
Peran perawat :
mandiri,
delegatif,
kolaborasi
Ciri khas proses kolaborasi:
Kerjasama, ada timbal balik
Koordinasi, ada tapi kadang tidak dilakukan
Saling berbagi pekerjaan
Kompromi
Rekanan, perawat sebagai mitra bukan
pembantu
Saling ketergantungan
Kebersamaan
Kolaborasi harus melibatkan tenaga ahli yang
berbeda yang dapat bekerjasama timbal balik
secara mulus
Anggota kelompok harus bersikap tegas dan
mau bekerja sama
Kelompok harus memberikan pelayanan yang
keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh
setiap anggota tim tersebut
Diperlukan sikap untuk saling menghargai
dan menghormati profesi lain sehingga
terjalin hubungan kerjasama yang baik,
meskipun dalam pelaksanaannya dapat
terjadi konflik antar profesi.
Setiap profesi sebaiknya mentaati kode etik
profesi masing-masing