Anda di halaman 1dari 17

‫تفسير بالرأيى‬

‫سيتي نور شهداء بنت مت زين الدين‬


Pengertian tafsir bi ra’yi

 Tafsir bir-ra’yi adalah metode penafsiran dengan cara ijtihad dan


penyimpulan melalui pemahaman sendiri serta penyimpulan yang hanya
didasarkan pada ra’yu(akal) semata.
 · Menurut al-Dzahabi, tafsir bil al-Ra’yi adalah suatu upaya untuk
menafsirkan dengan ijtihad setelah memahami ujaran-ujaran orang Arab,
lafal-lafal orang Arab beserta maksudnya, syair-syair Jahiliyah, Asababun
nuzul, nasakh dan mansukh dari ayat-ayat Alquran dan sebagainya yang
dibutuhkan dalam penafsiran Alquran.[4]
 · Menurut Syaikh Manna’ al-Qaththan, tafsir bi al-ra’yi adalah tafsir
yang dalam penjelasan maknanya atau maksudnya, mufassir hanya
berpegang kepada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan
(istinbath)nya didasarkan pada logikanya semata.[5]
Sumber tafsir

Al-Quran Al-sunnah

Ijtihad atau
Bahasa Arab
pendapat ulama.
Syarat-syarat penerimaan tafsir bir ra’yi

 a) benar-benar menguasai bahasa Arab dengan segala seluk beluknya,


 b) mengetahui asbabun nuzul, nasikh mansukh, ilmu qiraat dan syarat-
syarat keilmuan lain,
 c) tidak menginterpretasikan hal-hal yang merupakan otoritas Tuhan untuk
mengetahuinya,
 d) tidak menafsirkan ayat-ayat berdasarkan hawa nafsu dan interes
pribadi,
 e) tidak menafsirkan ayat berdasarkan aliran atau paham yang jelas bathil
dengan maksud justifikasi terhadap paham tersebut,
 f) tidak menganggap bahwa tafsirnya itulah yang paling benar dan yang
dikehendaki oleh Tuhan tanpa argumentasi yang pasti.
Kedudukan tafsir bir ra’yi

 Tafsir ra’y yang tertolak karena tidak memenuhi kriteria di atas disebut al-
tafsir bi al-ra’y al-madzmumah dan yang memenuhi tersebut al-tafsir bi al-
ra’y al-mahmudah.
Perbezaan pendapat terhadap tafsir
bi ra’yi
 Hujah kelompok penentang :
 o Penafsiran melalui tafsir ra'yi tidak akan membuahkan interpretasi maksima(al-
mutayaqqan ishabatuh),hanya sampai taraf kesimpulan-kesimpulan yang tidak lebih dari
sekadar persangkaan tanpa dasar ilmu yang jelas dan tegas, di mana hal ini dilarang oleh
Allah I. Dalam firman-Nya :
‫ق‬ ْ ‫ر‬
َ ‫ال‬
ِ ‫ح‬ َ ِ‫ي ب‬
ِ ‫غ ْي‬ ْ ‫م َو‬
َ ‫البَ ْغ‬ َ ‫اْل ْث‬
ِ ْ ‫ن َو‬
َ َ‫ما بَط‬ ِ ‫ما ظَ َه َر‬
َ ‫م ْن َها َو‬ َ ‫ش‬
َ ‫ح‬ َ ‫ف‬
ِ ‫وا‬ ْ ‫ي‬
َ ‫ال‬ َ ‫ح َّر‬
َ ِ‫م َرب‬ َ ‫ما‬ ْ ‫ ُق‬
َ َّ‫ل إِن‬
َ ‫م‬
‫ون‬ ُ َ‫ما ََل تَ ْعل‬
َ ‫َّللا‬ ْ َ‫س ْلطَانًا َوأ‬
َ ‫ن تَ ُقولُوا‬
ِ َّ ‫علَى‬ ُ ‫ه‬
ِ ِ‫ل ب‬ ْ َ‫ما ل‬
ِ ‫م ُي َن‬
ْ ‫ز‬ ِ َّ ِ‫كوا ب‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ر‬
ِ ‫ش‬ ْ َ‫ َوأ‬
ْ ُ‫ن ت‬
 "Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan
yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui“
(Surah al-A’raf:33)
 Hujah yang menerima tafsir bi ar-Ra'yi :
 o Mereka berpendapat bahwa dalam al-Quran banyak didapati penjelasan
tentang galakkan untuk mengambil iktibar atau pengajaran dari ayat-ayatNya.

)29 :‫ (ص‬. ‫ب‬ ْ ‫ك َر ُأولُو‬
ِ ‫اَْ ْل َبا‬ َّ ‫ه َولِ َي َت َذ‬ َّ ‫ك لِ َي‬
ِ ِ‫دبَّ ُروا َءايَات‬ ٌ ‫م َبا َر‬
ُ ‫ك‬ ُ ‫اب أَ ْن َز ْل َن‬
َ ‫اه إِلَ ْي‬ ٌ ‫ك َت‬
ِ 
 "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang berfikir. "

 o Rasulullah penah mendoakan kepada Ibnu Abbas untuk menguasai dan


handal akan ilmu agama dan ta'wil. Seperti sabda beliau
َ ‫أو ْي‬
‫ل‬ ُ ِ‫وعل‬
ِ ‫مه ال َت‬ َ ‫ين‬
ِ ‫الد‬
ِ ‫ه فى‬ُ ‫ف ِق ْه‬ َّ ‫ الَّل ُه‬
َ ‫م‬

 "Ya Allah, pahamkanlah ia dengan ilmu agama, dan ajarkanlah ia tentang ilmu ta'wil
(ijtihad)"
Metodologi penafsiran bir ra’yi
 Memulai dengan mencari makna yang terkait dengan kosa kata kalimat baik dari sudut
bahasa, ilmu shorof, asal kata dengan tetap memperhatikan makna yang berlaku
tatkala diturunkannya ayat al-Qur`an tersebut.
 Mengikuti alur pembicaraan sesuai dengan susunan kalimat dari sisi I'rab dan balaghah.
 Mendahulukan makna hakiki dari makna majazinya.
 Memperhatikan sebab-sebab diturunkannya suatu ayat (asbabunnuzul).
 Memperhatikan korelasi antara ayat pertama dan setelahnya.
 Memperhatikan tujuan dasar dari runtutan suatu ayat.
 Tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sejarah manusia secara umum
ataupun khusus dikomuniti bangsa arab.
 Dalam menjelaskan makna dan istinbat hukum tetap berjalan di atas prinsip-prinsip
kaedah bahasa, syari'at dan ilmu pengetahuan
 Mengikuti atauran-aturan tarjih tatkala menemukan beberapa keberagaman makna.
Metodologi penafsiran.
 Terdapat beberapa metode yang digunakan oleh beliau dalam kitab tersebut:
Metode tafsir tahlili - cara menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan menjelaskan huraian makna
ayat al-Quran mengikut susunan surah dan ayat dalam al-Quran.
Metode tafsir Ijmali - cara menafsirkan Alquran menurut susunan (urutan) bacaannya dengan
suatu penafsiran ayat demi ayat secara sederhana(tidak terlalu khusus)
Metode tafsir muqaran- tafsir yang dilakukan dengan cara membanding-bandingkan ayat-ayat
Alquran yang memiliki perbezaan dari segi struktur ayat,isi kandungan dan keserasian antara al-
Quran dan hadis.
metode tafsir maudhu’i - tafsir yang membahas tentang masalah-masalah Alquran yang memiliki
persamaan makna atau tujuan dengan cara menghimpun ayat-ayatnya.
Corak penafsiran

 1 Corak sastera bahasa


 2 Corak falsafah dan teologi
 3 Corak penafsiran ilmiah
 4 Corak fiqh atau hukum
 5 Corak tasawuf
 6 Corak sastera budaya kemasyarakatan.
Tafsir al-Munir

 Merupakan kitab tafsir yang bersifat kontemporari yang mempunyai penafsiran yang
baik,perbahasan yang berkesan dan penggunaaan bahasa yang mudah difahami.
 Nama:Tafsir al-Munir: fi al-`Aqidah wa asy-Syari`ah wa al-Manhaj,
 Penulis/Penyusun:Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili
 At-Tafsir al-Munir: fi al-`Aqidah wa asy-Syari`ah wa al-Manhaj. Buku ini terdiri dari 16 jilid
besar, tidak kurang dari 10.000 halaman. Untuk pertama kali, kitab ini diterbitkan
pada tahun 1991 oleh Dar al-Fikr Damaskus. Sebagaimana buku feqahnya, al-Fiqh al-
Islamiy wa Adillatuh, ditulis dengan tujuan untuk memudahkan para pengkaji ilmu ke-
Islaman, begitu juga dalam penulisan tafsirnya ini.
Biodata Penulis
 Nama:Prof. Dr. Wahbah bin Mushthafa az-Zuhaili Abu `Ubadah
 Tempat lahir:Dir `Athiyah
 Tarikh lahir:6 Mac 1932
 Latar belakang pendidikan:
 Wahbah belajar Alquran dan menghafalnya sejak kecil lagi. Setelah menamatkan sekolah rendah,
ayahnya menganjurkan Wahbah untuk melanjutkan sekolah di Damaskus. Pada tahun 1946,
Wahbah pindah ke Damskus untuk melanjutkan sekolah menengah.Setelah itu, Wahbah
melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi dan meraih gelaran sarjana mudanya dalam jurusan
Ilmu-ilmu Syari`ah di Syria.
 Wahbah tidak menghadkan tumpuannya untuk menuntut ilmu sekadar di negaranya sendiri,malah
beliau mengambil keputusan untuk menuntut ilmu ke Mesir:
Universiti al-Azhar:Jurusan syarri’ah dan bahasa Arab
Universiti Ain Syams:Jurusan Hukum
 Master: adz-Dzara’i` fi as-Siyasah asy-Syar`iyyah wa al-Fiqh al-Islamiy di Universiti Cairo(Jurusan
Hukum Islam)
 PhD: Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Islamiy: Dirasatan Muqaranatan
Metodologi penafsiran kitab al-Munir.

 Para pengkaji tidak dapat menganalisis metodologi khusus yang


digunakan oleh penulis dalam kitab ini.
 Akan tetapi,metode yang kerap kali digunakan dalam penafsirannya
adalah tafsir maudhu’i.
Tafsir fi zilalil-Quran

 Membawa maksud ‘di bawah bayangan al-Quran’.


 Kitab ini merupakan sebuah tafsir yang sempurna tentang kehidupan dibawah cahaya
Al-Qur’an dan petunjuk Islam. Kitab ini telah menyingkapkan ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya dan membangkitkan pemikiran dan kesedaran umat tentang erti
sebenarnya Islam.
 Telah memberikan semangat para pemuda untuk mencurahkan segala potensinya untuk
berkhidmat kepada Islam, menjunjung tinggi syari’atnya, meninggikan kalimatnya,
membangun kejayaannya dan mengembalikan kekuasaannya.
Biodata penulis.
 Nama:as-Syahid Sayyid Qutb bin Ibrahim
 Tempat lahir:Kampung Musyah, daerah Asyut, Egypt
 Tarikh lahir:9 Oktober tahun 1906
 Latar belakang pendidikan:
Khatam al-Quran ketika beliau berusia 10 tahun.
Mendapat pendidikan formal di Kuttab(sekolah agama) di desanya.
Mempelajari al-Quran sehingga melayak diri untuk melanjutkan pelajaran ke Perguruan
Tinggi Darul ‘Ulum sebuah perguruan tinggi Islam dan sastera Arab.
Melanjutkan pelajaran berkenaan bidang pendidikan ke Wilson’s Teacher’s College di
Washington, Greeley College di Colorado, dan Stanford University di California.
Metodologi tafsir fi zilalil-Quran

 Dalam pendahuluan itu, beliau menjelaskan tema yang terkandung dalam


ayat-ayat pada surat tersebut serta memberikan jawaban atas
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengannya.
 Tafsir Fi Zilal al-Qur’an adalah kitab tafsir yang ditulis dengan menggunakan
metode Tahlili. Metode Tahlili atau yang lebih dikenal dengan metode
analitis adalah metode manafsirkan ayat- ayat al-Qur’an dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang
ditafsirinya serta menerangkan makna- makana yang tercakup di
dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir.
Kitab fi zilal al-Quran.
 Fi Zilalil Qur’an karya Sayyid Quthb

 Sayyid Quthb merupakan salah satu ulama besar abad ini yang telah syahid di tiang gantungan
pemerintahan sekuler. Beliau merupakan tokoh utama gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, sebuah
gerakan kebangkitan Islam terbesar masa kini.Kitab ini merupakan sebuah tafsir yang sempurna
tentang kehidupan dibawah cahaya Al-Qur’an dan petunjuk Islam. Kitab ini telah menyingkapkan
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan membangkitkan pemikiran dan kesadaran umat tentang
arti sebenarnya Al-Islam. Telah memberikan semangat para pemuda untuk mencurahkan segala
potensinya untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung tinggi syari’atnya, meninggikan kalimatnya,
membangun kejayaannya dan mengembalikan kekuasaannya.Beliau telah meresapi keindahan Al-
Qur’an dan mengungkapkan perasaannya dengan jujur, sehingga sampai pada kesadaran bahwa
kekacauan umat manusia saat ini adalah tidak lain karena perang ideologi dan perang fisik yang
merusak dan menindas umat manusia, sehingga segala sesuatunya harus dikembalikan kepada Al-
Islam.Kembali kepada Allah, sebagai nampak dibawah Naungan Al-Qur’an, hanya mempunyai satu
bentuk dan jalan, yaitu kembali kepada Sistem Allah, berhukum dengan hukum Allah, berundang-
uandang dengan undang-undang Allah, berperikehidupan sesuai pedoman yang telah digariskan
dalam Kitabullah, Al-Qur’anul Karim.Tafsir ini menggunakan metode tertentu dalam penulisannya,
yaitu setiap surah diawali dengan sebuah “Naungan” untuk mengkaitkan dan mempertemukan
antara bagian-bagiannya, serta menjelaskan maksud dan tujuannya. Kemudian menafsirkan ayat-
ayat dengan asar-asar yang shahih, disertai dengan kajian bahasa secara singkat, lalu beralih
kepada membangkitkan kesadaran, membetulkan pemahaman, dan mengaitkan Islam dengan
kehidupan.Kitab ini merupakan karya monumental dan menjadi kekayaan intelektual sosial yang
besar yang diperlukan setiap Muslim pada masa kini.

Anda mungkin juga menyukai