Oleh:
Watub Maulana G4A017035
Fiahliha Nur Azizah G4A017056
Dzaki Luqmanul Hakim G4A017051
Muhammad Reiza G4A017055
Pembimbing:
dr. Sutrisno,Sp.OG
1 Ny. Di / 32 thn G2P1A0 U 32 thn Hamil 24 Minggu dengan Observasi G2P1A0 U 32 thn Hamil 24 Minggu dengan PPI
PPI + KPD 72 jam + KPD 72 jam, Takikardi, abnormal EKG
2 Ny. SW/25 th G1P0A0 Usia 25 tahun hamil 30 minggu 4 Konservatif s/d pematangan G1P0A0 Usia 25 tahun hamil 30 minggu 4 hari
hari dengan partus prematurus imminens dan paru (2 hari) tanpa tokolitik dengan partus prematurus imminens dan ketuban
ketuban pecah dini pecah dini
3 Ny. TS/31 th G2P1A0 usia 31 tahun hamil 38 minggu 5 Pengakhiran kehamilan G2P1A0 usia 31 tahun hamil 38 minggu 5 hari
hari belum inpartu dengan preeklampsia dengan Induksi persalinan belum inpartu dengan preeklampsia
4 Ny. UK/ 30 th G2P1A0 usia 30 tahun hamil 35 minggu 3 Konservatif s/d pematangan G2P1A0 usia 30 tahun hamil 35 minggu 3 hari
hari dengan partus prematurus iminen, paru (2 hari) tanpa tokolitik dengan partus prematurus iminen, gemelli
gemelli
5 Ny. H/33 tahun G2P1A0 U 30 thn hamil 35 +4 minggu, Observasi G2P1A0 U 30 thn hamil 35 +4 minggu, inpartu
inpartu kala 1 fase laten dengan preterm, kala 1 fase laten dengan preterm, gemelli
gemelli
KASUS 1
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. D
2. Alamat : Panusupan / Cilongok
3. Usia : 31 tahun
4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Agama : Islam
7. Tanggal Masuk : 1 Februari 2019 (17.30)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: S:
Jumat Keluhan utama: keluar cairan dari jalan lahir
01/02/19 RPS:
Pasien rujukan Puskesmas 2 Cilongok datang ke VK IGD RSMS Purwokerto pukul 17.30 dengan G2P1A0 usia 31 th
Pukul: H24 mgg dengan PPI + KPD 72 jam. Pasien sebelumnya dirawat pada hari selasa tgl 29-01-2019 dengan keluhan
17.30 ketuban pecah, kemudian pasien datang ke VK IGD RSMS dan dirawat sampai tanggal 31-01-2019 dan pulang. pasien
saat ini mengeluhkan terkadang kenceng – kenceng, sesak napas, pusing (-), pandangan kabur (-), mual (-), nyeri ulu
Tempat: hati (-).
VK IGD • R. Mens: teratur/7 hari
• R. Nikah: 1x/ 12 tahun
• R.KB : -
• R. Obs: G2P1A0
Anak 1 : laki laki/11 tahun/spontan/2.7 kg/ bidan
Anak 2 : hamil ini
RPD : riwayat hipertensi (-) riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-), riwayat operasi (-)
RPK : riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: RSE: Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasein tinggal bersama suami yang bekerja sebagai wiraswasta
Jumat
01/2/19 dan seorang anaknya. Pasien makan tiga kali dalam sehari dengan lauk pauk seadanya dan jarang mengkonsumsi buah-
(17.30) buahan. Pasien jarang berolahraga. Pasien menggunakan BPJS sebagai asuransi kesehatan
Tempat: O: Abdomen
VK IGD KU/Kes: sedang/compos mentis Inspeksi cembung
TD: 120/80; N: 130x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36,6ºC TFU : 24 cm, kontraksi ringan
TB 153 cm, BB sebelum hamil 53 kg, BB saat ini 57 kg PPV: -
Status generalis Asi: -
Kepala BAK: Terpasang DC
Mata: CA -/-, SI -/- BAB: Belum, Flatus (+)
Mulut: sianosis -/- His : 2x10’(20”)
Leher Ekstremitas:
Tiroid: tidak ada pembesaran Edem -/-/-/- akral hangat +/+/+/+
Thoraks
Paru: sd ves +/+ RBH -/- basal paru RBK -/- wheezing -/-
Jantung: S1>S2 Murmur (-) Gallop (-)
G2P1A0 usia 31 th H 24 minggu dengan PPI Lapor dr. Sutrisno Sp.OG :
+ KPD 72 jam, takikardi, abnormal EKG • Inf RL 12 tpm
• Gastrul 4 tab/rectal
• cek lab lengkap, ekg
• konsul ts cardio
• pengawasan ku,tv, ppv,tfu, bak, bab, his, djj.
• Rencana rawat HCU maternal
Hematokrit 39 35 – 47 %
PPI
KPD
KETUBAN PECAH DINI
Definisi (Cunningham et al., 2014; POGI, 2016)
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan = KPD aterm atau
premature rupture of membranes (PROM)
Sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm
atau preterm premature rupture of membranes
(PPROM)
KETUBAN PECAH DINI
PPROM
PROM
(Preterm
(Premature
Premature
Rupture of
Rupture of
Membrane) /
Membrane) /
KPD Usia
Aterm
KPD Preterm
Usia
kehamilan
kehamilan
≥ 37
<37 minggu
- Sangat preterm
- minggu
Early PROM
UK 24-<34 terjadi <12
minggu jam
- Preterm 34-<37 - Prolonged
minggu PROM
Etiologi (Pedro, 2013)
• Anamnesis
– Keluar cairan rembes/ngepyok
– Identifikasi onset terjadinya, waktu, warna, bau
– Identifikasi faktor risiko
• Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan inspekulo Lakmus Test (Tes Nitrazin) terjadi
perubahan warna kertas lakumus, dari merah menjadi biru
• Pemeriksaan Penunjang
– Ultrasonography Amniotic Fluid Index (AFI)
– Tes Fern
Fern test
Pasien diurigai KPD
Penilaian KPD
Anamnesia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
Transfer pasien
Berikan tokolitik jika diperlukan selama transportasi
Cari adanya infeksi intra uteri, solusia plasenta, gangguan Lahirkan dg cepat
&tepat
kesejahteraan janin
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah sebagai
berikut:
PENATALAKSANAAN PARTUS PREMATURUS
IMMINENS (PPI)
• Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
– Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi
hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
– Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat digunakan, tetapi
nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50
μg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per
infus: 10-15 μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam
(maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
– Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara bolus selama 20-30
menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek samping
yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru,
letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid:
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus,
yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid ialah:
• Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
• Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan
antibiotik:
Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka
kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Antibiotika
hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per
oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari.
Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari,
atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko
necrotising enterocolitis.
PENCEGAHAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)
• Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur (Prenatal care yang baik dan teratur)
• Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm.
• Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval,
memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi,
menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan
diawasi / diobati.
• Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba, 1998).
• Tidak menikah terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).
• Perbaiki keadaan sosial ekonomi
• Cegah infeksi saluran kencing
• Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak
KASUS 2
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. SW
2. Alamat : Cilongok
3. Usia : 25 tahun
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Agama : Islam
6. Tanggal Masuk : 1 februari 2019
(19.30)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: S:
Jumat Keluhan utama: kenceng-kenceng
1/2/2019 RPS:
Pasien rujukan puskesmas Cilongok datang ke VK IGD RSMS Purwokerto pukul 19.30 dengan G1P0A0 Usia 25 tahun
Pukul: hamil 30 minggu 4 hari dengan partus prematurus imminens dan ketuban pecah dini. kenceng-kenceng dirasakan sejak
19.30 jam 15.00 dan pengeluaran air ngepyok terasa pada jam 15.00. Keluhan seperti mual, muntah, pandangan kabur, nyeri
ulu hati, sesak nafas, sakit kepala saat siang dan malam hari disangkal serta kejang disangkal. Pengeluaran lendir darah
Tempat: disangkal.
VK IGD • HPHT : 27/6/18
• HPL : 4/4/19
• UK : 30 minggu + 4 hari
• R. Mens:Teratur/ 7 hari/ dismenore (-)
• R. Nikah: 1x/ mei 2018
• R.KB : -
• R. Obs: G1P0A0
1. Hamil ini
• RPD : riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-), riwayat operasi (-)
RPK : riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: RSE: Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasein tinggal bersama suami yang bekerja sebagai wiraswasta.
Jumat
1/2/2019 Pasien makan tiga kali dalam sehari dengan lauk pauk seadanya dan jarang mengkonsumsi buah-buahan. Pasien jarang
berolahraga. Pasien menggunakan BPJS-PBI sebagai asuransi kesehatan
Pukul: O: Abdomen
19.30 KU/Kes: baik/compos mentis Inspeksi cembung gravid,
TD: 110/70; N:100x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,6ºC Leopold I : bokong
Tempat: TB 155 cm, BB sebelum hamil 72 kg, BB saat ini 87 kg, Leopold II : punggung kiri
VK IGD Status generalis Leopold III : kepala
Kepala Leopold IV : divergen
Mata: CA -/-, SI -/- HIS : (+) 1x10’/15”
Mulut: sianosis -/- TFU : 24 cm
Leher DJJ : 158 x /menit regular
Tiroid: tidak ada pembesaran VT : Buka 0 cm KK - Kepala turun hodge 1 portio tebal
Thoraks lunak
Paru: sd ves +/+ RBH -/- RBK -/- Ekstremitas:
Jantung: S1>S2 Murmur (-) Gallop (-) Edem -/-/-/- akral hangat +/+/+/+
G1P0A0 Usia 25 tahun hamil 30 Lapor dr. Sutrisno Sp.OG :
minggu 4 hari dengan partus -konservatif tanpa tokolitik
prematurus imminens dan ketuban -inj dexamethasone 2 x 6 mg (2 hari)
pecah dini
-inj cefazoline 2 gr lanjut eritromicyn 4 x 500 mg
-ktg rpint, lapor ulang
-rawat vk
Waktu SO Planning Waktu SO Planing
1/2/2019 VK TD : 110/70 Inform konsen 1/2/2019 VK TD : 110/80 ktg rpint (+)
(19.30) IGD N : 100x/menit Cek Lab (22.00) IGD N : 88x/menit skin tes cefazoline (+)
DJJ : 158x/mnt Lapor DPJP: visit setelah SC DJJ : 148x/mnt
HIS : 1x10’/15” HIS : 1x10’/15”
1/2/2019 VK TD : 110/70 VT : dilatasi 0 cm KK - Kepala
(20.00) IGD N : 100x/menit turun hodge 1
DJJ : 154x/mnt 1/2/2019 VK TD : 110/80 inj cefazoline 2 gr/iv (+)
(22.30) IGD N : 78x/menit diberikan
HIS : 1x10’/15”
DJJ : 145x/mnt
1/2/2019 VK TD : 110/70 HIS : 1x10’/15”
(20.30) IGD N : 100x/menit
DJJ : 148x/mnt
HIS : 1x10’/15” 1/2/2019 VK TD : 110/80 inj dexamethasone 6 g/im (+)
(23.00) IGD N : 86x/menit diberikan ke 1
1/2/2019 VK TD : 110/80 DJJ : 145x/mnt
(21.00) IGD N : 98x/menit HIS : 1x/10’/15’’
DJJ : 151x/mnt
HIS :1x10’/15”
1/2/2019 VK TD : 110/80 dr sutrisno,spog visit (+) 1/2/2019 VK TD : 110/80 lapor hasil ctg print
(21.30) IGD N : 88x/menit inst: (23.30) IGD N : 98x/menit Pindah VK belakang
DJJ : 145x/mnt -konservatif tanpa tokolitik DJJ : 147x/mnt
HIS : 1x10’/15” -inj dexamethasone 2 x 6 mg HIS : 1x/10’/15’’
(2 hari)
-inj cefazoline 2 gr lanjut
eritromicyn 4 x 500 mg
-ktg rpint, lapor ulang
-rawat vk
Waktu SO Planning SO
2/1/2019 VK TD : 100/70 dr sutrisno spog 2/1/2019 VK TD : 0 KU baik
(00.00) N : 94x/menit inst : (02.00) N : 92x/menit
DJJ : 154x/mnt - inj DJJ : 148x/mnt
HIS : 1x/10’/15’’ dexametason HIS : 1x/10’/15’’
2x6mg 2 hari di
beri jam 23.00 2/1/2019 VK TD : 0 KU baik
(02.30) N : 96x/menit
ke 1
DJJ : 151x/mnt
- inj cefazolin 2
HIS : 1x/10’/15’’
gr di beri jam
22.30 , di lanjut
2/1/2019 VK TD : 0 KU baik
eritromicin
(03.00) N : 94x/menit
4x500mg
DJJ : 146x/mnt
2/1/2019 VK TD : 0 KU baik HIS : 1x/10’/15’’
(00.30) N : 92x/menit
2/1/2019 VK TD : 0 KU baik
DJJ : 148x/mnt
(03.30) N : 92x/menit
HIS : 1x/10’/15’’
DJJ : 151x/mnt
2/1/2019 VK TD : 0 KU baik HIS : 1x/10’/15’’
(01.00) N : 88x/menit
DJJ : 150x/mnt
HIS : 1x/10’/15’’
2/1/2019 VK TD : 100/65 KU baik
2/1/2019 VK TD : 0 KU baik (04.00) N : 94x/menit
(01.30) N : 94x/menit DJJ : 150x/mnt
DJJ : 151x/mnt HIS : 1x/10’/15’’
HIS : 1x/10’/15’’
Daftar Masalah
PPI
KPD
KETUBAN PECAH DINI
Definisi (Cunningham et al., 2014; POGI, 2016)
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan = KPD aterm atau
premature rupture of membranes (PROM)
Sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm
atau preterm premature rupture of membranes
(PPROM)
KETUBAN PECAH DINI
PPROM
PROM
(Preterm
(Premature
Premature
Rupture of
Rupture of
Membrane) /
Membrane) /
KPD Usia
Aterm
KPD Preterm
Usia
kehamilan
kehamilan
≥ 37
<37 minggu
- Sangat preterm
- minggu
Early PROM
UK 24-<34 terjadi <12
minggu jam
- Preterm 34-<37 - Prolonged
minggu PROM
Etiologi (Pedro, 2013)
• Anamnesis
– Keluar cairan rembes/ngepyok
– Identifikasi onset terjadinya, waktu, warna, bau
– Identifikasi faktor risiko
• Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan inspekulo Lakmus Test (Tes Nitrazin) terjadi
perubahan warna kertas lakumus, dari merah menjadi biru
• Pemeriksaan Penunjang
– Ultrasonography Amniotic Fluid Index (AFI)
– Tes Fern
Fern test
Pasien diurigai KPD
Penilaian KPD
Anamnesia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
Transfer pasien
Berikan tokolitik jika diperlukan selama transportasi
Cari adanya infeksi intra uteri, solusia plasenta, gangguan Lahirkan dg cepat
&tepat
kesejahteraan janin
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah sebagai
berikut:
PENATALAKSANAAN PARTUS PREMATURUS
IMMINENS (PPI)
• Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
– Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi
hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
– Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat digunakan, tetapi
nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50
μg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per
infus: 10-15 μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam
(maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
– Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara bolus selama 20-30
menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek samping
yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru,
letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid:
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus,
yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid ialah:
• Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
• Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan
antibiotik:
Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka
kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Antibiotika
hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per
oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari.
Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari,
atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko
necrotising enterocolitis.
PENCEGAHAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)
• Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur (Prenatal care yang baik dan teratur)
• Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm.
• Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval,
memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi,
menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan
diawasi / diobati.
• Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba, 1998).
• Tidak menikah terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).
• Perbaiki keadaan sosial ekonomi
• Cegah infeksi saluran kencing
• Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak
KASUS 3
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. TS
2. Alamat : Patikraja
3. Usia : 31 tahun
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Agama : Islam
6. Tanggal Masuk : 1 februari 2019
(20.00)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: S:
Jumat Keluhan utama: hamil dengan tensi tinggi
1/2/2019 RPS:
Pasien rujukan puskesmas Patikraja datang ke VK IGD RSMS Purwokerto pukul 20.00 dengan G2P1A0 usia 31 tahun
Pukul: hamil 38 minggu 5 hari belum inpartu dengan preeklampsia. Keluhan seperti mual, muntah, pandangan kabur, nyeri ulu
20.00 hati, sesak nafas, sakit kepala saat siang dan malam hari disangkal serta kejang disangkal. Kenceng-kenceng (-).
Pengeluaran air ngepyok disangkal, pengeluaran lendir darah disangkal.
Tempat: • HPHT : 3/5/18
VK IGD • HPL : 10/2/19
• UK : 38 minggu + 5 hari
• R. Mens:Teratur/ 7 hari/ dismenore (-)
• R. Nikah: 1x/ 9 tahun
• R.KB : suntik
• R. Obs: G2P1A0
1. Perempuan/8 th/spontan/ bidan/ 3 kg
2. Hamil ini
• RPD : riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-), riwayat operasi (-)
RPK : riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: RSE: Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasein tinggal bersama suami yang bekerja sebagai wiraswasta.
Jumat
1/2/2019 Pasien makan tiga kali dalam sehari dengan lauk pauk seadanya dan jarang mengkonsumsi buah-buahan. Pasien jarang
berolahraga. Pasien menggunakan BPJS-PBI sebagai asuransi kesehatan
Pukul: O: Abdomen
20.00 KU/Kes: baik/compos mentis Inspeksi cembung gravid,
TD: 140/100; N:88x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,6ºC Leopold I : bokong
Tempat: TB 153 cm, BB sebelum hamil 69 kg, BB saat ini 85 kg, Leopold II : punggung kanan
VK IGD Status generalis Leopold III : kepala
Kepala Leopold IV : divergen
Mata: CA -/-, SI -/- HIS : (-)
Mulut: sianosis -/- TFU : 31 cm
Leher DJJ : 142 x /menit regular
Tiroid: tidak ada pembesaran VT : Buka 0 cm, Kepala turun hodge 1 portio medium
Thoraks posterior
Paru: sd ves +/+ RBH -/- RBK -/- Ekstremitas:
Jantung: S1>S2 Murmur (-) Gallop (-) Edem -/-/-/- akral hangat +/+/+/+
G2P1A0 usia 31 tahun hamil 38 Lapor dr. Sutrisno Sp.OG :
minggu 5 hari belum inpartu dengan -ktg print
preeklampsia
-priming gatrul 1/8 tab/vag
evaluasi 6 jam
-rawat vk
Waktu SO Planning Waktu SO Planing
2/1/2019 VK TD : 0 KU baik
2/1/2019 VK TD : 0 KU baik (04.30) N : 88x/menit
(02.00) N : 90x/menit DJJ : 144x/mnt
DJJ : 146x/mnt HIS : jarang
HIS : jarang
PE
Induksi
persalina
n
Diskusi
PREEKLAMSIA
Preeklamsia
(Gabbe, et.al, 2017; Cunningham, et.al 2014; Lim KH,
2016)
INDUKSI PERSALINAN
INDUKSI
Inisiasi aktivitas uterus dan perubahan serviks dengan
penurunan janin secara farmakologis atau cara lain pada
wanita yang sedang tidak dalam keadaan bersalin
MACAM INDIKASI
• Indikasi – Darurat
– Hipertensi gestasional yang berat
– Diduga komplikasi janin yang akut
– PJT (IUGR) yang berat
– Penyakit maternal yang bermakna dan tidak
respon dengan pengobatan
– APH yang bermakna
– Korioamnionitis
MACAM INDIKASI
Indikasi – Segera (urgent)
– KPD saat aterm atau dekat aterm
– PJT tanpa bukti adanya komplikasi akut
– DM yang tidak terkontrol
– Penyakit iso-imun saat aterm atau dekat aterm
MOST MOST
favourable multipara previous vaginal
cervix delivery
unfavourable
cervix nullipara previous C/S
LEAST LEAST
SKOR BISHOP
Favorable bila skor > 6
Skor
Faktor 0 1 2 3
PPI
gemelli
Partus Prematurus Imminens (PPI)
• Partus Prematurus Imminens adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20 – 37
minggu dihitung dari hari pertama menstuasi terakhir (HPMT) (ACOG). Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37minggu
atau kurang.
• Persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu , dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai dengan
satu atau lebih tanda berikut:
(1) perubahan serviks yang progresif
(2) dilatasi serviks 2 sentimeter atau lebih
(3) penipisan serviks 80 persen atau lebih. Menurut Mochtar (1998) partus prematurus yaitu
persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
• Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan
preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO PARTUS PREMATURUS
IMMINENS (PPI)
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah sebagai
berikut:
PENATALAKSANAAN PARTUS PREMATURUS
IMMINENS (PPI)
• Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
– Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi
hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
– Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat digunakan, tetapi
nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50
μg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per
infus: 10-15 μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam
(maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
– Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara bolus selama 20-30
menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek samping
yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru,
letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid:
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus,
yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid ialah:
• Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
• Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan
antibiotik:
Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka
kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Antibiotika
hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per
oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari.
Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari,
atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko
necrotising enterocolitis.
PENCEGAHAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)
• Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur (Prenatal care yang baik dan teratur)
• Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm.
• Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval,
memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi,
menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan
diawasi / diobati.
• Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba, 1998).
• Tidak menikah terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).
• Perbaiki keadaan sosial ekonomi
• Cegah infeksi saluran kencing
• Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak
GEMELLI
Definisi
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua
janin atau lebih yang ada didalam kandungan selama
proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar,
tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan
perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil
yang memuaskan bagi ibu janin (Wiknjosastro,
2007:286)
Menurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa,
umur dan paritas sering mempengaruhi kehamilan 2
telur
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan
hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan
dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
Patofisiologi
Tanda dan Gejala Kehamilan Gemelli
Menurut Dutton, dkk (2012:156) tanda dan gejala pada kehamilan kembar adalah sebagai berikut:
a. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransinya dan
seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin pendek dan makin banyaknya janin pada
kehamilan kembar.
b. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
c. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
d. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda (nonmaternal) lebih dari
10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar
e. Penggunaan stimulator ovulasi
f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga dapat
menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
g. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar daripada kehamilan
tunggal.
h. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada kehamilan kembar.
i. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing, edema dan varises pada
tungkai bawah dan vulva.
Komplikasi Gemeli
a. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan
preterm dan kebanyakan memerlukan perawatan pada
neonatal intensive care unit (NICU). Sekitar 50 persen
kelahiran kembar terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek
dengan bertambahnya jumlah janin di dalam uterus.
Sekitar 20% bayi dari kehamilan multipel merupakan bayi
dengan berat lahir rendah.
b. Hyalin Membrane Disease (HMD)
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali
lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang
dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal sebagai
Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering dari gagal
nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa saat
setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping hidung, retraksi
dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar
monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi
dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih
cenderung menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama
c. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas Perinatal
Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi
untuk mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal
dengan berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa,
dan ruptur uteri dapat terjadi dan menyebabkan asfiksia janin.
Kejadian cerebral palsy 6 kali lebih tinggi pada bayi kembar
dua dan 30 kali lebih sering pada bayi kembar tiga
dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada
kehamilan kembar memiliki resiko asfiksi saat lahir/dpresi
napas perinatal lebih tinggi.
d. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan
perkembangan salah satu atau kedua janin dapat
terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR
semakin besar.
KASUS 5
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. H
2. Alamat : Bumiayu
3. Usia : 40 tahun
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Agama : Islam
7. Tanggal Masuk : 01 Februari 2019 (23.30)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: S:
Jumat Keluhan utama: keluar darah dari jalan lahir
01/2/19
RPS:
Pukul: Pasien rujukan RSUD Bimiayu datang ke VK IGD RSMS Purwokerto pukul 23.30 dengan G5P2A2
23.30 umur 40 th hamil 31 mgg dengan gemelli, perdarahan pervaginam, riwayat SC 11 tahun yang lalu.
UK: 31 mgg
Tempat: Riw. nikah: 1x /14 tahun
VK IGD Riw. kb: -
Riw. anc: 5x/ bidan
Riw. alergi: alergi makanan laut, alergi obat – obatan (-)
Riw. penyakit:-
RPD : riwayat hipertensi (-) riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-), riwayat
operasi (-)
RPK : riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-)
Slide Title
SO
Hari, Tanggal: RSE: Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasein tinggal bersama suami yang bekerja sebagai wiraswasta
jumat
01/2/19 (23.300) Pasien makan tiga kali dalam sehari dengan lauk pauk seadanya dan jarang mengkonsumsi buah-buahan. Pasien jarang
berolahraga. Pasien menggunakan BPJS sebagai asuransi kesehatan
Tempat:
VK IGD O: Abdomen
KU/Kes: sedang/compos mentis Inspeksi : cembung gravid
TD: 120/80; N: 96x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,6ºC TFU 30 cm
TB 152 cm, BB saat ini 82 kg, BB sebelum hamil 70 kg Leopord I : Bokong
Status generalis Leopord II : Punggung
Kepala Leopord III: Kepala
Mata: CA -/-, SI -/- Leopord IV: konvergen
DJJ 143X/menit
Mulut: sianosis -/-
HIS -
Leher
inspekulo: pembukaan 0 CM, KK+, portio tebal
Tiroid: tidak ada pembesaran
Thoraks
Ekstremitas:
Paru: sd ves +/+ RBH -/- RBK -/- wheezing -/-
Edem -/-/-/- akral hangat +/+/+/+
Jantung: S1>S2 Murmur (-) Gallop (-)
G5P2A2 umur 40 th hamil 31 mgg dengan Lapor dr. Sutrisno Sp.OG :
gemelli, perdarahan pervaginam, riwayat SC Observasi di VK
11 tahun yang lalu Rencana SC besok
Inf RL 20 tpm
Inj Kalnex 3x500 mg
pengawasan ku, tv, ppv, his, djj dan perdarahan
Hasil Laboratorium (02/2/19)
belum ada hasil
Nilai Nilai Normal Nilai Nilai Normal
Hemoglobin Ureum
Leukosit
Kreatinin
Hematokrit GDS
Eritrosit
Natrium
Trombosit
Kalium
MCV Klorida
MCH
Protein
MCHC
RDW
MPV
PT
APTT
SGOT
SGPT
Waktu SO Planning
01/2/2019 VK IGD TD : 120/80 Rawat vk
(23.30) N : 103x/menit Konservatif
DJJ : 143x/mnt tanpa tokolitik
HIS : - Inf RL 20 tpm
gemelli
GEMELLI
Definisi
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua
janin atau lebih yang ada didalam kandungan selama
proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar,
tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan
perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil
yang memuaskan bagi ibu janin (Wiknjosastro,
2007:286)
Menurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa,
umur dan paritas sering mempengaruhi kehamilan 2
telur
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan
hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan
dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
Patofisiologi
Tanda dan Gejala Kehamilan Gemelli
Menurut Dutton, dkk (2012:156) tanda dan gejala pada kehamilan kembar adalah sebagai berikut:
a. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransinya dan
seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin pendek dan makin banyaknya janin pada
kehamilan kembar.
b. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
c. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
d. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda (nonmaternal) lebih dari
10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar
e. Penggunaan stimulator ovulasi
f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga dapat
menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
g. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar daripada kehamilan
tunggal.
h. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada kehamilan kembar.
i. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing, edema dan varises pada
tungkai bawah dan vulva.
Komplikasi Gemeli
a. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan
preterm dan kebanyakan memerlukan perawatan pada
neonatal intensive care unit (NICU). Sekitar 50 persen
kelahiran kembar terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek
dengan bertambahnya jumlah janin di dalam uterus.
Sekitar 20% bayi dari kehamilan multipel merupakan bayi
dengan berat lahir rendah.
b. Hyalin Membrane Disease (HMD)
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali
lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang
dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal sebagai
Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering dari gagal
nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa saat
setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping hidung, retraksi
dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar
monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi
dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih
cenderung menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama
c. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas Perinatal
Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi
untuk mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal
dengan berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa,
dan ruptur uteri dapat terjadi dan menyebabkan asfiksia janin.
Kejadian cerebral palsy 6 kali lebih tinggi pada bayi kembar
dua dan 30 kali lebih sering pada bayi kembar tiga
dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada
kehamilan kembar memiliki resiko asfiksi saat lahir/dpresi
napas perinatal lebih tinggi.
d. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan
perkembangan salah satu atau kedua janin dapat
terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR
semakin besar.