Anda di halaman 1dari 95

Pembimbing:

dr. Hapsari Triandriyani., Sp.KK., M.Kes


dr. Gayanti Germania., Sp.KK
dr. Christilla Citra Aryani., Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD PASAR REBO
Periode 24 Desember - 26 Januari 2019
Pendahuluan
DEFINISI
Penyakit yang didapati dari hubungan seksual dengan
pasangan yang terinfeksi

 genito-genital
 oro-genital Kelainan yg timbul Ekstra
 ano-genital Genital

Sexually Sexually
Veneral Disease Transmitted Transmitted
Disease Infection
Klasifikasi IMS

Organisme Penyebab IMS

Bakteri: gonore, infeksi non-gonore, sifilis

Virus: herpes genital, kondilomata akuminata, HIV/AIDS, Moluskum kontagiosum, hepatitis B

Protozoa: trikomoniasis

Jamur: kandidiasis vaginalis

Ektoparasit: Pedikulosis pubis, skabies


Klasifikasi IMS

Gejala IMS

• Gejala duh tubuh genital


gonore, infeksi non-gonore, trikomoniasis, kandidosis genital, dan
vaginosis bakterial
• Gejala ulkus
sifilis, ulkus mole, herpes genitalis
• Gejala pertumbuhan vegetatif
kondilomata akuminata, bubo
GONORE

Neisseria gonorrhoeae
Menyerang mukosa
 Gonokokus Gram (-)

Wanita : endoserviks Pria : membrane


dan kelenjar bartholine mukosa uretra
Diagnosis
Anamnesis
• Masa tunas 2-5 hari
• Pria : Panas saluran kemih, disuria, polakisuria, discharge putih/kuning kehijauan, kental, nyeri saat
ereksi
• Perempuan : keputihan berwarna putih, kuning kehijauan, agak kental, nyeri berkemih

Pemeriksaan Fisik
• Pria : orificium uretra hiperemis, udem, dan ektropion, disertai duh tubuh yang mukopurulen.
• Perempuan : serviks hiperemis, erosi dan sekret mukopurulen, tampak mengalir dari dalam serviks,
nyeri goyang serviks, nyeri perut bawah

Pemeriksaan Penunjang
• Pewarnaan Gram  diplokokus di dalam dan di luar PMN
• lekosit polimorfonuklear pada sediaan hapus serviks perempuan >30/lpb, pada uretra laki-laki
>5/lpb
• Biakan Thayer Marthin  koloni putih keabuan, mengkilap, cembung
Pengobatan
GONORE AKUT TANPA KOMPLIKASI GONORE DENGAN KOMPLIKASI
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal Sefiksim 400 mg/hari per oral, selama 5
ATAU hari ATAU
Seftriakson 250 mg injeksi intramuskular, Seftriakson 250 mg/hari injeksi
dosis tunggal ATAU intramuskular, selama 3 hari ATAU
Kanamisin 2 gr injeksi intramuskular, dosis Kanamisin 2 gr injeksi intramuskular,
tunggal selama 3 hari
Infeksi genital non spesifik

I.G.N.S  tidak spesifik  Wanita


U.N.S  Pria
>> Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma urealyticum
Mycoplasma hominis
Gardnerella vaginalis
Alergi
Bakteri  Staphylococcus dan difteroid
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


• Masa inkubasi 1-3 minggu • Pria : orificium uretra hiperemis, • Pewarnaan Gram  diplokokus (-)
udem, dan ektropion, duh tubuh • lekosit polimorfonuklear pada sediaan
• Keluhan lebih ringan  duh tubuh
seromukoid, mukoid atau purulen. hapus serviks perempuan >30/lpb,
<<, serosa, bercak di celana pagi pada uretra laki-laki >5/lpb
hari, disuria ringan, sering kencing • Perempuan : >> serviks ,hiperemis, • Asam nukleat C.Trachomatis  Gen
folikel2 kecil rapuh dan mudah Probe (proses hibridasi)
berdarah, sekret mukopurulen, • Amplifikasi asam nukleat  PCR dan LCR
nyeri daerah pelvis.
Pengobatan
Doksisiklin 2 x 100 mg per hari per oral, selama 7 hari ATAU
Azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal ATAU
Tetrasiklin 4 x 500 mg per hari per oral, selama 7 hari ATAU
Eritromisin 4 x 500 mg per hari per oral, selama 7 hari
Bakterial Vaginosis Trikomoniasis
Definisi Sindrom perubahan ekosistem vagina dimana terjadi Infeksi bagian bawah saluran urogenital bagian bawah pada
penggantian dari lactobacillus yang normal memproduksi wanita yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
H2O2 di vagina dengan bakteri anaerob

Etiologi Gardnerella vaginalis Trichomonas vaginalis


 Gram negatif
 Berbentuk batang
 Tes katalase, oksidase, reduksi nitrat, indole, dan
Urease semuanya positif
 Anaerob fakultatif
 Parasit anaerob
 Mempunyai 4 flagel, bergerak seperti gelombang
 Hidup dalam suasana pH 5-7.5
 Suhu 50oc mati dalam beberapa menit, namun pada
suhu 0o dapat bertahan sampai 5 hari

Masa inkubasi 48 jam pada suhu 37oc dalam kelembapan atmosfir 5% 4 hari-3 minggu
Bakterial vaginosis Trikomoniasis

Gambaran klinis Kriteria AMSEL Pada kasus akut


 pH vagina >4,5  Sekret vagina seropurulen berwarna kekuningan, kuning-
 Ditemukannya clue cell pada sediaan basah hijau
 Amin test / sniff test (+)  Sekret berbau tidak enak dan berbusa
 Duh tubuh vagina melekat pada dinding vagina,  Dinding vagina tampak sembab dan kemerahan
homogen, putih keabu-abuan  Pada dinding vagina dan serviks terbentuk abses kecil yang
Dapat diperhatikan pula: tampak sebagai granulasi berwarna merah disebut juga
 Bau lebih menusuk setelah senggama strawberry appearance
 Darah menstruasi berbau abnormal  Disparenia
 Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa  Perdarahan pasca coitus
terbakar) Pada kasus kronik
 50% bersifat asimptomatik  Gejala lebih ringan
 Sekret biasanya tidak berbusa
Bakterial vaginosis Trikomoniasis

Pemeriksaan penunjang  Sediaan basah


 Sediaan apus dengan pewarnaan Gram, Giemsa, atau Papanicolaou
 Biakan pada media In Pouch TV

 Sediaan basah
Ditemukan adanya clue cell
 Pengecatan Gram
Tampak batang-batang kecil Gram negatif yang
tidak dapat dihitung jumlahnya
 Bau amin (tes Sniff)  +
 pH 4.5-5.5

Terapi  Metronidazol 2x500mg/hari per oral, 7 hari ATAU  Metronidazol 2 gr, dosis tunggal per oral (dapat diberikan pada
 Metronidazol 2 gr per oral dosis tunggal ATAU wanita hamil) ATAU
 Klindamisin 3x300 mg/hari, per oral, 7 hari  Metronidazol 2x500 mg/hari, per oral,selama 7 hari
 Tinidazol 2 gram per oral dosis tunggal
 Semua pasien trikomoniasis harus diobati (asimptomatik maupun
simptomatik)
Kandidiasis vulvovaginalis

Definisi Infeksi vagina dan atau vulva yang disebabkan oleh genus Candida dengan berbagai manifestasi klinik yang dapat berlangsung
akut, kronik, atau episodik.

Etiologi C.albicans (85-90%)

 Memiliki spora bulat dan lonjong


 Kadang ada yang menonjol di dinding spora (budding) disebut sebagai pseudohifa
 C. glabrata dan C.parapsilosis (5-10%)

Gambaran klinis  Duh tubuh vagina dapat berwarna putih putih atau kuning, tidak berbau atau sediki berbau masam, menggumpal seperti
“cottage cheese” atau butir-butir kepala susu
 Vulva pruritus, eritem, iritasi, lesi satelit
 Rasa terbakar
 Dispareunia
 Gambaran yang khas adalah adanya pseudomembran berupa bercak putih kekuningan pada permukaan vulva atau dinding
vagina yang disebut “vaginal trush”
Gambaran klinis

Pemeriksaan penunjang  Pemeriksaan KOH


 Pemeriksaan Gram
Hasilnya bila (+) didapatkan gambaran seperti Gram positif berbentuk oval, terdapat budding.
Bahan : Cairan vagina yang diambil dari forniks vagina atau bias juga pada pseudomembran

Terapi  Klotrimazol vaginal tablet 500 mg dosis tunggal


 Klotrimazol vaginal tablet 200 mg selama 3 hari
 Ketokonazol 2x200 mg/hari per oral selama 5 hari*
 Flukonazol 150 mg dosis tunggal per oral *
 Itrakonazol 1x200 mg per oral dosis tunggal*
*Tidak boleh untuk wanita hamil dan menyusui
Sifilis
• penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum , yang
mempunyai beberapa sifat yaitu :
• perjalanan penyakitnya sangat kronis,
• dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh ,
• dapat menyerupai bermacam-macam penyakit,
• mempunyai masa laten,
• dapat kambuh kembali(rekuren)
• dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital.
Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan seksual, sifilis juga bisa
ditularkan melalui luka,transfusi dan jarum suntik.
• Sinonim yang umum ialah lues venerea, atau biasanya disebut lues saja.
Atau disebut raja singa.
Etiologi
• Treponema pallidum  oleh
SCHAUDINN dan HOFFMAN (1905)
• Kuman ini termasuk :
• Ordo : Spirochaetalis
• Famili : Spirochaetaceae
• Genus : Treponema
• ditularkan ketika hubungan seksual
dengan cara kontak langsung dari luka
yang mengandung treponema.
• Treponema dapat melewati selaput
lendir yang normal atau luka pada kulit.
Ciri-ciriTreponema pallidum

Berbentuk spiral
Berukuran panjang : 6 – 15 m, tebal 0,25
m
Terdiri dari 8 – 24 kumparan
Dapat bergerak maju mundur, berotasi,
undulasi dari sisi yang satu ke sisi yang lain
Berkembang biak dengan cara membelah
secara melintang
Stadium aktif berlangsung setiap 30 jam
Tidak dapat bertahan di udara kering, suhu
panas, desinfektans, sabun
Tidak dapat dibiak di media buatan, namun
dapat diinokulasi pada hewan percobaan
Klasifikasi
• Sifilis dibagi menjadi
• sifilis kongenital
• dini (sebelum dua tahun)
• lanjut (sesudah dua tahun)
• stigmata.
• sifilis akuisita(didapat).
• sifilis juga dikelompokkan berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologis,
yaitu :
• Sifilis primer (SI)
• Sifilis sekunder (SII)
• Sifilis laten dini dan sifilis laten lanjut
• Sifilis tersier (sifilis benigna lanjut)/(SIII)
• Sifilis kardiovaskuler dan Neurosifilis
PATOFISIOLOGI
STD DINI
 Infeksi (+) – kontak langsung dg lesi kulit / selaput lendir yg
mengdg T. pallidum

 Penularan dpt melalui darah – transfusi


 Penularan – transfusi / plasenta  sifilis bawaan  disebut
Sifilis d’emblee

 Kuman masuk kulit melalui port d’entrée :


mikro /makrolesi
 Kuman masuk selaput lendir melalui / tanpa
lesi.
10 – 90 hari (umumnya 3 – 4 mgg) sth infeksi - tempat masuk kuman 
kuman berkembang biak & tbh pasien bereaksi btk infiltrat (terdiri dr sel
limfosit & plasma)  papel – lesi primer

Lesi primer bertahan 1 – 5 mgg, dpt sembuh spontan (tanpa pengobatan)

Tes serologi u sifilis (Serologic Test for Syphillis = STS) std ini masih negatif &
baru (+) sth 1 -4 mgg kemudian
 6 mgg (antara 2 – 6 mgg) sth lesi primer (+)  kelainan kulit & selaput
lendir – generalisata

Kdg2 kelainan klt hny sedikit & dpr sembuh dlm wkt 2 – 6 mgg. Masa tanpa kelainan
: sifilis laten – adanya penyakit dibuktikan dg hasil STS

¼ kasus  mengalami 1 x kekambuhan


Diperkirakan : ⅓ ps tanpa th/  sifilis lanjut, ⅔ tdk / mengalami kelainan
PATOGENESIS
STD LANJUT
Treponema dalam keadaan dorman, keseimbangan jaringan dan treponema berubah
(sebab blm jelas) -> trauma sbg faktor presipitasi

Munculah S III (guma), reaksi hebat -> destruktif dan bertahun-tahun, setelah fase
laten guma timbul di tempat” lain

Treponema mencapai sistem kardiovaskuler & saraf pd waktu dini, tp kerusakan tjd perlahan-lahan utk
menimbulkan gejala klinis
Gangguan saraf dan kardiovaskuler (-) pada penderita dg GUMA, 2/3 kasus stadium laten tanpa gejala
SIFILIS KONGENITAL (SK)

Infeksi  janin, didpt dr ibu hamil yg menderita sifilis


Infeksi  sth bln ke 4 kehamilan – plasenta sdh terbentuk lengkap

Penularan paling srg (+) pd bln ke 6 – sel Langerhans sdh  atrofi


sempurna

Ibu hamil sifilis dini (std 1 / 2) srg  melahirkan bayi mati


Ibu hamil sifilis lanjut  melahirkan bayi SK / bayi sehat tanpa terinfeksi
• SK DINI
G/ (+) beb mgg (3 mgg) sth lahir
Mkn dini timbul G/  P/ mkn buruk

• SIMTOMATOLOGI
Kelainan kulit : vesikel, bula  telapak tangan &
telapak kaki
Vesikel pecah  erosi + krusta – Pemfigus
sifilitika
Cairan dlm vesikel/bula  banyak T. pallidum
Bila kelainan (+) setelah > 1 – 2 bln  G/ = sifilis std II didapat
Kelainan  kulit, mukosa, kelenjar, hepar, lien,
ginjal, paru, mata, tulang & SSP

Kulit : Papul + skuama dg konfigurasi spt S II – anular, sirsiner, polisiklik &


kondilomata lata

Selaput lendir : sekret hidung srg campur darah & banyak T. pallidum

Tulang : osteokondritis, srg menyerang tulang panjang  Rontgen


Sekitar 60 %  hepatomegali

Paru-paru : pneumonia alba


SK LANJUT
• Kelainan (+) sth usia > 2 tahun  usia 7 – 9 tahun

Kelainan klinik – Trias Hutchinson :


• Mata - keratitis interstisialis  buta
• Ketulian nervus VIII
• Gigi Hutchinson – gigi insisivus I atas kanan & kiri –
gigi tetap – btk spt obeng / gergaji

Kelainan tulang tibia, frontal, palatum durum  perforasi, sendi,


kardiovaskular & SSP – paresis
Penegakkan D/ - pem klinis & serologi
STIGMATA
Kelainan= G/ sisa & deformitas akibat Std dini & lanjut

KELAINAN KLINIK
 Garis-garis radiar – sudut mulut,
 Gigi Hutchinson,
 Gigi molar pertama berbentk spt murbei
 Penonjolan tulang frontal – Frontal Bossing

DIAGNOSIS
Kelainan klinis & serologi
Sifilis Akuisata
SIFILIS DINI(MENULAR)
STADIUM 1
• Antara 10-90 hari( 2-4 minggu) setelah kuman masuk akan timbul lesi kulit di
tempat masukknya kuman Treponema.
• Pada umumnya jumlah lesi hanya satu, tetapi kadang-kadang lebih dari 1.
• Lesi efek primer ini berupa papel yang kemudian berubah menjadi papel erosi
atau ulkus yang dikenal sebagai ulkus durum dengan sifat-sifat khas sebagai
berikut:
• Biasanya soliter
• Berbentuk lonjong atau bulat
• Berukuran beberapa mm sampai 1 atau 2 cm.
• Tepi ulkus teratur, berbatas tegas dengan tanda-tanda radang negative
• Dinding ulkus tegak
• Permukaan dasar ulkus bersih, berwarna merah
• Isi ulkus berupa cairan serus
• Pada perabaan terdapat indurasi( durum) dan tidak nyeri tekan( indolen)
• Pada umumnya lokasi efek primer timbul di daerah genital, namun
juga dapat ditemukan di ekstra genital.
• Efek primer ini dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu
3-10 minggu. Seminggu setelah timbul efek primer akan terjadi
penjalaran infeksi ke kelenjar getah bening regional, yaitu region
inguinal medial.
• Kelenjar tersebut memberar, soliter, padat, kenyal, indolen, tidak
supuratif, tanpa adanya periadenitis dan dapat digerak secara bebas
dari jaringan di sekitarnya. Kelainan ini dikenal sebagai kompleks
primer.
• Penegakkan diagnosis stadium 1 dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskop lapangan gelap atau dengan pewarnaan Burri.
• Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah bahan yang diambil dari
dasar ulkus durum, atau dari bahan yang diperolah dari pungsi
kelenjar getah bening yang terinfeksi.
SIFILIS DINI(MENULAR)
STADIUM 2
Kelainan – sistemik, didahului gejala/
 (+) sth 6 – 8 mgg prodromal :
 the Greatest Imitator of all
 Nyeri otot, sendi, suhu subfebril,
the skin diseases. sukar menelan (angina sifilitika),
 Penting – tanpa gejala/ malaise, anoreksi & sefalgia
rasa gatal  Kelainan  kulit, selaput lendir,
kelenjar & organ tubuh lain
- Papuloskuamosa –
mirip psoriasis
(psoriasis sifilitika),
- papulokrustosa –mirip
frambusia
(sifilisframbusiformis)
- Makula eritem, bulat - Pustula, - bersifat
lonjong (roseola - Papula arsiner, sirsiner
destruktif  pd KU
sifilitika) t u  dada, dan polisiklik
buruk (rupia sifilitika
perut, punggung, - Papula diskret – telapak
= lues maligna)
lengan, tangan  ke tangan dan telapak kaki
- Papula korimbiformis
seluruh tubuh
- Kondiloma lata – kulit
- Transien dan berakhir
lipatan-lipatan yang
 hipopigmentasi
lembab & hangat
(leukoderma sifilitika)
- Papel - batas kulit Kelainan - Papula + folikulitis yang
dapat  alo
rambut kepala (korona
veneris)
kulit pesiasifilitika
• STADIUM LATEN DINI
• Stadium ini terjadi kurang dari 2 tahun setelah infeksi. Tidak terdapat
tanda-tanda klinis, namun bersifat menular. Penegakkan diagnosis
hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan STS yang
positif.
• STADIUM REKURENS
• Kelainan klinis yang timbul biasanya seperti kelainan stadium 2,
namun kelainan yang timbul bersifat setempat. Kadang-kadang dapat
juga timbul kelainan seperti stadium 1.
STADIUM LANJUT(TIDAK MENULAR)
STADIUM LATEN LANJUT
• Disebut laten lanjut bila terjadi pada waktu lebih dari 2 tahun setelah
infeksi.
• Pada stadium ini, tidak terdapat kelainan klinis dan hanya dapat
diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan STS yang positif.
• Lamanya masa laten ini dapat berlangsung bertahun-tahun, bahkan
dapat berlangsung seumur hidup.
STADIUM 3
• Kelainan timbul 3-10 tahun sesudah stadium 1 dengan kelainan khas
berupa guma,
• yakni infiltrate yang berbatas tegas, bersifat kronis, cenderung mengalami
perkejuaan( perlunakan) dan pecah dengan membentuk ulkus yang
berdinding curam, dasar yang berisi jaringan nekrotik yang berwarna kuning
keputihan( ulkus gumosum) dan bersifat destruktif dan sepiginosa.
• Pada umumnya guma soliter, tetapi juga dapat multiple dengan ukuran
berkisar dari milier sampai beberapa cm.
• Guma ini dapat timbul disemua jaringan dan dapat merusak semua jenis
jaringan seperti, tulang rawan hidung,palatum atau organ dalam tubuh
seperti lambung, hepar, lein, paru-paru, testis dan lain-lain.
Pemeriksaan Treponema pallidum

• Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap melihat pergerakkan


Treponema

• Pewarnaan Burri (tinta hitam)  tidak adanya pergerakan


Treponema, - T. pallidum telah mati  kuman berwarna jernih
dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam.
TSS atau Serologic Tests for Syphilis (STS)
Tes nontreponemal
• Tes komplemen fiksasi: Wasserman (WR), Kolmer.
• Tes flokasi: VDRL (Veneral Disease Research Laboratories), Kahn, RPR
(Rapid Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin
Screen Test).
Tes treponemal
• Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau
ekstraknya dan dapat digolongkan menjadi empat kelompok:
• Tes imobilisasi: TPI (Treponemal pallidum Immobilization Test).
• Tes fiksasi komplemen: RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test).
• Tes imunofluoresen: FTA-Abs (Fluorecent Treponemal Antibody Absorption
test), ada dua: IgM, IgG.
• Tes hemoglutisasi: TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay), IgS
IgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay).
Penatalaksanaan
• Sifilis III
• Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
• Sifilis primer dan sekunder
• Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis
• Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta
unit/kali) dan diberikan 1 x seminggu total 18 juta unit (600.000 unit)
• Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis • Penisilin prokain + 2% alumunium
600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari. monostearat, dosis total 9,6 juta unit
• Penisilin prokain +2% alumunium monostearat,
dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu)
unit/kali sebanyak dua kali seminggu. • Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap
• Sifilis laten penisilin, dapat diberikan:
• Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit • Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15
• Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total hari.
12 juta unit (600.000 unit sehari).
• Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15
• Penisilin prokain +2% alumunium monostearat,
dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta hari.
unit/kali, dua kali seminggu). • Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang
alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:
• Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30
hari
• Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30
hari.
Herpes Simpleks
Definisi
• Herpes simplex adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
VHS(Virus Herpes Simplex Hominis), terutama pada daerah
mukokutan dengan lesi berupa vesikulae berkelompok di atas dasar
kulit eritematosus dengan oedema.
• Penyakit ini biasanya akan sembuh sendiri namun cenderung
rekurens.
• Sinonim untuk penyakit ini ialah Fever blister, Cold sore, Herpes
febrilis,Herpes labialis dan Herpes genitalis.
ETIOLOGI

• Kelompok virus herpes sebagian besar terdiri dari


virus DNA.
• HSV-1 dan HSV-2 adalah virus double-stranded DNA
yang termasuk dalam
subfamily : Alphaherpesvirinae
family : Herpesviridae.
• Bertransmisi melalui sel epitel mukosa, serta melalui
gangguan kulit, bermigrasi ke jaringan saraf, di mana
mereka tetap dalam keadaan laten.
EPIDEMIOLOGI
• Pada anak-anak berumur <10 tahun, infeksi herpes
sering asimtomatik dan dengan tipe tersering adalah
HSV-1 (80-90%).
• Antibodi untuk HSV-1 sekitar 90% ditemukan pada
individu berumur 20-40 tahun.
• HSV-2 merupakan penyebab infeksi herpes genital yang
paling banyak (70-90%).
• Antibodi untuk HSV-2 jarang ditemukan sebelum masa
remaja karena asosiasi HSV-2 terkait dengan aktivitas
seksual.
Patogenesis
• HSV menyebabkan infeksi sitolitik,perubahan patologiknya
mengakibatkan nekrosis sel-sel yang terinfeksi disertai dengan
respons peradangan.
• Lesi yang dicetuskan di kulit dan selaput mukosa oleh HSV-1 dan HSV-
2 sama dan mirip dengan yang diakibatkan oleh virus varisela-zoster.
• Perubahan yang ditimbulkan oleh HSV mirip untuk infeksi primer dan
rekurens tetapi bervariasi dalam derajatnya,memperlihatkan tingkat
sitopatologi virus.
• Perubahan sitopatologik yang khas mencakup
• pembengkakan sel-sel yang terinfeksi
• pembentukan badan inklusi dalam inti Cowdry tipe A
• pembentukan sel-sel raksasa yang berinti banyak(multinucleated giant cell).
• Cairan edema menumpuk diantara lapisan epidermis dan dermis.
• Cairan vesikular ini mengandung sejumlah besar sel yang bebas
virus,sisa-sisa sel dan sel-sel peradangan.
• Di kulit,cairan tersebut diabsorpsi membentuk keropeng, dan lesi
menyembuh tanpa jaringan parut.
• Pada selaput mukosa,vesikel pecah secara cepat dan membentuk
ulkus yang dangkal.
Gejala Klinis
Infeksi Primer
• Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah
mulut dan hidung,biasanya dimulai pada usia anak-anak. Virus ini juga
sebagai penyebab herpes ensefalitis.
• Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah
pinggang ke bawah,terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan
herpes meningitis dan infeksi neonatus.
• Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat,kira-kira 3 minggu
dan sering disertai gejala sistemik, misalnya
• Demam
• Malaise
• Anoreksia
• pembengkakan kelenjar getah bening regional.
• Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel
yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa,berisi cairan jernih dan
kemudian seropurulen, dapat menjadi
krusta dan kadang-kadang mengalami
ulserasi yang dangkal,biasanya sembuh
tanpa sikatriks.
• Pada perabaan,tidak terdapat indurasi.
Kadang-kadang dapat timbul infeksi
sekunder sehingga memberi gambaran yang
tidak jelas.
• Umumnya didapati pada orang yang
kekurangan antibodi virus herpes simplex.
• Pada wanita ada laporan yang mengatakan
bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia
eksterna disertai infeksi pada serviks.
• Fase laten
• Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis,tapi VHS dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
• Infeksi rekurens
• Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak
aktif,dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis.
• Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan
berlangsung kira-kira 7-10 hari.
• Sering ditemukan gejala prodormal lokal sebelum timbul vesikel berupa
rasa panas,gatal dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat
yang sama(loco) atau tempat lain/tempat di sekitarnya(non-loco).
Pemeriksaan Penunjang
• Tes Virologi
• Kultur Virus
• PCR
• tes Tzanck smear
• Tes Serologi
• uji Western Blot
• ELISA
• radioimunoasai atau imunofluoresensi
• tes Biokit HSV-2
Pengobatan
Ulkus Mole
DEFINISI
UM – penyakit infeksi genital – akut, lokalisata, disebabkan oleh
kuman Streptobacillus ducreyi (Haemophilus ducreyi)
Gejala khas – ulkus nekrotik, nyeri – di tempat inokulasi & srg disertai
dg supurasi KGB regional

MDL/UM/Peb/2006
ETIOLOGI
• Basil Haemophilus ducreyi - streptobasilus –
• Gram negatif
• Halus, pendek-pendek
• Tidak berwarna
• Berspora
• Bagian ujungnya agak membundar - halter, tersusun memanjang
seperti rantai / rel kereta api.

MDL/UM/Peb/2006
PATOGENESIS

• Dg adanya trauma / abrasi,  kuman penetrasi ke dlm epidermis.


• Limfadenitis yang terjadi akibat infeksi Haemophilus ducreyi disertai
dengan supurasi.
• Respons imun yg berhub dg patogenesis & kerentanan peny - tidak
diketahui.
• Hasil penyelidikan  adanya respons hipersensitivitas lambat &
respons antibodi pd pasien dg chancroid.
• Antibodi (+) dg pem fisaksi komplemen, aglutinasi, presipitasi & tes
fluoresens antibodi indirek.

MDL/UM/Peb/2006
Gejala Klinis
• Masa inkubasi : 1 – 14 hari
• Timbulnya lesi akb – autoinokulasi  lesinya multipel, biasanya (+)
di daerah ekstra genital.
• Daerah predileksi di genital pada laki-laki berbeda dengan wanita.
• Pada laki-laki biasanya (+) di frenulum, sulkus koronarius,
prepusium bagian dalam & batang penis.
• Pada wanita (+) di labium mayus, vulva, klitoris, uretra dan servik.
• Pada ekstra genital, lesi +) di bibir, tangan, kelopak mata, dada &
lidah.
• Lesi awal (+) di daerah inokulasi : papel, kemudian  vesiko-pustul,
lesi ini dlm beb jam  pecah  ulkus

MDL/UM/Peb/2006
Gejala Klinis

Ciri khas ulkus mole


• Bentuk bulat / lonjong
• Kecil, multipel
• Dikelilingi halo eritematosa & edematus
• Berbentuk seperti cawan
• Tepi ulkus tidak teratur / tidak rata
• Dinding bergaung
• Dasar ulkus - jaringan granulasi - mudah berdarah, isi sekret keruh,
tertutup sekret kotor berwarna kuning, jaringan nekrotik
• Perabaan ulkus - lunak, tanpa indurasi, mudah berdarah & terasa nyeri.
MDL/UM/Peb/2006
Large single ulcer of the prepurce

Multiple ulceration of the sulcus corona

Multiple ulcerations of the sulcus


corona and the frenulum

Ulkus durum dg ulkus di KGB inguinal

MDL/UM/Peb/2006
Chancroid di penis, kissing effect

Ulkus mole

MDL/UM/Peb/2006
Gejala Klinis

• Sekitar 30 % pembesaran KGB inguinal medial (+)


• Peradangan KGB disertai demam & tanda-tanda radang akut 
disertai dg periadenitis.
• Bila  perlunakan, kulit di atasnya  merah, tipis & abses yg nyeri
tekan
• Proses perlunakan selanjutnya membentuk sinus-sinus yg tidak
teratur.

MDL/UM/Peb/2006
BENTUK KLINIS

1. Ulkus mole folikularis


• Lesi (+) di folikel rambut, lesi menyerupai folikulitis akb inf kokus, yg cepat  ulkus.
• Lesi tu (+) : vulva, daerah berambut di sekitar genitalia & letak sangat superfisial.
2. Dwarf chancroid
• Ukuran lesi sgt kecil & menyerupai lesi erosi - herpes genitalis, bedanya tepi lesi berdarah &
dasar lesi tidak teratur.
3. Transient chancroid (chancre mou valant)
• Lesi ukuran kecil, dpt sembuh dlm beberapa hari, 2 – 3 minggu kemudian  bubo daerah
inguinal yg meradang - menyerupai limfogranuloma venereum.
4. Papular chancroid (Ulcus mole elevatum)
• Lesi mulai dgn ulkus yg tepinya menonjol. Gambaran lesi menyerupai kondilomata lata - sifilis
stadium II

MDL/UM/Peb/2006
5. Giant chancroid
• Awalnya ukuran ulkus kecil,  meluas scr cepat, sering + abses inguinal
yg pecah &  meluas ke suprapubis, paha dg autoinokulasi.
6 Phagedemic chancroid
• Lesi kecil membesar & destruktif dg jar. nekrotik luas. Genitalia eksterna
dpt hancur. Beb kasus + dg inf. organisme Vincent.
7. Tipe serpiginosa
• Lesi membesar akb perluasan lesi / autoinokulasi ke lipatan paha / paha.
Ulkus jarang menyembuh, dpt menetap -berbulan-bulan / bertahun-
tahun.
MDL/UM/Peb/2006
• ½ kasus ulkus mole  bubo - adenitis  inguinal. Bubo dpt (+) dlm
beb hari sp 2 minggu sth lesi primer (+).
• > dari ½ kasus adenitis dpt sembuh ≠ supurasi
Sifat bubo pada ulkus mole:
• Unilateral
• Eritematosa
• Membesar
• Nyeri

MDL/UM/Peb/2006
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan sediaan hapus


Bhn pem diambil
• Dinding ulkus yg menggaung,
• Aspirasi bubo
• Dibuat  sediaan hapus pd gelas objek, pewarnaan Gram, Unna-
Pappenheim, Wright, Giemsa.
• Hanya sebanyak 30 – 50 % ditemukan basil streptobasil yang
berwarna merah tersusun berkelompok atau seperti gerombolan ikan
/ berderet seperti rantai dg nanah biru kehijauan.

MDL/UM/Peb/2006
2. Biakan kuman
Bhn pem : pus bubo / lesi, ditanamkan di media khusus seperti :
• Yg di(+) dg darah kelinci yg sdh didefibrinasi, sistin, dekstrose &
beef infusion. Media diinkubasikan - suhu 28 – 32 °C - 48 jam. 
tampak koloni kecil, bersih dan cekung.
• Media yg mengandung serum darah ps sendiri yg sdh
diinaktivasikan. Diinkubasi - 48 jam
• Media yg mengandung gonococcal medium base, di (+) 1 %
hemoglobin, 1 % Iso-Witalex & Vankomisin 3 mcg/ml guna
mengurangi kontaminasi kuman lain.

MDL/UM/Peb/2006
3. Pem lab - teknik imunofluoresensi u menemukan adanya Ab.
4. Biopsi
• Gamb. histopatologi ditemukan :
• Daerah superfisial dasar ulkus: adanya neutrofil, fibrin, eritrosit & jaringan
nekrotik
• Daerah tengah ulkus: ditemukan pembuluh-pembuluh darah kapiler baru
disertai dg proliferasi sel-sel endotel, sehingga lumina tersumbat &
menimbulkan trombosis. Di samping itu jg terjadi degenaratif ddg
pembuluh darah.
• Daerah dalam ulkus: ditemukan infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma &
sel-sel limfoid.
• Pada pemeriksaan histopatologi jarang ditemukan kuman
penyebab.
MDL/UM/Peb/2006
KOMPLIKASI
1. Mixed chancre
• Ulkus mole + sifilis stadium I. Awalnya lesi  ciri khas ulkus mole, sth 15 – 20 hari  manifes. Ini tu bl Th/ dg
sulfonamida
2. Abses kelenjar inguinal
• Ini jg disebut inflammatory bubo, - komplikasi terbanyak
• KGB membesar, warna kulit di atasnya - kemerahan, fluktuasi. Bl abses kelenjar inguinal tidak Th/ scr adekuat, abses 
memecah & menimbulkan sinus yg  meluas menjadi ulkus & disebut ulserasi chancroid. Ulkus ini kemudian akan
membesar  giant chancroid
3. Balanitis, fimosis dan parafimosis
• Merupakan komplikasi yg serius. K/ ini tu (+) pd ps yg tidak disirkumsisi. K/ ini (+) akb ulkus mole yg mengenai
prepusium.
• Prepusium menjadi bengkak, merah, udematus & sangat nyeri.
4. Fistula uretra
• K/ ini (+) akb ulkus mole yg  glans penis & bersifat destruktif. K/ ini  rasa nyeri pd buang air kecil & pd keadaan
lanjut  striktura uretra.
5. Fuso spirokhetosis
• K/ ini (+) akb infeksi mikroorganisme lain,  mengakibatkan ulkus cepat menjadi parah & bersifat destruktif. Ini disebut
phagedena. Di samping itu, lesi + dg limfogranuloma venereum / granuloma inguinale.
MDL/UM/Peb/2006
PENGOBATAN

I. Sistemik
1. Sulfonamid
• Sulfatiazol, sulfadiazine, sulfadimidin. Dosis I : 2 – 4 gr, dilanjutkan dg 1
gr tiap 4 jam sp sembuh sempurna (sekitar 10 – 14 hari)
• Ko-trimoksazol - kombinasi sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80
mg / tablet. Dosis : 2 x 2 tablet, selama 10 hari
2. Streptomisin
Dosis : 1 gr tiap hari selama 10 – 14 hari
3. Penisilin
Efektivitas obat ini <. Preparat ini baru diberikan bl terdapat inf.
organisme Vincent.

MDL/UM/Peb/2006
4. Tetrasiklin dan oksitetrasiklin
Dosis : 4 x 500 mg / hari, selama 10 – 20 hari. Th/ dg obat ini dpt
menutupi G/ S I
5. Kanamisin
Dosis : 2 x 500 mg, i.m. tiap hari, selama 6 – 14 hari. Obat ini tidak
berefek terhadap T pallidum.
6. Kloramfenikol
Obat ini efektif untuk H ducreyi. Namun obat ini bersifat toksik, maka
obat ini tidak digunakan.
II. Lokal
• Bl terdapat bubo telah  supurasi, perlu  aspirasi.

MDL/UM/Peb/2006
Kondiloma Acuminata
• Definisi
adalah Kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa

• Sinonim: Genital warts, penyakit jengger ayam

• Etiologi : HPV. Paling banyak tipe 6 dan 11.


• Predileksi
- Pada wanita : Labia mayor/minor, Area perineum, periuretra
- Pada pria : Frenulum, glan penis, preputium, batang penis
• Manifestasi Klinis
- Masa inkubasi
1 – 8 bulan (rata-rata 2 – 3 bulan)  HPV masuk ke tubuh melalui
mikrolesi pada kulit sehingga sering timbul di daerah yang mudah
mengalami trauma saat hubungan seksual
• Klasifikasi
1. Bentuk akuminata
- Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab
- GK : Vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot- jonjot
seperti jari  Kembang kol (Cauliflower-floret)
2. Bentuk papul
- Papul dengan permukaan yang halus dan licin, multiple dan
tersebar secara diskret
3. Bentuk datar (Flat topped papul / pustule)
- Secara klinis  Makula atau bahkan sama sekali tidak tampak
dengan mata telanjang (infeksi subklinis)
- Baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat dan kolposkopi
Diagnosis
• Ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Bila lesi tidak jelas dapat dilakukan:
1. Tes asam asetat 5%
Bubuhkan dengan lidi kapas pada lesi.
Lesi berubah jadi putih (aceto-white)  (+)
2. Kolposkopi

3. Pemeriksaan histopatologi
- Papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal
• Diagnosis Banding
- Pearly penile papule
Papul berwarna sama seperti kulit atau putih kekuningan
Gambaran seperti cobblestone, tersebar diskret
Merupakan varian dari kelj sebasea  Tdk perlu pengobatan
• Kondiloma Lata
- Bentuk sifilis std II
- Lesi berupa papul dengan permukaan lebih halus dan lebih bulat
- Pada lipatan dan lembab  anus dan vulva
• Karsinoma sel skuamosa
- Sulit dibedakan
- Lesi tidak respon terhadap pengobatan
- Perlu periksa histopatologi
Tatalaksana
• Kemoterapi
1. Tinktura podofilin 10-25%
- Beri vaselin sekitar lesi dengan vaselin untuk melindungi
- Oleskan pada lesi biarkan 1 – 4 jam  Lalu cuci
- Seminggu 2x sampai lesi hilang. Tidak lebih dari 0,5cc/kali
2. Podofilotoksin 0,5%
- Setelah pemakaian podofilin, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi
pada jaringan KA
- Reaksi iritasi lebih ringan daripada podofilin
- Oles pada lesi, 2x sehari selama 3 hari berturut-turut
3. Asam trikloroasetat 50-90%
- Seminggu sekali dan harus hati-hati karena bisa menimbulkan
ulkus yang dalam
- Boleh pada ibu hamil
4. Krim 5 fuoroasil 1-5%
- Terutama untuk lesi diatas meatus uretra
- Pemberian tiap hari sampai lesi hilang
- Disarankan tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan
• Tindakan bedah
- Bedah scalpel
- Bedah listrik
- Bedah beku (N2 cair, N2O cair)
- Bedah laser (CO2 laser)
• Interferon
IFN alpha  Dosis 4 – 6 x 10 mega IU intramuscular ,
3x seminggu selama 6 minggu
IFN beta  Dosis 2 x 10 mega IU intramuscular, IM, selama 10 hari

• Imunoterapi
- Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten thd pengobatan,
dapat diberikan bersama imunomodulator  Imiquimod
- Dalam bentuk krim, dioleskan 3x seminggu paling lama 16 minggu.
- Cuci setelah 6 – 8 jam pemakaian
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
• Definisi  Neoplasma jinak pada jaringan kulit dan mukosa

• Etiologi  Virus Moluskum kontagiosum

• Epidemiologi  Terutama anak-anak, orang dewasa dengan seksual


aktif dan gangguan imunitas
• Gambaran Klinis 
- Masa inkubasi 1 minggu – 6 bulan (rata-rata 2 – 3 bulan)
- Lesi berupa papul sferikal, permukaan halus, konsistensi kenyal
dengan umbilikasi bagian sentral
- Diameter rata-rata 3 – 5 mm
- Lesi berwarna putih, kuning muda atau seperti warna kulit
• Distribusi lesi  Anak-anak ; Muka, badan, ekstremitas, skrotum
Dewasa ; Genitalia, abdomen bagian bawah
• Diagnosis
Lesi cukup khas  Papul padat dengan umbilikasi sentral dan
predileksi anak dan dewasa

Diagnosis Banding
Veruca vulgaris
Kondiloma akuminata
Basalioma
• Tatalaksana
- Perbaiki hygiene
- Khusus  Menghilangkan lesi  Bedah listrik , Bedah beku, Bedah
cair, Bedah scalpel
- Solutio kantaridin 0.9 %, asam retinoat 0,1%, tinktura yudium 1%

Anda mungkin juga menyukai