Anda di halaman 1dari 55

Dr.

Humaira Rahma, SpOG


Sepasang suami isteri setelah
bersenggama secara teratur (2-
3x/minggu) tanpa memakai
metode pencegahan belum
mengalami kehamilan selama 1
tahun.
JENIS INFERTILITAS

• Pasangan suami istri ( Pasutri ) tidak


pernah mengalami konsepsi meskipun
PRIMER sanggama teratur selama > 12 bulan
tanpa perlindungan.

• Pasutri sebelumnya pernah mengalami


konsepsi ttp kmd tdk mampu konsepsi
SEKUNDER lagi meskipun sanggama teratur > 12
bulan tanpa perlindungan.
SYARAT FERTILITAS

Suami
1. Testis minimal 1  menghasilkan
sperma normal.
1. Saluran Epididimis - vas deferens
patent.
1. Kemampuan ereksi – penetrasi
2. Ejakulasi adekuat  sperma masuk
sempurna di vagina.

Istri
1. Sistem neuroendokrin hipotalamus
– hipofisis – ovarium mampu
menghasilkan ovum.
2. Tuba Fallopii minimal 1 berfungsi
normal ( patent ).
3. Uterus mampu menerima dan
membesarkan embrio.
4. Vagina mampu menerima sperma.
Penyebab Infertilitas pada
Wanita
1. Tuba falopi (36%)
2. Gangguan ovulasi
(32%)
3. Endometriosis (6%)
4. Tidak diketahui
(40%)
1. Gangguan
spermatogenesis
2. Cairan seminal < 1,5
ml
3. Obstruksi duktus/
tubulus oleh inflamasi
4. Ketidakmampuan
koitus/ ejakulasi

Penyebab Infertilitas pada Pria


Faktor Lain

1. Memakai celana jeans


terlalu ketat
2. Mandi dengan air terlalu
panas
3. Alkoholisme kronik/
merokok
PEMERIKSAAN PASIEN BARU

 Diskusi yang membahas tentang faktor


potensial

 Tujuan diskusi supaya pasien dapat mengerti


penyakitnya, dan tujuan pemeriksaan serta
terapi yang akan dilakukan

 Setelah itu dilakukan anamnesa mendalam


pada kedua pasangan tersebut
1. Tahap wawancara
identitas, riwayat
kesh,perkawinan, infertilitas,
hub sex n reproduksi
2. Pemeriksaan Fisik
TB, BB, sebaran rambut,
keadaan alat2 reproduksi
3. Pemeriksaan Lab
Pria: analisis sperma
Wanita: ovulasi
Pemeriksaan pada ♂

 Pria 25-40% menderita infertilitas

 Diagnosa yg terbanyak meliputi organ testis


 varikokel

 Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik,


dapat dilakukan analisis semen,jika abnormal
pemeriksaan diulang 2-3 bulan
Pemeriksaan pada ♂
A. ANALISA SEMEN
Pria diharuskan tidak melakukan hubungan seks
selama 5 hari sebelum pengambilan sampel sperma
dan sampel harus sudah diserahkan pada lab
maksimal 1 jam setelah diambil
Pemeriksaan pada ♂
A. ANALISA SEMEN

• Jika hasil analisa semen normal dapat


dikatakan tidak ada kelainan pada faktor pria

• Jika hasil dari analisa abnormal, anamnesa


harus diteliti ulang dan harus diingat lama
siklus spermatogenesis adalah 74 hari
SEMEN ANALYSIS ( Normal values ) : WHO 2010
1. Volume > 1,5 cc
2. Konsentrasi > 15 juta/ ml
Sperma total : 39 juta/ejakulasi
3. Motilitas Total motility> 40 % atau Progresif
motility> 32 %
4. Morfologi > 4 % normal
5. Leukosit < 1 juta / ml
6. pH > 7,2
7. Vitalitas (spermatozoa hidup ) > 58 %
SPERMA ANALISA ABNORMAL
• aspermia = tidak ada semen (termasuk ejakulasi retrograde)
• asthenozoospermia = motilitas spermatozoa dibawah normal
• asthenoteratozoosperima = motilitas dan morfologi spermatozoa dibawah
normal
• azoospermia = tidak ada spermatozoa dalam ejakulat/ semen
• cryptozoospermia = spermatozoa sangat sedikit (terlihat hanya pada semen
yang telah disentrifugasi)
• haemospermia (hematospermia) = adanya eritrosit dalam ejakulat
• leukospermia (leukositospermia, pyospermia) = adanya leukosit di semen
yang lebih dari normal
• necrozoospermia = vitalitas spermatozoa dibawah normal, angka imotil
tinggi
• normozoosperimia = semuanya normal
• oligoasthenozoospermia = jumlah dan motilitas spermatozoa dibawah
normal
• oligoteratozoospermia = jumlah dan morfologi spermatozoa dibawah normal
• oligozoospermia = jumlah spermatozoa dibawah normal
• teratozoospermia = morfologi spermatozoa dibawah normal
Pemeriksaan pada ♂
C. TES LAIN

• Tes lain yang digunakan untuk menilai fungsi


dari sperma adalah poskoital test, sperm
penetration assay

• Tujuan poskoital tes adalah menilai jumlah


dari spermatozoa yang aktif pada mukus
servik dan lamanya hidup dari sperma
setelah koitus
Pemeriksaan pada ♂
C. TES LAIN

• Tes sebaiknya dilakukan sedekat mungkin


dengan fase ovulasi

• Cara : 2 jam setelah koitus, mukus servik


diambil dan diperiksa di bawah mikroskop,
lalu dilihat jumlah dan motilitas dari sperma.

• Abnormal jika didapatkan < 10 sperma motil


/lpb
Pemeriksaan pada ♀
A. FAKTOR OVULASI

• Ganguan ovulasi  infertilitas sebesar 20-


25%

• Anamnesa lengkap seperti: kapan haid


yang pertama, lama siklus menstruasi, dan
ada tidaknya tanda premenstruasi (nyeri
dan bertambahnya ukuran payudara,
dismenorrhea)
Pemeriksaan pada ♀
A. FAKTOR OVULASI

• Hal lain yang diperiksa adalah tanda dan


gejala hiper/hipotiroidism, tanda fisik
kelainan endokrinologi (hirsutisme,
galactorrhea, obesitas), intensitas olah
raga, penurunan berat badan, hot flushes
Pemeriksaan pada ♀
A. FAKTOR OVULASI
• Terdapat hubungan yang berlawanan antara
fekunditas dan usia dari ♀

• Pada ♀> 35thn yang ingin memiliki anak,


harus diperiksa cadangan ovumnya
Pemeriksaan pada ♀
A. FAKTOR OVULASI

• Untuk menilai adanya ovulasi :mens yang


regular, atau dikonfirmasi dg serum
progesteron.
• Jika minggu ke tiga siklus mens kadar
progesteron > 3ng/ml wanita tersebut
masih mengalami proses ovulasi
Pemeriksaan pada ♀
A. FAKTOR OVULASI

• Pemeriksaan lain adalah USG pelvis. Pada


fase folikular, dapat dilihat pertumbuhan dari
folikel sampai maturasi

• Untuk medeteksi LH surge. Dapat diperiksa


dengan serum LH assay. Ovulasi terjadi 24-
36 jam setelah LH surge dan 10-12 jam
setelah LH surge mencapai titik puncak
Pemeriksaan pada ♀
PENGUKURAN SUHU BASAL TUBUH

• Dilakukan setelah bangun pagi hari, tidur


selama minimal 6 jam
• Progesteron memiliki efek termogenik sentral,
yang dapat menaikkan suhu basal sebesar
0,80F selama fase luteal
• Jika terdapat pola suhu bifasik setiap bulannya
maka dapat diasumsikan terjadi luteinisasi
SUHU BADAN BASAL ( BBT )

1. diukur setiap pagi segera setelah bangun tidur


2. dengan termometer yg sama pada sublingual
3. mulai hari pertama haid s/d haid berikutnya
dicatat pada grafik
4. Pengganggu : demam karena sakit, kurang tidur
5. Evaluasi kadar progesteron yang cukup
6. Siklus haid dengan fase` luteal pendek kurva
SBB normal walopun progesteron plasma rendah
7. Sebaliknya juga mungkin
CERVICAL MUCOUS TEST
1. Dilaksanakan pada masa subur.
2. Pasang speculum vagina sampai portio – ostium uteri externum
terlihat jelas.
3. Ambil lendir cervix , dinilai
a. kejernihan lendir
b. Spinbarkeit test  pembenangan 6- 10 cm
c. Fern test  preparat basah pd gelas objek  mikroskop
gambaran daun pakis.
4. Arti : bila baik – Oestrogen + progesteron baik  ada ovulasi.

FERN TEST  baik


UJI PASCA SANGGAMA

1. sangat bermanfaat menilai interaksi cervix dan


spermatozoa
2. dilaksanakan pada perkiraan masa subur.
3. diperiksa 2 jam pascasanggama.
4. Pasca sanggama isteri dengan posisi tetap telentang
(pantat sedikit diganjal ) – pakai pembalut, tidak boleh
dibersihkan, tidak boleh mandi, kencing
5. spesimen dari 1. Fornix Posterior 2. Ectocervix
3.Endocervix pengambilan pakai spuit steril dan jarum
plastik besar, jarum berbeda pada masing tempat ,
letakkan pd kaca objek
6. periksa dng mikroskop
7. penilaian:
UJI PASCA SENGGAMA
• Hasil UPS disebut normal jika :
* Jumlah sperma yang terlihat normal
* Sperma bergerak maju dalam lendir
serviks
* Lendir serviks bisa membentuk benang
sepanjang minimal 2 inci.
* Lendir serviks yang mengering
membentuk pola seperti pohon cemara
(fernlike pattern)
UJI PASCA SENGGAMA
Hasil UPS tidak normal jika
• Lendir tidak bisa membentuk benang
minimal 2 inci dan tidak
membentuk fernlike pattern
* Tidak ada sperma atau jumlah yang
cukup dalam sampel
* sperma berkelompok serta tidak
bergerak secara normal.
Pemeriksaan pada ♀
BIOPSI ENDOMETRIAL (EMB)
• Menilai efek maturasi pada endometrium. EMB
dilakukan 2-3 hari sebelum mens terjadi

MUKUS SERVIK.
• 48 jam setelah ovulasi mukus servik akan
berubah menjadi lebih kental, selular
Pemeriksaan pada ♀
B. FAKTOR PELVIS
 Meliputi:
abnormalitas uterus, tuba falopi,
ovarium, dan perlekatan struktur-
struktur pelvis
 Anamnesa :
 riwayat infeksi pelvis (PID, apendisitis,
penggunaan IUD, endometritis, septic
abortion), kehamilan ektopik, pembedahan
pada adnexa, leiomyoma, pemaparan
Pemeriksaan pada ♀
B. FAKTOR PELVIS
USG transvaginal dapat mendeteksi
hidrosalping, leiomyoma, dan kista
ovarium termasuk endometriosis
Hysterosalpingogram (HSG)  memasukkan
bahan kontras ke dalam uterus melalui
kateter untuk melihat struktur cavum
uterus, endometrium, dan patensi dari
tuba falopi.

• Senstivitas dan spesifitas HSG sebesar 65%


dan 85%
Pemeriksaan pada ♀
B. FAKTOR PELVIS

Laparoskopi dengan chromotubation


• Gold standar untuk mengevaluasi kelainan
tuba
• Bila dikombinasi dengan HSG dapat
melihat struktur uterin secara simultan
Pemeriksaan pada ♀
C. FAKTOR SERVIK
• Yang termasuk kelainan servik:
abnormal papsmears, poskoital
bleeding, cryoterapi, conization
• Diagnosa dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan mukus servik yang rutin
masih menjadi suatu kontroversi
TERAPI INFERTILITAS - Pria
• Sederhana s/d invasif atau donor sperma

• Pada grade yang rendah - sedang 


Inseminasi Intrauterine (IUI)

• Dipilih sperma motilitas tinggi dgn


konsentrasi pekat serta pemisahan cairan
semen  lalu dinjeksikan pada uterus
TERAPI INFERTILITAS - Pria
• Kasus berat dg ICSI + IVF  1 sperma
langsung dinjeksikan pada 1 oosit

• Sperma diambil dari testis dg Microsurgical


Epididymal Sperm Aspiration (MESA) &
Testicular Sperm Aspiration (TESA)

• Indikasi ICSI: hasil yang buruk pada analisa


sperma, kegagalan fertilisasi dengan IVF,
dan defek pada sperma
TERAPI INFERTILITAS - Pria
• Varikokel  dilatasi vena plexus
pampiniformis  menaikkan suhu testis 
mengganggu fertilitas
• Terapi varikokel dengan operatif
• Terapi alternatif yang lain dengan donor
sperma untuk fertilisasi
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
A. KELAINAN OVARIUM

• Bergantung usia & etiologi penyakit

• Langkah awal dg clomiphene sitrat


dilanjutkan dg gonadotropin kmd IVF

• Bila etiologinya menopause dini atau


premature ovarian failure, terapinya
dengan donasi oosit atau embrio
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
A. KELAINAN OVARIUM
• Setelah terapi memperlihatkan hasil,
selama 3-4 siklus menstruasi pasangan
dianjurkan untuk melakukan hub intim
• Efek samping: hot flushes, emosi yang
tidak stabil, ganguan visus
• Efek samping ini biasanya ringan dan
menghilang bila terapi berhenti
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
A. KELAINAN OVARIUM
• Gonadotropin dapat diberikan subkutan
(rFSH) atau intramuskular (hMG)

• Pemberian gonadotropin memerlukan


pengawasan yang ketat dengan USG 
melihat perkembangan folikel dan
maturitasnya
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
A. KELAINAN OVARIUM
• Jika dg induksi ovulasi tidak terjadi ovulasi,
terapi dilanjutkan dengan IVF-ET 
pemberian FSH dosis tinggi (hMG atau rFSH)
• Pertumbuhan folikel dimonitor dengan USG
dan kadar estradiol
• Bila terdapat folikel matur, induksi ovulasi
dengan hCG  ovum diambil dg transvaginal
aspiration dg tuntunan USG, ovum diinkubasi
dg sperma  fertilisasi
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
A. KELAINAN OVARIUM
• Hipotiroidsme dan hiperprolaktinemia
dapat menyebabkan gangguan ovulasi

• Hipotiroidisme primer  ↑TSH


 ↑prolaktin  menghambat sekresi
GnRH  oligomenorhea atau
amenorrhea
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
B. KELAINAN PELVIS

• Adhesi akibat endometriosis ataupun


oklusi tuba merupakan 2 penyebab
tersering

• IVF terbukti meningkatkan fekundabilitas

• Operatif biasanya dilakukan setelah


pemeriksaan dengan laparoskopi
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
C. KELAINAN SERVIK
• Tidak adanya mukus pada
pertengahan siklus menstruasi diterapi
dengan pemberian mukus dengan
inseminasi intra uteri
• Jika mukus terinfeksi karena adanya
servisitis atau infeksi lain, dapat
diberikan terapi empiris (doxycycline)
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
C. KELAINAN SERVIK

• Kelainan servik yang tidak respon terapi


dapat dilakukan:
1. IVF
2.Gamet intrafallopian transfer (GIFT)
3.Zygote intrafallopian transfer (ZIFT)
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
D. Kelainan lain yang tidak dapat dijelaskan

• Pasangan yg telah melakukan pemeriksaan


standar infertilitas dan hasilnya normal

• Terapi: observasi intensitas hubungan seksual,


stimulasi ovarial dengan atau tanpa IUI dan IVF

• Dilanjutkan clomifen sitrat, lalu hMG dengan IUI


selama 3 siklus, jika gagal dipertimbangkan IVF
TERAPI INFERTILITAS - Wanita
D. Kelainan lain yang tidak dapat dijelaskan

• Penyebab lain unexplained infertility adanya


kelainan fertilisasi atau transfer embrio ke
uterus, pada kasus ini dapat dilakukan IVF

• Pilihan lain adalah donor sperma dan donor


oosit untuk pasangan yang kesulitan memilki
anak
ASSISTED REPRODUCTION TECHNIQUES ( ART)

Usaha membantu terjadinya fertilisasi dan


kehamilan dimana bila tidak dimungkinkan
terjadinya fertilisasi secara alami  dengan
rekayasa reproduksi.
ART meliputi :
1. Intra Uterine Insemination ( IUI ) di Indonesia
sering disebut
AIH ( Artificial insenination husband )
2. InVitro Fertilization ( IVF )
3. Cloning
INTRA UTERINE INSEMINATION / AIH

Dengan bantuan alat khusus spermatozoa


dimasukkan langsung
kedalam cavum uteri.
Indikasi :
a. Jumlah spermatozoa kurang dari normal
b. Secara teknis , suami tidak bisa menyampaikan
semen sampai dekat cervix.
Mengapa spermatozoa harus diproses?
( tidak boleh pakai whole sperm )

- Memisahkan semen dengan spermatozoa  washing


- Semen mengandung bermacam partikel dan debries berupa
protein, infeksi, prostaglandin dll.
. Penularan infeksi
. Protein akan dikenali sbg benda asing  immunologi
- Prostaglandin  kontraksi uterus  nyeri
- Memilih spermatozoa exellence + good ( a + b ) sebanyak
mungkin atau separasi sperma laki / perempuan untuk keinginan
sexing ( pemilihan kelamin anak )  dengan proses centrifuge –
swim up - separasi
Keberhasilan 15 – 25 %
Bisa diulang sampai 3 X , bila gagal  IVF ?
INVITRO FERTILIZATION = TEST TUBE BABY
= BAYI TABUNG

* IVF mrpk harapan bagi pasangan infertilitas


* Bayi pertama IVF  Louis Brown 1978

Pengertian :
Fertilisasi dilaboratorium  menaburkan spermatozoa 
pada
Oocyt yg diambil dengan aspirasi ( pick up ) dari folikel 
Menjadi Embryo  tandur didalam uterus melalui canalis
Cervicalis.
Pelaksanaan

1. Persiapan / pemeriksaan lengkap infertilitas


2. Pengobatan penyamarataan folikel ( Down Regulation )
dg GnRH Analog
3. Pemicuan ovulasi ( super ovulasi ) dng regimen t3
4. Pemantauan pematangan folikel  USG , Estriol, LH
sampai didapat folikel matang > 17 mm
5. Panen oocyte ( ovum pickup )  aspirasi trans vaginal
USG
6. Fertilisasi oocyte vs Spermatozoa yg sudah diproses
7. Embryo Transfers
8. Kehamilan  persalinan Sectio Caesar.
DAMBAAN SETIAP
PASANGAN SUAMI ISTRI

Pengelolaan infertilitas
harus PASANGAN!!!
Terimakas
ih

Anda mungkin juga menyukai