Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA NY S DENGAN KATARAK


DI RUANG EDELWAIS RSUD BANYUMAS

INTAN NURCAHYANINGSIH
(1811040002)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
KASUS
Ny. S usia 63 tahun, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan IRT , pada tanggal 5 November 2018 ± pukul 9.30
dibawa ke poli mata RSUD Banyumas oleh keluarga dengan keluhan pandangan pada mata kirinya kabur seperti berkabut
Dari riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh pandangan mata kiri kabur dan
berkabut. Pasien mengatakan pandangannya kabur sudah sejak ± 1 tahun SMRS. Dan setelah dilakukan pemeriksaan di
poli mata, pasien di diagnosa dengan OS katarak sinilis matur. Pasien dianjurkan untuk rawat inap di ruang edelwais untuk
persiapan menjalani operasi pada tanggal 6 November 2018. pasien dikirim ke ruangan Edelwais ± pukul 12.10
Riwayat kesehatan dahulu: pasien mengatakan hampir 1 tahun pandangannya kabur dan berkabut SMRS. Pasien
mengatakan sudah memeriksakan terkait masalah matanya ke puskesmas, dari puskesmas diberi obat dan menganjurkan
untuk operasi, namun pasien masih takut. Dan masalah matanya dibiarkan sampai hampir 1 tahun. Karena semakin
memberat pandangan kabur pada matanya, pasien memberanikan diri untuk periksa bersama anaknya di RSUD Banumas.
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi ataupun DM dan lainnya. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
alkhohol, rokok ataupun jamu jamuan. Namun pasien mengatakan sering mengkonsumsi obat warung jika sakit dan sering
memakai obat tetes mata dari warung.
Pemeriksaan fisik: kesadaran kompos mentis, TD 130/90 mmHg, T 36, HR 68, RR 20, lensa mata keruh, GDS
pagi 5 November 97, GDS pagi 6 November persiapan operasi 112. BB 53 kg, TB 155cm, IMT 22 (underweight), untuk
pengkajian fungsional per sistem tidak ada kelainan, hanya pada mata sebelah kiri saja yang mengalami pandangan kabur
dan lensa keruh. Pemeriksaan hemostasis APIT 32.8, PT 11.5, HBsAg Negatif
Penambahan usia, penggunaan obat-obatan PATHW
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa

Kerusakan nefron ginjal

Kepadatan lensa

Ketidakseimbangan penyerapan protein lensa normal

Koagulasi Terputusnya protein lensa


Influk air ke dalam
Kekeruhan lensa
Mematahkan serabu
hambat cahaya ke retina Penurunan pandangan Mengganggu transmi
Pandangan kabur Gangguan penglihatan spt berkabut

Pre Operasi Post Operasi

sah, cemas, takut, pola istirahat terganggu Ekspresi nyeri Saraf stimulus Luka insisi

Nyeri akut Resiko Infeksi


etas b.d prosedur invasif
DIAGNOSA
 Tgl 05/11/2018 (Pre Operasi)
1. Ansietas b.d tindakan pembedahan
DS: Pasien mengatakan takut akan menjalani operasi, karena belum pernah sebelumnya.
Pasien mengatakan tidak bisa tidur
DO: pasien tampak gelisah, pasien tampak sering melamun. TD 130/90, RR 20 kali/mnt,
HR 68 kali/mnt, T 36 C.
Tgl 06/11/2018 (Pre Operasi)
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
DS: Pasien mengatakan nyeri (P ; Nyeri, Q: perih, semreset, R: mata kiri, S: 4, T: terus-
menerus)
DO: mata kiri tertutup kasa/perban, ekspresi wajah seperti kesakitan
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
DS: Pasien menanyakan tentang bagaimana perawatan luka / ganti balut
DO: Terdapat luka post operasi padamatakiri, mata kiri tertutup kasa
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Memonitor TTV ( Rasional: TTV merupakan tindakan
Ansietas b.d pengawasan terhadap perubahan/gangguan sistem tubuh
prosedur selama dirawat, jika HR, TD, T dan RR
pembedahan meningkat/menurun drastis itu menandakan adanya
metabolisme yang abnormal, dan pada kondisi pasien
Anxienty Reduction tertentu hal ini akan membahayakan kondisi pasien,
1. Monitor TTV Yuli; 2009)
2. Menggunakan 2. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
pendekatan yang (Rasional: unutk membina hubungan saling percaya dan
tenang dan membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi
meyakinkan beban perasaan dan pikiran sehingga mampu
3. Mendengarkan mengurangi kecemasan, Purwanto 2013)
keluhan pasien 3. Mendengarkan keluhan pasien (Rasional: Pasien
4. Memberikan informasi mengeluarkan perasaan takut dan cemas kepasa
terkait diagnosa, perawat, sehingga dapat mengurangi kecemasan)
perawatan dan 4. Memberikan informasi terkait diagnosa, perawatan dan
prognosis prognosis (Rasional: Dengan memberikan informasi
5. Mengajarkan teknik terkait penyakitnya maka akan mengurangi kecemasan.
relaksasi napas dalam Taylor;2000)
5. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam (Rasional:
Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus
nyeri-ansietas-ketegangan otot, Zmelter & Bare 2012)
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI 1. Mengkaji nyeri secara komprehensip (Rasional: Untuk
mengetahui tingkat nyeri pasien)
2. Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab
Nyeri akut b.d agen nyeri, berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi
injuri fisik terhadap ketidaknyamanan dari prosedur (Rasional:
Dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai
 Pain Management nyeri maka akan mengurangi kecemasan itu sehingga
akan menurunkan persepsi nyeri. Sebuah penelitian
1. Kaji secara komprehensip mengindikasikan bahwa pasien yang diberi
2. Berikan informasi tentang pendidikan pra operasi tentang hasil yang akan
nyeri termasuk penyebab dirasakan pasca operasi tidak menerima banyak obat-
nyeri, berapa lama nyeri obatan untuk nyeri dibandingkan orang yang
akan hilang, antisipasi mengalami prosedur operasi yang sama tetapi tidak
terhadap ketidaknyamanan diberi pendidikan pra operasi, Taylor 2012)
dari prosedur 3. Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi
3. Ajarkan cara penggunaan (distraksi, guide imagery,relaksasi) (Rasional: Latihan
pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
terapi non farmakologi konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi
(distraksi, guide jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan
imagery,relaksasi) siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot, Smeltzer &
4. Kolaborasi pemberian Bare 2012))
analgesic 4. Mengkolaborasikan pemberian analgesik (Rasional:
Pada pasien dengan nyeri kolik abdomen pemberian
analgetik diperlukan untuk meningkatkan
kenyamanan pasien, ACI Urology Network-Nursing,
2012)
IMPLEMENTASI
Resiko Infeksi b.d 1. Memonitor TTV (Rasional: TTV merupakan tindakan pengawasan
Prosedur invasif terhadap perubahan/gangguan sistem tubuh selama dirawat, jika HR,
TD, T dan RR meningkat/menurun drastis itu menandakan adanya
metabolisme yang abnormal, dan pada kondisi pasien tertentu hal ini
akan membahayakan kondisi pasien, Yuli; 2009)
 Infection Control 2. Memonitor tanda-tanda infeksi (Rasional: Pada luka yang mengalami
1. Memonitor TTV infeksi seiring berjalannya waktu akan muncul nanah/pes. Nanah
2. Memonitor adanya tana- terbentuk karena adanya penyerangan terhadap antibodi dengan
tanda infeksi antigen, hal ini tidaklah baik bagi pasien dan jika dibiarkan terlalu lama
maka akan memperburuk kondisi pasien, Potter & Perry, 2005)
3. Melakukan perawatan 3. Melakukan perawatan luka dengan konsep steril (Rasional: Pada
luka dengan konsep steril tindakan aseptik konsep steril dapat mengurangi jumlah
4. Mengajarkan keluarga mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya infeksi, Nani; 2014)
untuk perawatan luka 4. Mengajarkan keluarga untuk perawatan uka dirumah (Rasional:
dirumah Keluarga dapat mmebantu perawatan luka untuk dapat mencegah
5. Memberikan informasi infeksi)
untuk mengenali tanda 5. Memberikan informasi tentang tanda dan cara mencegah infeksi
dan cara mencegah infeksi (Rasional: Tidak terjadi tanda-tanda infeksiyang dapat membahayakan
pasien)
6. Mengkolaborasikan 6. Mengkolaborasikan pemberian antibiotik (Rasional: Antibiotic
pemberian anibiotik diperlukan jika sudah terjadi tanda-tanda infeksi seperti: Jika suhu
tubuh meningkat atau panas 38C, Nyeri pinggang, Terjadi kemerahan
dan panas disekitar insersi, CCNIH; 2012)
KOMPLIKASI
 Hilangnya vitreous: Hal ini dapat terjadi apabila kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi, yang mengakibatkan gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior.
 Prolaps iris: Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini.
Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi, dan pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
 Edema makular sistoid: Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai hilangnya
vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang
berat.
 Ablasio retina: Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan rendahya tingkat
komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
 Resiko iritasi dan infeksi: Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan
dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan iritasi atau
infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan jahitan.

 Kasus
Pada kasus tidak ada komplikasi apapun, tidak ada tanda-tanda infeksi.
PROGNOSIS

Pasien pada hari ke tiga 7 November 2018


kondisinya membaik, Pada luka post operasi
tidak ditemukan tanda tanda infeksi. Masalah
Kecemasan pasien dan nyeri pada luka post
operasi teratasi. TD 130/90, HR 68, T 36.2, RR
21 kali per menit. Pasien dapat melakukan
aktivitas sendiri (makan/ke kamar mandi).
Pasien pulang pada hari ke tiga di rawat 7
November 2018.
CONTOH SOAL

 Ny. S usia 63 tahun, pada tanggal 5 November 2018 ± pukul 9.30 dibawa ke poli mata
RSUD Banyumas oleh keluarga dengan keluhan pandangan pada mata kirinya kabur seperti berkabut . Pasien
mengatakan pandangannya kabur sudah sejak ± 1 tahun SMRS. Dan setelah dilakukan pemeriksaan di poli mata,
pasien di diagnosa dengan OS katarak sinilis matur. Pasien dianjurkan untuk rawat inap di ruang edelwais untuk
persiapan menjalani operasi pada tanggal 6 November 2018. pasien dikirim ke ruangan Edelwais ± pukul 12.10.
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi ataupun DM, pasien mngatakan sering mengkonsumsi obat warung jika
sakit, dan sering menggunakan obat tetes mata dari warung. Masalah yang mungkin pada Ny. S setelah dilakukan
tindakan pembedahan adalah resiko infeksi. faktor resiko apa saja yang ada pada Ny. S adalah
a.penyakit kronis
b. Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
c. Adanya Prosedur invasiv
d. Pajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
e. Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat

Anda mungkin juga menyukai