Anda di halaman 1dari 34

TERUMBU KARANG

Oleh:
Triana Susilowati
211060008
Terumbu karang, mengingatkan kita pada keindahan kehidupan di
perairan pantai tropis, yang tersusun atas berbagai hewan dan
tumbuhan dengan warna, bentuk dan ukuran yang bervariasi.
Organisme yang dapat kita temukan di terumbu karang antara lain;
Pisces (berbagai jenis ikan),Crustacea (udang, kepiting), Moluska
(kerang, keong, cumi-cumi, gurita),Echinodermata (bulu babi, bintang
laut, timun laut, lili laut, bintang mengular), Polychaeta (cacing laut),
Sponge, Makroalga (Sargasum, Padina, Halimeda) dan terutama
hewan karang (Anthozoa). Begitu banyak jenis organisme yang hidup di
sana sehingga terumbu karang adalah salah satu ekosistem di
permukaan bumi ini yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi.
Tingginya keanekaragaman jenis di terumbu karang karena
tingginya produktivitas primer di daerah tersebut, yaitu dapat
mencapai 10.000 gr C/m2/yr, bila dibandingkan dengan
produktivitas laut lepas hanya berkisar 50-100 gr C/m2/yr.
Hewan karang atau reef corals (Anthozoa) merupakan penyusun
utama terumbu karang (coral reefs), karena mampu membuat
"bangunan" dari pengendapan kalsium karbonat (CaCO3). Tidak
semua anggota Kelas Anthozoa (Filum Cnidaria) dapat
membentuk terumbu, hanya dari kelompok hermatypic coral (ordo
Scleractinia), sedangkan yang tidak membentuk karang disebut
ahermatypic coral (misalnya: anemon, soft coral, akar bahar).
Kelompok hermatypic coral tersebut hidupnya bersimbiosis dengan
alga bersel satu zooxanthellae (Symbiodinium microadriaticum) yang
berada pada sel di lapisan endodermis. Hasil samping dari proses
fotosintesa zooxanthellae adalah endapan kalsium karbonat yang
menjadi berbagai bentuk dan struktur yang khas tergantung dari jenis
inang (host) hewan karang. Semakin maksimal proses fotosintesa
zooxanthellae, maka semakin maksimal pula kalsium karbonat yang
dapat diendapkan, berarti semakin
cepat proses pertumbuhan hewan karang.
Berdasarkan proses terbentuknya (geomorfologi) terumbu karang
dapat dibedakan menjadi 3 tipe. Karang tepi (fringing reefs) adalah
tipe yang paling umum dijumpai, merupakan terumbu yang tumbuh
mengelilingi pulau, jarak dari pantai bervariasi dari 3-300 m.
Karang penghalang (barier reefs), adalah terumbu yang terletak sejajar
pantai pulau utama namun dipisahkan oleh laut. Lebar laut pemisah
tersebut dapat mencapai enam kilometer dan kedalamannya puluhan
meter.
Karang cincin (atoll) adalah terumbu karang yang melingkar atau oval
mengelilingi goba. Pada terumbu tersebut terdapat satu atau dua pulau
kecil. Karang cincin terbentuk dari tenggelamnya pulau vulkanik yang
dikelilingi oleh karang tepi. Saat ini kurang lebih ada 300 atoll di daerah
Indo-Pasifik, dan hanya 10 atoll di Karibia.
Selain itu dikenal pula Patch reefs, terumbu yang berbentuk lingkaran,
tidak terlalu besar yang muncul di goba atau di belakang karang
penghalang. Komunitas karang dapat juga dibedakan atas letak karang
tersebut pada terumbu karang. Forereef, yaitu karang yang terletak
berhadapan langsung dengan laut lepas. Reef flat yaitu rataan terumbu
yang relatif dangkal dan pada saat tertentu dapat terpapar sinar
matahari. Back reef yaitu komunitas terumbu di belakang reef flat
dicirikan dengan keadaan air yang relatif tenang.
Walaupun mampu membentuk terumbu yang keras seperti batu, tapi
hewan karang memiliki batasan faktor fisik yang relatif sempit.
Faktor fisik tersebut adalah cahaya, suhu, salinitas, dan
sedimentasi. Karena hewan karang bersimbiosis dengan alga
zooxanthellae, maka cahaya menjadi salah satu faktor pembatas
bagi kehidupan karang. Oleh sebab itu hewan karang hanya dapat
hidup pada kedalaman kurang dari 30 m.
Suhu optimum untuk pertumbuhan hewan karang adalah berkisar
25-29O C sedangkan suhu minimal 20O C dan suhu maksimum
36O C. Kisaran suhu yang relatif sempit ini (stenotermal),
menyebabkan penyebaran karang hanya pada daerah
tropik.Salinitas yang sesuai dengan pertumbuhan hewan karang
adalah sekitar 30-36 ppt, oleh sebab itu jarang ditemukan terumbu di
sekitar muara sungai yang besar.
Sedimentasi merupakan salah satu pembatas pertumbuhan karang.
Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi
tempat yang baik bagi pertumbuhan karang. Tingginya sedimentasi
menyebabkan penetrasi cahaya di air laut akan berkurang dan hewan
karang (polip) akan bekerja keras untuk membersihkan partikel yang
menutupi tubuhnya. Faktor fisik lain yang turut mempengaruhi
penyebaran terumbu karang adalah gelombang, arus dan tingginya
kisaran antara pasang dan surut. Gelombang dan arus erat kaitannya
dengan penempelan planula serta morfologi karang. Perbedaan pasang
dengan surut, mempengaruhi lamanya karang terpapar sinar matahari
saat laut surut.
Penyebaran terumbu karang terbatas hanya di antara 30O Lintang Utara
dan 30O Lintang Selatan atau daerah tropika dan subtropika dengan
total luas sekitar 617.000 km2. Lautan yang memiliki terumbu karang
paling luas adalah Samudra Pasifik dengan 335.000 km2,
kemudian Samudra Hindia (185.000 km2), dan terakhir Samudra Atlantik
(87.000 km2). Seperti telah dijelaskan, bahwa faktor suhu yang
menyebabkan penyebaran terumbu karang hanya di daerah perairan
yang panas. Ada tiga pengelompokan keanekaragaman jenis terumbu
karang, yaitu Indo-pasifik, Samudra Hindia dan Karibia (timur Atlantik). Di
daerah tropika pantai lautan Atlantik sangat sedikit terdapat terumbu
karang. Pada pantai Atlantik timur (pantai Afrika) terdapat arus dingin
yang mengalir sepanjang pantai menuju utara.

Sedangkan pada pantai barat Atlantik (Pantai Amerika Selatan) terdapat


muara sungai-sungai besar yang membuat salinitas dan kekeruhan air
laut tidak sesuai untuk kehidupan karang. Keanekaragaman jenis karang
paling tinggi di perairan Indo-Pasifik dengan 88 genera sedangkan di
Karibia hanya 48 jenis. Tingginya keanekaragaman jenis di Indo-Pasifik
terjadi karena luasnya daerah tersebut dengan
percampuran dari jenis Samudra Hindia.
Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu
karang dengan beragam biota asosiatif dan keindahan yang
mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain
berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus
kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis sebagai
habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar,
serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis
terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan
berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan
konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi, dan sebagai daerah
wisata dan rekreasi yang menarik. Dengan melihat nilai ekologis dan
ekonomis penting tersebut, ekosistem terumbu karang sebagai
ekosistem produktif di wilayah pesisir dan laut sudah selayaknya untuk
dipertahankan keberadaan dan kualitasnya.
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis
dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.
Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai
warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan
hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat
kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang.
Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam
jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan
oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang
Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi
zooxanthellae

Gambar polip
Gambar terumbu karang
tempat hidupnya ikan-ikan

Gambar terumbu
karang, sebagai tempat
wisata
Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak.
Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat
kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang
sangat lama, binatang karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi
karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polyp.
Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang.
Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat
rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan.
Peran dan manfaat terumbu karang :
Sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia
untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dll.
Sebagai benteng “ pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan
oleh gelombang atau ombak laut, sehingga manusia dapat hidup di
daerah dekat pantai.
Sebagai tempat untuk wisata, Karena keindahan warna dan bentuknya,
banyak orang berwisata bahari.
Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000
km2. Terumbu karang yang dalam kondisi baik hanya 6,2 %.
Kerusakan ini pada umumnya disebabkan 3 faktor :
Keserakahan manusia
Ketidaktahuan dan ketidakpedulian
Penegakan hukum yang lemah
Mengapa Terumbu Karang Harus Segera Di Selamatkan
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, sehingga dengan
demikian secara alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa
bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah Indonesia yang
strategis diwilayah tropis. Hamparan laut yang luas merupakan suatu
potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya
laut yang memiliki keragaman baik baik sumberdaya hayati maupun
sumberdaya lainnya.
Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan
dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar didalamnya,
maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam
memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut.
Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut
dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala
khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan terhadap
potensinya.

Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati yang tak
ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya
terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu karang ini dikaitakn
dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat
besar. Karena keberadaan terumbu karang tersebut sangat penting
dalam pengembangan berbagai sektor termasuk sektor pariwisata.
Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai pusat
distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki
areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat
kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga
Mengenali Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif


sekali. Jangankan dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah
keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di terumbu karang di dasari
oleh hubungan saling tergantung antara ribuan makhluk. Rantai
makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma
itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan
waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Dan
yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak
450 juta tahun silam.

Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan


keanekaraman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk
pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa
ditumbuhi oleh jenis biota lain.
Ekosistim ini adalah ekosistim daerah tropis yang memiliki keunikan dan
keindahan yang khas yang pemanfaatannya harus secara lestari.
Ekosistim terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang
relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derjat
celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup
dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena
cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar
matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur
yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun
karang dan biota lainnya.
Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, mempunyai
terumbu karang terluas di dunia yang tersebar mulai dari Sabang- Aceh
sampai ke Irian Jaya. Dengan jumlah penduduk lebih dari 212 juta jiwa,
60 % penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir, maka terumbu
karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama.
Disamping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan
penghasilan antara lain bagi dunia industri ikan hias, terumbu karang
juga merupakan sumber devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata
yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha pariwisata
bahari
Kehidupan Di Terumbu Karang

Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga eksosistim
penting di daerah pesisir. Hutan bakau dan padang lamun dan terumbu karang
berperan penting dalam melindungi pantai dari ancaman abrasi dan erosi serta
tempat pemijahan bagi hewan-hewan penghuni laut lainnya. Terumbu karang
merupakan rumah bagi banyak mahkluk hidup laut. Diperkirakan lebih dari 3.000
spesies dapt dijumpai pada terumbu karang yang hidup di Asia Tenggara. Terumbu
karang lebih banyak mengandung hewan vetebrata. Beberapa jenis ikan seperti
ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu karang,
sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih banyak menggunakan
waktunya di terumbu karang untuk mencari makan. Udang lobster, ikan scorpion
dan beberapa jenis ikan karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah
sebagai tempat bersarang dan memijah. Terumbu karang yang beraneka ragam
bentuknya tersebut memberikan tempat persembunyian yang baik bagi iakn. Di
situ hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah. Indonesia memiliki lebih dari
253 jenis ikan hias laut. Bagi masyarakat pesisir terumbu karang memberiakn
manfaat yang besar , selain mencegah bahay abrasi mereka juga memerlukan
ikan, kima kepiting dan udang barong yang hidup di dalam terumbu karang
sebagai sumber makan dan mata pencaharian mereka.
Fungsi Dan Manfaat Terumbu Karang

Setelah mengenali, maka cintai dan peliharalah terumbu karang, karena


terumbu karang mempunyai fungsi dan manfaat serta arti yang amat
penting bagi kehidupan manusia baik segi ekonomi maupun sebagai
penunjang kegiatan pariwisata dan manfaat serta terumbu karang
adalah :
Proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk
tumbuh dan berkembang biak untuk membentuk seperti kondisi saat
ini.

Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan,
hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita
Indonesia memiliki terumbu karang terluas didunia, dengan luas sekitar
600.000 Km persegi.
Sumberdaya laut yang mempunyai nilai potensi ekonomi yang sangat
tinggi
Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian
Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies yang
terancam punah serti kima raksasa dan penyu laut
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari
erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan
gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan
mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan
magrove

Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Dari 132


jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis diantaranya
hidup di terumbu karang, berbagai jenis ikan karang menjadi
komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 - 10
ton ikan per kilometer persegi pertahun.
Keindahan terumbu karang sangat potensial untk wisata bahari.
Masyarakat disekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini
dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman, restoran, penginapan
sehingga pendapatn mereka bertambah
Terumbu karang potensi masa depan untuk sumber lapangan kerja
bagi rakyat Indonesia
Melanggar Hukum

Pengrusakan terumbu karang tersebut khususnya yang disebabkan


oleh aktivitas manusia, merupakan tindakan inkonstitusional alias
melanggar hukum. Dalam UU 1945 pasal 33 ayat 3 dinayatakan,
"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasarn yuridis dan sekaligus
merupakan arah bagi pengaturan terhadap hal yang berkaitan
dengan sumberdaya terumbu karang. Selain itu salah satu tujuan dari
Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan terumbu karang
sebagai sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting untuk
kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan.
Karena itu, terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam
yang ada di Indonesia, pengelolaannya harus di dasarkan pada
peraturan - peraturan, di antaranya :
• UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup
• UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan
• UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistem
• UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan
• Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak
lingkungan
• Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989 tanggal 15
Nopember 1989 tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Hutan Laut
• Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang
larangan pengambilan batu karang yang dapat merusak lingkungan
ekosistem laut, situjukan kepada Gubenur Kapala Daerah, Tingkat Idi
seluruh Indonesia.
• Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91,
tentang penangkapan ikan dengan bahan/alat terlarang – ditujukan
kepada Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I di seluruh
Indonesia
Apakah terumbu karang? Terumbu Karang adalah bangunan ribuan
karang yang menjadi tempat hidup, berkembang biak, pertumbuhan,
berlindung dari serangan pemangsa serta mencari makan berbagai ikan
dan makhluk laut lainnya Apakah karang itu? Karang yang hidup di
laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka
sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan
polip. Apakah polip itu? Polip adalah makhluk yang sangat sederhana,
dan termasuk dalam hewan tak bertulang belakang. Polip masih
merupakan kerabat dari ubur-ubur hanya saja ukurannya sangat kecil.
Polip memiliki sebuah mulut yang dikelilingi oleh tentakel-tentakel yang
dapat menyengat.
Bagaimanakah cara karang makan ?Pada tentakel polip terdapat racun
yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan
laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan
tambahannya.Karang batu berinteraksi dengan alga yang disebut
zooxanthellae, yang memasak makanan bagi karang.
Bagaimana karang berkembang biak? Karang berkembang baik secara
sexual maupun asexual. Sexual reproduction terjadi saat sel telur dan
sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel telur dan
sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva
planula. Asexual reproduction terjadi saat planula tumbuh menjadi polip
karang kemudian membelah memperbanyak diri.

Berapa apa lama waktu aktu yang dibutuhkan kar karang untuk
tumbuh? Untuk membuat batu karang diperlukan waktu yang sangat
lama. Selama satu tahun ratarata karang hanya dapat menghasilkan
batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu
hanya tumbuh 100 cm.
Kalau begitu, jika karang yang tingginya 5 meter dirusak, diperlukan 500
tahun agar kembali seperti semula. Bayangkan….betapa lamanya!!
Kalau alau begitu, berapa umur sebuah terumbu karang? Terumbu
karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Waktu yang
dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5000 sampai
10.000 tahun . Jadi terumbu yang kita lihat sekarang ini telah berumur
lebih dari 10.000! Apakah manfaat terumbu karang?
1. Pelindung pantai dari hempasan ombak.
2. Tempat asuhan dan berkembang biak bagi ikan
3. Menyediakan sumber protein bagi masyarakat
4. Menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan
bagi makhluk laut
5. Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan
pariwisata
6. Sebagai salah satu sumber obat-obatan untuk berbagai
macam penyakit

Apa saja yang dapat merusak terumbu karang?


1. Pengendapan (erosi)
2. Pencemaran
3. Penangkapan ikan yang merusak
4. Pembuangan jangkar kapal
5. Sampah yang dibuang sembarangan
6. Bintang laut berduri pemakan terumbu karang
7. Gempa bumi
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu melestarikan terumbu karang?
Jangan membeli souvenir atau barangbarang yang terbuat dari karang atau
makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang
diawetkan, kerang-kerang besar, dll
Jangan menyentuh, berdiri di atas karang, atau mengumpulkan karang ketika
sedang bermain di laut atau snorkeling
Jika anda adalah seorang penyelam, perhatikan gerakan fin, tabung, dan alat
selam lainnya, jangan sampai membentur karang
Jika anda memiliki akuarium air laut, pastikan ada membeli ikan-ikan yang
tidak ditangkap dengan menggunakan racun
Bergabunglah dengan badan pelestarian lingkungan laut.
Terumbu karang berfungsi sebagai penahan ombak sehingga daerah pantai
terlindung dari hempasan ombak Menginjak karang juga dapat menyebabkan
kematian karang dan hilangnya rumah bagi ikan-ikan.
Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut
lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari
aktivitas biologi. Pada dasarnya karang merupakan endapan massive
kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang karang dengan
sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme lain penghasil
kalsium karbonat.
Klasifikasi ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok
binatang dan bukan sebagai kelompok tumbuhan. Binatang karang ini
masuk ke dalam phylum Cnidaria, kelas
Anthozoa, ordo Scleractinia.

Kondisi alam yang cocok untuk pertumbuhan karang-di antaranya-


adalah pada perairan yang bertemperatur di antara 18 - 30 oC,
kedalaman air kurang dari 50 meter, salinitas air laut 30 – 36 per mil
(‰), laju sedimentasi relative rendah dengan perairan yang relatif
jernih, pergerakan air/arus yang cukup, perairan yang bebas dari
pencemaran, dan substrat yang keras. Faktor-faktor tersebut sangat
mempengaruhi pertumbuhan karang. Karang tidak bisa hidup di air
tawar atau muara.
Dilihat dari proses geologis terbentuknya terumbu karang dan
hubungannya dengan daratan, maka terumbu karang dibagi ke dalam
tiga tipe yaitu terumbu karang cincin (atol), terumbu karang penghalang
(barrier reefs), dan terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi adalah tipe yang paling banyak terdapat di
Indonesia Terumbu karang tipe ini berada di tepi pantai yang jaraknya
kurang dari 100 meter ke arah laut sedangkan terumbu karang cincin
(atol) biasanya terdapat di pulau-pulau kecil yang terpisah jauh dari
daratan. Contoh terumbu karang penghalang dapat dilihat di negara
seperti Great Barrier Reefs.
Contoh terumbu karang cincin dapat dilihat seperti di Takabonerate
Sulawesi Selatan. Pembentukan terumbu karang cincin ini memerlukan
waktu beratusratus tahun.
Terumbu karang sangat bermanfaat bagi manusia sebagai tempat
pariwisata, tempat menangkap ikan, pelindung pantai secara alami, dan
tempat keanekaragaman hayati.
Fungsi pariwisata; keindahan karang, kekayaan biologi dan kejernihan
airnya membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat
rekreasi.
Skin diving atau snorkeling, SCUBA dan fotografi adalah kegiatan yang
umumnya terdapat di kawasan ini.
Fungsi perikanan; sebagai tempat ikan-ikan karang yang harganya mahal
sehingga nelayan menangkap ikan di kawasan ini. Jumlah panenan ikan, kerang
dan kepiting dari terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9
juta ton atau sedikitnya 12 % dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Rata-rata
hasil tangkapan ikan di daerah terumbu karang di Filipina adalah 15,6
ton/km2/tahun. Namun jumlah ini sangat bervariasi mulai dari 3 ton/km2/tahun
sampai dengan 37 ton/km2/tahun (White dan Cruz-Trinidad, 1998). Perkiraan
produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang. Terumbu karang
dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun,
terumbu karang dalam kondisi baik mampu menghasilkan 13 ton/km2/tahun, dan
terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 8
ton/km2/tahun (McAllister, 1998).
Fungsi perlindungan pantai; terumbu karang tepi dan penghalang adalah
pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan
peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Terumbu
karang juga memberikan kontribusi untuk akresi (penumpukan)
pantai dengan memberikan pasir untuk pantai dan memberikan perlindungan
terhadap desa-desa dan infrastruktur seperti jalan dan bangunan-bangunan
lainnya yang berada di sepanjang pantai. Apabila dirusak, maka diperlukan
milyaran rupiah untuk membuat penghalang buatan yang setara dengan terumbu
karang ini.
Fungsi biodiversity; ekosistem ini mempunyai produktivitas dan
keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Keanekaragaman hidup di
ekosistem terumbu karang per unit area sebanding atau lebih besar
dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis. Terumbu karang ini
dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi. Potensi untuk bahan
obat-obatan, anti virus, anti kanker dan penggunaan lainnya sangat
tinggi.
Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat
tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara
langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya
adalah menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida
(potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan
alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir,
dan sebagainya. Aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat
menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang
disebabkan aliran lumpur dari daratan akibat penggundulan hutan-hutan
dan kegiatan pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yang
berlebihan untuk kebutuhan pertanian, sampah plastik, dan lain-lain
Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan
oleh karena adanya faktor alam. Ancaman oleh alam dapat berupa
angina topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh CoTs
(crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global yang menyebabkan
pemutihan karang.
Berdasarkan laporan hasil penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia), bahwa terumbu karang di Indonesia hanya 7 % yang berada
dalam kondisi sangat baik, 24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam
kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk (Suharsono, 1998).
Diperkirakan terumbu karang akan berkurang sekitar 70 % dalam waktu
40 tahun jika pengelolaannya tidak segera dilakukan.
Perkiraan perhitungan nilai produksi perikanan dari terumbu karang
tergantung pada kondisi terumbu karang dan kualitas pemanfaatan dan
pengelolaan oleh masyarakat di sekitarnya. Contohnya Cesar (1996)
memperkirakan bahwa daerah terumbu karang yang masih asli dengan
daerah perlindungan lautnya (marine sanctuary) dapat menghasilkan
$24.000/km2/ tahun apabila penangkapan ikan dilakukan secara
berkelanjutan (sustainable).
Terumbu karang dengan kondisi yang sangat baik tanpa daerah
perlindungan laut di atasnya dapat menghasilkan $12.000/km2/tahun jika
penangkapan dilakukan secara berkelanjutan. Terumbu karang yang
rusak akibat penangkapan dengan racun dan bahan peledak atau
kegiatan pengambilan destruktif lainnya (seperti penambangan karang,
perusakan dengan jangkar, dan lain-lain) menghasilkan jauh lebih sedikit
keuntungan ekonomi. Kawasan terumbu karang yang sudah
rusak/hancur 50 % hanya akan menghasilkan $6.000/km2/tahun, dan
daerah yang 75 % rusak menghasilkan hanya sekitar $2.000/km2/tahun.
Apabila terumbu karang sudah mengalami tangkap lebih (overfishing)
oleh cukup banyak nelayan maka keuntungan ekonomi akan menurun
sangat tajam.
Terumbu karang juga mempunyai nilai lain selain nilai ekonomi
termasuk keuntungan ekonomi dari kemungkinan pengembangan
pariwisata, perlindungan garis pantai, dan keanekaragaman hayati. Di
Filipina diperkirakan bahwa 1 km2 terumbu karang sehat dapat
menghasilkan keuntungan tahunan antara $15.000–$45.000 dari
perikanan secara berkelanjutan, $2.000 -$20.000 dari keuntungan
pariwisata, dan keuntungan ekonomi sekitar $5.000- $25.000 dari
perlindungan pesisir (perlindungan abrasi) dengan total
keuntungan/pendapatan potensial antara $32.000 -
$113.000/km2/tahun (White dan Cruz-Trinidad, 1998). Menilik
kerugian ekonomi yang timbul begitu besar akibat pemanfaatan yang
tidak memperhatikan daya dukung dan kelestariannya maka upaya
untuk menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang di Indonesia
pada saat ini adalah suatu hal yang sangat perlu untuk dilakukan.
Daftar Pustaka

Baker, V.J., P.J. Moran, C.N. Mundy, R.E. Reichelt, and P.J. Speare.
1991. A guide tothe reef ecology database 1. Description of data. The
Crown-of-Thorns Study. Australia Institute of Marine Science:
Townsville, May 1991. 48pp.
Bass, D.K., J. Davidson, D.B. Johnson, B.A. Miller-Smith and C.N.
Mundy. 1989.
Broadscale surveys of crown-of-thorn starfish on the Great Barrier Reef,
1987 to 1988. The Crown-of-Thorns Study. Australian Institute of Marine
Science, Townsville. 172pp.
Cesar, H. 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs.
Environmental Department. World Bank. Washington, D.C. 97pp.
Dahl, A.L. 1981. Coral reef monitoring handbook. South Pacific
Commission Noumea,New Caledonia. 22pp.
English, S., C. Wilkinson, and V. Baker. 1994. Survey manual for
tropical marine resources.
ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources.
Australian Institute of Marine Science, Townsville. Pp.12 - 51.
Fernandes, L. 1989. Biases associated with the use of the manta
tow, a rapid reef surveillance technique, with particular application to
the crown-of-thorns starfish (Acanthaster plancii). M.Sc. Disertation,
James Cook University of North Queensland, Townsville. 128pp.
Fraser, N.M., A.J. Siahainenia and M. Kasmidi. 1998. Preliminary
Results of Participatory

Manta Tow Training: Blongko, North Sulawesi. Indonesian Journal of


Coastal and Marine Resources Management. PKSPL – IPB. Volume
1, No.1, pp. 31-35.

Anda mungkin juga menyukai