Anda di halaman 1dari 56

BAB11

PENGUKURAN KINERJA
KONTEMPORER

1
11.1 ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
2.1 PENGERTIAN DAN KONSEP

Menurut Young dan O’Byrne (2001:17),


pengertian EVA adalah didasarkan pada
gagasan keuntungan ekonomis, yang
menyatakan bahwa kekayaan hanya
diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi
biaya operasional dan modal.
2.1 PENGERTIAN DAN KONSEP
Menurut Young (1997)

EVA = Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal

NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga –


Pajak penghasilan – Pembebasan pajak
atas bunga

Biaya Modal = Modal yang diinvestasikan x


Biaya modal rata-rata tertimbang
2.1 PENGERTIAN DAN KONSEP
Rumus EVA
EVA = (Laba operasi x (1 - tarif pajak)) – (Weighted Average Cost of
Capital x (total aset - liabilitas lancar))

atau

EVA = (Laba operasi setelah pajak) – (Weighted Average Cost of


Capital x (total aset - liabilitas lancar))
2.1 PENGERTIAN DAN KONSEP
• perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi
pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan.
EVA Positif

• nilai perusahaan berkurang sebagai akibat penurunan dari


tingkat pengembalian investasi.
EVA Negatif
2.1 PENGERTIAN DAN KONSEP
Ukuran Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA

Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan:


1) Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikataka
n baik, sehingga terjadi proses perubahan nilai ekonomisnya.
2) Jika EVA = 0, maka kinerja keuangan perusahaan secara ekono
mis dalam keadaan impas.
3) Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan Perusahaan tersebut dikata
kan kurang bagus karena laba yang diperoleh tidak memenuhi har
apan penyandang dana, sehingga tidak terjadi penambahan nilai
ekonomis pada perusahaan.
2.1.1 PENERAPAN EVA
Contoh Perhitungan EVA

Investasi didasarkan atas nilai aktiva bruto


(1) (2) (3) (4) (5)
Tahun Investasi Laba bersih Modal 10% EVA
1 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
2 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
3 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
4 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
5 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
2.1.1 PENERAPAN EVA
Contoh Perhitungan EVA

Investasi didasarkan atas nilai aktiva bersih


(1) (2) (3) (4) (5)
Tahun Investasi Laba bersih Modal 10% EVA
1 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
2 Rp. 240.000 Rp. 40.000 Rp. 24.000 Rp. 16.000
3 Rp. 180.000 Rp. 40.000 Rp. 18.000 Rp. 22.000
4 Rp. 120.000 Rp. 40.000 Rp. 12.000 Rp. 28.000
5 Rp. 60.000 Rp. 40.000 Rp. 6.000 Rp. 24.000
2.1.1 PENERAPAN EVA

Contoh Soal

Berikut ini adalah data-data untuk menghitung EVA PT


MAKMUR untuk tahun 2012.

Laba operasi Total Aset Liabilitas Lancar WACC Tarif Pajak


Rp 150 milyar Rp 1 trilyun Rp 200 milyar 12% 25%
2.1.1 PENERAPAN EVA

Perhitungan
EVA = (Laba operasi x (1 - tarif pajak)) - (Weighted Average Cost Of
Capital x (total aset - liabilitas lancar))
EVA = (150 milyar x(1-25%)) - (12% x (Rp 1 trilyun - 200 milyar))
EVA = Rp 16.5 milyar

EVA PT MAKMUR di tahun 2012 lebih besar dari nol


sehingga perusahaan mampu menciptakan kekayaan
untuk pemegang sahamnya.
2.1 MANFAAT EVA

Mengidentifikasi
Memilih investasi yang Membuat para manajer untuk Mendorong
memaksimumkan tingkat memfokuskan parhatian pada kegiatan atau proyek
pengembalian dan kegiatan yang menciptakan perusahaan untuk yang
nilai dan memungkinkan lebih
meminimumkan tingkat mereka untuk mengevaluasi pengembaliannya
biaya modal sehingga kinerja berdasarkan kriteria memperhatikan lebih tinggi dari pada
nilai perusahaan dapat maksimisasi nilai kebijaksanaan
dimaksimumkan. perusahaan. biaya modalnya.
struktur modalnya.
2.2 KELEMAHAN EVA

EVA hanya menggambarkan


penciptaan nilai pada suatu
tahun tertentu

Secara praktis belum tentu EVA


dapat diterapkan dengan
mudah
2.3 KEUNGGULAN EVA

EVA memfokuskan Penilaiannya pada nilai


tambah dan memperhitungkan beban biaya
modal sebagai konsekuensi investasi.

EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa


memerlukan data pembanding seperti
standar industri atau data perusahaan lain
(Shiddhata Utama)
2.4 EVA VS ROI
Pengukuran EVA maupun ROI berhubungan erat dengan
penentuan elemen aktiva sebagai dasar investasi.
Penentuan elemen aktiva sebagai dasar investasi
dapat dijelaskan :
1. Kas
ada dua pendapat mengenai perlakuan terhadap kas
sebagai elemen investasi, yaitu :
a. Kas dimasukkan sebagai elemen investasi
b. Kas tidak dimasukkan sebagai elemen investasi.
KAS
2.4 EVA VS ROI
Jika kas dimasukkan sebagai elemen investasi, maka masalahnya
adalah pada penentuan besarnya kas sebagai elemen investasi.
Pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya kas sebagai elem
en investasi adalah :
 Untuk pengukuran prestasi manajemen divisi, kas dibatasi sebesar kas y
ang terkendalikan oleh manajer divisi.
 Untuk pengukuran prestasi ekonomi divisi, kas adalah sebesar kas yang dip
erlukan oleh divisi sebagai kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri.
 Sebagai kesatuan ekonomi, kas divisi perlu dientukan lebih tinggi daripada sa
ldo kas yang sesungguhnya yang dimiliki oleh divisi.
2.4 EVA VS ROI KAS

Pihak yang tidak memasukkan kas sebagai elemen


investasi, mendasarkan alasan bahwa dasar investasi
terdiri dari modal kerja bersih ( tidak termasuk kas) d
an aktiva tetap.
2. Piutang

2.4 EVA VS ROI

jika manajer divisi diberi wewenang untuk melaksanakan


penjualan kredit dan pengumpulan piutangnya, piutang
diperhitungkan sebagai unsur investasi sebesar nilai buku
piutang.

Jika manajer divisi tidak diberi wewenang untuk


mengendalikan piutang , maka piutang yang diperhitungkan
dalam investasi dengan menggunakan formula tertentu.
2.4 EVA VS ROI
4. Aktiva tetap
berbagai masalah yang timbul dalam memperhitungkan aktiva tetap ke dalam
investasi, meliputi :
 Nilai yang digunakan untuk menghitung investasi
 Leased Assets, dampak sewa guna usaha terhadap pengukuran kinerja, ad
alah:
a. Unsur aktiva tetap dalam elemen investasi menjadi berkurang.
b. Unsur biaya depresiasi dalam perhitungan laba menjadi berkurang,
namun diimbangi dengan tambahan biaya yang timbul sebagai ak
ibat dari sewa guna usaha.
AKTIVA
2.4 EVA VS ROI
TETAP
 Idle assets (perlakuan terhadap aktiva yang mengaggur)
a. Jika aktiva tetap yang mengaggur dalam suatu divisi tersebut tidak da
pat digunakan oleh divisi lain, maka tanggung jawab aktiva tersebut te
tap berada pada manajer divisi yang bersangkutan sehingga harus
dimasukkan dalam elemen investasi pada divisi yang bersangkutan
b. Jika aktiva tetap yang mengaggur dalam suatu divisi tersebut dapat di
gunakan oleh divisi lain, maka tanggung jawab aktiva tersebut dapat dipi
ndahkan pada manajer divisi lain yang memanfaatkan aktiva tersebut.
AKTIVA
2.4 EVA VS ROI TETAP
Perlakuan aktiva tetap yang investasinya dari utang jangka
panjang.
Rumus ROI
ROI = Pendapatan x Laba
investasi pendapatan
ROI = Laba
investasi
2.4 EVA VS ROI
Perhitungan ROI dan EVA
Investasi didasarkan atas Nilai Aktiva Bruto
Tahun Investasi (nilai pe Laba tunai p Biaya Laba ROI
rolehan mula-mul er tahun Depresiasi Bersih
a)
1 Rp. 300.000 Rp. 100.000 Rp. 60.000 Rp. 40.000 13,33%

2 Rp. 300.000 Rp. 100.000 Rp. 60.000 Rp. 40.000 13,33%

3 Rp. 300.000 Rp. 100.000 Rp. 60.000 Rp. 40.000 13,33%

4 Rp. 300.000 Rp. 100.000 Rp. 60.000 Rp. 40.000 13,33%

5 Rp. 300.000 Rp. 100.000 Rp. 60.000 Rp. 40.000 13,33%


2.4 EVA VS ROI
Perhitungan ROI dan EVA

Tahun Investasi Laba Bersih Biaya Modal EVA


(10%)
1 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
2 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
3 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
4 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
5 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000

Keterangan
Biaya Modal : 10% dari investasi mula-mula
EVA : Laba bersih dikurangi biaya modal
11.2 BALANCE SCORE CARD
3.1 PENGERTIAN Menurut Kaplan dan Norton
Seperangkat alat ukur penilaian
untuk menilai secara lebih komplit a
dan fair prestasi suatu organisasi Suatu alat ukur yang tidak hanya
berorientasi pada laba jangka pendek
b
tapi juga memperhitungkan laba
jangka panjang
Bukan hanya alat ukur yang bersifat r
asional , tetapi juga memperhatikan d c
imensi kemanusiaan Tidak hanya berorientasi kedalam,
d tetapi bahkan harus berorientasi
keluar
KESIMPULAN
Balanced Score Card
Seperangkat ukuran kinerja yang
memberi pandangan sekilas
namun komprehensif tentang
bisnis, yang menekankan pada
keselarasan tujuan organisasi
dengan faktor sukses kuncinya
KESIMPULAN

TOLAK UKUR
KEUANGAN OPERASIONAL

 Aktivitas-aktivitas yang  Kepuasan pelanggan


telah dilakukan oleh  Proses internal
organisasi  Aktivitas inovasi
 Perbaikan organisasi
3.2 KEGUNAAN
Mengartikulasikan dan mengkomunikasikan
strategi bisnis

Membantu menyatakan visi setiap anggota


Kegunaan organisasi dan divisi untuk mencapai tujuan
BSC bersama

Menyeimbangkan antara kepentingan


individu dan kelompok dalam satu langkah
bersama sehingga dapat digunakan sebagai
sarana komunikasi, informasi, dan proses
belajar
3.3 EMPAT PERSPEKTIF PENGUKURAN BSC

Keuangan ROCE

Customer Loyality
Pelanggan
On Time Delivery

Proses
Belajar Process Process Cycle
Internal Quality Time

Proses
Belajar dan
Employee Skills
Berkembang
3.3.1 PERSPEKTIF KEUANGAN
Pengukuran Kinerja Keuangan

Fungsi Perencanaan & Hasil yang


Fungsi Pelaksanaan maksimal
Sasaran-Sasaran Keuangan

Gross Operating Income

Return On Invesment

Economic Value Added


Sasaran-Sasaran Keuangan

1. Masa Pertumbuhan (Growth)

Kaplan dan Norton


(1996) Tahap Bertahan (Sustain)
2.
Ada 3 Tahap :

3. Panen (Harvest)
Sasaran-Sasaran Keuangan
1. Masa Pertumbuhan (Growth)
Merupakan tahapan awal dari siklus kehidupan bisnis

Perusahaan memiliki produk/jasa yang signifikan memiliki


tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau memiliki
potensi untuk berkembang

Tolok ukur yang dapat digunakan adalah tingkat


pertumbuhan pendapatan/penjualan
Sasaran-Sasaran Keuangan
2. Tahap Bertahan (Sustain)
Masa mempertahankan pangsa pasar yang ada, ditengah-
tengah ketatnya persaingan pasar

Tolok ukur yang digunakan diantaranya :


 Pendapatan operasional (operating income)
 Laba kotor (gross margin)
 Tingkat pengembalian investasi (return on capital
employed)
 Nilai tambah ekonomis (economic value added)
Sasaran-Sasaran Keuangan
3. Panen (Harvest)
Tahapan ini dicapai oleh perusahaan-perusahaan dalam hal
produk-produk yang dihasilkan telah mencapai titik jenuh

Perusahaan telah mencapai tahap matang dalam siklus


hidupnya

Tolok ukur yang dapat digunakan antara lain :


 Besarnya arus kas masuk dari kegiatan operasi
perusahaan
 Tingkat penurunan kebutuhan modal kerja
(Bambang Hariadi : 412)
3.3.2 PERSPEKTIF PELANGGAN

Menilai Kesuksesan Perusahaan

Kepuasan konsumen atau pelanggan dalam


menikmati produk/jasa perusahaan
Dua Kelompok Pengukuran

1. Core Measurement Group

2. Customer Value Proposition


3.3.2.1. Core Measurement Group

Yaitu seperangkat indikasi yang mengukur tingkat


kepuasan (satisfaction), loyalitas (loyality), retensi
(retention), akuisisi (axquisition), konsumen dari
pasar yang ditargetkan dan customer profitability,
tingkat keuntungan yang diperoleh dari target
pasar yang dilayani
3.3.2.1. Core Measurement Group

Market

Customer Customer Customer


Acqusition Profitability Retention

Customer
Satisfaction
Unsur-
3.3.2.1. Core Measurement Group
unsurnya :
Porsi penjualan yang dikuasai dalam satu segmen
Pangsa Pasar (market share) tertentu

Perolehan pelanggan Tingkat kemampuan perusahaan dalam


(customer acquisition) menarik konsumen baru

Pelanggan yang dipertahankan Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan


(customer retention) hubungan dengan konsumen

Kepuasan pelanggan Tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja


(customer satisfaction) perusahaan

Tingkat laba bersih yang dapat dicapai


Kemampulabaan pelanggan perusahaan dalam satu segmen atau
(customer profitability) target pelanggan tertentu
3.3.2.2. Customer Value Proposition

Adalah kelompok pengukuran nilai pelanggan.


Pengukuran disebut juga kelompok penunjang karena terdiri dari
ukuran kinerja dan performance driven (pemicu kinerja) yang
menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan
untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi
konsumen yang tinggi

Value propositon adalah konsep kunci untuk mengerti penentuan


dalam core measuranment dari tingkat kepuasan, akuisisi, retensi, dan pangsa pasar (
Bambang Hariadi :416)
Tiga kategori atribut :
Customer Relationship Image and Reputation
Product/Service Atributes
(hubungan dengan (citra dan reputasi)
(atribut-atribut produk)
pelanggan)

Meliputi 3 bagian Mengetahui sejauh Merupakan indikator


yaitu fungsi, harga mana kualitas penting yang harus
mula, dan waktu. hubungan mendapat penilaian
perusahaan untuk mengetahui
dengan pelanggan. kesuksesan seorang
manajer dalam
memimpin perusahan
3.3.3 PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL
Perspektif rantai nilai dalam proses bisnis Internal
BSC digambarkan dalam satu model nilai yang saling terkait dalam memenuhi keb
utuhan pelanggan seperti yang diperlihatkan berikut (Michael E. Parter, 1994) :

• Generic Value Chain Model


1. Proses Inovasi 2. Proses Operasi 3. Proses
Pelayanan
Customer
Purna Jual
Need Need
Identified Satisfied
Identify Create Build Deliver Service
The The The The The
Market Offering Service Service Customer
3.3.3 PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

a. Inovasi

Unit bisnis yang berusaha menentukan kebutuhan


intern dari pelanggan dan menciptakan produk dan
jasa yang dibutuhkan oleh pelanggan tersebut.
3.3.3 PERSPEKTIF PROSES BISNIS
INTERNAL
Inovasi

Kemampuan manajemen dalam melakukan proses inovasi


dibagi menjadi dua bagian yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan, yaitu:

2. Kemampuan menciptakan produk/ jasa


1. Kemampuan mengidentifikasi pasar
untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut
3.3.3 PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

b. Proses Operasi

Proses untuk membuat dan menyampaikan produk dan


jasa yang dibutuhkan pelanggan saat ini, proses inila
h yang selama ini menjadi titik berat pengukuran kiner
ja yang selama ini dilaksanakan perusahaan.
3.3.3 PERSPEKTIF PROSES BISNIS Proses
INTERNAL Operasi

Aktivitas operasi dapat dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:

Proses pembuatan produk atau jasa


1
Proses penjualan harga jual
2
Proses
Operasi 1. Proses Pembuatan Produk/ Jasa

• Aktivitas yang berkaitan dengan penerimaan,


a. Incound penyimpanan, dan penyebaran bahan mentah
logistic sampai bahan mentah tersebut dapat digunakan
Dibagi dalam proses produksi
Menjadi
beberapa
aktivitas:
b. Operasi • Mengubah input menjadi barang jadi

• Aktivitas outbond logistic, aktivitas


c. Proses
penyampaian pengumpulan, penyimpanan, dan
produk atau mendistribusikan secara fisik barang/ jasa pada
jasa pada pembelian
pelanggan
• Aktivitas penjualan dan pemasaran
Proses
Operasi 2. Proses Penjualan Harga Jual

Jasa pelayanan pada pelanggan, setelah penjualan produk


atau jasa tersebut dilaksanakan, yang termasuk dalam
proses ini adalah garansi dan aktivitas perbaikan, proses
pembayaran jika pelanggan menggunakan kartu kredit
serta perlakuan untuk barang yang dikembailkan karena
rusak (Bambang Hariadi, 2002: 417-426).
3.3.4 PERSPEKTIF PROSES BELAJAR
DAN BERKEMBANG
Proses belajar dan berkembang organisasi bersumber dari 3
pihak yaitu:

People

Sistem

Prosedur Organisasi
3.3.4 PERSPEKTIF PROSES BELAJAR
DAN BERKEMBANG
Dalam kaitan dengan kemampuan para pekerja, ada tiga hal yang perlu d
itinjau oleh manajemen yaitu:

1 Kepuasaan Pekerja

2 Retensi Pekerja

3 Produktivitas Pekerja
3.3.4 PERSPEKTIF PROSES BELAJAR
DAN BERKEMBANG

1 Kepuasaan Pekerja

Prakondisi dari tingkat produktivitas, tanggung


jawab, kualitas, dan customer service.
3.3.4 PERSPEKTIF PROSES BELAJAR Kepuasaan
DAN BERKEMBANG Pekerja

Untuk mengetahui tingkat kepuasan pekerja, perusahaan perlu melakukan survei secara
reguler. Beberapa elemen dalam employee satisfaction adalah:

d. Dorongan aktif
a. Keterlibatan dalam c. Akses untuk untuk
e. Dukungan
pengambilan b. Pengakuan memperoleh melakukan
atasan
keputusan informasi kreativitas dan
inisiatif
3.3.4 PERSPEKTIF PROSES BELAJAR
DAN BERKEMBANG

2 Retensi Pekerja

Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan


pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus bekerja
dan berprestasi dalam organisasi.
3.3.4 PERSPEKTIF PROSES BELAJAR
DAN BERKEMBANG

3 Produktivitas Pekerja

Hasil pengaruh agregat dari peningkatan keahlian dan moral,


inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat kepuasan
konsumen. Dengan demikian, pengukuran produktivitas tidak
hanya sekedar mengukur hasil aktivitas akan tetapi juga
melihat proses aktivitas yang dilakukan manajemen untuk
memuaskan konsumen (Bambang Hariadi : 435)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai