Nama kelompok
1. Anggun nita wati
2. Della delianty
3. Lisa oktaviani
4. Maryaenah
5. Nurmalia dwi astuti
2) Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan
rumah sakit. Penderita dengan kemungkinan survival yang
terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga
yang paling sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan
lebih dahulu.
Primary Survey
1) Airway dengan kontrol servikal
a) Penilaian
-Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi).
-Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi.
b) Pengelolaan airway
-Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi.
-Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat
yang rigid.
-Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal.
-Pasang airway definitif sesuai indikasi.
c) Fiksasi leher
d) Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula.
e) Evaluasi
2) Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
a) Penilaian
-Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan
kontrol servikal in-line immobilisasi.
-Tentukan laju dan dalamnya pernapasan.
-Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks
simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-
tanda cedera lainnya.
-Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
-Auskultasi thoraks bilateral.
b) Pengelolaan
-Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( non rebreather mask
11-12 liter/menit).
-Ventilasi dengan Bag Valve Mask.
-Menghilangkan tension pneumothorax.
-Menutup open pneumothorax.
-Memasang pulse oxymeter.
c) Evaluasi
3) Circulation Dengan Kontrol Perdarahan
a) Penilaian
-Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.
-Mengetahui sumber perdarahan internal.
-Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.
Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan
pertanda diperlukannya resusitasi masif segera.
-Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
-Periksa tekanan darah.
b) Pengelolaan
-Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
-Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah.
-Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel
darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada
wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta
Analisis Gas Darah (BGA).
-Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
-Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada
pasien-pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
-Cegah hipotermia.
c) Evaluasi
4) Disability
a) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor
GCS/PTS
b) Nilai pupil: besarnya, isokor atau tidak, reflek
cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi.
c) Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi,
ventilasi dan circulation.
5) Exposure/Environment
a) Buka pakaian penderita.
b) Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan
tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.
Resusitasi
1) Re-evaluasi ABCDE
2) Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml
pada dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan
cepat.
3) Evaluasi resusitasi cairan
a) Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal.
b) Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan
produksi urin ) serta awasi tanda-tanda syok.
4) Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap
pemberian cairan awal.
a) Respon cepat
-Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance.
-Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau
pemberian darah.
-Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan.
-Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif
mungkin masih diperlukan.
Lanjutan...
b) Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah
dengan pemberian darah.
- Respon terhadap pemberian darah menentukan
tindakan operatif.
- Konsultasikan pada ahli bedah.
c) Tanpa respon
-Konsultasikan pada ahli bedah.
-Perlu tindakan operatif sangat segera.
-Waspadai kemungkinan syok non hemoragik
seperti tamponade jantung atau kontusio miokard.
-Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya.
FRAKTUR
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung (Helmi ZN.
2011).
Etiologi
a. Fraktur terjadi karena tekanan yang menimpa
tulang kebih besar daripada daya tulang akibar
trauma.
b. Fraktur karena penyakit tulang seperti Tumor
Osteoporosis yang disebut Fraktur Patologis.
c. Fraktur Stress/ Fatique (akibat dari
penggunaan tulang yang berulang-ulang).
Tanda dan Gejala Fraktur
Gejala yang paling umum pada fraktur adalah rasa nyeri
yang terlokalisir pada bagian fraktur. Biasanya pasien
mengatakan ada yang menggigitnya atau merasakan ada
tulang yang patah.
Jenis Fraktur
a. Fraktur Tertutup (Simple
Fracture)
b. Fraktur Terbuka
(Compound Fracture)
Tipe Fraktur
a. Fraktur Trasversal
b. Fraktur Greenstick
c. Fraktur Spiral
d. Fraktur Oblique
e. Fraktur Comminuted
Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
a. Penatalaksanaan Fraktur
•Stabilkan jalan napas.
•Kontrol perdarahan.
•Tutup sucking chest wound (luka terbuka pada dada).
•Resusitasi cairan.
•Jika ada fraktur terbuka, balut luka sebelum melakukan
pembidaian dan jangan mendorong kembali tulang yang
terlihat.
•Jangan pernah berusaha untuk meluruskan fraktur termasuk
sendi-sendi, meskipun ada beberapa tulang pada fraktur yang
dapat diluruskan.
•Tourniket tidak dianjurkan pada fraktur terbuka kecuali pada
trauma amputasi atau anggota gerak yang sudah tidak dapat
diselamatkan lagi.
•Imobilisasi ekstremitas sebelum memindahkan pasien dan
imobilisasi sendi bagian atas dan bawah dari tulang yang
fraktur.
Lanjutan
1. Tahap pra RS
Koordinasi yang baik antara dokter di RS dengan petugas
lapangan akan menguntungkan pasien. Sebaiknya RS sudah
diberitahukan sebelum pasien diangkat dari tempat kejadian. Yang
harus diperhaikan adalah menjaga airway, breathing, kontrol
pendarahan dan syok, imobilisasi pasien dan pengiriman ke RS
terdekat, harus diusahan untuk mengurangi waktu tanggap
(respons time). Jangan sampai terjadi bahwa semakin tinggi
tingkatan para medik semakin lama pasien berada di TKP. Saat
pasien dibawa ke RS harus ada data tentang waktu kejadian, sebab
kejadian, riwayat pasien dari mekanisme kejadian dapat
menerangkan jenis perlukaan dan beratnya perlukaan
2. Fase RS
Saat pasien berada di RS segera dilakukan survey primer dan
selanjutnya dilakukan resusitasi dengan cepat dan tepat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT PADA FRAKTUR
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. J
DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVIKULA DEXTRA
DI IGD RSUD UNDATA PALU
I. PENGKAJIAN
2) Leher
I : Tidak ada kelainan atau luka, leher nampak tegang saat
meringis
P: Tidak teraba adanya hematoma
3) Dada Thoraks :
I: Tampak luka lecet/jejas pada dada sebelah kiri + 4 cm, jejas
pada daerah kalavikula sebelah kanan (bengkak dan lebam),
nafas cepat dan dangkal
P: Terasa adanya krepitasi pada tulang klavikula
A: Simetris antara kedua paru
4) Jantung :
A: Tidak ada BJ tambahan
5) Abdomen
I: Tampak penggunaan otot-otot perut saat klien bernafas
P: Tidak teraba adanya massa
P: Tidak kembung
A: Terdengar bising usus
6) Ekstremitas
I: Tampak luka lecet pada jari telunjuk sampai jari manis
sebelah kanan, klien tidak dapat menggerakkan tangan
kanannya
P: Teraba dingin pada ujung-ujung ekstremitas, teraba nadi
radialis reguler
7) Integumen
I : Tampak pucat
P : Berkeringat dingin
7. Pengkajian Psikososial :
• Klien mengatakan cemas dengan kondisi bahu
dan tangan kanannya
• Nadi : 80 x/menit
8. Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis
Radiologi Laboratorium Pemeriksaan Terapi/Anjuran
Darah Darah Lain Medis
Pada hasil HGB : 12 mg/dl Infus RL 20
foto Thorax, WBC : 4 mg/dl tts/mnt
nampak O2 Nasal 2
fraktur pada lpm
tulang Ketrolax 1
klavikula amp/IV
sebelah Konsul ahli
tulang bedah
klavikula
sebelah
kanan