Anda di halaman 1dari 16

Perawatan pada

Pasien Trauma

Ns. Najihah
Program Studi Ilmu Keperawtan
FKM-UMI
Pendahuluan

Trauma merupakan kejadian/ insiden yang


menyebabkan terganggunya kemampuan individu
untuk melanjutkan hidup/ mempertahankan fungsi
tubuh.

Trauma mengacu pada cedera fisik yang


disebabkan oleh cedera mekanis, juga dikenal
sebagai cedera kinetik.
Trauma dapat disebabkan oleh beberapa faktor, insiden atau yg lain
Jatuh, Kecelakaan lalu lintas, Olahraga, menyelam, Tenggelam.
Keracunan, Overdosis. Kekerasan, Akibat alam

Mayoritas pasien trauma yg memerlukan perawatan ICU adalah trauma


dg luka serius yang terkait dengan kecelakaan lalu lintas.

Sebagian besar pasien trauma yg dirawat di perawatan kritis mengalami


neurotrauma, dan yg lainnya termasuk patah tulang dan luka pada
organ dalam di dada dan perut.

Salah satu aspek terpenting dalam menilai pasien yang mengalami


trauma adalah menentukan mekanisme cedera, apakah trauma tumpul
atau tembus.
Mekanisme Cedera
Defenisi
• Mekanisme cedera merupakan tipe cidera & seberapa besar
kekuatan yg menimbulkan cedera
• Terbagi menjadi cedera tumpul, cedera penetrasi & peforasi
Cedera Tumpul
• Pukulan atau benturan langsung yang menyebabkan cedera
yang berat
• Permukaan tubuh dan penyebabnya melakukan kontak
langsung
Cedera penetrasi
• Disebabkan oleh benda asing seperti pisau, kaca, & benda
tajam yg masuk & menembus organ dan jaringan sehingga
menimbulkan kerusakan dalam tubuh
Cedera perforasi
• Disebabkan karean benda asing menembus hingga keluar
tubuh sehingga menyebabkan kerusakan bagian dalam yg
berat
Fase penaganan trauma
Stabilisasi pra-rumah sakit

• Melakukan pengkajian ABC u/ memastikan &


mempertahankan jalan napas
• Mengeluarkan benda asing dari saluran pernapasan
• Kontrol perdarahan
• Observasi status neurologi
• Imobilisasi dengan posisi kepala, leher & tubuh sejajar (in-line)
dg spinal board/ stretcheer

Resusitasi Rumah Sakit

• Mengimpelementasikan penanganan pasien dg tim kesehatan


lainnya u/ menyelamatkan pasien yg terancam jiwanya
• Melakukan survei primer & tidak melanjutkan kepenanganan
selanjutnya hingga kondisi pasien stabi
Survey Primer
• Airway Managemet
• Pemeriksaan lanjutan u/ membersihkan & menghilangkan sumbatan
pada saluran pernapasan klien
• Stabilisasi kepala & Leher dipertahankan hingga dilakukan
pemeriksaan x-ray & tdk ditemukan cedera tulang belakang
• Breathing Support
• Memastikan keseimbangan antara suplai dan pengeluaran O2
• Memberikan O2 tambahan u/ mengurangi usaha bernapas
• Circulatory Support
• Menilai warna kulit, suhu, status mental, tanda hipotermia &
hipovolemia
• Observasi jantung dg oksimetri u/ mengidentifikasi disritmia
• Pemasangan IV Kateter u/ memonitor syok
• Disabilities
• Pemerikasaan neurologi u/ menentukan kekuatan otot dan tingkat
kesadaran
• Menggunakan metode AVPU (Allert, Verbal, Pain, Unresponsive) atau
GCS
• Exsposing other injuries
• Membuka baju pasien & memeriksa tiap bagian tubuh u/ mengetahui
adanya cedera tambahan
Survey/ Resusitasi sekunder
• Pengamatan detail secara head to toe
• Teknik logroll u/ mengamati bagian bawah tubuh yg
mengalami cedera
• Pemeriksaan pada area tubuh yg mengalami nyeri dan
deformitas
• Mengumpulkan data riwayat kesehatan pasien, misal trauma
yg spesifik, riwayat kesehatan, obat & alkohol
• Pemeriksaan dignostik (x-ray, EKG, CT Scan, AGD, Pemeriksaan
darah lengkap)
• Perdarahan dikoreksi dengan transfusi darah
• Penggantian cairan
• Cairan IV dapat dihangatkan & digunakan dengan selimut u/
mencegah hipotermi
• Pemasangan kateter urine u/ memonitor tingkat hidrasi
Perawatan Defenitif

• Cedera spesifik ditangani dg operasi, penjahitan luka,


pengurangan fraktur, dan pemasangan gips

Perawatan kritis

• Memindahkan pasien keruang intensive care u/


mendapatkan perawatan yg intensif
Obat2 yg digunakan pada
penaganan trauma
Pengobatan Cara Kerja
Antagonis Histamin-2 Mengurangi terbentuknya tukak
lambung karena stress akibat trauma
Metil prenidsolen Menghilangkan respon inflamasi untuk
mengurangi edema sumsum tulang
belakang
Morfin Sulfat Mengontol nyeri untuk luka bakar besar
Profilaksis tetanus toxoid jika Mencegah tetanus dari luka yang kotor
diperlukan
Vasopresor Meningkatkan TD pada kondisi syok
Penggantian Volume Cairan

Penggatian cairan tubuh secara IV dan transfusi


darah adalah lini pertama penaganan syok
hemoragik u/ hampir semua kasus trauma yg parah

Dilakukan u/ memastikan jaringan mendapatkan


O2 dan Nutrisi

Jika tidak dilakukan maka mudah mengalami


kegagalan multiorgan
Lokasi
• Memerlukan ukuran jarum yg besar (14 dan 16)
• Vena sentral merupakan tempat yg paling sering dipilih
• Menggunakan infuser IV Cepat (1 liter/2menit)

Pemilihan larutan
• Larutan yg digunakan disesuaikan dengan penyebab
kehilangan cairan dan komponen darah yang perlu
digantikan
• Ada 3 tipe larutan yang kristaloid, koloid & darah
Kristaloid
• Termasuk Elektrolit (Natrium, klorida, kalium, dll)
• Ringer laktat & NaCl 0,9% paling sering digunakan u/
menggatikan serum
• Protokol ACS >> 3mL cairan menggatikan 1mL kehilangan darah
• Prioritas utama sebelum memulai tarapi vasopresor

Koloid
• Menggatikan protein plasma yg bekerja sbg magnet u/
mempertahankan cairan yg berada di intravaskuler dg
mendorong cairain dari ruang intertisial
• Koloid yang sering digunakan adalah albumin, dextran, &
hetastarch

Darah
• Membantu meningkatkan jumlah cairan yg kurang terutama
untuk perdarahan hebat.
• Dilakukan jika setelah terapi kritaloid dan koloid namun respon
nadi, tekanan darah tidak meningkat
• Ditentukan karena adanya peubahan level hemoglobin &
hematokrit. Jika Hb menurun menjadi 8 g/dL
Komplikasi Trauma
Kunci untuk bertahan hidup bagi pasien dengan trauma ganda adalah
membatasi tingkat komplikasi yang dialami dan meningkatkan pengiriman
oksigen ke jaringan selama fase awal resusitasi

Komplikasi trauma yang umum terjadi adalah infeksi/ sepsis,


ARDS, dan sindrom respon inflamasi sistemik
(SIRS)
• ARDS
• Faktor pencetus ARDS pada pasien trauma meliputi cedera langsung
atau tidak langsung ke paru-paru.
• Cedera langsung meliputi inhalasi asap, fraktur tulang rusuk, atau
kontusi paru yang besar.
• Cidera tidak langsung mungkin disebabkan oleh sepsis, resusitasi cairan
masif, dan keadaan hipoperfusi yang berkepanjangan (syok) yang
semuanya dapat menyebabkan inflamasi dan infiltrasi alveolar.
• Sepsis
• Hal ini karena sifat cedera, lingkungan di mana cedera terjadi, kondisi
nonsterile perangkat invasif yg telah dilakukan sebelumnya, beberapa
prosedur invasif, termasuk pembedahan, resusitasi dan penanganan
trauma.
Komplikasi Kondisi Intervensi
ARDS  Chest trauma  Assess chest, monitor lung volumes
 Sepsis and compliance.
 Multiple  Draw serial ABGs.
transfusions  Administer O2 or ventilator therapy
 Brain injuries as ordered.
 Multiple-system  Suction as needed.
injuries  Administer medications as ordered.
 Monitor ECG.
Sepsis • Systemic infection • Monitor ABGs, electrolytes, and CBC.
• Peritonitis • Notify physician.
• Monitor vital signs every 15 minutes.
• Administer fluid replacement and
medications as ordered.
• Maintain normothermia.

Anda mungkin juga menyukai