Anda di halaman 1dari 114

Askep Pd Klien Dgn Ggn

Pendengaran
Konsep Dasar

 Telinga adalah organ pendengaran,


disarafi oleh Nervus kranial VIII
(Auditorius).
 Telinga sbg pendengaran juga berfungsi
sbg keseimbangan.
 Telinga terbagi atas : T. luar, T tengah &
T dalam/rongga telinga dlm
Telinga luar

 Terdiri dari daun telinga (pinna/aurikel) & liang


telinga luar (meatus ekterna).
 Pinna ; kartilago elektis yg ditutupi
kulit,digerakan leh 3 otot kecil yg berasal dari
oponeurosis kranial & tl tengkorak.
 Meatus ; berbentuk tuba dgn pjg 2,5 cm. 1/3
luar berupa kartilago & 2/3 dalam berupa
tulang.
 Fungsi : mengumpulkan gel.suara &
menghantar suara msk ke telinga bgn tengah.
Telingah Tengah

 Terdiri dari membran tympani, kavum tympani


yg didalamnya terdpt 3 tl pendengaran
(maleus,inkus,stapes) & tuba eustakhius.
 Membran tympani ; warna kelabu mutiara yg
tembus cahaya,terdiri dari jaringan penunjang,
bgn permukaan ditutupi epitel,membran sbgn
besar terenggang dgn ketat, segmen atas
(parsflasida/sharpnall) agak lunak & merupakan
selaput yg membatasi liang telinga & kavum
timpani.
 Cavum timpani ; merupakan bilik kecil yg
mengandung udara yg terletak disebelah dlm
membran timpani, memiliki dinding tulang &
membranosa, pd bgn belakang rongga
bersambung dgn antrum mastoid dlm prosesus
mastoideus pd tl temporalis melalui celah
(aditus).
 Maleus (hamer) melekat pd permukaan dlm
membran timpani dgn prosesus pendek; Incus
(anvil) berartikulasi dgn kaput maleus diatas &
satu prosesus dgn stapes (stirrup); stapes
merupakan kaput kecil untuk artikulasi dgn
incus kedua prosesus & bgn kaki bersatu dlm
jendela oval.
 Tuba eustakhius disbt juga tuba faringo
timpani terdiri dari tl & kartilago;
menghubungkan nasofaring dgn telingah
tengah & berfungsi sbg regulasi tekanan
udara dlm cavum timpani.
 Fungsi telinga tengah : menghantar
suara masuk kedalam telinga bgn dlm
atau ke cochlea.
Telinga Dalam

 Terletak pd porsio petrolis os temporalis.


 Mengandung organ pendengaran &
keseimbangan. Sangat rumit & sering
juga disebut tl. Labirin.
 Terdiri dari cohlea, vestibular & canalis
semisirkularis.
 Terdpt 2 macam cairan yakni c.perilimfe
(c.antara tl & membran labirin) & c.
endolinfe (c.dlm membran labirin)
Cohlea (kokhlea) :

 Tabung yg berbentuk spiral yg membelit


laksana rumah siput.
 Belitan belitan tsb melingkari sebuah
sumbu berbentuk kerucut yg memiliki
bgn tengah dari tulang (disebut
modiulus).
 Dlm setiap belitan trdpt saluran
membranosa yg mengandung ujung
akhir saraf pendengaran.
 Terdpt 2 tingkap dlm ruang melingkar tsb
yakni fenestra vestibula (ovalis) ditutupi
oleh tl stapes & fenestra kohlea
(rotunda) ditutupi oleh membran. Ke-2
tingkap ini bertujuan agar getaran dpt
dialihkan dari rongga t.tengah guna
dilangsungkan pd perilinfe, getaran
perilinfe dialihkan menuju endolinfe dgn
demikian merangsang ujung akhir saraf
pendengaran.
Gelombang suara & Mendengar

 Pendengaran normal tergantung pd kapasitas


mengartikan gelombang suara menjadi sensasi
yg berarti / bermakna.
 Berbicara dgn suara yg enak didengar
(comportable) bg seseorg dgn pendengaran yg
normal, intensitasnya antara 40 – 65 desibel.
 Seorg anak & dewasa muda yg memiliki
pendengaran normal dpt mendengar dgn
frekuensi 20 – 20.000 hertz. Manula 50 – 8000
hz.
 Pendengaran lebih sensitif dgn f. 500 – 4000 hz
Suara dpt menjangkau telinga melalui :

 Konduksi udara : gel.suara melaui liang


telinga ke tulang – tulang pendengaran
lalu ketelinga dalam.
 Konduksi tulang : suara ditransmisi dari
tulang kepala ke talinga dalam.
Asuhan Keperawatan
Pendahuluan
 Pendegaran merupakan indra melanoreseptor
sbb telinga memberikan respon terhdp getaran
mekanik gelombang suara yg terdpt diudara.
 Telinga disamping sbg alat pendengaran,
keseimbangan juga mempunyai peran sebagai :
fasilitas oral, menikmati suatu kegemeran,
mencegah gangguan fungsi sosial, sarana
pertukaran ide & menyadari bahaya lingkungan.
1.Pengkajian
a. R. Kesehatan
1). R.Kes.sekarang :
* Keluhan utama :- tuli (ggn pendgran)
- tinitus
- vertigo
- otalgia
- otore
* Munculnya keluhan : - sejak kapan
- mendadak /bertahap
* Sifat keluhan : - pusing
- hilang keseimbangan
- berapa lama
* Kapan terjadi : - ISPA
- setelah berenang
- setelah naik/turun
pesawat, dll.
* Gejala lain selama serangan :
- mual/muntah
- penglihatan berkunang
- sakit kepala, dll.
* Produk telinga : - bentuk (cair/padat)
- bau
- warna (keruh atau
bening)
* Kesukaran mendengar :
- ada/tdk
- terjadi perlahan /
mendadak.
* Lokasi keluhan :- pd ke-2 telinga
- pd satu telinga
- pd telinga bgn luar,
tengah atau dlm.
2). R.Kes.lalu

 Sering berenang.
 Keluhan ggn pd pendengaran (usia
mulai muncul ggn).
 Test pendengaran (pernah/tdk), kapan
dilakukan.
 Operasi daerah kepala (usia, kapan,
sebab, hasil )
 Trauma / pukulan (ada/tdk) & keluhan
penyerta.
3). R.Kes Ibu saat melahirkan anak yg
mempunyai ggn pendengaran.

 Apakah pernah sakit sewaktu hamil?


 Sakit pd trimester berapa ?
 Lamanya sakit.
 Pengobatan saat hamil (jenis obat &
lamanya pengobatan).
4). R.Perkembangan

= Bayi neonatus aterem :


Dpt memberikan responterhdp suara dgn
refleks terkejut, menangis, berkedip, dgn
sementara menahan nafas & dgn
menjadi tenang atau berhenti menangis.
= Usia 1 bulan :
Dpt menggerakan mata kearah suara jk
suara terdengar dari jarak 7-10 cm dlm
waktu singkat gerakan akan menghilang.
= Usia 2-3 bln :
Memalingkan kepala kearah suara,
memberi responterhdp suara yg
didengar, mengeluarkan suara sendiri (6
minggu), tertawa (10-12 minggu).
= Usia 3-6 bln :
Dpt melokalisasi suara pd jarak 10 inci
dari telinga, dpt bermain gelembung
secara teratur, keras & bernada,
berteriak untuk menarik perhatian.
= Usia 6-7 bln :
Dpt melokalisasi suara diatas & dibawah pd
jarak 1-2 m, dpt membuat suara gelombang
panjang yg terdiri dari suara vokal yg diulang
ulang.
= Usia 7-12 bln :
Dpt menirukan suara org dewasa, dpt
memainkan suara, memberikan reaksi dgn
memalingkan kepala kearah suara yg
memanggilnya, dpt bereaksi terhdp suara yg
dikenalnya, belajar mengendalikan &
menyesuaikan respon terhdp suara.
= 12 – 15 bln :
Dpt memperhatikan suara yg berarti,
memalingkan muka kearah suara yg datang,
dpt mengikuti instruksi sederhana.
= 15 – 18 bln :
Anak dpt menggunakan kata kata dlm konteks
yg benar.
= 18 – 24 bln :
Dpt mengerti keterangan & suruhan dlm
bahasa yg sederhana, belajar bernyanyi,
menggunakan kalimat pendek & mengenal 6-22
kata.
= 24 – 28 bln :
Anak menggunakan > 50 kata, mulai
mendengar percakapan, menunjukan diri
dgn nama, mengikuti perintah
sederhana.
= 28 – 48 bln :
Anak dpt menggunakan > 200 kata dgn
mengenali kata kata tsb, dpt mengerti
hampir semua kata yg dikatakan pdnya.
= 4 – 5 thn :
Anak sudah mampu menggunakan tata
bahasa yg benar (4,5 thn ).
5. R. Sosial :

 Pendidikan ps, latar belakang, cara


hidup & pekerjaan.
 Anggota keluarga yg punya masalah
kesehatan.
 Penggunaan alat bantu (tipe & sejak
kapan).
6. R.Psikologis

 Perasaan ps ttg kelainan/ggn


pendengaran yg dialami.
 Mekanisme penyesuaian diri.
 Reaksi keluarga/lingkungan terhdp
masalah yg ada.
7. Pemeriksaan fisik :
a). Inspeksi :

 Menggunakan lampu khusus/lampu


kepala.
 Posisi : Bayi /anak (berbaring), dewasa
(duduk).
 Menggunakan spekulum telinga.
 Untuk melihat liang telinga pd anak :
tarik daun telinga kebelakang kebawah;
pd dewasa : tarik daun telinga keatas
kebelakang.
Inspeksi meliputi :

 Ukuran & lokasi daun telinga.


 Struktur telinga luar.
 Warna/tektur dinding kanal.
 Serumen (ada/tdk, bau,jenis & warna).
 Otoskop – keadaan kanalis, membran
tymphani & tuba eustacius
b. Pengkajian kemampuan
mendengar.

Disesuaikan dgn tingkat perkembangan &


usia.
8. Pemeriksaan diagnostik :

 Tergantung usia & jenis test pendengaran.


 Pd usia 3 bln pertama, sifat pendengaran
hanya refleks; bl bayi mendengar suara
menunjukan dgn gerakan tubuh. Mengetes dgn
membunyikan alat.
 Pd usia 1-3 thn, dgn memanggil namanya atau
bertanya sesuatu sesuai kemampuan anak pd
usia tsb.
 Dewasa dpt dgn test garputala & berbisik.
Macam test garputala (Y) :
1. Weber test :
 Garputala digetarkan, letakan pd dahi.
 Normal suara/getaran terdengar sama pd
kedua sisi telinga.
 Bl keras pd telinga sakit ---- tuli konduktif 1
telinga.
 Bl keras pd telinga sehat --- tuli sensoneural.
 Bl kedua telinga tdk sakit & suara terdengar
keras pada salah satu sisi (kanan--- lateralisasi
kanan,. Kiri ---- lateralisasi kiri)
Tujuan test Weber :

Membandingkan antara hantaran melalui


udara & hantaran melalui tulang diantara
tulang telinga kiri & telinga kanan.
2. Rinne test :

 Garputala digetarkan.
 Dasar garputala diletakan pd prosesus
mastoideus pd telinga yg sedang
diperiksa.
 Setelah tdk terdengar getaran, garputala
diletakan didepan telinga sekitar 2,5 cm.
 Bl masih terdengar berarti Rhine test +
atau normal.
 Bl tdk terdengar berarti Rhine test -.
Tujuan test Rhine :

Membandingkan hantaran melalui udara &


hantaran melalui tulang.
3. Test Schwabach :

 Garputala digetarkan.
 Letakan pd prosesus mastoideus ps sampai tdk
terdengar bunyi.
 Segera pindahkan ke prosesus mastoideus
pemeriksa.
 Bl pemeriksa masih dpt mendengar -
Schwabach memendek.
 Bl pemeriksa tdk dpt mendengar, pemeriksaan
diulang dgn cara sebaliknya yaitu garputala
diletakan pd prosesus mastoideus pemeriksa.
 Bl ps masih dpt mendengar bunyi
--Schwabach memanjang.
 Bl ps & pemeriksa sama mendengarnya
--- schwabach sama dgn pemeriksa.
Tujuan test Schwabach : membandingkan
hantaran tulang ps dgn pemeriksa yg
pendengarannya normal.
Macam macam garputala :

 Terdiri dari satu set dgn frekuensi 128 Hz, 256


Hz, 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz.
 Pd umumnya dipakai 512 Hz, 1024 Hz & 2048
Hz.
 Hz (herts) merupakan istilah kontempoler dari
siklus perdetik & sbg satuan frekuensi.
 Normal telinga dpt mendengar nada 20 – 18000
Hz, yg paling efektif antara 500 – 2000 Hz
 Bl menggunakan satu garputala mk yg
digunakan adalah 512 Hz sbb garputala ini tdk
terlalu dipengaruhi oleh suara bising
disekitarnya.
9. Pemeriksaan Audiometri

 Audiometri adalah suatu pemeriksaan yg


dilakukan untuk mengetahui ketajaman
pendengaran.
 Audiometer adalah suatu alat untuk
mengukur ketajaman pendengaran.
 Audiogram adalah grafik yg
menunjukan / grafik yg dihslkan dari
audiometer yg menunjukan jenis &
derajat ketulian.
Istilah – istilah yg digunakan dlm
audiometri :

 Frekuensi : menyatakan tinggi


rendahnya nada & dinyatakan dlm Hz
atau jumlah fibrasi / detik. Semakin tinggi
fibrasi/detik semakin tinggi frekuensinya,
demikian sebaliknya.
 Intensitas suara : dinyatakan dlm desibel
(dB), dikenal dB HL (dB hearing Level),
dB SL (dB Sensation Level), dB SPL (dB
Sound Presure level).
 Intensitas terendah pd telinga normal org
muda hanya dpt mendeteksi datangnya
suara dari 50% waktu sebesar 0 dB,
sedangkan 110 dB terlalu kuat untuk
pendengaran normal.
 Percakapan umumnya sebesar 60 dB,
berbisik 20 dB, orang yg tdk bisa
mendengar suara 40 – 50 dB tdk dpt
mendengar tanpa alat bantu. Org yg tdk
dpt mendengar suara 90 dB tdk dpt
mendengar walaupun dgn alat bantu.
 Ambang pendengaran : tingkat intensitas
terendah nada murni yg masih dpt
didengar manusia (1000-45000 Hz).
 Nada murni adalah suara yg dihslksn
oleh audiometri untuk tujuan mengetahui
ketajaman pendengaran .
 Pd audiometri nada murni, nada yg
dihslkan oleh audiometer diujicobakan
pd ps dgn berbagai frekuensi. Penting
untuk memperdengarkan pembicaraan,
musik & suara lain dilingkungan . Nada
ini diperoleh dgn test konduksi udara &
tulang.
 Test nada murni dgn konduksi tulang
digunakan untuk menentukan apakah
tuli yg dideteksi pd test konduksi udara
adalah berhubungan dgn faktor sensori
& konduktif atau kombinasi dari
keduanya. Hal ini digunakan hanya
ketika hsl test konduksi udara abnormal.
 Ambang pendengaran pd test ini
biasanya pd frekuensi 250,500,1000,
2000,3000,4000 & 8000 Hz. Dgn
intensitas berkisar 10 – 110 dB.
 Dlm speech audiometri ps dpt
mendengarkan pembicaraan dgn
menggunakan mikrophone yg
dihubungkan dgn audiometer. Ada 2
komponen dlm speech audiometri yaitu
speech reseption (tkt intensitas dimana
ps dpt mengurangi kata kata sederhana
diatas ambang pendengaran) & speech
discrimination (meningkatkan
kemampuan ps untuk mendiskriminasi
suara-suara yg sama.
 Test audiometrik ini tergantung pada
usia, intelegensia, materi test yg dipakai
& kondisi saraf sentral.
Test keseimbangan

1. Test kursi putar (Baranye test).


2. Test kalori.
3. Test nistagmus.
4. Test romberg.
Baranye Test

 Ps duduk dikursi putar dgn kepala tunduk


30 derajat.
 Putar kursi dgn kecepatan 10 – 20
putaran / menit.
 Putaran dihentikan.
--- Ps akan kehilangan keseimbangan &
vertigo. Ps merasa seolah olah berpu
tar atau ruangan berputar seolah
olah mengelilinginya.
Test Kalori

 Posisi ps berbaring terlentang dgn fleksi 30


derajat.
 Pemeriksaan dgn menggunakan air panas (40
‘C) atau menggunakan air es.
 Air dimasukan kedlm telinga sekitar 250 cc
selama 20 detik, dgn adanya rangsangan
cairan akan timbul nistagmus.
 Catat lamanya nistagmus,arah nistagmus &
keluhan ps seperti mual & muntah.
Test Nistagmus

 Nistagmus merupakan gerakan khas yg


tersentak sentak dari mata yg dilihat pd
permulaan & akhir rotasi.
 Tujuan : untuk mengevaluasi bgn vestibular dari
nervus Auditori (N VIII).
 Dlm pengujian perawat menggunakan jari
telunjuk dgn menggerakan jari telunjuk setinggi
30 ‘ baik untuk vertikal, horisontal & rotasi.
 Hasil normal pd ps yg tdk mengalami gangguan
pd fungsi vestibular, mata ps akan mengikuti
gerakan jari perawat dgn pandangan mata
tetap & kuat.
Test Romberg

 Merupakan satu jenis test yg dilakukan pd ps


dgn gangguan telinga dalam (sistim labirin).
 Tujuan untuk memeriksa fungsi telinga sbg
keseimbangan tubuh.
 Normalnya : pd ps yg tdk mengalami kelainan
fungsi vestibular akan timbul goyangan tetapi
ps masih mampu mempertahankan goyangan
tubuh & posisi kaki.
 Dapat dilakukan dgn 3 cara.
 Ps berdiri dgn posisi tubuh tegak, rentangkan
tangan kedepan sejajar bahu dgn mata terbuka,
kemudian catat kemampuan klien dlm
mempertahankan pd posisi tetap. Kemudian
ulangi prosedur dgn mata tertutup.
 Posisi tubuh sama dgn posisi diatas kemudian
anjurkan ps untuk melangkah kedepan &
kebelakang dgn mata terbuka, kemudian
lakukan prosedur yg sama dgn mata tertutup,
observasi jika ada lesi pd vestibular dpt
menyebabkan ketdkseimbangan atau jatuh.
 Ps dlm keadaan duduk & berhadapan
dgn perawat kemudian perawat
mengulurkan jari telunjuknya sejajar dgn
bahu ps, anjurkan ps untuk menyentuh
telunjuk perawat dgn menggunakan jari
telunjuk kanannya, kemudian mintahlah
ps untuk menurunkan tangan.
Selanjutnya tutup mata ps & instruksikan
untuk menyentuh jari telunjuk perawat
kembali. Lakukan prosedur dgn
menggunakan jari telunjuk kiri
Diagnosa keperawatan

 Ggn konsep diri  tdk efektifnya


penanggulangan (kooping),  tdk
efektifnya dlm penyesuaian diri b.d ggn
fungsi pendengaran.
 Perubahan persepsi sensori 
perubahan persepsi terhdp rangsangan
b.d hilangnya pendengaran
 Ketakutan / cemas  takut / cemas b.d
hilangnya pendengaran
 Melemahnya komunikasi verbal  ggn
komunikasi verbal b.d hilangnya
pendengaran.
 Perubahan rasa nyaman  nyeri  ggn
rasa nyaman b.d demam yg terjadi krn
proses penyakit.
 Resting adanya bahaya fisik  resting
terjadinya kecelakaan/perlukaan b.d
hilangnya pendengaran
Beberapa akibat yg timbul bl
masalah pendengaran tdk
dideteksi sec.dini :
1. Pd usia tertentu anak gagal mengembangkan
bahasa  perlu diingat bhw pendengaran
sangat penting saat anak mengucapkan kata.
Ggn berbicara dpt terjadi bl pendengaran tak
jelas.
2. Menimbulkan hambatan untuk berhubungan
dgn anggota keluarga / lingkungan, padahal
ini merupakan dsr perkembangan
berbahasa/bicara serta pertumbuhan perorgn
& kepuasan.
3. Proses pendidikan akan terhambat jk
bahasa tdk dpt dipahami.  bl tdk
memperoleh kemajuan anak
ditempatkan pd kelas mental retardasi.
4. Penyesuaian dgn problem problem
diatas dimanifestasikan dlm bentuk
overagresif, bandel atau menarik diri.
5. Hubungan dlm keluarga akan
terpengaruh oleh krn kecemasan,
merasa berdosa atau malu karena
kelainan tsb.
Perencanaan / Implementasi
a. untuk peningkatan kes :
1. Pendengaran merupakan bgn yg
penting dlm berbicara & perkembangan
bahasa  mengetahui cara
memelihara alat pendengaran sangat
penting & merupakan dasar untuk
mencegah masalah pendengaran.
2. Dianjurkan pd ibu periode antenatal
untuk melakukan antenatal care 
perawatan antenatal dpt mencegah
masalah termsk pendengaran.
3. Ibu memperoleh pengetahuan ttg
pencegahan infeksi, sehingga tdk
menimbulkan masalah pd
perkembangan berikutnya.
4. Memberi petunjuk cara mencegah
infeksi & cedera serta cara merawat
telinga.
5. Jelaskan tanda & gejala infeksi telinga.
6. Segera mencari yankes guna
mendptkan pengobatan bl terjadi ggn.
7. Anjurkan istirahat & nutrisi yg adekuat
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
8. ISPA merupakan suatu kondisi yg sering
menyebabkan infeksi telinga  untuk itu
jangan dianggap remeh.
b. Untuk pertahanan &
pemulihan :
1. Beri petunjuk untuk melakukan tetes
telinga & irigasi telinga.
2. Beritahu efek & pengaruh kebisingan
terhdp telinga.
3. Anjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan.
4. Gunakan penutup telinga saat
berenang & pelindung / proteksi
kebisingan (peredam suara)
Perawatan ps dgn kelainan
pendengaran :
 Hindari menggunakan gerak tubuh tanpa
bicara  gerakan tubuh dipakai dgn
kombinasi bicara.
 Ekspresikan wajah & kontak fisik dpt
dipakai supaya lebih akrab senyum yg
hangat/sentuhan akan lebih efektif
digunakan saat berkomunikasi.
 Bertatap muka dgn ps bl berbicara &
jangan melototi ps.
 Berbicara ditempat yg terang & tenang,
nada bicara biasa & tetap, jangan
berteriak.  bl berbicara hrs jelas &
sedekat mungkin serta beri isyarat
sesuai. Gunakan kalimat & ungkapan yg
singkat.
 Kaji bl ps telah mengerti melalui ekspresi
wajah, bl tdk ulangi kalimat dgn bahasa
yg sederhana.
Obat – obat ototoksik

1. Amino glikosida :
- streptomisin - tobramisin
- neomisin - amikasin
- kanamisin - netilmisin
- gantamisin - siromisin
2. Eritromisi :
- vankomisin - capreomisin
- viomisin - minosiklin
3. Diuretik :
- ethacrynie acid (edrosin)
- furosemide (lasix)
- autozolamide (munrex)
4. Obat anti inflamasi :
- salisilat (aspirin)
Pemberian obat tetes telinga

Tujuan :
1. Melunakan serumen.
2. Mengurangi rasa sakit.
3. Membersihkan telinga (toilet MAE).
4. Pengobatan (pemberian antibiotik)
Alat / bahan :
- Obat tetes.
- Pipet bl perlu.
- Kain gaas / kassa
- Lidi kapas
Persiapan :

 Baca catatan pengobatan / instruksi


 Cuci tangan
 Siapkan alat
 Perhatikan label obat
 Cek administrasi pemberian : tepat cara,
tepat waktu & tepat jumlah.
 Obat hrs sesuai suhu tubuh
Prosedur :

1. Tempatkan alat dlm baki.


2. Cek ps
3. Jelaskan prosedur & tanyakan apa yg
dirasakan ps.
4. Atur posisi kepala : telinga yg sakit / yg
terganggu pd bgn atas.
5. Teteskan obat dgn cara meluruskan
meatus.
6. Tutup dgn kain kassa atau kapas.
7. Anjurkan untuk tetap dlm posisi kepala
demikian selama 15 menit.
Irigasi telinga

Tujuan :
1. Membersihkan ME : mengangkat
serumen / pus.
2. Mengangkat benda asing.
Alat :
- Bengkok - Handuk
- Semprit - Lidi kapas
- Cairan pd tempatnya
Sebelum pelaksanaan :

 Kaji daun telinga & liang telinga terhdp


adanya kemerahan, cairan yg keluar,
atau benda sing.
 Dgn otoscop  catat apa ada
kemerahan, bengkak, dll.
 Catat warna & jumlah serumen
 Yakin MT tdk rusak / perporasi.
Persiapan ps :

 Jelaskan tehnik & prosedur yg akan


dilakukan kpd ps. Secara normal irigasi
tdk sakit.
 Bantu ps untuk duduk / berbaring.
 Jaga privacy ps
Prosedur :

1. Pasang handuk pd bgn bahu /


belakang bawah telinga  sesuai
posisi ps.
2. Letakan bengkok dibawah daun
telingan (dipegang ps / dibantu org lain)
bersihkan pinna dgn kapas.
3. Isi semprit dgn cairan.
4. Luruskan liang telinga
5. Masukan cairan ketelinga dgn hati – hati
mengarah keatas, masukan cairan
sampai bersih.
6. Keringkan telinga luar dgn kapas,
letakan kapas diluar liang telinga (untuk
menyerap air)
7. Anjurkan / bantu ps merubah posisi
kepala
Benda asing telinga

Pengertian :
Suatu keadaan dimana terdpt benda asing
dlm telinga sehingga dpt mengganggu
proses pendengaran.
Jenis benda asing

1. Timbul dari dlm : serumen keras.


Faktor predisposisi :
- dermatitis kronik liang telinga luar.
- liang telinga sempit.
- produk serumen banyak & kental.
- adanya benda asing di ME.
- serumen terdorong jari.
Gejala – gejala :

 Pendengaran berkurang
 Tinitus
 Vertigo  serumen menekan MT
 Rasa nyeri  serumen keras membatu
& menekan dinding telinga.
2. Benda asing dari luar tubuh dpt
berbentuk :

 Benda mati (manik manik)


 Benda asing hidup (serangga)
Etiologi :
- Faktor kesengajaan  pd anak anak
- Kecerobohan (dewasa)
- Kebetulan  serangga
Gejala :

- Ada benda asing dlm telinga


- Rasa nyeri
- Rasa tdk enak pd telinga.
Pengkajian :
1. K.U : kemasukan benda asing, nyeri,
tinitus, dsb.
2. Keluhan tambahan  dilihat gejala
gejala yg ada.
3. Riwayat kes. Masa lalu  penyakit telinga yg
pernah dialami.
4. Pemeriksaan fisik :
inspeksi : - benda asing
- tanda tanda infeksi
- perdarahan telinga
- kerusakan telinga
palpasi : nyeri telinga
tes pendengaran : pendengaran berkurang.
Diagnosa keperawatan (aktual
/ resting)
 Gangguan konsep diri.
 Bahaya fisik.
 Perubahan sensori / persepsi.
 Kelemahan komunikasi.
 Perubahan rasa nyaman.
Implementasi :

Serumen :
1. Serumen lembek  bersihkan dgn
kapas yg dililitkan pd aplikator.
2. Serumen keras  kait dgn alat pengait.
3. Serumen dlm mendekati MT  irigasi
(suhu 37” C).
4. Serumen keras membatu  lembekan
dulu dgn gliserin 10 %, 3 x tetes / hari,
setelah 3-5 hari kait dgn alat.
Benda asing :

1. Benda asing hidup  matikan dulu dgn


pantokain, minyak atau alkohol
kemudian dijepit dgn pingset.
2. Benda asing kertas, karet , busa kapas
 jepit dgn pingset.
3. Benda asing licin : manik manik, biji
bijian  dikeluarkan dgn narkose
Mastoiditis

Pengertian :
Infeksi pd tl mastoid karena penyebaran
infeksi masuk kemastoid / otitis media yg
berulang. (penanganan yg tdk adekuat
terhdp OMSK).
Gejala :

Akut  nyeri berhenti bila otore terjadi,


beberapa hari timbul demam & nyeri.
 nyeri tekan
 kemerahan
 penebalan prosesus mastoid
 sekret purulen
Kronik :
 Bengkak pd belakang telinga
 Sakit bila kepala digerakan
 Kelainan kulit pd kepala ( cellulitis)
 Penonjolan daun telinga
 Penurunan fungsi pendengaran
 Pd otoskop : tl mastoid kemerahan,tebal
Penatalaksanaan medis :

Operasi (mastoidektomi).
Mastoidektomi simple (sederhana)
 Pd OMSK benigna, dgn konservatif tak
sembuh
 Pembersihan ruang mastois dari
jaringan patologik
 Tujuan : supaya infeksi tenang & telinga
tak berair
 Fungsi pendengaran tdk diperbaiki
Mastoidektomi Radikal :
 OMSK maligna & kolesteatoma yg luas
 Rongga mastoid & kavum tipani dibersihkan
dari semua jaringan patologik
 Tujuan : membuang jaringan patologik &
mencegah komplikasi ke intra kranial
 Fungsi pendengaran tak diperbaiki
 Kerugian : ps tdk boleh berenang seumur
hidup, harus teratur kontrol supaya tdk infeksi
lagi, pendengaran berkurang sekali.
Mastoidektomi Radikal dgn modifikasi
 Operasi Bondy
 OMSK dgn kolesteatoma tetapi belum
merusak kavum timpani
 Seluruh rongga mastoid dibersihkan &
dinding posterior liang telinga
direndahkan
 Tujuan : membuang jaringan patologik
dari rongga mastoid mempertahankan
pendengaran yg ada
Komplikasi

 Kerusakan N. VI : tdk bisa menengok


 Kerusakan N.VII : drooping mouth
kedaerah yg sakit
 Meningitis
 Abses otak
 Vertigo
 Infeksi sekunder  labirin
Diagnosa keperawatan

 Sakit / nyeri b.d proses inflamasi


 Kurang pengetahuan
Intervensi

Pre Operatif :
 Beri tahu ttg prosedur operasi
 Persiapan mental & fisik
 Jelaskan hal – hal :
- posisi tidur  miring kearah yg sakit
- bersin & batuk dgn mulut terbuka
- menghembuskan udara pd hidung
- menurunnya fungsi pendengaran
Post operasi
 Observasi : pusing, kaku leher, muntah,
balutan & daerah operasi, edema,
drainage.
 Posisi tidur --- kearah yg sakit
 Istirahat ditempat tidur selama 24 jam
 Mobilisasi bertahap setelah 24 jam
 Kolaborasi pemberian antibiotik,
pembersihan telinga bgn luar
Otitis Media

Pengertian : peradangan pd mukosa


dinding tengah (sebgn atau seluruh)
telinga tengah
Predisposisi OMA :
- ISPA (70 %)
- Ggn fungsi tuba eustasius
Penyebab : streptokokus, pnemokokus &
H. influensa (paling banyak)
Pembagian otitis media :

Berdasarkan sekret :
- OM supuratif : bernanah (hijau
kekuningan)
- OM serouse : keputihan
Berdasarkan waktu :
- OM akut : 1-4 minggu
- OM sub akut : 5-8 minggu
- OM kronik : > 8 minggu
Patofisiologi

* Invasi kuman melalui telinga luar / tuba


ke telinga tengah  infeksi sepanjang
kulit sampai kanal telinga  bengkak,
kemerahan & panas sehingga menutup
kanal telinga  terbentuk frunkel yg
menekan dinding telinga  nyeri
(memberat bl tdk ada lagi ruang untuk
frunkel berkembang dlm kanal telinga)
* Pd telinga tengah akan terjadi blok tuba
E & terbentuknya pus
• Terbentuknya pus di TT  pus mengisi
kavum timpani
• Blok tuba E  tdk ada udara pd TT 
tekanan negatif pd TT  cairan serous
TT
Stadium OMA

1. Oklusi : retraksi MT akibat tekanan negatif TT.


2. Hiperemis : perdarahan melebar, MT merah,
edema.
3. Supuratif : udema mukosa TT, sel epitel
superfisial hancur, eksudat (+) & MT menonjol.
4. Resolusi : MT utuh  MT perporasi  sekret
>>  kering  resolusi.
Resolusi (+) bl daya tahan tubuh baik,
virulensi kuman rendah, tanpa pengobatan
Gejala :

 Otalgia
 Rasa penuh dlm telinga
 Pendengaran menurun
 Ggn sistemik : malase, subfibril
Penatalaksanaan medik

1. st. oklusi : membuka tuba E, obat tetes


telinga
2. St. hiperemi (presupurasi) : antibiotika,
tetes telinga & analgetik
3. St. supurasi : antibiotik & miringotomi
4. St. resolusi : antibiotika 3 minggu
OMK (supuratif)=OM perforata
= congek = OMSK
Pengertian : infeksi kronik TT dgn adanya
perforasi , sekret keluar terus menerus (encer,
kental)
Faktor yg menyebabkan OMA menjadi OMK :
1. Terapi terlambat diberikan
2. Virulensi kuman tinggi
3. Terapi tdk adekuat
4. Daya tahan tubuh rendah
5. Higiene buruk
Jenis OMSK

 Benigna : terbatas pd mukosa saja, tl tdk


kena, perforasi MT di sentral.
 Maligna : berbahaya, mengenai tulang,
pd keadaan klinis ditemukan : abses /
fistel dibelakang telinga, polip / jar.
Granulasi di TL & kolesteatoma pd TT
Setelah terapi sekret tdk cepat kering,
kemungkinan disbbkan :

 Perporasi membran timpani permanen


 Sumber infeksi difaring, nasofaring,
hidung & sinus paranasalis
 Positif jar.patologik yg irreversibel
 Gizi & higiene yg kurang
Prinsip terapi OMSK : --- pembedahan

 Mastoidektomi
 Timpanoplasti
 Implan koclear
Diagnosa keperawatan pd OMSK

 Nyeri b.d proses inflamasi, adanya


cairan pd TT
 Resting injuri b.d proses inflamasi,
proses persepsi auditory menurun
 Ggn persepsi sensori b.d kerusakan TT
Implementasi

Nyeri :
- Bed rest
- Kurangi pergerakan kepala
- Kompres hangat area
- Kolaborasi antibiotik, analgetik, anti
histamin & decongestan
---- miringotomi
Resiko injuri :
- Diit / nutrisi
- Aktivitas terapeutik
- Antibiotik 10-14 hari
- Irigasi telinga
Mencagah komplikasi :
- Hindari air msk telinga
- Tutup telinga
Ggn sensori/persepsi dengar :
- Penurunan distraksi suara
- Lingkungan tenang
- Komunikasi tdk nyaring
- Informasi lambat & suara lembut
- Instruksi tertulis
----- timpanoplasti
Labirinitis

 OMSK + kolesteotoma  kerusakan


vestibular labirin  fistula.
 Dpt mengenai seluruh tl.labirin (L.
general) dgn gejala vertigo berat & tuli
saraf berat.
 Bl hanya terbatas (L. sirkumskripta) dgn
gejala salah satu tuli saraf saja atau
vertigo saja
Jenis labirinitis

 L. serouse : disfungsi labirin tanpa invasi


sel radang
 L. supuratif : sel radang menginvasi
labirin sehingga terjadi kerusakan
Catatan :
- L. serouse : terdiri dari LS difus & LS
sirkumskripta
- L supuratif : terdiri dari LS akut difus &
LS kronik difus.
L. Serouse difus :

 Sekunder dari L.sirkumskripta


 Primer terjadi pd OMA
 Bakteri masuk melalui tingkap bulat /
lonjong atau erosi tl labirin
 Plg sering disbbkan oleh absorbsi
produk bakteri di telinga & mastoid ke
labirin
 Dlm kondisi ringan tdk terjadi ggn
pendengaran
 Gejala : vertigo spontan (mual,muntah),
nistagmus rototoar, ketulian temporer,
ataksia.
 Prognosa : biasanya baik
 Pengobatan : fase akut :
- tirah baring total
- sedative ringan
- drainage TT
- tdk boleh dibedah
L.Supuratif akut difus

 Kelanjutan dari L.serouse yg infeksinya


masuk melalui tingkap bulat/ lonjong
 Sekunder dari OMA/OMSK, mastoiditis
atau penyebaran infeksi dari abses sub
dural, menginitis
 Gejala : tuli total pd telinga yg sakit,
vertigo berat, nistagmus spontan
(ketelinga sehat) & ataksia
 Kelainan patologik :
- infiltrasi labirin
- destruksi struktur jar.lunak
- sebgn tl. Labirin nekrosis
- terbentuknya jaringan granulasi sehing
ga menutup tl yang nekrosis
keadaan diatas menyebabkan :
- terbentuknya sekuestrum
- paresis fasialis
- menyebabkan infeksi keintra kranial
 Posisi khas pd fase akut, ps tidur pd sisi
yg sehat & matanya mengarah kesisi yg
sakit dimana posisi ini akan mengurangi
vertigo
 Dlm fase akut tdk boleh dilakukan test
kalori / test rotasi sbb akan
memperhebat vertigo
 Prognosa : bl tanpa komplikasi baik
 Pengobatan : terapi medikamentosa,
drainage labirin, operasi radikal, sedativa
ringan & berbaring total selama 6
minggu
Labirinitis kronik difus (laten)

 Dimulai segera setelah gejala vestibular akut


berkurang (2-6 minggu sesudah awal periode
akut)
 Gejala : - tuli total disisi yg sakit
- vertigo ringan
- nistagmus spontan ketelinga
sehat beberapa bulan sampai
sisa labirin dpt mengkompen
sasinya
- tes kalori tdk memberikan respon pd
sisi yg sakit
 Pengobatan :
- pengobatan / terapi lokal kesetiap
infeksi yg mungkin ada
- drainage bedah atau eksenterasi labi
rin tdk diindikasikan kecuali telah
terjadi penyebaran kestruktur intra
kranial & tdk memberikan respon
terhdp antibiotika.

Anda mungkin juga menyukai