Anda di halaman 1dari 42

ANASTESI REGIONAL PADA

APENDISITIS AKUT

RAJA RIRIN SRININGSIH


17119010019

Pembimbing : dr. Lasmaria Flora, Sp.An, M.Kes


PENDAHULUAN
Nyeri perut →
Apendisitis Darurat
Semua usia (sering 10-20 tahun)

Perforasi sering pada anak

 11 kasus per 10.000 penduduk per tahun


 Laki-laki lebih sering dari perempuan, rasio 1:1
sampai 3:1
Pilihan anestesi yang digunakan pada operasi
apendisitis adalah anestesi regional (spinal atau
epidural) atau anestesia umum.
Anestesi spinal lebih disukai untuk bedah dari
thorakal 10 kebawah dikarenakan onset cepat, teknik
sederhana, relatif mudah dilakukan dan menimbulkan
relaksasi otot yang sempurna dibandingkan dengan
anestesi epidural
DEFINISI

 Apendisitis adalah peradangan pada apendiks


vermiformis yang merupakan penyebab nyeri
abdomen akut tersering.

Inflamasi akut pada


kuadran kanan bawah
abdomen

Bedah abdomen
darurat
ANATOMI

 Panjang 5-10cm (2-4


inci),pangkal di caecum
kuadran kanan bawah
 Aliran darah : arteri
apendikularis cabang dari
arteri ileocolica
 Saraf parasimpatis: cabang
nervus vagus yang mengikuti
arteri mesenterika superior
 Saraf sensoris: nervus
torakalis X.
ETIOLOGI

 Hiperplasia limfoid
Obstruksi  Fekalith
 Benda asing
 Parasit
 Striktur inflamasi
MANIFESTASI KLINIS
Deskripsi Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke 1
perut kanan bawah

Mual – muntah 1
Anoreksia 1
Skala Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Alvarado Nyeri lepas


Demam >37,5◦C
1
1
Laboraturium Leukositosis (>10.000/mm3) 2
Deviasi ke arah kiri (Netrofil >75%) 1
Total 10

Keterangan skor:
1 – 4 = sangat mungkin bukan apendisitis akut
5 – 7 = sangat mungkin apendisitis akut
8 – 10 = pasti apendisitis akut
DIAGNOSIS

1. Anamnesis
 Keluhan utama tersering : sakit perut
 Nyeri konstan pada periumbilikalis atau
epigastrium secara tiba-tiba dan dapat
memburuk dalam waktu beberapa jam
 Mual, muntah dan anoreksia terjadi lebih dari
50% kasus
 Nyeri melokalisasi di kuadran kanan bawah dekat
titik McBurney.
2. Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan abdomen : nyeri lokal dan kekakuan


otot setelah nyeri terlokalisir di fossa iliaka
kanan.
 Adanya Sign

1. Nyeri tekan (+) 5. Blumberg sign (+)

2. Nyeri lepas 6. Psoas sign (+)

3. Defens muskular (+) 7. Obturator sign (+)

4. Rovsing sign (+) 8. Dunphy sign (+)


Gambar 3. Sign apendisitis2
(A.Blumberg sign; B. Rovsing sign; C.Psoas sign; D.Obturator
sign)
 Nyeri lepas, gerakan dan batuk memperburuk
rasa sakit pada fossa iliac kanan.
 Perkusi : nyeri ketok.
 Auskultasi: peristaltik normal. (peritonitis maka
tidak terdengar bunyi peristaltik usus)
 Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher): nyeri
pada jam 9-12. Status lokalis abdomen kuadran
kanan bawah
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Leukositosis dengan pergeseran kiri: Neutrofilia
> 75%
 C-reactive protein (CRP) meningkat setelah
gejala muncul selama lebih dari 12 jam.
Kepekaan : 97% - 100% untuk diagnosis apendisitis
akut.
 Urinalisis tidak normal (19% - 40%) : piuria,
bakteriuria dan hematuria.
b. Radiologi

Diameter > 6mm


TATALAKSANA

1. Resusitasi cairan
2. Antibiotik
a. Ampisilin-sulbaktam 200 mg/kg/hari IV / IM, bagi tiap 6 jam.
b. Piperacillin-Tazobactam 200-300 mg/kg/hari IV, bagi tiap 6-8 jam.
c. Tikarsilin-klavulanat 200-300 mg/kg/hari IV bagi tiap 4-6 jam, atau
d. Cefoxitin 80-160 mg/kg/hari IV dibagi 6-8 jam.
e. Ampisilin 200 mg/kg/hari IV dibagi tiap 6 jam ditambah gentamisin 3-
7,5 mg/kg/hari IV/IM dibagi tiap 8 jam ditambah klindamisin 20-40
3. Apendektomi mg/kg/hari IV tiap 6-8 jam atau

f. Ampisilin 200 mg/kg/hari IV dibagi tiap 6 jam ditambah gentamisin 3-


7,5 mg/kg/hari IV/IM dibagi tiap 8 jam ditambah metronidazol 30-40
mg/kg/hari IV dibagi tiap 8 jam.
KOMPLIKASI
 Peritonitis

PROGNOSIS
- Baik.
- Tingkat kematian untuk anak-anak dengan radang usus
buntu adalah 0,1-1%.5
ANESTESI REGIONAL

Definisi  hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh


sementara tanpa menghilangkan kesadaran pasien
Pembagian anestesi regional
 Blok sentral (blok neuroaksial)  blok spinal, epidural
dan kaudal
 Blok perifer (blok saraf)  anestesi topikal, infiltrasi
lokal, blok lapangan, dan analgesia regional intravena.
Blok sentral
 Anestesi spinal ialah anestesi regional dengan
tindakan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam
ruang subarakhnoid.
 Anastesi epidural ialah dengan penyuntikan
diruang epidral yakni ruang antara selaput keras
dari sumsum belakang.
 Anastesi kaudal ialah bentuk anatesi epidural yg
disuntikan melalui tempat yg berbeda yakni ke
dalam canalis kaudalis.
1. Bedah ekstremitas bawah

2. Bedah panggul

3. Tindakan sekitar rektum perineum

4. Bedah obstetrik-ginekologi

5. Bedah urologi

6. Bedah abdomen bawah

7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya


dikombinasikan dengan anestesi umum ringan
1. Pasien menolak 1. Infeksi sistemik
2. Infeksi pada tempat suntikan 2. Kelainan neurologis
3. Hipovolemia berat, syok 3. Kelainan psikis
4. Koagulapatia atau mendapat 4. Bedah lama
terapi koagulan 5. Penyakit jantung
5. Tekanan intrakranial meningkat 6. Hipovolemia ringan

6. Fasilitas resusitasi minim 7. Nyeri punggung kronik

7. Kurang pengalaman tanpa 8. Infeksi sekitar tempat


suntikan
didampingi konsulen anestesi.
keuntungan kerugian

 Alat minim dan teknik relatif  Tidak semua penderita mau


sederhana, sehingga biaya relatif dilakukan anestesi secara
lebih murah regional
 Relatif aman untuk pasien yang  Membutuhkan kerjasama
tidak puasa (operasi emergency, pasien yang kooperatif
lambung penuh) karena penderita  Sulit diterapkan pada anak-
sadar anak
 Tidak ada komplikasi jalan nafas  Tidak semua ahli bedah
dan respirasi menyukai anestesi regional
 Tidak ada polusi kamar operasi  Terdapat kemungkinan
oleh gas anestesi kegagalan pada teknik anestesi
 Perawatan post operasi lebih regional
ringan
komplikasi

lokal sistemik

 Abses  Anafilaktik syok


 Hematom  Menggigil
 Nekrosis  Mual muntah
 Nyeri tempat suntikan  Hipotensi
 bradikardi
 Bupivacaine (Marcaine). 0.5% hyperbaric (heavy).
Bupivacaine memiliki durasi kerja 2-3 jam
 Lignocaine (Lidocaine/Xylocaine). 5% hyperbaric (heavy),
dengan durasi 45-90 minutes.
 Cinchocaine (Nupercaine, Dibucaine, Percaine, Sovcaine).
0.5% hyperbaric (heavy) sama dengan bupivacaine.
 Amethocaine (Tetracaine, Pantocaine, Pontocaine, Decicain,
Butethanol, Anethaine, Dikain).
 Mepivacaine (Scandicaine, Carbocaine, Meaverin). A 4%
hyperbaric (heavy) sama dengan lignocaine.
1. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah
teraba.
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista
iliaka, misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau
diatasnya berisiko trauma terhadap medula spinalis
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
4. Cara tusukan median atau paramedian.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Ny. Y
 Umur : 36 tahun
 Berat badan : 52 Kg
 Tinggi badan : 160 cm cm
 Jenis kelamin :Perempuan
 Alamat : sungai
terap
 Agama : Islam
 Tanggal masuk RS : 26 Agustus
2018
 Keluhan Utama
nyeri perut kanan bawah

 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poli bedah RSUD Bangkinang,
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak ± 2
minggu yang lalu, namun sejak ± 2 hari ini pasien
merasakan nyeri semakin berat pada perut kanan
bawah, hilang timbul dan menjalar sampai ke
pinggang, jika berbaring nyeri berkurang. Nafsu
makan berkurang, mual (+), muntah (+), BAB
tidak ada keluhan (normal), BAK tidak ada keluhan
(normal).
 Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit alergi : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

 Status Generalis Mulut : Bibir kering (-),


KU : TSS sianosis (-), pembesaran tonsil
Kesadaran : Composmentis (-) gigi ompong (-), gigi
goyang (-), gigi palsu (-)
 Vital Sign
 TD : 110/60 mmHg
 Respirasi : 20 kali/menit Telinga : Discharge (-),
 Nadi : 82 /menit deformitas (-)
 Suhu : 36,6C
 Kepala
Leher : Pembesaran tiroid dan
Mata : Konjungtiva anemis -/-, limfe (-), JVP tidak meningkat
Sklera ikterik -/-

Hidung : Discharge (-)


epistaksis (-), deviasi septum (
-)
 Thorax
 Paru:
Inspeksi : bentuk dada normal, gerakan dada simetris kanan-kiri, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi : vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) (normal), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kanan di SIC 4 linea parasternalis dextra, batas
jantung kiri di SIC 4 linea midclavicularis sinistra.
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : Status lokalis
 Ekstremitas : CRT < 2 detik, akral hangat, edema tungkai (-/-)
 Vertebra : Tidak ada kelainan
 Status lokalis

 Abdomen :
 Inspeksi : Perut datar, darm countur (-), darm
stefung (-), distensi (+)
 Palpasi : Nyeri tekan Mc burney (+), psoas sign
(+), obturator sign (+), Rovsing sign (-)
 Perkusi : Timpani, nyeri ketok abdomen regio
iliaca dextra (+)
 Auskultasi : Bising usus 2x per menit (↓)
 Alvarado skor : 7
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah  Neutrofil Seg : 70 %
lengkap  Lymfosit : 20 %
 Hb : 11,2 g/dl  Monosit :3%
 WBC: 20.200 ul Diabetes
 Ht : 33,7 %  Glukosa Darah : 123
 Trombosit : mg/dl
226.000/ul
 Eusinofil :4%
 Basofil :0%
 Neutrofil Stab : 3 %
 DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis praoperasi : Appendisitis akut
Diagnosis postoperasi : Appendisitis akut post
appendectomy
 STATUS ANASTESI
Anestesi : Anestesi spinal
ASA : II
 TINDAKAN
Dilakukan : Appendektomy
Tanggal :27 Agustus 2018
LAPORAN ANESTESI

 Persiapan Anestesi
 Informed concent
 Puasa
 Pemasangan IV line
 Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah,
nadi dan saturasi O2
Penatalaksanaan Anestesi
 Premedikasi :
 Ondansetron 4 mg  Medikasi post operatif:
 Tramadol 200 mg
 Medikasi intra operatif:  Ketorolac bolus 30 mg

 Buvipacaine 15 mg

 Fentanyl 0,5 mg
Teknik anestesi :

 Pasien dalam posisi duduk tegak dan kepala menunduk,


dilakukan desinfeksi di sekitar daerah tusukan yaitu di regio
vertebra lumbal 4-5. Dilakukan Subarachnoid blok dengan
jarum spinal, pada regio vertebra lumbal 4-5 dengan
tusukan paramedian.
 LCS keluar (+) jernih
 Respirasi : Spontan
 Posisi : Supine
 Jumlah cairan yang masuk :
Kristaloid = 1000 cc (RL 2)
Perdarahan selama operasi = ± 60 cc
 Pemantauan selama anestesi :
 Mulai anestesi : 11.30 WIB
 Mulai operasi: 11.45 WIB
 Selesai operasi : 12.45 WIB

Waktu Tekanan darah Saturasi oksigen Nadi

11.45 117/90 mmHg 100% 80 x/ Menit

11.55 115/70 mmHg 100% 82 x / Menit

12.05 100/70 mmHg 100% 78 x/ Menit

12.15 100/60 mmHg 100% 80 x/ Menit

12.25 110/70 mmHg 100% 74 x/ Menit

12.35 110/70 mmHg 100% 80 x/ Menit

12.45 112/70 mmHg 100% 80 x/ Menit


Aldrette score
Tanda Kriteria Nilai Saat Saat
masuk keluar

Aktivitas Dapat menggerakan ke-4 anggota badan sendiri/dengan 2 2 1


perintah
Dapat menggerakan ke-2 anggota badan sendiri/dengan 1
perintah
Tidak dapat menggerakan anggota badan 0
Respirasi Dapat nafas dalam dan batuk bebas 2 2 2
Dyspnoe atau nafas terbatas 1
Apnoe 0
sirkulasi TD ± 20 % dari pre anastesi 2 2 2
TD ± 20 % - 50 % dari pre anastesi 1
TD ± 50 % dari pre anastesi 0
kesadaran Sadar penuh 2 2 2
Dapat dibangunkan bila dipanggil 1
Tidak bereaksi 0
Saturasi >90 % dengan udara bebas 2 2 2
Memerlukan tambahan o2 untuk menjaga SpO2>90 % 1

SpO2 <90 % dengan tambahan O2 0


Skor ≥ 8 pasien diperbolehkan pindah dari ruang pemulihan total 10 9
MONITORING PASCA ANESTESI

 Masuk RR : jam 12.50


 Kesadaran : sadar

Waktu Tekanan Saturasi O2 Nadi Respirasi


darah
12.50 120/80 mmHg 90% 80 x/ Menit 18 x/menit
13.00 110/80 mmHg 92% 82 x / Menit 18 x/menit
13.10 120/70 mmHg 90% 80 x/ Menit 18 x/menit
13.20 114/80 mmHg 90% 80 x/ Menit 18 x/menit
13.30 120/80 mmHg 90% 82 x/ Menit 18 x/menit
13.40 110/80 mmHg 90% 80 x/ Menit 18 x/menit
13,50 110/80 mmHg 90% 80 x/ Menit 18 x/menit
14.00 110/80 mmHg 90% 80 x/ Menit 18 x/menit
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : bonam
PEMBAHASAN
PRE OPERATIF
Persiapan  persiapan alat, penilaian dan persiapan
pasien, dan persiapan obat anestesi yang diperlukan.
INTRA OPERATIF
 Pemeliharaan cairan per jam:
(10x4+10x2+ 40 x1) = 90 mL/jam
 Pengganti defisit cairan puasa:
10 X 90 mL = 900 mL
 Kebutuhan kehilangan cairan saat pembedahan:
6 X 50 = 300 mL
 1 jam pertama = (50 % X defisit puasa ) + pemeliharaan +
pendarahan operasi :
450 + 90 + 300= 840 mL → 2 kolf RL (kristaloid)
Teknik anestesi disesuaikan dengan keadaan umum
pasien, jenis dan lamanya pembedahan dan bidang
kedaruratan. Pada pasien ini digunakan teknik Regional
Anestesi (RA) dengan Sub Arachnoid Block (SAB),
yaitu pemberian obat anestesi lokal ke ruang
subarachnoid. Teknik ini sederhana dan cukup efektif.

POST OPERATIF
Observasi vital sign & perdarahan keadaan umum
stabil pindah keruang perawatan.
KESIMPULAN
Seorang wanita usia 36 tahun dengan diagnosis
appendisitis akut dilakukan apendektomi tanggal 27
Agustus 2018 mulai anestesi 11.45 selesai anestesi
12.45 dengan durasi anastesi 60 menit. Anestesi spinal
diperoleh dengan cara menyuntikkan anastetik lokal
kedalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal disebut
juga sebagai analgesi atau blok spinal intradural.
Induksi anestesi dengan menggunakan Bupivacain 15
mg, serta oksigen 2-3 liter/menit. Untuk mengatasi
nyeri digunakan tramadol 200 mg. Evaluasi post
operatif dilakukan di ruangan bedah, puasa post
operasi selama 3 jam dengan mengawasi tanda-tanda
vital setiap 10 menit.

Anda mungkin juga menyukai