Anda di halaman 1dari 62

C

A
S
E

R
E
P
O Disusun oleh:
R Pembimbing: Achmad Risaryo M. P.
T Dr. Ida Winarti, SpOG 1102011003
Identitas Pasien
Nama Ny. M
Umur 35 Tahun
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan IRT
Status Pernikahan Menikah – 13 tahun
Alamat Kp. Cikuray, Desa Ranca Sanggal, Cinangka

Nama Suami Tn. A


Pendidikan SMA
Pekerjaan Buruh
Pembiayaan BPJS
Anamnesis

Keluhan utama
• Mules – mules , keluar air-air
dari jam 01.00 WIB
Keluhan tambahan
• Keluar lendir campur darah.
• Pusing dan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Mulas-mulas dan
Ny.M 35 th
keluar air-air
G3P1A1 Hamil 39
serta lendir
minggu campur darah

BAK dan BAB Ibu juga


dalam batas mengeluh pusing
normal dan lemas
Riwayat Kehamilan
• Pertama: Perempuan 8 th, dirumah, dengan bidan, 9 bulan, 3000
gram, spontan
• Kedua: Abortus
• Ketiga: Hamil Ini

Riwayat Penyakit Terdahulu


• Pasien menyangkal sebelum hamil memiliki riwayat darah tinggi,
kencing manis, penyakit jantung, dan ginjal.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat hipertensi, penyakit jantung, gangguan ginjal, asma,
maupun diabetes mellitus pada anggota keluarga yang lain
disangkal oleh pasien.
Riwayat Kontrasepsi
• Pasien mengaku menggunakan KB suntik / 3 bulan
Riwayat Haid

Pasien menarche pada usia 12 tahun,


tidak teratur, tidak sakit,
siklus 28 hari, lama 7-10 hari,
HPHT tanggal 14 November 2014,
taksiran partus tanggal 21 Agustus 2015.
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Tek. Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ˚C
TB/BB : 140 cm / 38 kg
STATUS GENERALIS
Kepala Normosefali, rambut hitam, rontok (-)
Mata Konjungtiva anemis (-/-) Sclera ikterik (-/-) mata cekung (-/-)
THT Dalam batas normal
Leher Tidak ada pembesaran KGB. Tiroid tidak teraba membesar

Dada Simetris saat statis dan dinamis, retraksi(-).

Jantung Bunyi jantung I-II regular, murmur(-), gallop(-).

Paru Suara nafas utama vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen Buncit simetris, supel, bising usus(+) normal

Ekstremitas Akral hangat, Edema tungkai (-/-) Varises (-/-)


Status obstetri
Inspeksi :
Adanya warna kehitaman pada daerah wajah (cloasma gravidarum).
Turgor kulit kurang
Mata cekung (-), bibir kering (-), mukosa mulut kering (-)
Tampak abdomen buncit simetris

Abdomen :
Plapis TFU : 31 cm,
Letak punggung : Puka
Presentasi : kepala
TBJ : 3.100 gram
Auskultasi : DJJ 180x/menit teratur
His : 4 x 35 detik/10menit
Status obstetri

Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher (VT) : vulva vagina oedema, portio
tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-),
kepala HII Caput HIII
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (31 Juli 2015)
Hemoglobin : 10,5 g/dl
GDS : 99 mg/dl
Leukosit : 19.980 /µl
Hematokrit : 35 %
Trombosit : 469.000 /µl
Masa pendarahan : 2’ menit
Masa pembekuan : 10’ menit
Golongan darah : A/ Rh (+)
HBSAg : Negatif
Anti HIV : Non reaktif
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (1 Agustus 2015)
Hemoglobin : 9,7 g/dl
Leukosit : 24.350 /µl
Hematokrit : 32,4 %
Trombosit : 347.000 /µl
SGOT/SGPT : 84 / 47 /µl
Ureum / Creatinin : 36 / 1,0
Natrium : 136,3 mmol/l
Kalium : 5,06 mmol/l
Chlorida : 98,5 mmol/l
Pemeriksaan penunjang
Urinalisa ( 1 Agustus 2015) :

Makroskopis Sedimen
Warna : kuning Leukosit : 4-8
Kekeruhan : keruh
Eritrosit : penuh
Berat jenis : 1,030
PH : 6.0
Epitel :+
Albumin :- Silinder jenis :-
Glukosa :- Kristal jenis :-
Keton :-
Bakteri :+
Bilirubin :-
Darah samar : +++
Jamur :-
Nitrit :-
Urobilinogen :-
Diagnosis
Awal masuk RS :
G3P1A1 hamil 39 minggu dengan Kala II Lama, PEB, KPD
17 jam.

Pulang dari RS :
P2A1 Post Histerorafi + SC a/i Ruptur Uteri, Fetal
Distress, Kala II Lama, KPD.
Tatalaksana Awal
1) Observasi tanda vital & DJJ
2) O2 3 lpm
3) IVFD RL 20 tpm
4) Nifedipine 10 mg
5) Injeksi ceftriaxone 2 x 1 amp/IV
6) Miring kiri
7) Observasi VK
Tatalaksana Lanjutan
1) Dilakukan Sectio Cesaria
2) Dilakukan Histerorafi
Prognosis
Ibu : Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

Janin : dubia ad malam


Follow Up
Laporan pembedahan
Teknik : Sectio Cessaria + Histerorafi

 Pasien terlentang dengan anestesi spinal.


 Dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol kemudian betadine pada daerah operasi.
 Daerah operasi dipersempit dengan duk steril.
 Dilakukan incisi kulit secara pfanenstiel “sepanjang ± 10 cm, perdalam secara tajam dan tumpul sampai
kavum peritoneum terbuka”.
 Incisi diperdalam secara tumpul lapis demi lapis hingga mencapai peritoneum dan tampak uterus.
 Perdarahan intraabdomen ± 20 ml.
 Plica vesica uterina disayat melintang.
 Incisi diperlebar secara melintang ke lateral secara tumpul dengan menggunakan jari.
 Selaput ketuban dipecahkan, lahir bayi dan didapatkan kepala pada pukul 23.15 WIB dengan jenis kelamin
perempuan, BB 2.700, Apgar Score 5/6
 Plasenta dikeluarkan secara manual.
 Eksteriorisasi uterus, ruptur SBR posterior ± 4-5 cm.
 Dilakukan Histerorafi. Kontrol perdarahan.
 Uterus dijahit jelujur, terkunci. Dilakukan kontrol perdarahan, lalu plica vesica uterina dijahit.
 Kavum abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan.
 Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
 Luka ditutup dengan kassa.
 Operasi selesai.
DISKUSI
IDENTIFIKASI
Ny.M, 35 tahun, datang ke IGD PONEK RSUD Cilegon pada
tanggal 31 Juli 2015 pukul 17.45 WIB setelah dirujuk dari
Puskesmas Anyar dengan diagnosis G3P1A1 Hamil 39
minggu dengan Kala II Lama, PEB, KPD 17 jam. Pasien
mengeluh mules-mules dan keluar air-air sejak jam 01.00
WIB serta keluar lendir bercampur darah. Pada rujukan
juga dikatakan protein urin +4 dan sudah diberikan protap
PEB di Puskesmas. Pasien juga diberikan drip oksitosin di
Puskesmas ½ amp pada jam 12.15 WIB. Selama hamil Ny.M
mengaku memeriksakan kehamilannya ke bidan setiap
bulan. Pasien juga mengatakan mengalami mual dan
muntah pada awal kandungan sampai usia kehamilan 4
bulan. Adanya demam disangkal oleh pasien. Buang air
besar dan buang air kecil dalam batas normal.
ANALISA KASUS
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
 Tidak tepat.
 Pasien ini dirujuk dari Puskesmas Anyar dengan
diagnosis awal G3P1A1 Hamil 39 minggu dengan Kala
II Lama, PEB, KPD 17 jam. Berdasarkan surat rujukan
dikatakan bahwa pemeriksaan Urin Lengkap
didapatkan Protein Urin = +4. Namun pasien ini
dilakukan pemeriksaan Urin Lengkap ulang di RSUD
Cilegon dan hasil menunjukan Protein Urin (-)
Sehingga diagnosis PEB tidak tepat dan dihapus.
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
 Pada pemeriksaan fisik pasien ini juga didapatkan
tekanan darah yang tinggi (≥ 140/90 mmHg), sehingga
diagnosis yang dapat disimpulkan adalah Hipertensi
Dalam Kehamilan (HDK) karena tidak didapatkan
proteinuria. Namun diagnosis ini tidak dicantumkan
pada pasien ini.
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
 Diagnosis Ruptura Uteri sudah tepat, ditegakkan
berdasarkan laporan operasi dokter SpOG :
 Eksteriorisasi Uterus, didapatkan ruptur SBR
posterior ± 4-5 cm.
 Dilakukan histerorafi.
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
 Pada pasien ini, dari pemeriksaan denyut jantung
janin yang dicatat secara kontinyu, didapatkan
denyut jantung janin pada 31 Juli 2015 pukul 21.30
WIB meningkat hingga 180 x/menit. Berdasarkan
pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan terjadi
fetal distress.
 Diagnosis fetal distress sudah tepat.
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
 Indikasi-indikasi terjadinya gawat janin salah
satunya adalah:
 Takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang
memanjang (> 160) dapat dihubungkan dengan demam
pada ibu sekunder terhadap infeksi intrauterin.
Prematuritas dan atropin juga dihubungkan dengan
denyut jantung dasar yang meningkat.
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
Kala II Lama
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
 Dari partograf, dapat dilihat bahwa pasien ini sudah
memasuki Kala II (pembukaan lengkap) sejak pukul
14.20 WIB dan tidak ada kemajuan persalinan hingga
pukul 21.30 WIB dan kemudian dilakukan Sectio
Cessaria. Dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami pemanjangan Kala II / Kala II Lama
yang berlangsung > 1 jam (multipara) yaitu 7 jam 10
menit pada pasien ini.
 Diagnosis Kala II Lama sudah tepat.
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
 Kala II Lama (Prolonged Second Stage) diartikan
sebagai memanjangnya waktu kala II dimana pada
primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan
pada multipara berlangsung lebih dari 1 jam.

 Dapat disimpulkan juga terjadi keterlambatan


perujukan pasien dimana seharusnya pukul 15.20
WIB pasien sudah dapat dirujuk, namun pada
akhirnya baru dirujuk pukul 17.20 WIB.
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
Dari anamnesis didapatkan:
 Ibu hamil ke-3 dengan HPHT 4 November 2014
 Pasien mengatakan anak pertama perempuan berumur 8 tahun,
sehat, lahir setelah mengandung 9 bulan dengan berat lahir 3.000
gram secara normal di bidan.
 Pasien mengatakan kehamilan kedua keguguran.
 Pasien mengatakan keluar air-air disertai lendir bercampur darah
pukul 01.00 WIB (17 jam SMRS)
 Pasien mengaku memeriksakan kehamilannya ke bidan setiap
bulan
 Pasien juga mengatakan mengalami mual dan muntah pada awal
kandungan sampai usia kehamilan 4 bulan
 Pasien mengaku memiliki tinggi badan ± 140 cm dan berat badan
38 kg
Apakah diagnosis pada kasus ini
sudah tepat?
Berdasarkan anamnesis tersebut diagnosis yang
disimpulkan :
 Ibu G3P1A1 hamil 39 minggu
 Ketuban pecah dini 17 jam
Berdasarkan pemeriksaan fisik Vaginal Toucher
didapatkan:
 Vulva vagina oedema, portio tidak teraba, pembukaan
lengkap, ketuban (-), Kepala HII Caput HIII

Diagnosis ketuban pecah dini sudah tepat.


Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi
gawat janin (fetal distress) pada kasus ini?

Pada pasien ini kemungkinan terbesar terjadinya fetal


distress disebabkan oleh terjadinya partus lama atau
pada kasus ini adalah Kala II Lama. Dimana tidak
terjadinya kemajuan persalinan atau tidak ada
kelanjutan penurunan kepala dari janin, yang
berujung pada gangguan oksigenasi janin dan
mengakibatkan gawat janin.
Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi
gawat janin (fetal distress) pada kasus ini?

Ketuban pecah dini juga dapat menjadi salah satu factor


predisposisi terjadinya gawat janin karena dapat
menyebabkan infeksi pada janin bahkan sampai
sepsis. Ditambah data pendukung dari pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan kadar leukosit yang
meningkat yaitu 19.980 /µl.
Apakah penatalaksanaan gawat janin (fetal
distress) pada kasus ini sudah tepat?
Cukup tepat.
 Pada pasien ini sudah dilakukan beberapa tatalaksana / penanganan yang
sesuai diantaranya:
 Pemberian O2 sebagai usaha untuk meningkatkan
penggantian oksigen fetomaternal. Namun masih kurang
tepat karena pasien ini diberikan O2 3 liter/menit
sedangkan sebaiknya diberikan 6 liter/menit.
 Instruksi untuk mengubah posisi ibu dari terlentang menjadi
miring, sebagai usaha untuk memperbaiki aliran darah balik,
curah jantung, aliran darah uteroplasental. Posisi miring juga
dapat membebaskan janin dari kompresi tali pusat.
Apakah penatalaksanaan gawat janin (fetal
distress) pada kasus ini sudah tepat?

 Terminasi persalinan yaitu dilakukannya sectio cessaria


karena tidak didapatkan perbaikan pada keadaan janin dan
tidak ada kemajuan persalinan.
Apakah penatalaksanaan gawat janin (fetal
distress) pada kasus ini sudah tepat?

TEORI
 Prinsip-prinsip umum
 Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
 Perbaiki aliran darah uteroplasental.
 Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal
atau terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana
kelahiran didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi
janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Apakah kemungkinan penyebab terjadinya
ruptur uteri pada pasien ini?

Kita ketahui bahwa ruptur uteri yang terjadi pada pasien


ini adalah robekan pada Segmen Bawah Rahim
(SBR) sebesar ± 4-5 cm, dimana ruptur SBR ini
biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak
maju. SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan
akhirnya terjadilah ruptur uteri. Disebabkan oleh
kontraksi uterus yang terus menerus atau adanya
induksi persalinan pada partus lama / partus tidak
maju.
Apakah penatalaksanaan ruptura uteri pada
kasus ini sudah tepat?

Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa penanganan


ruptur uteri ada dua, yaitu:
 Histerektomi
 Histerektomi Parsial (subtotal)
 Histerektomi total
 Histerektomi & salfingo-ooforektomi bilateral
 Histerektomi radikal

 Histerorafi
Apakah penatalaksanaan ruptura uteri pada
kasus ini sudah tepat?

Tepat.
 Pada pasien ini dilakukan histerorafi, karena
pertimbangan keadaan uterus yang masih baik dan
robekan yang tidak terlalu besar, rapih, dan bersih.
Apa saja faktor penyebab terjadinya
ketuban pecah dini?
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara
pasti, tetapi ditemukan beberapa faktor predisposisi
yang berperan pada terjadinya ketuban pecah dini,
antara lain:
 Infeksi
 Defisiensi Vit. C
 Faktor selaput ketuban
 Faktor umur dan paritas
 Faktor tingkat sosio-ekonomi
 Faktor – faktor lain
Apa komplikasi yang perlu diperhatikan
dari ketuban pecah dini?
KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin, diantaranya:
 Infeksi
 Fetal distress
 Hyaline membrane disease
 Hipoplasi pulmoner
 Abruptio placenta
 Cacat pada janin
Apa saja faktor penyebab terjadinya
Kala II Lama?
 Secara umum penyebab kala II lama dapat dibagi ke
dalam beberapa faktor yaitu faktor tenaga (power),
faktor panggul (passage), faktor anak (passenger),
faktor psikis dan faktor penolong.

 Pada pasien ini ada kemungkinan disebabkan factor


tenaga dari ibu, yang pada kasus ini ibu dalam
keadaan lemah, atau dapat juga factor anak dan factor
panggul.
Apa saja faktor penyebab terjadinya
Kala II Lama?
 Factor anak diantaranya apabila adanya malpresentasi,
malposisi, dan kelainan letak. Namun pada pasien ini tidak
ada kelainan letak karena didapatkan pada pemeriksaan
Vaginal Toucher dan USG bahwa bagian terbawah janin
adalah kepala yang sudah masuk pada HII. Dan tidak ada
data penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis
malpresentasi ataupun malposisi.
Apa saja faktor penyebab terjadinya
Kala II Lama?

 Ada dugaan yang mengarah ke faktor panggul yaitu adanya


cephalopelvic disproportion (CPD) yang juga berpengaruh
pada pasien ini. Dugaan ini muncul karena adanya data
pemeriksaan fisik tinggi badan pasien yakni ±140 cm.
Namun diagnosis CPD ini tidak dapat dipastikan dan
memang tidak tertera.
Apa saja faktor penyebab terjadinya
Kala II Lama?
 Kemungkinan lain adalah disebabkan oleh terjadinya
Ketuban Pecah Dini (KPD). Dimana volume cairan ketuban
akan berkurang yang menyebabkan keadaan
oligohidramnion atau kekurangan cairan ketuban.
Keadaan ini merupakan salah satu penyulit persalinan,
terutama pada kasus KPD yang cukup lama seperti pada
pasien ini adalah 17 jam.

 Sehingga penyebab terjadinya Kala II Lama pada pasien ini


belum dapat dipastikan.
Apa komplikasi yang perlu
diperhatikan dari Kala II Lama?
 Komplikasi pada persalinan dengan kala II lama
dapat terjadi pada ibu maupun pada bayi.
Diantaranya :
 Infeksi sampai sepsis.
 Dehidrasi
 Syok
 Kegagalan fungsi organ-organ
 Robekan jalan lahir
 Ruptur uteri
Apa komplikasi yang perlu
diperhatikan dari Kala II Lama?
 Penipisan abnormal segmen bawah uterus
 Inkontinesia urine
 Gawat janin dalam rahim sampai meninggal.
 Asfiksia berat
 Cacat otak menetap
 Trauma persalinan (eksoriasi kulit, sefalhematom,
perdarahan subgaleal, ikterus neonatorum berat,
nekrosis kepala)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB POGI, FKUI, Jakarta. Pp : 35-45
Anonymous. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta:Bakti Husada, 2008.
Anonymous. Intrapartum care: Care of healthy women and their babies during childbirth. NICE Guidelines; 2007.
Anonymous. Managing Prolonged and Obstructed Labour. Education for Safe Motherhood. Second edition.
Geneva:Department of Making Pregnancy safer WHO; 2006.
Anonymous. South Australia Perinatal Practice Guideline: Chapter 9a Delays in the second stage of labour. South
Australia, 2012.
Branch D, Porter T, Hypertensive Disorders of Pregnancy, dalam Danforth’s Obstetrics&Gynecologiy, edisi ke-8, Scott J, Saia
P, Hammond C, Spellacy W, penyunting, Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, 1999: 309-326
Brown, SJ., Gartland, D., Donath, S., MacArthurc, C., Effects of prolonged second stage, method of birth, timing of
caesarean section and other obstetric risk factors on postnatal urinary incontinence: an Australian nulliparous cohort
study. International Journal of Obstetrics and Gynaecology, 2011.
Cunningham., Gary et-al. Williams Obstetrics. 23rd Edition. New York: Mc Graw Hill, 2010.
Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 1997. William‘s Obstretics 20th edition. Prentice-Hall
International Inc. Pp : 773-818
Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive Disorders in Pregnancy, dalam William
Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-Hill, 2005 : 761-808
DAFTAR PUSTAKA
Husodo, L. 1999. Pembedahan dengan Laparotomi. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Hal : 863-870
Hutagalung, Filderia., Marliandiani. Hubungan antara Usia, Paritas Dengan Persalinan Kala II Lama (Studi Kasus di RSUD
dr. Moch. Soewandhie Surabaya). Program studi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. 2011.
James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney, David N. Danforth's Obstetrics and
Gynecology, 9th Ed:. Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition.
Joy, S., Thomas, P. 2011. Abnormal Labor. Emedicine (Serial Online), 2011. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview, Diakses pada tanggal 24 Agustus 2015.
Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan Tindakan (Tesis). Semarang:
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro; 2006.
Melfiawati S. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta, hal 368-371
Mochtar., Rustam. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998.
Myles, Thomas D., Santolaya, Joaquin. Maternal and Neonatal Outcomes in Patients With a Prolonged Second Stage of
Labor. Jobstet Gynecol America 2003: 102 (1); 52-8.
Neilson, J.P., lavender, T., Quenby, S., Wray, S. Obstructed labour: reducing maternal death and disability during
pregnancy. British Medical Bulletin, 2003: 67: 191–204.
Ness, Amen., Golberg, Jay., Berghella, Vicenzo. Abnormalities of the First and Second Stages of Labor. J Obstet Gynecol
Clin 2005: 32; 201-20.
Pernoll, M. L. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology. Tenth edition. New York: Mc Graw Hill, 2001.
DAFTAR PUSTAKA
Sumapraja, S; Rachimhadhi, T. 1999. Perdarahan Antepartum. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu
Kandungan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 497-521
Syakurah, Risma. Tinjauan Pustaka Partus Kasep (Serial Online), 2011.
http//www.wordpress.com. diakses tanggal 23 Agustus 2015.
Wiknjosastro, H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai