Anda di halaman 1dari 37

Surabaya, Desember 2016

1
OUTLINE PAPARAN

Pendahuluan

Aspek Hukum Pengembangan


Kawasan dan Indikasi Pengaturan

Kesimpulan dan Rekomendasi

2
PENDAHULUAN
Aspek Hukum Pengembangan Kawasan dan Indikasi Pengaturannya 3
LATAR BELAKANG

Pembangunan Jembatan Suramadu diharapkan


menjadi katalisator percepatan pembangunan sosial, Perpres No. 27 Tahun 2008 Jo. Perpres No.
ekonomi, dan tata ruang wilayah-wilayah tertinggal 23 Tahun 2009 tentang BPWS
yang ada di Pulau Madura

Mempercepat pengembangan Wilayah


UU Pembentukan Daerah (Pemda Prov, Kab)
Suramadu dengan mengambil langkah-
dan
langkah strategis terkoordinasi, sistematis,
UU No. 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
dan terpadu

Wilayah
Suramadu

Kebutuhan Pengaturan, Pengelolaan, dan


Pengembangan Wilayah Suramadu
4
MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
MAKSUD TUJUAN SASARAN
Percepatan pembangunan dan Mengupayakan terlaksananya • Terselenggaranya
pertumbuhan ekonomi KKJSM dan Pengembangan KKJSM dan KKM pengembangan kawasan dengan
KKM di wilayah Surabaya-Madura yang komprehensif sesuai dengan ruang lingkup KKJSM dan KKM
yang tertata, dan terstruktur sesuai kajian terhadap aturan hukum yang efektif dan efisien serta
dengan ketentuan peraturan Pengembangan Kawasan yang terumuskannya pengaturan yang
perundang-undangan yang berlaku berlaku dibutuhkan

• Tersedianya dokumen yang


terkait dengan kajian terhadap
aturan hukum pengembangan
KKJSM dan KKM yang berlaku

1. Terumuskannya kebutuhan struktur, tugas, kewenangan dan tanggung jawab BPWS yang sedang melaksanakan pengembangan
wilayah di Madura sesuai dengan peraturan Perundang-undang yang berlaku
2. Terumuskannya kebutuhan substansi kesesuaian pengaturan pengembangan kawasan antara lain memuat arahan, masukan,
kewenangan dan tanggung jawab instansi terkait lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku
3. Terumuskannya kebutuhan substansi kesesuaian pengaturan pengembangan kawasan antara lain memuat arahan, masukan,
kewenangan dan tanggung jawab instansi terkait lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku 5
LOKASI KEGIATAN

KKJSM

KKM
6
ANALISIS
Aspek Hukum Pengembangan Kawasan dan Indikasi Pengaturannya 7
Program Prioritas di KKJSM dan KKM

Kawasan Industri

Kawasan Perdagangan & Jasa

Kawasan Permukiman

Kawasan Pariwisata

KKJSM dan KKM


Fasilitas Umum (Rest Area)

Sumber : Rencana Induk BPWS

8
Kerangka Pikir. . . RENCANA INDUK BPWS
(PROGRAM PRIORITAS)

Kawasan Industri dan Pergudangan Kawasan Permukiman Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Pariwisata Kawasan Fasilitas Umum (Rest Area)

1. UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian 1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan 1. UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan 1. UU No. 10 Tahun 2009 tentang 1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. PP No. 142 Tahun 2015 tentang Kawasan dan Kawasan Permukiman 2. PP No. 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Kepariwisataan 2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Umum
3. UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Industri 2. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, 2. UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
3. Permen Perindustrian No. 40/M- 3. PP No. 14 Tahun 2016 tentang Kecil, dan Menengah 3. PP No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk 4. PP No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP No. 23
IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan 3. Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Pembangunan Kawasan Industri Permukiman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Layanan Umum
4. Permen Pariwisata No. 2 Tahun 2014 tentang
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 5. Perpres No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
4. Permen PUPR No. 38/PRT/M/2015 tentang Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Kepentingan Umum
Bantuan Prasarana, Sarana, dan Utilitas 4. Permen PU No. 41/PRT/M/2007 tentang Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di 6. Perpres No. 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat
Umum untuk Perumahan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Badan Koordinasi Penanaman Modal

ASPEK HUKUM
Atas Perpres No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
5. Permen Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 5. Permendag No. 01/M-DAG/PER/1/2012 5. Permen Pariwisata No. 1 Tahun 2015 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan tentang Pendelegasian Wewenang Perubahan Atas Permen Pariwisata No. 2
7. Permenkeu No. 08/PMK/.02/2006 tentang Kewenangan
dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Pemberian Perizinan Penanaman Modal di Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum
Berimbang Bidang Perdagangan Kepada Kepala Badan Terpadu Satu Pintu Bidang Pariwisata dan 8. Permenkeu No. 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan
6. Permen PUPR No. 02/PRT/M/2016 tentang Koordinasi Penananaman Modal DAlam Ekonomi Kreatif di Badan Koordinasi Administratif Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Penanaman Modal Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Kumuh dan Permukiman Kumuh Pintu di Bidang Penanaman Modal
9. Permenkeu No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan
Administratif Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan
Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
10.Permenkeu No. 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis
dan Anggaran Serta Pelaksanaan Anggaran Badan
Layanan Umum

KEWENANGAN KEWENANGAN KEWENANGAN KEWENANGAN KEWENANGAN

BPWS : BPWS : BPWS : BPWS : BPWS :

INDIKASI PENGATURAN
1. Perencanaan pembangunan kawasan industri 1. Pengadaan lahan 1. Pengadaan lahan 1. Perencanaan pengembangan kawasan pariwisata 1. Pengadaan lahan
2. Pengadaan lahan 2. Pembangunan PSU 2. Perencanaan pembangunan kawasan perdagangan dan 2. Pembangunan PSU 2. Perencanaan pembangunan kawasan fasilitas umum (rest
3. Penyediaan infrastruktur jasa area)
3. Persetujuan teknis (lokasi dan peruntukan) 3. Persetujuan teknis (lokasi dan peruntukan)
4. Persetujuan teknis (lokasi dan peruntukan) 3. Pembangunan PSU 3. Pembangunan PSU
PEMDA : 4. Persetujuan teknis (lokasi dan peruntukan)
PEMDA : 4. Persetujuan teknis (lokasi dan peruntukan)
PEMDA : 1. Pengadaan lahan 1. Perencanaan pengembangan kawasan pariwisata
PEMDA : PEMDA :
1. Perencanaan pembangunan kawasan industri 2. Perencanaan pembangunan kawasan permukiman 2. Pengelolaan kawasan pariwisata
1. Pengadaan lahan 1. Pengadaan lahan
2. Pengadaan lahan 3. Penerbitan izin lokasi dan IMB 3. Penerbitan izin lokasi dan IMB
2. Perencanaan pembangunan kawasan perdagangan dan 2. Perencanaan pembangunan kawasan fasilitas umum (rest
3. Penyediaan infrastruktur jasa area)
4. Penerbitan izin lokasi kawasan industri 3. Penerbitan izin lokasi dan IMB 3. Penerbitan izin lokasi dan IMB

BPWS PEMDA
1. Perencanaan 1. Penerbitan Izin (Lokasi, IMB)
2. Persetujuan Teknis (Lokasi dan Peruntukan) 2. Usulan Pengadaan Lahan
3. Pengadaan Lahan
4. Pembangunan Kawasan
5. Pengelolaan

SKEMA KOORDINASI

PEMBANGUNAN
1. Bapel mempunyai tugas membangun
PERENCANAAN PERSETUJUAN TEKNIS PENGADAAN LAHAN dan mengelola KKJSM dan KKM (Pasal 12
Bapel bisa mengeluarkan persetujuan PENERBITAN IZIN Sesuai UU No. 2 Tahun 2012, pengadaan huruf b, c, d Perpres 27/2008) PENGELOLAAN
Bapel bersama Dewan Pengarah
teknis (lokasi dan peruntukan) untuk Segala pengembangan dan peruntukan lahan untuk kepentingan umum wajib 2. Salah satu kewajiban lain dari Pemda Bapel juga mempunyai tugas untuk
menyusun perencanaan pengembangan
pengembangan kawasan di KKJSM kawasan harus mendapatkan izin dari diselenggarakan oleh Pemerintah, dalam harus ikut mendorong pengembangan mengelola KKJSM dan KKM (Pasal 12
kawasan di KKJSM dan KKM (Perpres
(Lampiran Pergub Jatim No. 80 Tahun Pemda (izin lokasi, IMB, dll) hal ini Pemda bisa mengusulkan kawasan (perdagangan, industri, dan huruf b sampai f Perpres 27/2008)
27/2008)
2014) pengadaan lahan pusat perekonomian lainnya) yang
dilakukan oleh Pemerintah (BPWS) - (UU
No. 17/2008 Pasal 115 ayat 1 huruf a)

9
Sumber : Analisis Tim, Tahun 2016
Proses Pola Pengelolaan Kawasan dan Kerjasama

Sumber : Analisis Tim, Tahun 2016

10
Sistem Pengelolaan Keuangan BLU . . . (1)

Persyaratan substantif calon BLU sebelum melakukan penilaian :


1. Merupakan satker pemerintah yang dibentuk berdasarkan peraturan menteri/pimpinan lembaga atau
peraturan lainnya yang lebih tinggi, dan disetujui oleh Menteri PAN RB, baik bersifat struktural
(memiliki eselonering tertentu) maupun non struktural (tidak memiliki eselonering tertentu)
2. Mempunyai pengelolaan keuangan yang mandiri
3. Mempunyai pendapatan fungsional yang signifikan dari hasil layanan yang diberikan kepada
masyarakat berupa PNBP
4. Merupakan satker yang telah berdiri sekurang-kurangnya dalam 2 tahun anggaran atau satker baru
yang diamanatkan Peraturan Pemerintah atau peraturan lainnya yang lebih tinggi.

Persyaratan substantif bagi BLU Pengelola Kawasan terpenuhi apabila instansi pemerintah bersangkutan :
1. Menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan pengelolaan wilayah / kawasan
tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum
2. Menyelenggarakan layanan yang sebagian besar dinikmati oleh masyarakat atau pihak lain di luar
pemerintah, dan bukan layanan kepada satker pemerintah lainnya (internal service)
3. Bukan merupakan pelayanan yang bersifat administratif dan mandatory yang hanya dapat
dilaksanakan oleh instansi pemerintah
Penilaian persyaratan teknis calon BLU terpenuhi apabila satker bersangkutan:
1. Mempunyai kinerja layanan di bidang tugas pokok dan fungsinya yang layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga.
2. Mempunyai kinerja keuangan satker yang sehat dan memenuhi batasan threshold tertentu 11
Sistem Pengelolaan Keuangan BLU . . . (2)

1. Pengelolaan Kas BLU Menghambat Pembentukan Treasury Single Account Sebagaimana


Diamanatkan UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

2. BLU Dapat Menggunakan Surplus Anggarannya Untuk Kepentingan BLU Tersebut

3. BLU bukanlah merupakan subjek pajak

4. Pengelolaan PNBP Pada BLU Bertentangan Dengan UU Yang Mengatur Tentang PNBP

12
Bentuk Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha . . . (1)

Pengadaan Konvensional Penugasan BUMN/D KPBU

Penanggungjawab Penanggungjawab Penanggungjawab


Proyek Kerjasama Proyek Kerjasama Proyek Kerjasama
(PJPK (PJPK (PJPK

BADAN
KONTRAKTOR BUMN/D
USAHA BADAN USAHA

1. Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Ifrastruktur
2. Peratyran Menteri PPN/Bappenda No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
3. Peraturan Kepala LKPP No. 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Kerjasama Badan Usaha dengan Pemerintah Dalam Penyediaan Infrastruktur

Sumber : Direkktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur

13
Bentuk Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha . . . (2)

1. BPWS bisa melakukan kerjasama melalui KPBU, dengan terlebih dahulu mensinkronkan
antara perencanaan-perencanaan yang termuat dalam Rencana Induk maupun Rencana
Strategis BPWS dengan jenis infrastruktur yang bisa dikerjasamakam menurut Perpres
38/2015.

2. Berdasarkan Permen PPN/Bappenas No. 4/2015 Pasal 5 ayat (2), Menteri/Kepala


Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat mendelegasikan kewenangannya kepada
pihak yang dapat mewakili kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang ruang
lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor Infrastruktur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan. Jadi Bapel BPWS bisa menjadi PJPK, sesuai
denga tugasnya dalam Perpres 27/2008 Pasal 12 huruf e dengan cara mendapatkan
sebagian wewenang dari Dewan Pengarah.

14
Tahapan Dalam KPBU . . . (1)

1. TAHAP PERENCANAAN

• Dasar pemikiran teknis dan ekonomi


Need Analysis • Sustainable demand dan service gap
• Dukungan dari stakeholder

• Kesesuaian dengan peraturan


• Kesesuaian KPBU dengan rencana pembangunan
Compliance Criteria • Kesesuaian lokasi dengan RTRW
• Keterkaitan antar sektor infrastruktur dengan antar wilayah

• Keunggulan sektor swasta


• Terjaminnya efektivitas akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik
Value for partisipasi BU dalam jangka panjang
• Alih pengetahuan dan teknologi
• Persaingan yang ketat

Analisis Pendapatan dan • Kemampuan pengguna pembayar


• Kemampuan fiskal pemerintah
Skema Pembaiayaan • Potensi pendapatan lainnya
Proyek Perkiraan bentuk dukungan pemerintah

• Bentuk KPBU
Rekomendasi dan • Kriteria utama dalam pemilihan BU
Rencana Tindak Lanjut • Rencana jadwal penyiapan dan transaksi KPBU

15
Sumber : Direkktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur
Tahapan Dalam KPBU . . . (2)

2. TAHAP PENYIAPAN

Sumber : Direkktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur

16
Tahapan Dalam KPBU . . . (3)

3. TAHAP PELAKSANAAN
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
PERECANAAN PROYEK KERJASAMA PENYIAPAN PROYEK KERJASAMA TRANSAKSI PROYEK KERJASAMA

ü Penyusunan dana rencana KPBU


ü Penyiapan KPBU ü Penetapan lokasi
ü Identifikasi dan usulan KPBU
ü Pengajuan penetapan lokasi ü Penjajakan minat pasar
ü Penganggaran dana tahap perencanaan

ü Pengadaan Badan Usaha Pelaksana


ü Pengambilan keputusan lanjut/tidak KPBU ü Pengajuan fasilitas dan dukungan
KPBU
ü Penyusunan daftar KPBU pemerintah
ü penandatangan perjanjian KPBU
ü Pengkategorian KPBU ü Pengajuan jaminan pemerintah
ü Pemenuhan pembiayaan (financial close)

Output :
Dokumen Perjanjian KPBU, Dokumen Pelelangan
Studi Pendahuluan Output :
Umum, Dokumen Persetujuan Dukungan
Daftar Proyek Prirotas Pra Studi Kelayakan Pemerintah, Dokumen Persetujuan Penjaminan,
Dokumen Perjanjian Progres

Konfirmasi Persetujuan Pemberian Dukungan


Proses Permohonan Kebutuhan Dukungan Pemerintah/Jaminan Pemerintah, Penetapan Lokasi
Pemerintah dan/atau Penjaminan Pemerintah oleh Gubernur, Proses Alokasi, Pencairan,
Pengawasn dan/atau Pemantauan, Pemberian
Dukungan Pemerintah dan/atau Pemantauan dan
Evaluasi Pelaksanaan Perjanjian Penjaminan dan
Pengajuan Penetapan Lokasi Perjanjian Regres

Kajian Lingkungan Hidup Izin Lingkungan

Proses Pengadaan Tanah

Peran Serta Instansi Pemerintah


Sumber : Direkktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur
17
Kerjasama Bapel BPWS Dengan Pihak Ketiga

PP No. 45/2013 tentang Tata


Cara Pelaksanaan APBN

Pasal 48 Ayat (2) :


Dalam melaksanakan tanggung jawab pemungutan PNBP,
Pasal 48 Ayat (3) :
Kementerian Negara/Lembaga harus :
Dalam melaksanakan tanggung jawab
a. mengintensifkan perolehan PNBP;
pemungutan PNBP sebagaimana dimaksud pada
b. mengintensifkan penagihan dan pemungutan Piutang PNBP;
ayat (2), Menteri/PimpinanLembaga berwenang
c. melakukan pemungutan dan penuntutan denda yang telah
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
diperjanjikan;
pemungutan PNBP.
d. melakukan penatausahaan atas PNBP yang dipungutnya; dan
e. menyampaikan laporan atas realisasi PNBP yang dipungutnya

Bapel BPWS sesuai dengan Perpres 27/2008 Pasal 21 bahwa Kepala Bapel merupakan Pengguna Anggaran

Bapel BPWS bisa menjalankan tugasnya sesuai dengan Perpres sekaligus sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam
PP No 45/2013 mengenai praktek kerjasama dengan pihak ketiga sekaligus bisa menyewakan area yang terdapat dalam
KKJSM dan KKM dengan memungut tarif sewa dengan tujuan mengintensifkan perolehan PNBP. Adapun kerjasama yang
dilakukan dengan Badan Usaha setempat (BUMD).

Sumber : Analisis Tim, Tahun 2016


18
Bentuk Pengelolaan Kegiatan Strategis

Pengadaan
Lahan

Pengelolaan
Atas
Sebagian
Tanah
Anjungan Cerdas
Sebagai Etalase
Ekonomi Lokal
Berbasis Rest Area

19
Skema Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
Dari Aspek Hukum dan Indikasi Pengaturannya

Sumber : Analisis Tim, Tahun 2016

20
Mekanisme Permohonan Pengajuan Penetapan Lokasi

21
Proses Pengadaan Tanah

22
Pengelolaan Atas Sebagian Tanah

1. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1953 tentang Penguasanaan Tanah-tanah Negara, LN tahun 1953
No. 14-TLNRI
2. Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 tentang Konversi hak penguasaan atas tanah negara,
dalam peraturan menteri tersebut menyebutkan :
a. Pasal 1 Jika Hak Penguasaan atas tanah negara yang diberikan kepada departemen-departemen,
direktorat-direktorat, dan daerah-daerah digunakan untuk kepentingan instansi-instansi itu
sendiri dikonversi menjadi Hak Pakai
b. Pasal 2 Jika hak penguasaan atas tanah negara yang diberikan kepada depatermen-departemen
direktorat-direktorat, dan daerah-daerah selain digunakan untuk kepentingan instansi-instansi
itu sendiri, dimaksudkan juga untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak dengan pihak ketiga,
maka hak penguasaan atas tanah negara tersebut dikonversi menjadi Hak Pengelolaan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan
Hak Pakai Atas Tanah (selanjutnya disebut PP No 40/1996);
4. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang
Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan (selanjutnya
disebut Permenag/KBPN No 9/1999); dan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PP No
24/1997) Peraturan tersebut menyatakan bahwa Hak Pengelolaan merupakan Hak Menguasai dari
Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
23
Wewenang Yang Diberikan Oleh Hak Pengelolaan

Pasal 6 Ayat (1) PMA No 9 / 1965 menetapkan bahwa hak pengelolaan memberikan wewenang kepada
pemegangnya untuk :

1. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;


2. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;
3. Menyerahkan bagian- bagian dari tanah tersebut untuk pihak ketiga dengan hak pakai yang
berjangka waktu 6 (enam) tahun; dan
4. Menerima uang pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan.

Wewenang untuk menyerahkan tanah negara kepada pihak ketiga dibatasi, yakni :

1. Tanah yang luasnya maksimum 1000m2;


2. Hanya kepada Warga Negara Indonesia dan badan-badan hukum yang dibentuk menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; dan
3. Pemberian hak untuk yang pertama kali saja, dengan ketentuan bahwa perubahan, perpanjangan
dan penggantian hak tersebut akan dilakukan oleh instansi agraria yang bersangkutan, dengan pada
asasnya tidak mengurangi penghasilan yang diterima sebelumnya oleh pemegang hak.

24
Hal-Hak Yang Dapat Diberikan Kepada Pihak Ketiga

1. Pasal 6 Ayat (1) huruf c PMA Nomor 9/1965


2. Pasal 5 Ayat (7) huruf a Permendagri No 5/1974
3. Pasal 2 Permendagri No 1/1977
4. Pasal 5 Permendagri No1/1977

Bagian-bagian tanah hak pengelolaan itu dapat diserahkan kepada


pihak ketiga dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

25
Hak Pengelolaan Tanah Oleh BPWS

Peraturan Menteri Agraria No. 9/2009 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan

Badan hukum yang dapat diberikan Hak Pengelolaan (Instansi Pemerintahan,


BUMN, BUMD, PT, Badan Otorita dan Badan Hukum pemerintah lainnya yang
ditunjuk oleh Pemerintah

BPWS dapat diberikan hak pengelolaan tanah yang ada di KKJSM dan KKM yang
sudah dibebaskan oleh negara

26
Alur Permohonan Hak Pengelolaan Atas Tanah

Sumber : Analisis Tim, Tahun 2016

27
Konsep Pengelolaan Anjungan Cerdas Sebagai Etalase
Ekonomi Lokal Berbasis Rest Area . . . (1)

Sumber : Analisis Tim, Tahun 2016

28
Konsep Pengelolaan Anjungan Cerdas Sebagai Etalase
Ekonomi Lokal Berbasis Rest Area . . . (1)

Sumber : Analisis Tim, Tahun 2016

29
KESIMPULAN & REKOMENDASI
Aspek Hukum Pengembangan Kawasan dan Indikasi Pengaturannya 30
Kesimpulan . . . (1)

1. Dalam Perpres No 27/2008 dan Perpres No 23/2009, Bapel hanya mempunyai tugas, sedangkan
kewenangan ada di Dewan Pengarah, hal ini menyebabkan Bapel dalam menjalankan tugas sering
terhambat dalam pengambilan keputusan dikarenakan harus berkoordinasi dengan Dewan
Pengarah untuk mendapatkan sebagian pelimpahan wewenang tersebut (Pasal 12 huruf (e));
2. Sesuai dengan Permen Agraria No. 9/1965 tentang Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara
pada Pasal 2, jika hak penguasaan atas tanah negara yang diberikan kepada departemen-
departemen direktorat-direktorat, dan daerah-daerah selain digunakan untuk kepentingan instansi-
instansi itu sendiri, dimaksudkan juga untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak dengan pihak
ketiga, maka hak penguasaan atas tanah negara tersebut dikonversi menjadi Hak Pengelolaan,
sehingga Bapel BPWS dapat mendapatkan Hak Pengelolaan sebagian wewenang pengelolaan lahan
negara dengan terlebih dahulu mendaftarkan hak pengelolaan ke Kemernterian ATR/BPN melalui
kantor Kepala Badan Pertanahan Bangkalan;
3. Setelah mendapatkan sertifikat hak pengelolaan dari Kantor Pertanahan Bangkalan maka Bapel
BPWS dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga sesuai dengan PMA No. 9 / 1965, Pasal 6
Ayat (1), salah satu wewenang yang diberikan adalah Menyerahkan bagian- bagian dari tanah
tersebut untuk pihak ketiga dengan hak pakai yang berjangka waktu 6 (enam) tahun dan Menerima
uang pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan;
4. Dari hasil analisis dan kajian dengan menggunakan berbagai peraturan dan aspek hukum terkait,
Rencana Induk dan Rencana strategis adalah acuan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana merupakan program-program yang telah sesuai dengan aspek hukum yang terkait seperti
peraturan sektoral maupun peraturan kementrian;
31
Kesimpulan . . . (2)

5. Bapel BPWS sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah pusat yang salah satu tugasnya adalah
untuk mempercepat pengembangan wilayah Madura, diperlukan pengaturan secara khusus
sehingga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam pengembangan wilayah tersebut.
Bapel BPWS sebagai Badan Pelaksana kegiatan dan programnya mendapatkan wewenangannya dari
pelimpahan sebagian wewenang dari pemerintah pusat dan/atau Pemerintah daerah (Perpres No.
27/2008 pasal 12 huruf e) sehingga Bapel BPWS dalam menjalankan tugasnya bisa tetap
berkoordinasi dengan pemerintah daerah;
6. Bapel BPWS dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang sesuai dalam perpres No. 27/2008 bisa
mengimplementasikan seluruh perencanaan yang termuat di rencana induk maupun rencana
strategis, hal ini ini juga didukung dengan beberapa PP maupun permen yang sebagian
kewenangannya bisa dilimpahkan terhadap Bapel BPWS sesuai Perpres No. 27/2008 pasal 12 huruf
e. termasuk dalam pengelolaannya dan pengusahaannya;
7. Skema koordinasi yang dapat dilakukan oleh Bapel BPWS adalah terkait dengan perencanaan,
persetujuan teknis, penerbitan izin, pengadaan lahan, pembangunan, dan pengelolaan;
8. Azas lex specialis derogat lex generalis, dimana apabila ada aturan yang lebih khusus, maka aturan
tersebut mengesampingkan aturan yang bersifat umum dan wajib berdasarkan Asas umum
pemerintahan yang baik (pasal 8 ayat 2 UU No. 30/2014.

32
Rekomendasi. . . (1)

1. Supaya Bapel BPWS dapat mengelola dan melakukan kerjasama dalam pengelolaan
sebagian wewenang pengelolaan tanah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 1 Tahun 1977 Pasal 2 maka Bapel BPWS harus mempunyai Sertifikat Hak Pengelolaan
yang diajukan ke Menteri ATR/BPN melalui Kantor Kepala Badan Pertanahan Bangkalan,
setelahditerbitkan sertifikat Hak Pengelolaan maka Bapel BPWS dapat melakukan
perjanjian kerjasama dengan pihak-pihal lain/pihak ketiga;
2. Supaya BPWS bisa tetap menyelesaikan pembangunan dalam pengembangan wilayah di
KKJSM, Sinkronisasi peraturan antar unit-unit pemerintah yang terkait adalah cara yang
paling logis dan komprehensif, terutama dalam mengatasi masalah-masalah yang terkait
dengan pembangunan dan pengelolaannya. Satu cara yang harus dioptimalkan adalah
lebih intensifnya kerjasama dan koordinasi dengan Dewan Pengarah dalam
merencanakan dan menyelesaikan proyek-proyek prioritas (perpres 27/2008 pasal 4
huruf b dan c);
3. Dewan Pengarah sebagai representasi dari BPWS yang didalamnya beranggotakan
menteri, kepala badan dan gubernur sebaiknya harus lebih mengoptimalkan peran dan
wewenangnya, terutama dalam mensikronkan kebijakan antara pemerintah pusat dan
daerah, dan memberikan petunjuk pelaksanaan kepada Bapel dalam mengembangkan
wilayah suramadu sehingga Bapel tidak berjalan sendiri, terutama ketika Bapel menemui
kendala dalam hal koordiasi dengan daerah yang seharusnya itu menjadi kewajiban
dewan pengarah (sesuai pasal 4); 33
Rekomendasi. . . (2)

4. Dalam Perpres No 27/2008 Tentang BPWS dan No 23/2009 Tentang Perubahan BPWS Bapel
hanya disebutkan mempunyai tugas sedangkan kewenangan ada di Dewan Pengarah. Dengan
demikian agar Bapel BPWS lebih memperlancar dalam menjalanan tugas dan fungsinya,
terutama dalam melakukan koordiansi dengan daerah, Bapel bisa mengusulkan terhadap
Dewan Pengarah dalam revisi Perpres supaya dalam Perpres tersebut dimunculkan
kewenangan yang diberikan terhadap Bapel BPWS sehingga dalam menjalankan tugasnya
(tugas-tugas yang memerlukan kewenangan khusus seperti: mengambil keputusan dalam
kerjasama dengan pihak lain) Bapel BPWS tidak perlu menunggu pelimpahan sebagain
wewenang dari Dewan Pengarah.
5. Konsep kerjasama apapun yang akan dilakukan oleh BPWS dengan pihak ketiga, Rencana
untuk mewujudkan BLU merupakan rencara yang harus diprioritaskan. Hal ini dikarenakan
seluruh kegiatan yang ada di KKJSM dan KKM nantinya akan mendapatkan benefit sehingga
harus dikelola dengan sistem pengelolaan berbasis BLU, dikarenakan BPWS merupakan
lembaga pemerintah berbadan hukum publik yang tidak beroreintasi pada profit;
6. Pada perencanaan Rest Area harus mengacu pada kegiatan strategis nasional dimana
pelaksanaan pembangunan tersebut agar dapat dilaksanakan oleh BPWS;
7. Bapel BPWS bisa meminta Peraturan Ketua Dewan Pengawah Badan Pengembangan Wilayah
Suramadu Tentang Tata Kerja dan Koordinasi Badan Pengembangan Wilayah Suramadu,
dengan cara Bapel BPWS inisiatif mengajukan draft rancangan tersebut ke Dewan Pengarah
BPWS;
34
Rekomendasi. . . (3)

8. BPWS harus menyiapkan dokumen teknis terkait dengan perencanaan dan pembangunan
masing-masing kawasan seperti dokumen rencana rinci, dokumen enginering dan dokumen
kalayakan studi (FS) dokumen ini nantinya akan digunakan dalam pendaftaran penetepan
lokasi melalui Gubernur Jawa Timur;
9. BPWS melakukan pendekatan ke masyarakat (tokoh masyarakat), unsur pemerintahan baik
yang bersifat formal (kedinasan) maupun non formal (kedekatan personal) di Pulau Madura
pada umumnya dan Kabupaten Bangkalan pada khususnya terkait kegiatan di KKJSM dan
KKM;
10. Dalam rangka untuk mengefisiensi dan efektivitas pengadaan tanah untuk kepentingan
umum bisa dilakukan dengan skala kecil (kurang 5Ha) dapat langsung dilakukan oleh BPWS
(Pasal 121 Perpres No 148 Tahun 2014 Tentang Perubahan Keempat Atas Perpres No
71/2012 Tentang Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum);
11. Sesuai dengan Perpres No. 30/2015 Tentang Perubahan Ketiga atas Perpres No. 71/2012 Tentang
Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pasal 117A ayat
(1) bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum di KKJSM dan KKM dapat bersumber
terlebih dahulu dari dana Badan Usaha selaku instansi yang memerlukan tanah yang mendapatkan
kuasa berdasarkan perjanjian yang bertindak atas nama BPWS selaku lembaga negara pemerintah
non kementerian;

35
Rekomendasi. . . (4)
12. Pola manajemen pengelolaan KKJSM dan KKM dapat dilakukan melalui :
a. Berkoordinasi dengan lintas Kementerian/Lembaga terkait dan dengan masing-masing
Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Pengelolaan yang dilaksanakan melalui menetapkan kebijakan program pembangunan dan
pengembangan KKJSM dan KKM, menetapkan rencana kebutuhan anggaran,
mengkoordinasikan program pelaksanaan, dan melaksanakan evaluasi dan pengawasan.
c. Pemberian kewenangan pengelolaan dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana blok pengembangan KKJSM dan KKM.
d. Kewenangan dilakukan dengan monitoring dan evaluasi yang pelaksanaannya diatur dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Sebagai tindak lanjut dari indikasi pengaturan mengenai aspek hukum dalam pengembangan
kawasan perlu dilakukan kajian-kajian lebih lanjut mengenai :
a. Kajian tentang pengelolaan keuangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (PPK-BLU);
b. Kajian tentang pola kerjasama dengan Pihak Ketiga (bentuk-bentuk kerjasama yang bisa
dilakukan oleh Bapel BPWS dengan Badan Usaha/Swasta) sesuai dengan Permen
PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015;
c. Kajian tentang kerjasama Pemerintah dengan Pemerintah Daerah (sesuai dengan Perpres No.
38 Tahun 2015); dan
d. Kajian tentang Pengelolaan kawasan yang dijadikan Rest Area oleh Bapel BPWS. 36
TERIMA KASIH
37

Anda mungkin juga menyukai