DAFTAR ISI
A. Latar Belakang..................................................................................................................................... 1
B. Permasalahan Investasi dan Pembiayaan Infrastruktur ................................................... 1
C. Dasar Hukum Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha ........................................... 3
D. Persyaratan Investasi Infrastruktur ........................................................................................... 4
E. Skema Investasi dan Pembiayaan ............................................................................................... 6
F. Kesimpulan dan Rekomendasi ..................................................................................................... 22
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
-i-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
A. LATAR BELAKANG
Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu prasyarat penting agar
daya saing dan angka pertumbuhan ekonomi meningkat. Namun, penyediaan infrastruktur
dihadapkan pada permasalahan kurangnya pendanaan. Belajar dari periode pembangunan
sebelumnya (2010-2014), alokasi anggaran pemerintah (APBN) hanya dapat memenuhi
40% kebutuhan pendanaan infrastruktur, sedangkan sisanya diharapkan diperoleh dari
berbagai sumber seperti Pemerintah Daerah, BUMN, pelibatan sektor swasta.
Kendala ini juga dihadapi Pemerintah pada saat akan melakukan pengembangan kawasan
baik kawasan industri, kawasan ekonomi maupun pembangunan smart city. Selama ini
pengembangan kawasan tidak dapat dilakukan dengan cepat karena kendala
ketidaktersediaan infrastruktur. Berdasarkan pengalaman pengelola kawasan (yang selama
ini lebih banyak berhasil dilakukan oleh pihak swasta), kebutuhan infrastruktur tidak
hanya yang berada dalam kawasan sendiri namun juga infrastruktur yang menuju kawasan
(konektivitas). Kemajuan ekonomi kawasan hanya dapat terjadi bila ada akses
infrastruktur atau kondisi penyediaan infrastruktur sudah baik; sementara akses
infrastruktur bisa dibangun oleh baik Pemerintah maupun swasta bila ada jaminan demand
yang berarti pertumbuhan ekonomi kawasan.
Skema investasi ini diharapkan tidak hanya bersifat project-based, tetapi juga region-based
(berbasis wilayah/kawasan). Bentuk skema investasi ini tentunya akan berbeda di tiap
kategori kawasan. Kawasan Industri umumnya membutuhkan akses infrastruktur untuk
logistik, pendistribusian produk ke outlet/pelabuhan. Sementara untuk kawasan
pariwisata, akses infrastruktur dibutuhkan untuk pengembangan destinasi, promosi, akses
wisatawan sebagai demand.
Penyebaran infrastruktur di Indonesia masih kurang merata terutama pada wilayah di luar
Pulau Jawa. "Jika dilihat dari jumlah penduduk, infrastruktur, dan luas wilayah, masih
belum merata. Kalau dilihat sangat timpang antara yang ada di Jawa dan di luar Jawa,"
Daya saing global Indonesia periode 2014-2015 meningkat empat peringkat dari
sebelumnya 38 menjadi 34. Sedangkan dari segi infrastruktur dan konektivitas, ranking
Indonesia meningkat dari ranking ke-61 menjadi ranking ke-56. Hal ini berarti
menunjukkan peningkatan lima angka dari tahun kemarin atau dua puluh angka sejak
2011.
-1-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Salah satu bentuk tantangan perekonomian adalah sulitnya mendapatkan pembiayaan guna
mengatasi celah pembiayaan infrastruktur (Infrastructure Gap). Selain itu, peran
pendalaman pasar keuangan (Financial Deepening) dan inklusi keuangan (Financial
Inclusion) juga penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan inklusif.
1. Disparitas antar wilayah yang relative masih tinggi terutama antara Wilayah Barat
Indonesia dan Wilayah Timur Indonesia;
2. Urbanisasi yang tinggi (meningkat 6 kali dalam 4 dekade) diikuti permasalahan
perkotaan seperti urban sprawl dan penurunan kualitas lingkungan, pemenuhan
kebutuhan dasar, dan kawasan perdesaan sebagai hinterland belum maksimal dalam
memasok produk primer;
3. Belum mantapnya konektivitas antara infrastruktur di darat dan laut, serta
pengembangan kota maritim/pantai; dan
4. Pemanfaatan sumber daya yang belum optimal dalam mendukung kedaulatan pangan
dan kemandirian energi.
-2-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Landasan hukum yang menjadi acuan dari investasi infrastruktur yaitu Peraturan Presiden
No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha.
1. Infrastruktur transportasi;
2. Infrastruktur jalan;
3. Infrastruktur sumber daya air dan irigasi;
4. Infrastruktur air minum;
5. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;
6. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat;
7. Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;
8. Infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
9. Infrastruktur ketenagalistrikan;
10. Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan;
11. Infrastruktur konservasi energi;
12. Infrastruktur fasilitas perkotaan;
13. Infrastruktur fasilitas pendidikan;
14. Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian;
15. Infrastruktur kawasan;
16. Infrastruktur pariwisata;
17. Infrastruktur kesehatan;
18. Infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan
19. Infrastruktur perumahan rakyat.
-3-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
manajemen (keuangan, sumberdaya, dll). Selain itu, keberhasilan proyek KPBU (Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha) juga tidak terlepas dari hubungan antara tiga pihak yang
menjadi elemen penting dalam interaksi tersebut, yaitu pemerintah (sebagai regulator),
pihak swasta (sebagai pelaksana proyek), dan masyarakat (sebagai penerima manfaat atas
kerjasama antara dua pihak lain).
Dalam kebijakan tersebut selain ditegaskan bahwa KPBU dapat merupakan penyediaan
Infrastruktur yang merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis infrastruktur tersebut
di atas, dalam rangka meningkatkan kelayakan KPBU dan/atau memberikan manfaat yang
lebih besar kepada masyarakat KPBU dapat mengikutsertakan kegiatan penyediaan sarana
komersial. Dengan demikian daya tarik bagi investor semakin ditingkatkan dan diperluas
oleh Pemerintah dengan harapan agar investor tertarik dengan pembangunan infrastruktur
di Indonesia.
- Pengembangan jalan tol antar wilayah atau antar kawasan, berfungsi untuk
mengembangan perekonomian wilayah atau beberapa kawasan;
- Mempunyai potensi LHR jalan tol paling sedikit 20.000 kendaraan per hari;
- Belanja wisatawan untuk menunjang pengembangan pariwisata cukup tinggi;
atau
- Bangkitan lalu lintas pada kawasan ekonomi (KEK) relatif tinggi;
- Mampu memberikan multiplier efect (back ward dan forward) yang besar
terhadap kawasan kawasan ekonomi dalam pengaruh pelayanan tol; atau
- Diversifikasi destinasi dan pemanfaatan ruang budidaya;
- Dapat dilakukan intensifikasi pemanfaatan ruang kawasan ekonomi/KEK; dan
- Dapat dilakukanperluasan pemanfaatan ruang kawasan ekonomi/KEK.
-4-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
-5-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
1. Skema Investasi
Skema non bundling ataupun skema bundling dapat dikembangkan menurut skenario-
skenario investasi yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan dan
kebijakan yang berlaku. Dengan memerhatikan hal ini maka beberapa skenario pada
masing-masing skema dapat dikembangkan melalui beberapa studi kasus berikut :
-6-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
-7-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
-8-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Beri Pemda saham >5% selama masa enjoyment period tanpa penyertaan
modal (golden share)
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0%.
Seperti halnya Pada studi kasus kasus Rencana Pembangunan Tol Kayuagung-
Jakabaring-Musilandas-Betung, maka Rencana Pembangunan Tol Seksi II
(Perbarakan/Kualanamu-Tebing Tinggi) dapat dikembangkan empat (4) – (6)
skenario (karena seluruh pembiayaan oleh Pemerintah melalui Badan Usaha Milik
Negara) sebagai berikut:
-9-
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Badan usaha tidak bisa memilih ruas/segmen tol yang paling menguntungkan
Badan usaha diberi hak pengelolaan tol dan kawasan permukiman (kota
mandiri) kawasan simpang Perbarakan dan atau kawasan industri kawasan Sei
Mangke pada wilayah pengaruh tol dengan luas ± 2000 Ha.
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0% konstruksi.
- 10 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Pada studi kasus Rencana Pembangunan Smart City Permukiman Bandung dan atau
Balikpapan/Kutai dapat dikembangkan empat (4) skenario sebagai berikut:
- 11 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
- 12 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Gambar 1
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Studi Kasus Rencana Tol Serang-Panimbang
- 13 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Studi Kasus Rencana Tol Kayuagung-Jakabiring-Musilandas-Betung (Panjang 111,650 Km; Investasi Rp 8.055.331.000.000,00)
Skenario-1 (Skema Nonbundling)
Desain, pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan tol oleh BU.
BU bisa memilih ruas/segmen tol yang paling
Ya menguntungkan
Ambang
Ambang Batas
Batas Kewilayahan:
Kewilayahan: Masa konsesi tol 20-40 tahun
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0% konstruksi
LHR
LHR minimum
minimum 79.632
20.000
kendaraan
kendaraan perhari
perhari (Maksimal Layak
Layak Diversifikasi
Diversifikasi Meningkatkan
Tdk
LHR yangwisatawan
Belanja dimungkinkan saat
pertahun kewila
kewila destinasi
destinasi wisata intensifikasi Skenario-2 (Skema Nonbundling)
ini)
di KEK Tj Lesung dan sekitar yahan
yahan industri
dan dan pemanfaatan ruang SKEMA Desain dan pembangunan tol oleh pemerintah;
Bangkitan
cukup tinggi
LHR KEK Tanjung ?? permukiman
pemanfaatan KEK Tanjung Api-api NONBUNDLING pengoperasian dan pemeliharaan tol oleh BU.
Api-api relatif tinggi pemanfaatan
ruang budidaya Masa konsesi tol 20-40 tahun
ruang budidaya BU tidak bisa memilih ruas/segmen tol yang paling
menguntungkan
Bantuan Pemerintah/VGF: 100% tanah dan 25%
konstruksi
Diversifikasi
Ambang
Ambang Batas
Batas Ekonomi:
Ekonomi: Skenario-3 (Skema Bundling)
layanan
Diversifikasi
jalan Perluas wilayah
tol
layanan
dan sumber
jalan pengaruh jalan tol Desain, pembangunan, pengoperasian dan
Rasio
Rasio Manfaat
Manfaat terhadap
terhadap Tdk
Layak
Layak permintaan
tol dan sumberthd pemeliharaan tol oleh BU.
Biaya
Biaya >> 1,20
1,20
ekonomi
ekonomi jasa jalan tolthd
permintaan Masa konsesi tol 20-30 tahun
EIRR
EIRR miimum
miimum 2,5
2,5 kali
kali BI
bunga
?? jasa jalan tol BU tidak bisa memilih ruas/segmen tol yang paling
Rate
BI
menguntungkan
BU diberi hak pengelolaan tol dan kawasan permukiman
(kota mandiri) pada wilayah pengaruh tol dengan luas
Ya 2600 Ha
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0% konstruksi
Ya
Beri
BeriBadan
BUMS Usaha
hak(BU) hak
segmentasi
Ambang
Ambang Batas
Batas Keuangan:
Keuangan: Insentif segmentasi ruas tol berdasarkan
ruas tol berdasarkan LHR
LHR tertinggi, dan/atau dukungan Skenario-4
Skenario-4 (Skema
(Skema Bundling)
Bundling)
pemerintah tertinggi, dan/atau dukungan
FIRR
FIRR minimum
minimum 2,5 2,5 kali
kali Layak
Layak Tdk pemerintah (VGF) SKEMA
(Asumsi: telah pemerintah (VGF) Desain,
Desian dan
pembangunan,
pembangunan pengoperasian
tol oleh pemerintah;
dan
bunga
bunga BIBI finansial
finansial BUNDLING
layak pemeliharaan
pengoperasiantol dan
oleh
pemeliharaan
BU. tol oleh BU.
Masa
Masa pengembalian
pengembalian 10-20 10-20 ?? kewilayahan
tahun
tahun Beri
Beri Badan
BUMS Usaha
hak pengelolaan
(BU) hak Masa
Masa konsesi
konsesi toltol 20-40
20-40 tahun
tahun
dan layak BU
BU tidak
tidak bisa
bisa memilih
memilih ruas/segmen
ruas/segmen tol
tol yang
yang paling
paling
Masa
Masa konsesi
konsesi 20-40
20-40 tahun
tahun ekonomi) pengelolaan
kawasan industri
kawasan
dan/atau
menguntungkan
menguntungkan
Discount
Tingkat Diskonto
Rate mak mak-
simum permukiman
kawasan permukiman
(kota mandiri)
(kota
BU
BU diberi
bisa diberi
hak pengelolaan
hak pengelolaan
tol dan
tolkawasan
dan kawasan
2,0
simum
kali 2,0
BI Rate
kali bunga BI pada wilayah
mandiri) padapengaruh
wilayah tol
permukiman
industri dan/atau
(kotapermukiman
mandiri) pada(kota
wilayah
mandiri)
pengaruh
pada tol
pengaruh tol dengan
wilayahluas
pengaruh
3600 Ha tol
Beri
Bantuan
PemdaPemerintah/VGF:
saham >5% selama 100% masa
tanahenjoyment
dan 25%
Catatan: period
konstruksi
tanpa penyertaan modal (golden share)
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0%
Pemda Provinsi/Kota/Kabupaten yang mempunyai kapasitas "fiskal tinggi" atau "sangat tinggi" bisa melakukan penyertaan modal (memiliki saham) pada semua Skenario. konstruksi
Gambar 2
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Studi Kasus Rencana Tol Kayuagung-Jakabaring-Musilandas-Betung
- 14 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Studi Kasus Rencana Seksi II Tol Perbarakan/Kualanamu-Tebing Tinggi (Panjang 44 Km; Investasi Rp 5.600.000.000.000,00)
Skenario-1 (Skema Nonbundling)
Desain, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan tol oleh BU.
BU bisa memilih ruas/segmen tol yang paling menguntungkan
Masa konsesi tol 20-40 tahun
Ambang Batas Kewilayahan: Diversifikasi Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0% konstruksi
Layak Meningkatkan
destinasi industri
LHR minimum 20.000 kewila intensifikasi
dan permukiman
kendaraan perhari (Maksimal yahan pemanfaatan ruang
pemanfaatan
LHR yang dimungkinkan saat ? KEK Sei Mangke Skenario-2 (Skema Nonbundling)
ruang budidaya
ini) Desain dan pembangunan tol oleh pemerintah; pengoperasian dan
pemeliharaan tol oleh BU.
Bangkitan LHR KEK Sei Mangke Masa konsesi tol 20-40 tahun
relatif tinggi BU tidak bisa memilih ruas/segmen tol yang paling menguntungkan
Bantuan Pemerintah/VGF: 100% tanah dan 25% konstruksi
SKEMA
NONBUNDLING Skenario-3 (Skema Nonbundling)
Desain dan pembangunan tol oleh pemerintah; pengoperasian dan
Diversifikasi pemeliharaan tol oleh badan usaha (melalui manajemen contract
Ambang Batas Ekonomi: Tdk atau leasing contract)
Layak layanan jalan tol Perluas wilayah pengaruh Masa kontrak 20 tahun, dan dapat ditinjau setiap 3 tahun.
Rasio Manfaat terhadap Biaya ekonomi? dan sumber jalan tol Badan usaha tidak bisa memilih ruas/segmen tol yang paling
> 1,20 permintaan thd menguntungkan
EIRR miimum 2,5 kali BI Rate jasa jalan tol Bantuan Pemerintah/VGF: 100% tanah dan 100% konstruksi.
Gambar 3
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Studi Kasus Rencana Tol Seksi II Perbarakan/Kualanamu-Tebing Tinggi
- 15 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Studi Kasus TPPAS-Air Minum-Permukiman Raja Ampat
Skenario-1 (Skema Nonbundling)
Readines
LHR
LHR minimum
minimum
Document:
20.000
20.000FS, Menambah spot-
kendaraan
Amdal
kendaraan
dan perhari
DED
perhari Layak
Layak Diversifikasi
Diversifikasi
Tdk spot wisata maritim
Sinkron
Belanja
Belanja wisatawan
dengan
wisatawan
RDTRpertahun
pertahun
dan kewila
kewila destinasi
destinasi wisata
wisata di P Waigeo SKEMA Skenario-2 (Skema Nonbundling)
di
Peraturan
di KEK
KEK Tj
Tj Lesung
Lesung
Zonasidan
dan
Waigeo
sekitar
sekitar yahan
yahan dan
dan Meningkatkan NONBUNDLING Desain dan pembangunan oleh pemerintah;
cukup
cukup tinggi
tinggi ?? pemanfaatan
pemanfaatan pemanfaatan ruang pengoperasian dan pemeliharaan oleh BU.
ruang
ruang budidaya
budidaya peruntukan Masa konsesi 20-40 tahun
ekowisata Bantuan Pemerintah/VGF: 100% tanah dan 50%
konstruksi
Perluas wilayah
layanan jaringan air
Diversifikasi
Ambang
Ambang Batas
Batas Ekonomi:
Ekonomi: minum ke pulau lain Skenario-3 (Skema Bundling)
layanan
Diversifikasi
(luar P Waigeo), dan
Rasio
Rasio Manfaat
Manfaat terhadap
terhadap jaringan
layanan air
jalan Desain, pembangunan, pengoperasian dan
Tdk Bantuan Pemerintah
Layak
Layak minum
tol dan dan
sumber pemeliharaan oleh BU.
Biaya
Biaya >> 1,20
1,20 untuk pengadaan
ekonomi
ekonomi persampahan
permintaan thd Masa konsesi 0-40 tahun
EIRR
EIRR miimum
miimum 2,5
2,5 kali
kali bunga
bunga tanah dan
?? jasa jalan tol BU bisa diberi izin lokasi untuk pembangunan
BI
BI konstruksi.
permukiman (Kota Mandiri) dengan luas yang memadai
(economy of scale) di Raja Ampat
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0% konstruksi.
Ya
Ya
Beri
Beri BUMS
Badan
BUMS hakUsaha
hak segmentasi
segmentasi
hak
Ambang
Ambang Batas
Batas Keuangan:
Keuangan: Insentif ruas
menjual
ruas tol
tol berdasarkan
berdasarkan
air minum danLHR
LHR
jasa
pemerintah SKEMA
SKEMA Skenario-4 (Skema Bundling)
tertinggi,
persampahan
tertinggi, dan/atau
dan/atau
kpd kapal
dukungan
dukungan
FIRR
FIRR minimum
minimum 2,5 2,5 kali
kali Layak
Layak Tdk BUNDLING
BUNDLING
(Asumsi: telah pemerintah
wisata
pemerintah
atau pulau
(VGF)
(VGF) lain Desian dan pembangunan oleh pemerintah;
bunga
bunga BI
BI finansial
finansial layak pengoperasian dan pemeliharaan oleh BU.
Masa
Masa pengembalian
pengembalian 10-20
10-20 ?? kewilayahan
tahun
tahun Beri
Beri BUMS
Badan
BUMS hak
Usaha
hak pengelolaan
pengelolaan
hak Masa konsesi 20-40 tahun
dan layak BU bisa diberi izin lokasi untuk pembangunan
Masa
Masa konsesi
konsesi 20-40
20-40 tahun
tahun ekonomi) kawasan
pengelolaan
kawasan industri
industri
kawasan
dan/atau
dan/atau
permukiman (Kota Mandiri) dengan luas yang
Tingkat
Tingkat Diskonto
Diskonto mak-
mak- kawasan
kawasan permukiman
permukiman (kota
(kota
memadai (economy of scale) di Raja Ampat
simum
simum 2,0
2,0 kali
kali bunga
bunga BIBI mandiri) di Raja
mandiri) pada
pada Ampat.
wilayah
wilayah
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0%
pengaruh
pengaruh tol
tol konstruksi.
Gambar 4
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Studi Kasus TPPAS-Air Minum-Permukiman Raja Ampat
- 16 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
y Skenario-1 (Skema Nonbundling)
Perluas
pengembangan
Diversifikasi jaringan
Ambang Batas Ekonomi: layanan
Diversifikasi infrastruktur.
infrastruktur
layanan jalan Pengembangan Skenario-3 (Skema Bundling)
Rasio Manfaat terhadap Tdk properties, serta
Layak perkotaan
tol dan sumber Desain, pembangunan, pengoperasian dan
Biaya > 1,20 fasilitas sosial
ekono permintaan thd pemeliharaan oleh BU.
EIRR miimum 2,5 kali bunga
bunga ekonomi yang
mi? jasa jalan tol Masa konsesi 0-40 tahun
BI modern. BU bisa diberi izin lokasi untuk pembangunan /
pengembangan smart city dengan luas yang memadai
(economy of scale).
Bantuan Pemerintah/VGF: 0% tanah dan 0% konstruksi.
Ya
Ya
Gambar 5
Konsep Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Smart City
- 17 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
2. Skema Pembiayaan
Tabel 2
Skema Investasi Jalan Tol Dalam Skenario Pengembangan Kawasan Ekonomi (Industri)
- 18 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Tabel 3
Skema Investasi Jalan Tol Dalam Skenario Pengembangan Kawasan Permukiman
(Perumahan/Kota Mandiri)
Tabel 4
Skema Investasi Air Minum Dalam Skenario Pengembangan Kawasan Permukiman
dan Ekonomi
- 19 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Gambar 6
Skema Pembiayaan Berdasarkan Kelayakan Proyek
Gambar 7
Skema Pembiayaan Berdasarkan Kelayakan Proyek Jalan Tol (Non Bundling)
- 20 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Gambar 8
Skema Pembiayaan Berdasarkan Kelayakan Proyek Jalan Tol (Bundling)
Gambar 9
Skema Pembiayaan Berdasarkan Kelayakan Proyek Non Jalan
- 21 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
Gambar 10
Skema Pembiayaan Berdasarkan Kelayakan Proyek Pengembangan Kawasan
1. Kesimpulan
- Hak pengelolan kawasan industri minimal 680 hektar, yang dapat diarahkan
pada segmen Khusus Sei Mangkei merupakan industri hasil pengolahan
pertanian/perkebunan yang ramah lingkungan, sedangkan Dumai adalah
Industri hi tech yang ramah lingkungan;
- Pengelolaan perumahan rusunawa bagi perumahan tenaga kerja industri
minimal 19.048 unit masuk dalam kawasan industri/zona industri;
- Hak penyediaan perumahan baru minimal 110.425 unit, yang dapat menjadi
satu kesatuan Pengembangan kota baru Panimbang (Smartcity, Front City,
- 22 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
2. Kesimpulan
- 23 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
d. Daerah yang memiliki kapasitas fiskal dan PAD sedang-sangat tinggi, dapat
diikutkan dalam share Kepemilikan sahan. Sebaliknya daerah yang memiliki
kapasitas fiskal dan PAD rendah dapat di hibahkan saham Pemerintah;
g. Perlunya kepastian hukum yang jelas untuk mengundang investor, dengan pola-
pola kebijakan yang lebih fleksibel yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.
- 24 -
POLICY BRIEF
Pengembangan Skema Investasi Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
(Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Smart City)
- 25 -