Anda di halaman 1dari 80

1

KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Tahun
2020 merupakan wujud pertanggungjawaban Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur dalam amanah pelaksanaan kinerja pembangunan kepariwisataan ekonomi
kreatif nasional sesuai tugas dan fungsi, serta untuk pelaksanaan akuntabilitas dalam rangka
mendorong terwujudnya Pemerintah yang baik dan terpercaya.

Capaian kinerja Tahun 2020 merupakan realisasi kinerja dari target-target kinerja yang termuat
dalam Penetapan Kinerja Tahun 2020, dengan capaian 4 (empat) indikator kinerja yaitu rasio
pemenuhan infrastruktur ekonomi kreatif, jumlah destinasi pariwisata yang siap dipasarkan,
jumlah perangkat tata Kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang siap
diimplementasikan, serta lama tinggal (length of stay) wisman di destinasi. Selain itu,
dijelaskan pula di dalam dokumen ini realisasi anggaran tahun 2020 yaitu 91,37%* dari target
100%

Keberhasilan capaian kinerja Tahun Anggaran 2020 tidak dapat terlepas dari kerjasama dan
dukungan dari seluruh jajaran pejabat dan staf di lingkungan Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur, serta seluruh pihak terkait baik pemerintah daerah, pelaku
usaha/industri, akademisi, masyarakat/komunitas serta media.

Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan


Infrastruktur ini dapat bermanfaat sebagai salah satu alat evaluasi dan dasar pertimbangan
dalam menentukan arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang lebih baik untuk
pengembangan destinasi pariwisata di tahun-tahun mendatang.

Jakarta, 2020

Deputi Bidang Pengembangan


Destinasi dan Infrastruktur

2
EXECUTIVE SUMMARY

Arah kebijakan terkait pengembangan destinasi dan infrastruktur mengacu pada


Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Ekonomi Kreatif
Tahun 2020-2024 yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 12 Tahun
2020 yaitu mewujudkan destinasi pariwisata berdaya saing dan infrastruktur ekonomi
kreatif yang memadai. Destinasi pariwisata berdaya saing adalah destinasi pariwisata
nasional yang mengedepankan prinsip pariwisata berkelanjutan dan menjunjung kearifan
lokal, menjadi tujuan wisata dunia serta menerapkan adaptasi kebiasaan baru (new
normal). Sedangkan Infrastruktur ekonomi kreatif yang memadai berarti infrastruktur
tersedia dan layak digunakan berdasarkan prioritas pembangunan nasional subsektor
ekonomi kreatif.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur


disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi satuan
kerja atas penggunaan seluruh sumber dayanya, baik terkait dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, serta anggaran (DIPA) dalam rangka pencapaian target
program yang telah ditetapkan sesuai dengan arah kebijakan pengembangan destinasi
dan infrastruktur.

Berdasarkan capaian dari Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur, target pada sasaran strategis dengan capaian 4 (empat) indikator kinerja
yaitu rasio pemenuhan infrastruktur ekonomi kreatif sebesar 60%, jumlah destinasi
pariwisata yang siap dipasarkan sejumlah 9 destinasi, jumlah perangkat tata Kelola
destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang siap diimplementasikan sejumlah 10 lokasi,
serta lama tinggal (length of stay) wisman di destinasi ditargetkan sebesar 2,80%

Sementara total realisasi anggaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan


Infrastruktur pada Tahun Anggaran 2020 adalah Rp 240.812.912.676,- atau sebesar 91,37%
dari total anggaran sebesar Rp 263.556.345.000,- * (data realisasi per 31 Desember 2020)

3
Dalam pencapaian target kinerja tahun 2020, terdapat beberapa tantangan yang
dihadapi diantaranya:
a. Terjadinya restrukturisasi di lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur seiring dengan perubahan nomenklatur Kementerian/Lembaga;
b. Munculnya wabah pandemi COVID-19 di Indonesia dan dunia;
c. Terdapat pengalihan program dan anggaran yang difokuskan untuk pemulihan
destinasi pariwisata selama pandemi COVID-19.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan


Infrastruktur telah melakukan upaya menyusun kembali strategi:
1. Melakukan evaluasi program dan kegiatan triwulanan secara berkala dalam rangka
penanganan pandemic COVID-19;
2. Optimalisasi pelaksanaan kegiatan yang mengarah pada pencapaian target kinerja
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur;
3. Optimalisasi penyerapan anggaran yang telah di proyeksikan sebelumya terutama
pada pengembangan 10 DPP dan 5 DSP serta kawasan pengembangan lainnya;
4. Meningkatkan koordinasi dengan Kementerian/ Lembaga serta stakeholder terkait
dengan penyediaan data penunjang capaian kinerja.

Berdasarkan capaian kinerja Tahun 2020, diperlukan peningkatan kualitas perencanaan


program dan penganggaran, koordinasi dan sinergi lintas sektor, peningkatan
implementasi monitoring dan evaluasi terpadu secara berkala, serta penciptaan inovasi
seiring dengan tantangan yang mungkin belum pernah dihadapi pada tahun-tahun
sebelumnya seperti pandemi COVID-19 yang telah ditetapkan sebagai bencana non-alam.

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


EXECUTIVE SUMMARY .......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 5
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... 6
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. 7
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 8
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 8
1.2 STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR ................................................... 9
1.3 SDM DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR .............. 10
1.4 PERAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR .............................................................................................................. 11
BAB II PERENCANAAN KINERJA ........................................................................................... 17
2.1 SASARAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR .............................................................................................................. 17
2.2 PERJANJIAN KINERJA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR TAHUN 2020 ........................................................................................ 22
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ........................................................................................ 24
3.1 CAPAIAN KINERJA TA. 2020 ............................................................................................ 24
3.2 ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2020 ................................................................... 29
3.3 REALISASI ANGGARAN TA. 2020 .................................................................................... 72
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 76
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 78

5
DAFTAR TABEL
TABEL 1. JUMLAH SDM DI LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI
DAN INFRASTRUKTUR .............................................................................................. 11
TABEL 2. GOLONGAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN BIDANG PENGEMBANGAN
DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR .......................................................................... 11
TABEL 3. INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR ...................................................................................................... 22
TABEL 4. CAPAIAN STRATEGIS PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA TAHUN
20215-2016 ................................................................................................................. 25
TABEL 5. CAPAIAN STRATEGIS PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA TAHUN
20217-2019 ................................................................................................................. 26
TABEL 6. CAPAIAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR EKONOMI KREATIF 2016-2019 ............... 27
TABEL 7. CAPAIAN KINERJA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR TAHUN 2020 ............................................................................... 29
TABEL 8. CAPAIAN SASARAN STRATEGIS TERSEDIANYA INFRASTRUKTUR EKONOMI
KREATIF ..................................................................................................................... 29
TABEL 9. CAPAIAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR EKONOMI KREATIF TAHUN
2020 ........................................................................................................................... 31
TABEL 10. CAPAIAN SASARAN STRATEGIS TERSEDIANYA DESTINASI PARIWISATA
YANG SIAP DIPASARKAN ....................................................................................... 41
TABEL 11. DAFTAR DISTRIBUSI PAKET BaLaSa KEMENPAREKRAF UNTUK PELAKU
PARIWISATA DAN EKRAF ........................................................................................ 49
TABEL 12. DAFTAR DISTRIBUSI PAKET BaLaSa KEMENPAREKRAF UNTUK 10 KaTa
KREATIF ................................................................................................................... 50
TABEL 13. CAPAIAN JUMLAH PERANGKAT TATA KELOLA DESTINASI DAN PARIWISATA
BERKELANJUTAN YANG SIAP DIIMPLEMENTASIKAN ......................................... 50
TABEL 14. CAPAIAN SASARAN STRATEGIS MENINGKATNYA LAMA TINGGAL
WISATAWAN MANCANEGARA DI DESTINASI ....................................................... 69
TABEL 15. RATA-RATA LAMA TINGGAL WISATAWAN BERDASARKAN NEGARA TEMPAT
TINGGAL .................................................................................................................. 70
TABEL 16. PAGU ANGGARAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR TAHUN 2020 BERDASARKAN JENIS BELANJA ....................... 72
TABEL 17. REALISASI ANGGARAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR TAHUN 2020 .............................................................................. 72
TABEL 18. REALISASI ANGGARAN BA BUN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR TAHUN 2020 .................................................. 74
TABEL 19. REALISASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANGKA COVID-19 ............................ 75

6
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI
DAN INFRASTRUKTUR .......................................................................................... 10
GAMBAR 2. KERANGKA STRATEGIS KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF 2020-2024 ............. 12
GAMBAR 3. LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA ..................... 16
GAMBAR 4. PETA STRATEGI KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF ............................................ 17
GAMBAR 5. SS 2 – IKSS4 - IKSP1 KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF ...................................... 18
GAMBAR 6. SS 3 – IKSS5 - IKSP2 KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF ..................................... 19
GAMBAR 7. SS 3 – IKSS5 - IKSP3 KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF ...................................... 20
GAMBAR 8. SS 3 - IKSS5 – IKSP4 KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF ..................................... 20
GAMBAR 9. DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR ..................................................................... 23
GAMBAR 10. KABUPATEN/KOTA KREATIF INDONESIA ......................................................... 34
GAMBAR 11. DOKUMENTASI FASILITASI KaTa KREATIF ........................................................ 35
GAMBAR 12. CREATIVE HUB SAMOSIR, GREENHOUSE SIGULATTI .......................................... 36
GAMBAR 13. ECO DESIGN SONGKET ALAM ............................................................................. 37
GAMBAR 14. CREATIVE HUB SEMARANG ................................................................................ 37
GAMBAR 15. DOKUMENTASI KEGIATAN DKT BCD ................................................................ 40
GAMBAR 16. TOTAL DUKUNGAN REVITALISASI DESTINASI PARIWISATA .......................... 42
GAMBAR 17. CAPAIAN PROGRAM REVITALISASI DESTINASI PARIWISATA ......................... 43
GAMBAR 18. REAKTIVASI HOTEL ............................................................................................ 43
GAMBAR 19. HASIL REVITALISASI DESTINASI PARIWISATA ................................................. 44
GAMBAR 20. KEGIATAN BALI REBOUND ............................................................................... 46
GAMBAR 21. KEGIATAN BALI REBOUND ................................................................................ 47
GAMBAR 22. KEGIATAN MANDALIKA REBOUND .................................................................. 48
GAMBAR 23. DOKUMENTASI DUKUNGAN BaLaSa ................................................................ 49
GAMBAR 24. BANTUAN BaLaSa DI KAB. GIANYAR DAN KOTA DENPASAR ......................... 49
GAMBAR 25. PENYUSUNAN DAN SIMULASI PROTOKOL KEAMANAN DAN
KESELAMATAN MELALUI SCENARIO PLANNING .............................................. 56
GAMBAR 26. PELAKSANAAN FGD DANTABLE TOP EXERCISE DI JAKARTA SERTA
SIMULASI PROTOKOL KEAMANAN DAN KESELAMATAN DI DSP LABUAN
BAJO ................................................................................................................... 57
GAMBAR 27. PELAKSANAAN UJI KELAYAKAN DAN PERSIAPAN PENDAMPINGAN
IMPLEMENTASI JUKNIS SOP PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK DI
DESTINASI WISATA BAHARI .............................................................................. 58
GAMBAR 28. SERAH TERIMA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR DAN KONEKTIVITAS
DESTINASI WISATA KOPI ................................................................................... 59
GAMBAR 29. DIREKTORI DIGITAL DESTINASI WISATA KOPI ................................................ 60
GAMBAR 30a. SERAH TERIMA DOKUMEN PENGEMBANGAN TOURISM HUB – BANDARA
BALI UTARA ....................................................................................................... 61
GAMBAR 30b. SERAH TERIMA DOKUMEN PENGEMBANGAN TOURISM HUB –
BANDARA BALI UTARA .................................................................................. 62
GAMBAR 31. SERAH TERIMA DUKUNGAN SISTEM INFORMASI DIGITAL DI DESA
WISATA ............................................................................................................... 63
GAMBAR 32. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN STRATEGI
PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA DI IKN BARU ............................... 64
GAMBAR 33. PELAKSANAAN FGD ADALAH KAJIAN PENGEMBANGAN DESTINASI
PARIWISATA DI CALON IKN BARU .................................................................... 66
GAMBAR 34. SERAH TERIMA PENDUKUNGAN AR DAN VR .................................................. 67

7
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam rangka mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai


salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik, terpercaya dan akuntabel,
diperlukan penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang
mengintegrasikan dari sistem perencanaan, penganggaran, serta pelaksanaan program
dan kegiatan yang kemudian dituangkan dalam sebuah laporan akuntabilitas kinerja.

Adapun Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban atas


pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja atas penggunaan seluruh sumber dayanya, baik
terkait dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta anggaran (DIPA). Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur memiliki kewajiban menyusun Laporan
Akuntabilitas Kinerja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014 Tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja.

Pencapaian realisasi kinerja dan anggaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur sesuai dengan sasaran strategis yang tertuang dalam Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Ekonomi Kreatif Tahun 2020-2024
sebagaimana telah ditetapkan di dalam Perjanjian Kinerja yang terdiri dari empat Sasaran
Strategis yaitu rasio pemenuhan infrastruktur ekonomi kreatif sebesar 60%, jumlah
destinasi pariwisata yang siap dipasarkan sejumlah 9 destinasi, jumlah perangkat tata
Kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang siap diimplementasikan sejumlah 10
lokasi, serta lama tinggal (length of stay) wisman di destinasi ditargetkan sebesar 2,80%

Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan


Infrastruktur ini juga dituangkan tantangan selama pelaksanaan program dan kegiatan
selama tahun anggaran 2020, serta strategi dalam menghadapi pelaksanaan program dan
kegiatan di tahun 2021 mendatang.

8
1.2 STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DEPUTI
BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR
Dalam menjalankan program dan kegiatan guna mencapai visi, Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur bersinergi dengan Sekretaris Deputi dan 5
Direktorat yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing, yaitu :
1. Sekretariat Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur
2. Direktorat Pengembangan Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan
3. Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif
4. Direktorat Pengembangan Destinasi Regional I
5. Direktorat Pengembangan Destinasi Regional II

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 1 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ,
Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur merupakan unsur pelaksana yang
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan tugas dan fungsi sebagai berikut :

Tugas :

Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis pengembangan destinasi


dan infrastruktur di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

Fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis pengembangan destinasi dan infrastruktur di bidang


pariwisata dan ekonomi kreatif;
b. Pelaksanaan kebijakan teknis pengembangan destinasi dan infrastruktur di bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif;
c. Penyusunan norma standar, prosedur, dan kriteria pengembangan destinasi dan
infrastruktur di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi pengembangan destinasi dan infrastruktur
di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

9
e. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pengembangan destinasi dan
infrastruktur di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif; dan
f. Pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri/ Kepala.

Adapun struktur organisasi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata sebagai


berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata

1.3 SDM Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dan


Infrastruktur
Dalam upaya membentuk sumber daya manusia (SDM) yang handal, profesional dan
berdedikasi, perlu disusun peta kekuatan SDM yang dimiliki oleh Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi Pariwisata, sehingga memudahkan pimpinan menempatkan SDM
pada jabatan-jabatan atau bidang-bidang yang tepat sesuai dengan kemampuannya,
dengan demikian diharapkan garis-garis kebijakan yang sudah ditetapkan dapat
diimplementasikan dengan baik.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN),
SDM Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata terdiri PNS dan PTT. PTT di
lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata diangkat berdasarkan SK
Sesmen Parekraf/ Sestama Baparekraf Nomor : SK.3/KP.01.3/SET/2020 tentang Pegawai
Tidak Tetap di Lingkungan Kemenparekraf/ Badan Parekraf Tahun Anggaran 2020.

10
Sehubungan dengan hal tersebut disusun kekuatan SDM di lingkungan Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
berdasarkan kategorisasi, yaitu sebagai berikut:

TOTAL
NO SATUAN KERJA PNS PTT
SDM
1 Sekretariat Deputi Bidang Pengembangan
26 31 57
Destinasi dan Infrastruktur

2 Direktorat Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata


28 13 41
Berkelanjutan

3 Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif 31 18 49

4 Direktorat Pengembangan Destinasi Regional I 30 11 41

5 Direktorat Pengembangan Destinasi Regional II 29 14 43

TOTAL (ORG) 144 87 231

Tabel 1. Jumlah SDM di Lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur

PNS Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur disusun berdasarkan


Golongan adalah sebagai berikut :

Gol. Gol. Gol. Gol.


NO SATUAN KERJA
IV III II I
1 Sekretariat Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur 3 20 2 1

2 Direktorat Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata


4 21 2 1
Berkelanjutan

3 Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif 4 27 0 0

4 Direktorat Pengembangan Destinasi Regional I 9 21 0 0

5 Direktorat Pengembangan Destinasi Regional II 5 23 1 0

TOTAL (ORG) 25 112 5 2

Tabel 2. Golongan Pegawai di Lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur

1.4 PERAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN


DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR
Pembentukan kelembagaan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur
11
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf/Baparekraf) berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemenparekraf/Baparekraf.

Gambar 2. Kerangka Strategis Kemenparekraf/Baparekraf 2020-2024

Tugas dan fungsi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur diatur dalam
Peraturan Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 97 tahun 2019 tentang
Baparekraf. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis pengembangan destinasi
dan infrastruktur di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Berdasarkan tugas ini, Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur memiliki peran yang cukup strategis
dalam mempersiapkan destinasi pariwisata yang siap dikunjungi wisatawan baik siap
secara soft infrastructure maupun hard infrastructure, serta memastikan 17 subsektor
ekonomi kreatif didukung oleh infrastruktur yang memadai guna pemanfaatan yang

12
optimal di sektor ekonomi kreatif sebagaimana arahan presiden RI yang menjadikan
ekonomi kreatif menjadikan lokomotif dalam menciptakan lapangan pekerjaan guna
menggerakan perekonomian Indonesia. Pencapaian ini tentunya tidak dapat dilakukan
hanya oleh Kedeputian Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, dalam
prosesnya fungsi koordinasi dengan pemangku kepentingan di internal maupun antar
Kementerian/Lembaga terkait dilakukan secara berkala khususnya dalam pengembangan 5
Destinasi Pariwisata Super Prioritas.

Arah pembangunan strategis destinasi dan infrastruktur ekonomi kreatif dirumuskan


berdasarkan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur
tahun 2020-2024 yang memuat potensi strategis pembangunan destinasi dan infrastruktur
sebagaimana berikut:

A. Pembangunan Destinasi Pariwisata


Destinasi pariwisata dikembangkan berdasarkan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan yang berdaya saing dan berkelanjutan. Berikut adalah potensi
pembangunan destinasi pariwisata :
1) Kekayaan dan keragaman sumber daya pariwisata nasional
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam dan budaya yang sangat besar untuk dapat
diberdayakan dalam mendukung pengembangan kepariwisataaan nasional. Namun, baru
sebagian kecil dari sumber daya alam dan budaya yang dikelola dan dikembangkan sebagai
daya tarik wisata.
Saat ini Indonesia telah diakui dunia sebagai world cultural heritagesites (8 warisan
budaya). Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki sejumlah karya dan peninggalan budaya
dengan daya tarik yang berdaya saing tinggi. Selain itu, Indonesia merupakan negara
megabiodiversity ke-3 setelah Brazil dan Zaire, yang memiliki keanekaragaman hayati yang
begitu besar. Tidak hanya itu, kekayaan potensi geologi dan kegunungapian menjadi modal
yang sangat besar bagi pengembangan wisata minat khusus petualangan (geotourism)
Indonesia. Kekayaan alam dan keberagaman budaya Indonesia diatas merupakan potensi
yang dapat menarik wisman dan wisnus untuk berwisata di Indonesia.

2) Pertumbuhan pembangunan infrastruktur dan konektivitas antar wilayah dan destinasi


Pembangunan infrastruktur destinasi pariwisata yang terkoneksi dan terintegrasi

13
merupakan salah satu faktor untuk menentukan kualitas pengembangan destinasi
pariwisata. Saat ini, pemerintah fokus untuk melakukan percepatan pelaksanaan proyek
strategis nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional. Proyek strategis nasional tersebut mencakup pembangunan infrastruktur darat,
laut dan udara serta penyeberangan.
Pembangunan infrastruktur tersebut berpotensi mempermudah mobilitas wisatawan dan
meningkatkan kualitas destinasi dari sudut pandang kemudahan aksesibilitas.

Selain itu, sejak 2018, pemerintah telah menyusun Integrated Tourism Master Plan (ITMP)
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba, Borobudur dan Lombok. Hal tersebut
berpotensi untuk diadopsi dan diimplementasikan ditempat lain untuk pembangunan
kawasan pariwisata terintegrasi.

3) Potensi pengembangan pariwisata pada wilayah pedesaan


Berdasarkan laporan tahunan statistik Indonesia yang diterbitkan BPS tahun 2019,
penduduk Indonesia tersebar di 98 kota dan 83.931 desa yang terletak di lembah, lereng
dan hamparan. Hal tersebut menegaskan bahwa distribusi penduduk Indonesia yang
sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan/rural area. Potensi penduduk yang tinggal di
wilayah pedesaan merupakan daya tarik tersendiri yang dapat dikembangkan. Hal ini
dikarenakan adanya karakteristik kehidupan yang khas terkait budaya pada masing-masing
wilayah. Sehingga, potensi tersebut dapat meningkatkan pengembangan daya tarik wisata
untuk meningkatkan diversifikasi daya tarik serta daya saing pariwisata Indonesia.
Pengembangan wisata berbasis pedesaan (desa wisata) diharapkan dapat menggerakkan
aktivitas ekonomi pariwisata di pedesaan yang akan mencegah urbanisasi masyarakat desa
ke kota. Pengembangan wisata pedesaan akan mendorong pelestarian alam (al. bentang
alam, persawahan, sungai, danau) yang pada gilirannya akan berdampak mereduksi
pemanasan global. Hal ini selaras dengan pengembangan destinasi pariwisata
berkelanjutan.

B. Potensi Pembangunan Infrastruktur


Dalam kerangka pembangunan Infrastruktur, terdapat beberapa potensi yang dimiliki,
yaitu:
14
1) Ketersediaan sumber daya kreatif (orang kreatif) yang profesional dan kompetitif.

Indonesia memiliki karakteristik demografis yang potensial untuk mengembangkan
ekonomi kreatif. Jumlah penduduk dengan angkatan kerja yang tinggi dapat diarahkan
untuk memperkuat industri kreatif lokal. Namun penciptaan orang kreatif yang berkualitas
dan tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia merupakan tantangan yang besar
bagi Indonesia. 

2) Ketersediaan sumber daya pendukung yang berkualitas, beragam, dan kompetitif.

Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang berlimpah namun belum optimal
sehingga perlu didukung oleh infrastruktur ekraf yang memadai. Infrastruktur yang sesuai
dengan kebutuhan dapat meningkatkan daya saing ekonomi kreatif nasional. 

3) Industri yang berdaya saing, tumbuh, dan beragam. Industri kreatif meliputi
wirausaha, usaha, dan karya kreatif. 

Karya kreatif Indonesia sangat beragam dan diakui kreativitasnya hingga ke mancanegara,
tetapi profesionalisme wirausaha dan usaha kreatif untuk menghasilkan karya secara
konsisten masih rendah sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun
global baik secara berkelanjutan. Oleh karena itu, infrastruktur diharapkan dapat
mempermudah dan membatu para pelaku ekonomi kreatif dalam menghasilkan karya dan
memenuhi kebutuhan konsumen.
4) Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan sumber daya ekonomi dan budaya
mendorong perkembangan aktivitas ekonomi kreatif.
Beberapa indikatornya diantaranya pertumbuhan nilai tambah ekonomi kreatif yang
mencapai 5,1 persen pada tahun 2017, dengan kontribusi ekspor mencapai USD 19,8 miliar
atau 11,8 persen dari total ekspor. Jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor ekonomi
kreatif meningkat dari 15,5 juta orang pada tahun 2014 menjadi 17,7 juta orang pada tahun
2017. Capaian ekspor dan tenaga kerja ekonomi kreatif tersebut telah melampaui target-
target dalam RPJMN 2015-2019.

15
Gambar 3. Lokasi Prioritas Pengembangan Destinasi Pariwisata

16
BAB II PERENCANAN KINERJA

2.1 SASARAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG


PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTUKTUR

Sasaran program merupakan hasil yang ingin dicapai oleh Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur dalam rangka mendukung capaian Sasaran Strategis
Kemenparekraf/ Baparekraf. Sasaran program merepresentasikan outcome/output Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur periode 2020 – 2024. Perumusan
Sasaran Program Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur dilakukan top
down menggunakan tools Balanced Scorecard. Dengan kata lain, setiap Sasaran Program
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur di-cascading berdasarkan
Sasaran Strategis Kemenparekraf/Baparekraf sebagai berikut :

Gambar 4. Peta Strategi Kemenparekraf/ Baparekraf


17
Dikutip dari dokumen Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif 2020-2024, digambarkan peta strategi Kemenparekraf/ Baparekraf sebagaimana
gambar 3 diatas, dimana Kemenparekraf/ Baparekraf memiliki 11 sasaran strategis yang dipetakan ke
dalam 4 (empat) perspektif BSC (Balanced Score Card). Perspektif pertama yaitu stakeholder,
perspektif kedua yaitu customer, perspektif ketiga yaitu internal process, dan perspektif keempat
adalah learning & growth.

Dari keempat perspektif tersebut, masing-masing sasaran strategis diturunkan ke masing-masing


kedeputian di lingkungan Kemneparekraf/ Baparekraf yang kemudian disebut sebagai Indikator
Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP), Indikator Kinerja Sasaran
Kegiatan (IKSK). Masing-masing indikator kemudian menjadi target kinerja yang harus dicapai di
masing-masing kedeputian dan diturunkan kembali ke masing-masing direktorat sebagai pelaksana
teknis, begitu juga di kedeputian Destinasi dan Infrastruktur yang memiliki target indikator kinerja
yang diturunkan dari sasaran strategis 2 (SS2-Meningkatnya Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Nasional)
dan sasaran startegis 3 (SS3-Meningkatnya Kualitas dan Jumlah Wisatawan) sebagaimana gambar
berikut:

Gambar 5. SS 2 – IKSS4 – IKSP1 Kemenparekraf/ Baparekraf

18
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur berkontribusi dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi kreatif nasional (SS
2) melalui peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif (IKSS 4) dengan pencapaian target
Rasio pemenuhan infrastruktur ekonomi kreatif terhadap kebutuhan infrastruktur ekonomi
kreatif (IKSP 1) melalui sasaran kegiatan pemenuhan jumlah infrastruktur ekonomi kreatif
yang dipenuhi (IKSK 1). Sedangkan dari sasaran strategis 3 (SS3-Meningkatnya Kualitas dan
Jumlah Wisatawan), Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur
berkontribusi melalui pemenuhan 4 (empat) indikator kinerja sasaran program sebagaiman
gambar berikut:

Gambar 6. SS 3 – IKSS5 – IKSP 2 Kemenparekraf/ Baparekraf

Dalam rangka pencapaian sasaran strategis 3 Kemenparekraf/ Baparekraf (SS3 –


Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan), Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur juga berkontribusi melalui sasaran program pemenuhan jumlah destinasi
pariwisata yang siap dipasarkan (IKSP2). Sasaran ini dicapai melalui pelaksanaan kegiatan
pemenuhan jumlah destinasi pariwisata yang dikembangkan di regional I dan regional II
(IKSK 1 & IKSK 2) sebagaimana gambar 6 diatas.

Selain itu, pemenuhan sasaran peningkatan kualitas dan jumlah wisatawan juga
dilaksanakan melalui program pemenuhan jumlah perangkat tata kelola destinasi dan
pariwisata berkelanjtan yang siap diimplemetasikan (IKSP 3) serta pencapaian lama tinggal
(length of stay) wisatawan mancanegara di destinasi (IKSP 4) sebagaimana terlihat pada

19
gambar 7 dan gambar 8.

Gambar 7. SS 3 – IKSS5 – IKSP 3 Kemenparekraf/ Baparekraf

Gambar 8. SS 3 – IKSS5 – IKSP 4 Kemenparekraf/ Baparekraf

Sehingga dari seluruh indikator program dan indikator kegiatan yang telah dipetakan
kemudian dijadikan sebagai target indikator output di lingkungan Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur yang dituangkan ke dalam dokumen Perjanjian
Kinerja (PK) tahun 2020.
Dalam rangka pencapaian target tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur menyusun langkah-langkah strategi sebagaimana berikut:

20
Strategi 1: Tersedianya infrastruktur ekonomi kreatif

Sasaran program merepresentasikan sejauh apa pemenuhan infrastruktur ekonomi kreatif


dapat dilakukan oleh Kemenparekraf/Baparekraf melalui Deputi Bidang Destinasi dan
Infrastruktur. Pemenuhan yang dimaksud dilakukan berdasarkan prioritas yang telah
ditetapkan. Capaian sasaran program diukur melalui 1 (satu) indikator kinerja sasaran
program.

Strategi 2: Tersedianya destinasi pariwisata yang siap dipasarkan

Sasaran program merepresentasikan upaya Deputi Bidang Destinasi dan Infrastruktur


mendorong pengembangan kualitas destinasi. Pengembangan kualitas dilakukan hingga
destinasi pariwisata dikatakan layak untuk dipasarkan kepada wisatawan, baik wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara. Capaian sasaran program diukur melalui 1
(satu) indikator kinerja sasaran program.

Strategi 3: Tersedianya destinasi pariwisata yang menerapkan prinsip pariwisata


berkelanjutan

Sasaran program merepresentasikan sejauh mana implementasi prinsip pariwisata


berkelanjutan nasional. Pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu paradigma baru
penyelenggaraan pariwisata di dunia, sebagaimana telah digaungkan oleh UNWTO dan
diimplementasikan oleh berbagai negara. Capaian sasaran program diukur melalui 1 (satu)
indikator kinerja sasaran program.

Strategi 4: Meningkatnya lama tinggal wisatawan mancanegara di destinasi

Sasaran program merupakan salah satu repsentatisi dari peningkatan kualitas destinasi
pariwisata nasional. Destinasi pariwisata yang berkualitas berkorelasi dengan lama tinggal
wisatawan nusantara. Semakin tinggi kualitas suatu destinasi maka berpotensi menambah
lama tinggal wisatawan nusantara. Capaian sasaran program diukur melalui 1 (satu)
indikator kinerja sasaran program.

21
2.2 PERJANJIAN KINERJA DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR
TAHUN 2020

Merujuk pada dokumen Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur Tahun Anggaran 2020, capaian kinerja Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur fokus pada 4 (empat) indikator kinerja, yaitu (1) rasio
pemenuhan infrastruktur ekonomi kreatif, (2) jumlah destinasi pariwisata yang siap
dipasarkan, (3) jumlah perangkat tata Kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang
siap, (4) serta lama tinggal (length of stay) wisman di destinasi ditargetkan.

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET


2020
1 Tersedianya Infrastruktur Rasio Pemenuhan Infrastruktur Ekraf 60%
Ekonomi Kreatif terhadap Kebutuhan Ekraf
2 Tersedianya Destinasi Jumlah destinasi pariwisata yang siap 9
Pariwisata yang Siap dipasarkan destinasi
Dipasarkan
3 Tersedianya Destinasi jumlah perangkat tata Kelola destinasi 10 lokasi
Pariwisata yang Menerapkan dan pariwisata berkelanjutan yang siap
diimplementasikan
Prinsip Pariwisata
Berkelanjutan
4 Meningkatnya Lama Tinggal lama tinggal (length of stay) wisman di 2,80 Hari
Wisatawan Mancanegara di destinasi

Destinasi

Tabel 3. Indikator Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur

Indikator Kinerja Utama (IKU) pertama yaitu rasio pemenuhan infrastruktur ekraf terhadap
kebutuhan ekraf yaitu sebesar 60%, target ini akan dicapai melalui pemenuhan kebutuhan
infrastruktur ekraf, Indikator Kinerja Utama (IKU) kedua terkait realisasi jumlah destinasi
pariwisata yang siap dipasarkan dengan target 9 lokasi destinasi yang terdiri dari 5 Destinasi
Super Prioritas serta destinasi pengembangan.

22
Indikator ketiga jumlah perangkat tata kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang
siap diimplementasikan dengan target 10 lokasi, dan indikator terakhir adalah lama tinggal
wisman di destinasi dengan rata-rata realisasi yang ditargetkan adalah 2,80 hari, target ini
dicapai melalui pengembangan destinasi di regional I dan regional II.

Gambar 9. Dokumen Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur

23
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. CAPAIAN KINERJA TA.2020

Pencapaian target kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur


tahun 2020 tidak terlepas dari capaian strategis yang telah dicapai oleh Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi Pariwisata pada tahun-tahun sebelumnya. Capaian strategis
pengembangan destinasi pariwisata dan infrastruktur periode sebelumnya
direpresentasikan melalui capaian sasaran program, indikator kinerja sasaran program,
serta target yang telah ditetapkan. Secara kelembagaan, capaian strategis ini merupakan
tanggung jawab dari Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur yang
dibentuk atas transformasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dengan Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) menjadi Kemenparekraf/Baparekraf. Sehingga, capaian strategis terkait
pengembangan destinasi dan infrastruktur dapat dilihat berdasarkan capaian kedeputian
yang menjalankan tugas dan fungsi tersebut sebelum Kemenparekraf/Baparekraf
terbentuk. Untuk capaian strategis terkait pengembangan destinasi dapat dilihat dari
capaian Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur. Sedangkan untuk
capaian strategis terkait infrastruktur dilihat dari capaian strategis Deputi Infrastruktur
Bekraf.

Pada perjalanannya, sasaran program dan indikator kinerja terkait pengembangan


destinasi pariwisata mengalami perubahan seiring dengan perubahan lingkungan
strategis yang terjadi. Perubahan signifikan tersebut terjadi pada saat peralihan tahun
2016 ke tahun 2017. Sehingga, capaian strategis terkait pengembangan destinasi
pariwisata dibagi menjadi 2 (dua) rentang periode yang berbeda, yaitu periode 2015-2016
dan periode 2017-2019. Berikut adalah capaian strategis pengembangan destinasi
pariwisata Periode 2015-2016.

24
Tabel 4. Capaian Strategis Pengembangan Destinasi Pariwisata Tahun 2015-2016

Capaian strategis pengembangan destinasi pariwisata untuk sasaran program


“Meningkatnya investasi di sektor pariwisata” dengan indikator kinerja sasaran
program “Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional” di
tahun 2015 hanya mencapai 67%. Kemudian, dengan sasaran program yang sama di
tahun 2016 indikator kinerja sebelumnya berubah menjadi “Jumlah investasi sektor
pariwisata” dengan capaian sebesar 67%. Walaupun demikian, berdasarkan data dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa nilai realisasi
investasi tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai investasi
pada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah investasi pariwisata di tahun 2016
adalah sebesar 1,04% jika dibandingkan dengan tahun 2015.

Capaian strategis berikutnya adalah sasaran program “Meningkatnya kontribusi


kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional” dengan indikator kinerja
sasaran program “Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor
pariwisata” pada tahun 2015 mencapai 108% dan 108,6% pada tahun 2016. Capaian
yang melebih dari target yang ditetapkan tersebut mengalami peningkatan yang
disebabkan oleh adanya kemudahan investasi serta peningkatan jumlah usaha

25
pariwisata.

Selanjutnya capaian strategis dengan sasaran program “Meningkatnya kualitas


destinasi pariwisata” diukur dengan 4 (empat) indikator kinerja sasaran program,
yaitu (1) Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan
ekosistem; (2) Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan
buatan; (3) Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata; (4) Jumlah
fasilitasi pemberdayaan masyarakat. Indikator pada sasaran program tersebut, 3
(tiga) diantaranya mencapai target yang ditetapkan dengan capaian 100% dan 1 (satu)
indikator yang melebihi target, yakni untuk indikator “Jumlah fasilitasi peningkatan
tata kelola destinasi pariwisata” dengan capaian sebesar 108%. Keberhasilan dari
capaian sasaran program tersebut merepresentasikan kualitas destinasi pariwisata di
Indonesia terus mengalami peningkatan.

Tabel 5. Capaian Strategis Pengembangan Destinasi Pariwisata Tahun 2017-2019

Berdasarkan table 5 diatas, capaian strategis sasaran program “Meningkatnya


kualitas destinasi pariwisata” pada rentang periode 2017-2019 diukur melalui indikator
kinerja sasaran program “Jumlah destinasi pariwisata yang berkualitas”. Sasaran
program ini terus mencapai target yang telah ditetapkan dengan capaian sebesar
100%. Keberhasilan dari capaian ini merepresentasikan bahwa kualitas destinasi
pariwisata terus mengalami peningkatan baik dari sisi aksesibilitas, atraksi, amenitas,
serta ekosistem pariwisata.
26
Capaian strategis sasaran program “Meningkatnya investasi sektor pariwisata” pada
rentang periode 2017-2019 diukur melalui indikator kinerja sasaran program “Jumlah
investasi sektor pariwisata”. Pada tahun 2017, indikator kinerja ini melebihi target
yang telah ditetapkan sebesar 102,7%. Namun, capaian sasaran program untuk tahun
2018 hanya mencapai sebesar 80,43%. Kemudian tahun 2019, indikator ini kembali
capainnya melebihi target yang telah ditetapkan, yakni sebesar 119,24%. Penurunan
tersebut disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: (1) Adanya perubahan sistem proses
perizinan yang menggunakan Online Single Submission (OSS) yang mengakibatkan
pencatatan realisasi investasi di sektor pariwisata hanya dapat diambil dari jenis usaha
hotel dan restoran saja; (2) Data dari Bagian Perencanan BKPM yang telah
memisahkan jasa periklanan dari sektor usaha pariwisata. Hal ini berdampak
signifikan terhadap penurunan jumlah realisasi investasi usaha sektor pariwisata.

Sasaran program “Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan


tenaga kerja nasional” hanya sampai tahun 2017 dikarenakan adanya perubahan
lingkungan strategis yang terjadi. Sasaran program tersebut diukur melalui indikator
kinerja sasaran program “Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan
sektor pariwisata”. Sasaran program ini belum mencapai target dengan capaian
sebesar 96,77%. Berdasarkan capaian tersebut, upaya penciptaan lapangan kerja
masih harus terus ditingkatkan untuk dapat menyerap tenaga kerja pada sektor
pariwisata.

Tabel 6. Capaian Strategis Infrastruktur Ekonomi Kreatif 2016-2019

27
Tabel 6 diatas menggambarkan capaian strategis terkait dengan infrastruktur tahun
2016-2019, dengan Sasaran program “Meningkatnya ketersediaan dan kualitas
infrastruktur fisik dan TIK” diukur melalui 3 (tiga) indikator kinerja sasaran program,
yaitu: (1) Kebijakan fasilitasi dan dukungan pembangunan sarana Fisik dan TIK yang
mendukung pelaku ekonomi kreatif; (2) Jumlah kabupaten/kota/desa kreatif yang
dikembangkan secara fisik; (3) Jumlah pre-startup yang difasilitasi. Pada indikator
kinerja “Kebijakan fasilitasi dan dukungan pembangunan sarana Fisik dan TIK yang
mendukung pelaku ekonomi kreatif” rentang tahun 2017-2018, secara keseluruhan
sudah mencapai target dengan capaian sebesar 100%. Kemudian indikator kinerja
“Jumlah kabupaten/kota/desa kreatif yang dikembangkan secara fisik” tahun 2018
capaiannya melebihi target yang ditetapkan yakni dengan capaian sebesar 159% dan
untuk tahun 2019 indikator ini juga mencapai target dengan capaian sebesar 100%.
Selanjutnya pada indikator kinerja “Jumlah pre-startup yang difasilitasi” pada tahun
2017 dan 2018 telah mencapai target dengan capaian sebesar 100% sedangkan tahun
2019 melebihi target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 168%. Keberhasilan dari
tiap sasaran program ini, dikarenakan adanya komitmen dari pimpinan, kerja sama
dari seluruh jajaran, mitra kerja, serta transparansi dalam melakukan seluruh
rangkaian kegiatan, selain itu juga keberhasilan yang diraih dikarenakan adanya
masukan dari kementerian/lembaga terkait dan juga para stakeholder.

Pada tahun 2020, capaian strategis pengembangan destinasi pariwisata dan


pengembangan infrastruktur ekonomi kreatif menjadi satu kesatuan yang tidak
dipisahkan lagi seiring dengan bergabungnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
yang juga berdampak pada perubahan nomenklatur kementerian dan kedeputian di
dalamnya. Adapun Capaian Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur
tahun 2020 berdasarkan Perjanjian Kinerja yang telah disepakati adalah sebagai
berikut: (1) target pada indikator kinerja rasio pemenuhan infrastruktur ekraf
terhadap kebutuhan ekraf sebesar 60%; (2) jumlah destinasi pariwisata yang siap
dipasarkan tercapai sejumlah 9 destinasi; (3) jumlah perangkat tata kelola destinasi
dan pariwisata berkelanjutan yang siap diimplementasikan sebanyak 15 lokasi; dan (4)
lama tinggal (length of stay) wisman di destinasi tercapai 8,63 hari, sebagaimana
tabel berikut:

28
Target Realisasi
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja %
2020 2020
1 Tersedianya Infrastruktur Rasio Pemenuhan
Ekonomi Kreatif Infrastruktur Ekraf
60% 60% 100%
terhadap Kebutuhan
Ekraf
2 Tersedianya Destinasi Jumlah destinasi 9 9 100%
Pariwisata yang Siap pariwisata yang siap destinasi destinasi
dipasarkan
Dipasarkan
3 Tersedianya Destinasi jumlah perangkat tata
Pariwisata yang Kelola destinasi dan
pariwisata
Menerapkan Prinsip 10 lokasi 15 lokasi 150%
berkelanjutan yang
Pariwisata Berkelanjutan siap
diimplementasikan
4 Meningkatnya Lama lama tinggal (length of 2,80 8,63 hari 1) 308%
Tinggal Wisatawan stay) wisman di Hari
destinasi
Mancanegara di Destinasi

1) Data sementara tahun 2020, Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, Direktorat Jenderal Imigrasi (diolah
kembali oleh Pusdatin Kemenparekraf)
Lama tinggal wisman di destinasi di asumsikan sebagai lama tinggal wisman menurut pintu masuk, yaitu
wisman yang masuk dan keluar dari Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di provinsi yang sama

Tabel 7. Capaian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Tahun 2020

3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2020


Berikut analisis capaian kinerja dari Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur, berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan
dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020 :

1. Tersedianya Infrastruktur Ekonomi Kreatif


Capaian
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target %
Realisasi
Tersedianya Infrastruktur Rasio Pemenuhan
Ekonomi Kreatif Infrastruktur Ekonomi
60% 60% 100%
Kreatif terhadap
Kebutuhan Ekraf

Tabel 8. Capaian Sasaran Strategis Tersedianya Infrastruktur Ekonomi Kreatif

29
Setelah bergabungnya sektor ekonomi kreatif dengan sektor pariwisata, target sasaran
pertama ini menjadi capaian baru di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Badan Pariwisata dan Ekonomi kreatif khususnya di Kedeputian Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur sendiri.
Hingga akhir tahun 2020, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur
telah memenuhi ketersediaan infrastruktur ekonomi kreatif bagi pelaku ekonomi
kreatif yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini berdampak pada pemenuhan target
rasio 60% pemenuhan kebutuhan infrastruktur ekonomi kreatif dicapai atas
pemenuhan kebutuhan infrastruktur ekonomi kreatif di 21 lokasi dari total proyeksi
target pengajuan kebutuhan infrastruktur ekonomi kreatif sebanyak 35 pengajuan
yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.

Capaian indikator rasio pemenuhan kebutuhan infrastruktur ekonomi kreatif terhadap


kebutuhan ekonomi kreatif di 21 lokasi ini menjadi salah satu kontribusi atas pencapaian
indikator Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif yaitu Nilai Tambah Ekonomi Kreatif sebesar Rp 1049.5 Triliun* dari target Rp 1157
Triliun pada tahun 2020 (*sumber: BPS, Pusdatin Kemenparekraf (diolah), Lembaga
Demografi UI).

Capaian ini mengacu pada perhitungan/ formula yang tercantum dalam dokumen BSC
(Balanced Score Card), dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah Infrastruktur Ekonomi Kreatif yang dibangun X 100%


Jumlah Kebutuhan Infrastruktur

Dari rumusan diatas, perhitungan capaian sasaran strategis Tersedianya Infrastruktur


Ekonomi Kreatif adalah :

21 (Infrastruktur Ekraf yang dibangun/ dikembangkan) X 100% = 60%


35 (kebutuhan infrastruktur)

Ruang lingkup Infrastruktur Ekonomi Kreatif yang dikembangkan meliputi penyediaan


ruang dan sarana bagi pelaku kreatif sebagai tempat berjejaring menciptakan inovasi
dan kreatifitas, hingga kepada penciptaan ekosistem pengembangan ekonomi kreatif di
kabupaten/kota kreatif Indonesia, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

30
No Output Target Realisasi Keterangan

Jumlah Infrastruktur Ekonomi Kreatif yang Dipenuhi

Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Ekonomi Kreatif

1. Kab/Kota/ 4 6 Pengembangan Kab/Kota Kreatif Indonesia (4


Kawasan Kab/Kota Kab/Kota/ Kab/Kota):
Kreatif yang / Kawasan 1. Kota Kreatif Semarang – Fasilitasi
Dikembangkan Kawasan Workshop Pengembangan Subsektor
Fesyen Kota Semarang (27 Agustus 2020)
2. Kota Kreatif Surakarta – Fasilitasi
Workshop Pembentukan City Branding
Kota Surakarta (29 September – 1
Oktober 2020; dan 3-4 November 2020)
3. Kab Kreatif Rembang – Fasilitasi
Workshop Pemasaran Daring (22-23
Oktober 2020)
4. Kab Gianyar – Fasilitasi Workshop
Pembentukan Destination Branding Kab
Gianyar (29 September – 1 Oktober 2020;
dan 26-27 Oktober 2020)
Pengembangan Kab/Kota Kawasan DSP
Borobudur (1 Kota):
5. Kota Magelang – Pemetaan Subsektor
Ekraf unggulan Kota Magelang Kegiatan
Penilaian Mandiri Kab/Kota Kreatif
Indonesia (PMK3I)
Pengembangan Kawasan - Jejaring
Kabupaten/Kota Kreatif (1 Kawasan):
6. Fasilitasi 5 Subsektor Ekraf Jejaring
Kabupaten/Kota Kreatif PMK3I: Subsektor
Kriya, Subsektor Fesyen, Subsektor Apps
dan Games, Subsektor Kuliner, Subsektor
Seni Pertunjukan
2. Revitalisasi/ 13 14 Revitalisasi Ruang Kreatif:
Pembangunan Unit/kaw Unit dan 1. Creative Hub Samosir (Dokumen
Ruang/Klaster asan kawasan Perencanaan) - DSP Toba
Kreatif 2. Green House Sigulatti – DSP Danau Toba
3. CHR Kota Lama Semarang
4. Creative Hub Labuan Bajo (Dokumen
Perencanaan)
5. Creative Hub Mandalika (Dokumen
Perencanaan)

Sarana Ruang Kreatif:


1. Regional Sumatra
2. Regional Banten
3. Regional Jabodetabek
4. Regional Jawa Barat
5. Regional Yogyakarta
6. Regional Jawa Tengah
7. Regional Jawa Timur

31
8. Regional Timur (Kalimantan, Lombok dan
Sulawesi)
9. Kawasan Kab/Kota Kreatif

3. Koordinasi 1 1 Pengembangan 1 Kawasan BCD Maja dalam


Pengembangan Kawasan Kawasan bentuk:
Be Creative ● Pelaksanaan koordinasi dalam rangka
District pengembangan BCD Kawasan Maja-
Rangkas Bitung dengan pelaku ekraf 17
Subsektor dan Stakeholder terkait;
● Penyusunan Pra Masterplan Kawasan
BCD Maja
Tabel 9. Capaian Pengembangan Infrastruktur Ekonomi Kreatif tahun 2020

a. Kabupaten/Kota/Kawasan Kreatif yang Dikembangkan (6 Kab/Kota/Kawasan)

Kegiatan Pengembangan Kab/Kota/Kawasan Kreatif diarahkan sedemikian rupa dalam


rangka meningkatkan peran Kota kreatif sebagai pusat pengembangan usaha Ekonomi
Kreatif, peningkatan kualitas hidup masyarakat, kantong inovasi atau pusat
pertumbuhan dan penghela daerah sekitar. Adapun 6 Kab/Kota/Kawasan yang telah
dikembangkan adalah:

1. Kota Kreatif Semarang

2. Kota Kreatif Surakarta

3. Kabupaten Kreatif Rembang

4. Kabupaten Gianyar

5. Kota Magelang

6. Fasilitasi 5 subsektor Ekraf Jejaring Kab/Kota Kreatif PMK31

Dalam Pengembangan Kab/Kota/Kawasan Kreatif, secara umum telah berhasil


membentuk kolaborasi antar pelaku ekraf bagi Akademisi, Pebisnis, Komunitas dan juga
Pemerintah Daerah di Kab/Kota. Melalui Kegiatan PMK3I Kota Magelang, telah
dihasilkan Profil Ekraf Kota Magelang yang berisi Keunggulan Subsektor Ekraf Unggulan
dan pemetaan pelaku ekraf di Kota Magelang. Hasil pemetaan dan profil ekraf Kota
Magelang kedepannya dapat menjadi bahan bagi Kemenparekraf khusunya Direktorat
Infrastruktur untuk melakukan pengembangan dan fasilitasi bagi Kota Magelang. Selain

32
itu, pembuatan Profil Kota Magelang juga menjadi manfaat sebagai bahan informasi
bagi masyarakat umum terkait keunggulan Ekraf Kota Magelang.

Melalui Fasilitasi Pengembangan Kab/Kota Kreatif, yaitu kegiatan loka karya workshop
city branding yang Diberikan oleh Direktorat Infrastruktur Ekraf telah berhasil terbentuk
dan tersepakati terkait branding kota surakarta yang baru yaitu "Solo Cultural Unity of
Java" dan city branding dari Kab Gianyar yaitu "Gianyar-Bali, Living Heritage". Kegiatan
Pendampingan Kab Kreatif Gianyar juga telah dihasilkan keluaran berupa rumusan
action plan jangka pendek dan panjang yang dikawal oleh Dinas Pariwisata, Badan
Promosi Pariwisata Daerah dan Tim Ekraf Kab. Gianyar.

Kabupaten/Kota dan Kawasan kreatif menjadi sebuah target penting dalam melakukan
kegiatan pengembangan di bidang infrastruktur ekonomi kreatif. Ruang lingkup
pengembangan dilakukan adalah dalam rangka penciptaan ekosistem ekonomi kreatif
yang kondusif bagi perkembangan ekonomi kreatif di Kab/Kota/Kawasan. Sesuai
dengan Pepres No 142 tahun 2018 tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi
Kreatif Nasional Tahun 2018-2025 menjelaskan mengenai 12 arah kebijakan Rindekraf,
dimana salahnya menyebutkan terkait dengan Pengembangan Kota Kreatif.

#2 Pengembangan Kota Kreatif untuk Menggali, Memanfaatkan,

Menumbuhkembangkan, Mengelola, dan Mengkonservasi Kreativitas serta


Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, seni, dan budaya untuk
Mengembangkan Potensi Lokal.

Sesuai dengan Rencana Induk Ekonomi Kreatif tersebut, kegiatan Pengembangan


Kab/Kota Kreatif diarahkan sedemikian rupa dalam rangka meningkatkan peran Kota
kreatif sebagai pusat pengembangan usaha Ekonomi Kreatif, peningkatan kualitas
hidup masyarakat, kantong inovasi atau pusat pertumbuhan dan penghela daerah
sekitar.

33
Gambar 10. Kabupaten/ Kota Kreatif Indonesia

Di tahun 2020, pengembangan Kabupaten/Kota/Kawasan Kreatif di 4 lokasi. 4 lokasi


target tersebut terbagi menjadi 2 jenis keluaran (sub output) yaitu berupa
pengembangan di tingkat kab/kota kreatif dan di tingkat kawasan ekonomi kreatif.
Sebanyak 3 kabupaten/kota akan dikembangkan melalui program Penilaian Mandiri
Kabupaten/Kota Kreatif (PMK3I) dan Kabupaten/Kota Kreatif (KaTa Kreatif) Indonesia.
Sedangkan Pengembangan di ranah Kawasan Kreatif ditargetkan sebanyak 1 kawasan
yang akan dikembangkan melalui Program Pengembangan Jejaring Kab/Kota Kreatif.

Dalam rangka mencapai target keluaran/output Kab/Kota Kreatif yang dikembangkan,


Program Penilaian Mandiri Kab/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) yang bertujuan untuk
memetakan potensi dan permasalahan ekraf yang ada di daerah. Selain itu, dilakukan
pula kegiatan fasilitasi pengembangan ekraf untuk Kabupaten/Kota yang telah
dinobatkan sebagai Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia di tahun 2019 oleh Badan
Ekonomi Kreatif dalam Program KaTa Kreatif (Kabupaten/Kota Kreatif) Indonesia.

Fokus dari lokasi pengembangan itu sendiri adalah Kawasan Destinasi Super Prioritas
Borobudur, yaitu Kota Magelang, dan Kota Kreatif Surakarta dan Semarang.

34
Gambar 11. Dokumentasi Fasilitasi KaTa Kreatif

Dalam rangka memastikan kebutuhan infrastruktur ekonomi kreatif terpenuhi dan


berkualitas bagi penerima manfaat, dilakukan perencanaan dan pelaksanaan melalui
penggabungan 2 proses yaitu proses Bottom Up dan Top Down. Proses Bottom Up
dilakukan untuk mencapai tujuan bahwa fasilitasi yang diberikan tepat sasaran sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan proses Top Down dilakukan
untuk mengawal tercapainya sasaran kegiatan sesuai dengan arah pengembangan
ekonomi kreatif yang direncanakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf. Penggabungan
dua metode ini menjadi salah satu cara Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur dalam mencapai 3 (tiga) keungulan pelaksanaan program pembangunan
ekonomi kreatif, yakni: (1) keunggulan operasional (operational excellence); (2)
keunggulan produk (product leaderships); dan (3) keintiman terhadap pelaku ekonomi
kreatif (customer intimacy).

35
b. Bantuan Pemerintah Infrastruktur Ekonomi Kreatif (14 Unit/Kawasan)

Pemberian bantuan pemerintah berupa revitalisasi infrastruktur fisik dan pemberian


sarana ruang kreatif dan TIK kepada pelaku ekonomi kreatif. Di tahun 2020, Revitalisasi
Ruang Kreatif diberikan sebanyak 5 unit dalam bentuk Creative Hub (Fisik Bangunan,
atau Dokumen Perencanaan) dengan rincian lokasi sebagai berikut:
1. Creative Hub Samosir (Dokumen Perencanaan)-DSP Danau Toba
2. Green House Sigulatti - DSP Danau Toba
3. Creative Hub Kota Lama Semarang
4. Creative Hub Labuan Bajo (Dokumen Perencanaan)
5. Creative Hub Mandalika

Gambar 12. Creative Hub Samosir, Greenhouse Sigulatti

36
Gambar 13. Eco Design Songket Alam

Gambar 14. Creative Hub Semarang

Jumlah Lokasi Bantuan Pemerintah Infrastruktur Digital dan Sarana Ruang Kreatif (9
Kawasan) :
1. Regional Sumatera: Banda Aceh, Bandar Lampung, Bengkulu Tengah, Medan dan
Poliwali Mandar
2. Regional Banten: Serang

37
3. Regional Jabodetabek: Depok, Jakarta, Kab Bogor, Kota Bekasi, Depok, Tangerang
Selatan, Kota Bogor
4. Regional jawa Barat: Kota Bandung, Cianjur, Kab Bandung, Garut, Sukabumi, Subang
5. Regional Yogyakarta: Bantul dan Yogyakarta
6. Regional Jawa Tengah: Pekalongan, Magelang (Banpersus dan WS), Lumajang,
Lamongan, Kudus, Semarang, Brebes
7. Regional Jawa Timur: Surabaya, Puworejo, Kota Malang, Kota Batu, Jember, Gresik
8. Regional Timur (Kalimantan, Lombok, Sulawesi): Majene, Toraja, Palu, Kendari,
Mandalika, Kab Lombok Tengah (WS)
9. Kawasan Kab/Kota Kreatif: Kota Denpasar, Kab Gianyar, Kota Surakarta, Kab
Rembang, Kab Kutai Kartanegara, Kota Balikpapan, Kota Palembang, Kab
Majalengka

Kegiatan Bantuan Pemerintah berupa Revitalisasi dan Pemberian Sarana Ruang Kreatif,
juga memberikan manfaat kepada daerah dan pelaku ekraf diantaranya:

1. Kehadiran Greenhouse mampu meningkatkan literasi proses hulu dari rantai


produksi kopi bagi para pelaku ekonomi kreatif dan masyarakat luas. Greenhouse ini
digunakan sebagai tempat penjemuran biji-biji kopi.

2. Keberadaan Creative Hub Semarang ini dapat mewujudkan ekosistem ekonomi


kreatif dimana subsektor Fesyen yang menjadi lokomotif industri kreatif di Kota
Semarang dan sekitarnya. GIK sebagai ruang pembentukan ide diharapkan menjadi
ruang kolaborasi antar pelaku ekraf baik sesama subsektor ekraf maupun antar
subsektor ekraf. Gedung Oudetrap sebagai ruang ekspresi dan eksebisi menjadi
puncak representasi karya-karya pelaku ekraf untuk tampil di industri.

3. Terpetakannya kebutuhan pelaku Ekonomi Kreatif di Mandalika, Samosir dan Labuan


Bajo yang tertuang dalam dokumen perencanaan Creative Hub di masing-masing
lokasi.

38
c. Koordinasi Pengembangan Be Creative District (1 Kawasan)

Kawasan Be Creative District (BCD) merupakan suatu kawasan yang akan dijadikan
sebuah lokasi khusus yang ditujukan sebagai pusat berkumpulnya para pelaku ekonomi
kreatif lintas subsektor. Akan berlokasi di Maja - Rangkasbitung dan Karawang.

Dalam rangka persiapan pembangunan Be Creative District (BCD) oleh pihak swasta,
maka Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif akan mendukung tersusunnya konsep
dan studi kelayakan yang akan dilakukan oleh Direktorat Kajian Strategis, Deputi Bidang
Kebijakan Strategis serta mendukung persiapan lainnya yaitu berkoordinasi dengan
pihak-pihak swasta terkait yang akan membangun kawasan Be Creative District (BCD).

Dalam penyusunan konsep dan studi kelayakan tersebut, diharapkan kawasan Be


Creative District (BCD) menjadi kawasan yang dapat menunjang aktivitas para pelaku
ekonomi kreatif, sehingga di dalamnya akan terdapat klaster-klaster subsektor ekraf
dan sarana ruang seperti coworking space, workshops, makers space, sebagai ruang
pamer dari karya-karya para pelaku tersebut. Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif
juga berharap terbangunnya klaster subsektor ekonomi kreatif yang tidak hanya
menjadi pusat inovasi dan kreativitas, namun juga menjadi destinasi wisata yang baru.
Untuk mewujudkan BCD ini, pada tahun 2020 Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif
melakukan koordinasi dalam rangka pembangan BCD dengan pelaku ekraf di 17
subsektor ekraf dan stakeholder terkait. Sebagai bentuk pengembangan pula,
dilakukan penyusunan Pra Masterpalna untuk 1 kawasan BCD di Maja, Rangkasbitung,
Provinsi Banten. Disisi lain, Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif juga bekerja sama
dengan Direktorat Kajian Strategis Kemenparekraf dalam pembuatan kajian studi
kelayakan yang akan memberikan gambaran terkait apakah diperlukan/layak tidaknya
rencana pembangunan BCD tersebut dibantu oleh APBN di tahun selanjutnya.

Terkait dengan perjanjian kinerja, kegiatan BCD menyumbang 1 dari 18 lokasi yang
dijadikan target dalam mencapai sasaran terpenuhinya infrastruktur ekonomi kreatif.
Dalam mencapai target tersebut, telah dilakukan beberapa tahapan diskusi terpunpun
yang melibatkan pelaku ekonomi kreatif dan juga Direktorat Kajian Strategis sebagai
pengampu utama kajian mengenai konsep BCD ini. Selanjutnya sebagai keluaran akhir,
juga dilakukan penyusunan Pra Masterplan BCD untuk Kawasan Maja.

39
Pada pelaksanaannya di periode tengah tahun pertama 2020, program BCD mengalami
beberapa kendala dalam pencapaian target dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini
dikarenakan adanya situasi pandemi global COVID-19 yang mulai dirasakan dampaknya
secara langsung mulai bulan Maret 2020. Penyesuaian target, rencana, dan metode
pelaksanaan kegiatan dilakukan seiring dengan adanya pemotongan anggaran pada
triwulan pertama yang mencapai 60% dari pagu awal.
Adanya pengurangan pagu anggaran dan penyesuaian kegiatan di tengah kondisi
pandemi Covid-19 juga berdampak pada metode pelaksanaan kegiatan dari rencana
semula dilakukan langsung ke lokasi, menjadi prioritas dilakukan secara daring dan
meminimalkan pergerakan manusia. Untuk menjaga kualitas dari kegiatan yang
dilakukan, untuk itu dilakukan monitoring dan rapat daring berkala dalam pelaksanaan
kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun hingga pembuatan pra masterplan. Selain itu,
dalam rangka pengawalan dan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Infrastruktur
Ekraf di Kawasan BCD, dibentuk juga tim/pokja dari internal dan eksternal
Kemenparekraf.

Gambar 15. Dokumentasi Kegiatan DKT BCD

40
2. Tersedianya Destinasi Pariwisata yang Siap Dipasarkan
Capaian
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target %
Realisasi
Tersedianya Destinasi Jumlah Destinasi
9 9
Pariwisata yang Siap Pariwisata yang siap 100%
destinasi destinasi
Dipasarkan dipasarkan

Tabel 10. Capaian Sasaran Strategis Tersedianya Destinasi Pariwisata yang Siap Dipasarkan

Sampai dengan akhir tahun 2020, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur telah menyelesaikan pengembangan 9 Destinasi Pariwisata yang siap
dipasarkan, yaitu destinasi pariwisata Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo,
Likupang, Banyuwangi, Batam-Bintan, Bandung-Halimun-Ciletuh, dan Bukittinggi-
Padang. Penetapan destinasi yang siap dipasarkan berdasarkan hasil asesmen terhadap
destinasi pariwisata dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya,
yaitu terpenuhinya 3A, strategi/upaya yang telah dilakukan dalam mendukung
tercapainya target jumlah destinasi yang siap dipasarkan diantaranya:

Aksesibilitas:

1. Peningkatan kemudahan pergerakan wisatawan dengan memanfaatkan beragam


jenis moda transportasi secara terpadu melalui pembangunan sistem transportasi
dan pelayanan terpadu di destinasi; dan

2. Peningkatan kemudahan akses terhadap informasi berbagai jenis moda transportasi


dalam rangka perencanaan perjalanan wisata meliputi mengembangkan dan
meningkatkan ketersediaan informasi pelayanan transportasi berbagai jenis moda
dari pintu gerbang wisata ke destinasi, serta kemudahan reservasi moda transportasi
berbagai jenis moda.

Atraksi:
1. Mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai Daya Tarik Wisata dalam
berbagai tema terkait; dan
2. Memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi potensi Kepariwisataan
dan lingkungan dalam mendukung diversifikasi Daya Tarik Wisata

41
Amenitas:
1. Melakukan Sosialisasi dan Penerapan CHSE di 6 lokasi : Danau Toba, Borobudur,
Mandalika, Banyuwangi, Batam-Bintan, Bandung-Halimun-Ciletuh. Melalui program
sosialisasi CHSE ini, destinasi pariwisata disiapkan dari aspek Kebersihan, Hygiene,
Keamanan dan Lingkungan.

2. Revitalisasi Destinasi Pariwisata, kegiatan revitalisasi ini difokuskan hanya di destinasi


Bali saja, dikarenakan Bali sebagai salah satu tujuan wisatawan yang sangat terdampak
adanya COVID-19. Revitalisasi dilakukan dengan pemberian dukungan fasilitas CHSE
seperti: wastafel, hand sanitizer, face shield, serta alat-alat kebersihan yang
dibutuhkan.

Gambar 16. Total Dukungan Revitalisasi Destinasi Pariwisata

3. Reaktivasi Industri Perhotelan di 3 lokasi: Jakarta, Bali dan Kalimantan Selatan,


program ini dilakukan sejak awal triwulan 4 dengan tujuan "menghidupkan" kembali
aktivitas hotel yang mati suri akibat pandemi COVID-19.

42
Gambar 17. Capaian Program Revitalisasi Destinasi Pariwisata

Gambar 18. Reaktivasi Hotel

Capaian 9 destinasi pariwisata yang siap dipasarkan ini berkontribusi terhadap pencapaian
indikator kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif terutama atas pencapaian jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4,023
juta orang dari target 2,8-4 juta orang pada tahun 2020.

Selain program diatas, fokus lain kedeputian Destinasi dan Infrastruktur juga melakukan
beberapa intervensi di Bali sebagai langkah revitalisasi destinasi. Hal ini dilakukan mengingat

43
Bali menjadi destinasi unggulan Indonesia yang merasakan dampak luar biasa dari adanya
pandemi COVID-19. Beberapa program strategis telah dilaksanakan di Bali dalam rangka
membangkitkan perekonomian khususnya dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
sebagaimana berikut:

a. Penguatan Jejaring dan Peningkatan Kapasitas di Destinasi Pariwisata


1. Bali Rebound
Kegiatan Rebound adalah kegiatan padat karya bagi pelaku pariwisata dan ekraf
dan masyarakat yang terdampak ekonominya akibat Covid-19 dalam menunjang
kualitas dan daya saing destinasi pariwisata Indonesia.

Gambar 19. Hasil Revitalisasi Destinasi Pariwisata

Adapun tujuannya di antaranya adalah pemberdayaan pelaku pariwisata dan ekraf


serta masyarakat terdampak ekonominya dalam kegiatan padat karya; mendorong
perbaikan indicator health, hygiene, safety dan security di lingkungan destinasi
untuk peningkatan TTCI; mendukung pelaku parekraf untuk beradaptasi dengan
kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman dari Covid-19, mendukung
destinasi pariwisata mengantisipasi tatanan hidup baru pasca Covid-19; dan sinergi
Kemenparekraf dengan pemangku kepentingan dalam meningkatkan kualitas dan
daya saing destinasi pariwisata.

44
Sasaran kegiatan rebound adalah pembersihan lingkungan destinasi pariwisata dan
penataan fasilitas umum di destinasi sehingga menjadi bersih indah sehat dan aman.
Rangkaian kegiatan Bali Rebound dilaksanakan di Kawasan ITDC (DTW Waterblow,
Art Bali, dan Bali Collection) dan Destinasi penyangga (Kab. Badung—Pantai Kuta,
Pura Uluwatu, Pantai Pandawa) pada tanggal 7-14 Juli 2020 dengan jumlah peserta
400 orang. Beberapa titik lokasi dan jenis bantuan di DTW antara lain:
Kawasan ITDC:
1. Waterblow : Wastafel dan Signage Sapta Pesona
2. UMKM Paguyupan Peninsula : Wastafel, Tempat Sampah
3. Paguyupan Sekarsari : Wastafel, Tempat Sampah, Signage Sapta Pesona
4. Art Bali : Wastafel, Signage Sapta Pesona, Tempat Sampah
5. Bali Collection : Wastafel disfabel dan biasa, Signage Sapta Pesona
6. Pantai Mengiat : Wastafel, Signage Sapta Pesona, Tempat Sampah
7. Pantai Samuh : Wastafel dan Tempat Sampah
8. Pantai Pandawa: Signage penunjuk arah ,signage Sapta Pesona, Papan
Informasi Pariwisata
9. Uluwatu: Signage Sapta Pesona, Papan Informasi Pariwisata, Face Shield
Penari Kecak
10. Pantai Kuta: Revitalisasi / prototype toilet bersih, Wastafel, tempat sampah,
Banner penunjuk arah / penutup pintu

Rangkaian kegiatan dimulai dengan Rapat Koordinasi pelaksanaan Bali Rebound


Destinasi Pariwisata pada 7 Juli 2020, dihadiri seluruh kadispar Kabupaten/Kota se-
Bali dan pengelola DTW, dan dihadiri juga oleh Kadisparprov Bali, DM ITDC, dan
Ketua GIPI Bali. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan titik lokasi pemasangan
signage penunjuk arah, signage sapta pesona, papan informasi pariwisata, dan
tempat sampah di tiap-tiap DTW pada tanggal 8 juli 2020.

Tanggal 9 Juli 2020 dilakukan Kegiatan Bali Rebound Bersih Pantai Kuta dan
pemberian dukungan alat kebersihan seperti : tempat sampah, thermo gun,
disinfectan dan alat kebersihan lainnya, serta banner penunjuk arah.

45
Acara di hadiri oleh Kadispar Badung dalam hal ini diwakili Ibu Dayu selaku Kabid
Destinasi Kab Badung, Bendese Desa Adat Pantai Kuta, Pengelola Pantai Kuta,
Prejuru Desa dan staf Tu Pantai Kuta. Peserta bersih pantai merupakan pekerja
Parekraf terdampak di kawasan DTW sebanyak ± 130 orang.

Tanggal 10-11 Juli 2020 dilanjutkan dengan kegiatan Bali Rebound di Pantai Samuh
Kawasan ITDC. Kegiatan bersih-bersih di kawasan pantai samuh ITDC, dalam
kegiatan tersebut di hadiri oleh MD The Nusa Dua, Camat Kuta Selatan, Kapolsek
Kuta Selatan, Danramil, Lurah Benoa, LPM Kelurahan Benoa, Paguyuban Pedagang
Pantai

Gambar 20. Kegiatan Bali Rebound

Benoa, Acara kegiatan bersih-bersih di Pantai Samuh Kawasan ITDC di ikuti


sebanyak ± 130 peserta. Kemudian kegiatan Bali Rebound bersih Uluwatu dilakukan
pada 14 Juli 2020 dilanjutkan dengan acara penyerahan signage, papan informasi,
alat kebersihan, dan tempat sampah.

46
2. Rebound Destinasi Pariwisata Super Prioritas Manado-Likupang, Sulawesi
Utara
Pelaksanaan Rebound dilaksanakan di 3 lokasi, yaitu: Pantai Paal Marinsow, Pantai
Pulisan, dan Pulau Bunaken. Dengan jumlah peserta masing-masing lokasi
sebanyak 80 orang. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan destinasi untuk
menyambut para wisatawan di era kenormalan baru. Selain acara bersih-bersih
pantai, Kemenparekraf juga menyerahkan sejumlah peralatan penunjang
kebersihan dan sanitasi seperti wastafel cuci tangan, tempat sampah, tangki air,
dan lain-lain.

Kegiatan lainnya adalah kunjungan ke daya tarik wisata di Sulawesi Utara, antara
lain: Bukit Kasih Kanonang di Kabupatenupaten Minahasa. Kunjungan ke
Amphitheatre Woloan di Kota Tomohon. Dalam kunjungan ini meninjau kesiapan
DTW dalam menerima wisatawan di era kenormalan baru, kendala-kendala yang
dialami para pelaku wisata, dan kebutuhan dukungan dari DTW tersebut.

Gambar 21. Kegiatan Bali Rebound

3. Mandalika Rebound
Seperti juga Bali, Kegiatan Mandalika Rebound bersifat padat karya bagi pelaku
pariwisata dan ekraf dan masyarakat yang terdampak ekonominya akibat Covid-19
dalam menunjang kualitas dan daya saing destinasi pariwisata Indonesia, dengan
bentuk kegiatan pembersihan lingkungan destinasi pariwisata dan penataan
fasilitas umum di destinasi sehingga menjadi bersih indah sehat dan aman.

Rangkaian kegiatan dimulai dengan koordinasi dan rapat persiapan dengan


Disparprov NTB, dilanjutkan dengan survey dan rapapt koordinasi lapangan di 3
DTW yang sudah ditentukan.

47
Kegiatan Mandalika Rebound dilaksanakan tanggal 16 Juli 2020 di Kawasan ITDC
Mandalika, bertempat di 3 titik sepanjang Mandalika—Pantai Kuta Mandalika,
Tanjung Aan, dan Pantai Gerupuk dengan total jumlah peserta 150 orang.
Kegiatan pun dilanjutkan dengan koordinasi dan survey serta penyerahan
dukungan simbolis terhadap pembangunan Islamic Center NTB pada tanggal 17
Juli 2020.

Gambar 22. Kegiatan Mandalikai Rebound

4. Bantuan Lauk Pauk Siap Saji (BALASA)


Program BaLaSa dilaksanakan untuk membantu meringankan beban para pelaku
usaha dan tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif serta
memberikan stimulus agar usaha mereka masih dapat tetap berjalan ditengah
pandemi ini. Bantuan ini diberikan selama masa pandemi penyebaran virus COVID-
19 oleh Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur kepada perorangan, kelompok
masyarakat atau lembaga pemerintah/non-pemerintah yang bergerak di sector
pariwisata dan ekonomi kreatif. Bahan Pokok dan Lauk Siap Saji baik terpisah
maupun digabung (BaLaSa) yang terdiri dari:
a. Beras 5kg
b. Lauk-Pauk Siap Saji
Program Balasa telah dilaksanakan di 11 provinsi dengan total 36.413 paket telah
didistribusikan. Pelaksanaan Penyerahan Balasa dilakukan di 11 provinsi dengan
total 36.413 paket telah didistribusikan, bentuk bantuan yang telah ditentukan

48
harga satuan paketnya dan standard masing-masing produk disesuaikan dengan
kondisi masing-masing daerah. Adapun rincian penerima bantuan sebagaimana
berikut:

Provinsi Paket BaLaSa


Kabupaten Bogor 4.303
Kota Bogor 240
Kota Depok 136
Kabupaten Bekasi 619
Kota Bekasi 1.181
Provinsi Banten 4.283
Provinsi Kalimantan Selatan 2.273
Provinsi Sulawesi Selatan 4.706
Provinsi Sulawesi Tengah 1.913
Provinsi Sulawesi Utara 5.000
Provinsi Nusa Tenggara Timur 2.012
Provinsi Maluku 3.747
Provinsi Maluku Utara 3.607
Provinsi Papua Barat (Raja Ampat 1.270
Sorong)
Provinsi Gorontalo 1.123
Tabel 11. Daftar Distribusi Paket BaLaSa Kemenparekraf untuk Pelaku Pariwisata dan Ekraf

Gambar 23. Dokumentasi Dukungan BaLaSa

Gambar 24. Bantuan BaLaSa di Kab. Gianyar dan Kota Denpasar

49
Program Bantuan Bahan Pokok dan Lauk Pauk Siap Saji (BaLaSa) kepada Pelaku
Ekonomi Kreatif di 10 KaTa (Kab/Kota) Kreatif

No Kabupaten/Kota Penerima Tanggal Pelaksanaan Serah


Terima
1. Kota Palembang 2.110 17 Juli 2020
2. Kota Malang 499 20 Juli 2020
3. Kota Semarang 127 22 Juli 2020
4. Kab. Rembang 373 23 Juli 2020
5. Kab.Majalengka 402 24 Juli 2020
6. Kabupaten Gianyar 755 25 Juli 2020
7. Kota Denpasar 95 26 Juli 2020
8. Kab. Kutai 481 28 Juli 2020
Kartanegara
9. Kota Balikpapan 434 29 Juli 2020
10. Kota Surakarta 695 12 Agustus 2020
JUMLAH 6.017

Tabel 12. Daftar Distribusi Paket BaLaSa Kemenparekraf untuk 10 KaTa Kreatif

Program ini merupakan bantuan dalam penanganan COVID-19 yang diberikan


selama masa pandemi COVID-19 oleh Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
melalui Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur kepada
perorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/non-pemerintah
yang bergerak di sektor dan ekonomi kreatif. Pada bantuan BaLaSa ini di
khususkan untuk 10 Kab/Kota Kreatif Indonesia. Program ini dilaksanakan pada
tanggal 5 Juni – 30 Juli 2020, dengan jumlah 6.017 paket bantuan yang tersalurkan.

3. Jumlah Perangkat Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata


Berkelanjutan yang Siap Diimplementasikan

Capaian
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target %
Realisasi
Tersedianya Destinasi Jumlah Perangkat Tata
Pariwisata yang Kelola Destinasi dan

Menerapkan Prinsip Pariwisata 15


10 Lokasi 150%
Berkelanjutan yang Lokasi
Pariwisata
Siap
Berkelanjutan
Diimplementasikan
Tabel 13. Capaian Jumlah Perangkat Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan yang Siap Diimplementasikan

50
Berdasarkan Balanced Score Card, formulasi menghitung capaian dan cara pengambilan
data atas Jumlah perangkat tata kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang siap
diimplementasikan adalah :

Formula/Cara Ambil informasi jumlah perangkat tata kelola destinasi dan


menghitung pariwisata berkelanjutan yang siap diimplementasikan

1. Jumlah permintaan perangkat tata kelola diperoleh melalui


permintaan tata kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan
dari pihak yang berkepentingan dan diajukan kepada
Cara pengambilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selama tahun
data berjalan

2. Jumlah pemenuhan perangkat tata kelola dapat dihitung


melalui jumlah BAST yang telah ditandatangani.

Serupa dengan indikator sebelumnya, capaian indikator 15 lokasi dengan perangkat tata
kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan sebagaimana tabel 13 juga berkontribusi
terhadap capaian indikator Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terkait dengan jumlah wisatawan mancanegara pada
tahun 2020 sebanyak 4,023 juta orang* (*sumber: BPS, Pusdatin Kemenparekraf (diolah),
Lembaga Demografi UI).

Pada tahun 2020, pengimplementasian perangkat tata kelola destinasi dan pariwisata
berkelanjutan yang dilaksanakan di 15 lokasi dengan berbagai Kab/Kota yang tersebar di
seluruh Indonesia, dimana di dalamnya termasuk kawasan 5 Destinasi Pariwisata Super
Prioritas (DSP) dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dengan kegiatan antara lain:
1. Provinsi Aceh
Telah dilaksanakan dukungan Bantuan Bahan Pokok Lauk Siap Saji (BaLaSa)

2. Provinsi Sumatera Utara


Implementasi perangkat tata kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan telah
dilaksanakan melalui kegiatan:
- Fasilitasi Pengembangan Destinasi Pariwisata melalui Kegiatan BISA (Bersih, Indah,
Sehat, Aman) di Destinasi Pariwisata Bumi Perkemahan Sibolangit, Kab. Deli
Serdang, Sumatra Utara

51
- Kegiatan Penguatan Manajemen Pengunjung melalui Gerakan BISA di Goa
Ergendang, Sumatra Utara
- Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur melalui Gerakan BISA di Pantai
Cermin, Sumatra Utara
- Koordinasi Pengembangan Destinasi Wisata Kopi di Toba (Fasilitasi Pengembangan
infrastruktur dan Konektivitas Destinasi Wisata Kopi)
- Dukungan Infrastruktur Destinasi Wisata Kopi

3. Provinsi Kepulauan Riau


Telah dilaksanakan Fasilitasi Peningkatan Kualitas Pengalaman Wisatawan di Destinasi
Wisata dengan Menggunakan Teknologi Digital

4. Provinsi Jawa Barat


- Dukungan Sistem Informasi Digital di Desa Wisata Cibuntu, Kab. Kuningan
- Fasilitasi Pengembangan dan Pendukungan Infrastruktur Destinasi Wisata Kopi di
Jawa Barat

5. Provinsi Jawa Tengah


- Dukungan Sistem Informasi Digital di (1) Desa Wisata Candirejo, Kab. Magelang, (2)
Desa Wisata Dieng Kulon, Kab. Banjarnegara, dan (3) Desa Wisata Karangrejo, Kab.
Magelang
- Dukungan Infrastruktur Fisik Destinasi Wisata Kopi
- Dukungan Fisik Infrastruktur Digital di Desa Kandri

6. Provinsi DIY
- Bimbingan Teknis Mitigasi Bencana di Destinasi Pariwisata Desa Wisata Nglanggeran
dan Desa Wisata Pentingsari
- Dukungan Sistem Informasi Digital di Desa Wisata Nglanggeran, Desa Wisata
Pentingsari, dan Desa Wisata Jatimulyo
- Fasilitasi Peningkatan Kualitas Pengalaman Wisatawan di Destinasi Wisata dengan
Menggunakan Teknologi Digital

52
7. Provinsi Banten
Bimbingan Teknis Pariwisata Berkelanjutan Melalui Pendukungan Gerakan Bersih-
Indah-Sehat-Aman (BISA)

8. Provinsi Jawa Timur

- Fasilitasi Pengembangan Destinasi Pariwisata melalui Kegiatan BISA (Bersih, Indah,


Sehat, Aman) di Destinasi Pariwisata Coban Talun, Kota Batu
- Fasilitasi Pengembangan Tata Kelola Destinasi Melalui Gerakan Bersih – Indah –
Sehat – Aman (BISA) di Pantai Teluk Asmara, Kab. Malang
- Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur melalui Gerakan BISA di Pantai
Ngantep, Kab. Malang
- Dukungan Sistem Informasi Digital di Desa Wisata Pujon Kidul, Kab. Malang dan Desa
Wisata Kemiren, Kab. Banyuwangi
- Dukungan Infrastruktur Fisik Destinasi Wisata Kopi
- Rapat Koordinasi Penyusunan, Uji Kelayakan, dan Persiapan Pendampingan
Implementasi Petunjuk Teknis Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan
Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari TA 2021 di Kab. Banyuwangi

9. Provinsi Bali
- Fasilitasi Peningkatan Kualitas Pengalaman Wisatawan di Destinasi Wisata dengan
Menggunakan Teknologi Digital
- Dukungan Infrastruktur Fisik Destinasi Wisata Kopi
- Penerapan Tourism Hub di Destinasi Pariwisata Prioritas
- Dukungan Fisik Infrastruktur Digital di Desa Wisata Panglipuran, Desa Wisata
Pemuteran, dan Desa Wisata Kutuh
- Bimbingan Teknis Pengembangan Infrastruktur Destinasi Pariwisata

10. Provinsi Nusa Tenggara Timur


- Dukungan Penyusunan dan Simulasi Protokol Keamanan dan Keselataman Melalui
Scenario Planning di 5 DSP di Labuan Bajo

53
- Rapat Koordinasi Penyusunan, Uji Kelayakan, dan Persiapan Pendampingan
Implementasi Petunjuk Teknis Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan
Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari TA 2021 di Labuan Bajo

11. Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lombok)


- Sosialisasi Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) dalam
Rangka Penyusunan Pedoman Mitigasi Bencana di Destinasi Pariwisata dan
Pendukungan Pusat Informasi Digital Wisatawan di Desa Wisata Bilebante, Kab.
Lombok Tengah
- Sosialisasi dan Persiapan Pendampingan Implementasi Juknis di Kawasan Mandalika,
NTB

12. Provinsi Sulawesi Selatan


- Bimbingan Teknis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability)
dalam Rangka Penerapan Pariwisata Berkelanjutan
- Bimbingan Teknis Penerapan CHSE di Destinasi Wisata di Sulawesi Selatan

13. Provinsi Kalimantan Selatan


- Bimbingan Teknis Mitigasi Bencana di Destinasi Pariwisata Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan

14. Provinsi Kalimantan Timur


- Bimbingan Teknis Tata Kelola Destinasi di Pantai Nirmala, Kota Balikpapan
- Penyusunan Kajian Potensi Pengembangan Destinasi Pariwisata di Provinsi
Kalimantan Timur

15. Provinsi Papua Barat


- Pemberian Dukungan Implementasi Pengembangan Infrastruktur Dasar dan Publik di
destinasi Pariwisata di Raja Ampat
- Identifikasi dan Implementasi Pengembangan Tata Kelola Manajemen Pengunjung di
Destinasi Pariwisata

54
Secara umum, pengimplementasian perangkat tata kelola destinasi dan pariwisata
berkelanjutan sebagian besar difokuskan pada program pemulihan destinasi pariwisata di
masa pandemi COVID-19, dengan harapan destinasi pariwisata Indonesia perlahan dapat
bangkit dan siap untuk dikunjungi kembali oleh wisatawan baik wisnus maupun wisman.
Adapun program pemulihan destinasi pariwisata yang dimaksud diantaranya:
- Sosialisasi dan implementasi CHSE (Cleanliness, Hygiene, Safety, and Environment
Sustainability) melalui kegiatan BISA (Bersih-Indah-Sehat-Aman)
- Penyusunan dan simulasi protokol keamanan dan keselamatan melalui scenario
planning di kawasan 5 Destinasi Super Prioritas
- Penyusunan, uji kelayakan, dan persiapan pendampingan implementasi petunjuk
teknis standar operasional prosedur pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata
bahari
- Identifikasi dan implementasi pengembangan tata kelola manajemen pengunjung
dan atraksi di destinasi pariwisata

Namun, selain hal tersebut juga terdapat beberapa kegiatan strategis terkait penerapan
tata kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang dilaksanakan di 5 DSP dan 10
DPP, yang terdiri dari:
- Pengembangan dan dukungan infrastruktur dan konektivitas destinasi wisata kopi
- Pengembangan tourism hub di destinasi pariwisata prioritas
- Pengembangan dan dukungan sistem informasi digital di desa wisata
- Penyusunan strategi pengembangan destinasi pariwisata di calon ibu kota negara
(IKN)
- Fasilitasi peningkatan kualitas pengalaman wisatawan di destinasi wisata dengan
menggunakan teknologi digital (Augmented Reality/ AR & Virtual Reality/ VR) yang
merupakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan sumber pendanaan
BA BUN. Kegiatan tersebut, secara singkat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penyusunan dan simulasi protokol keamanan dan keselamatan melalui scenario


planning di kawasan 5 Destinasi Super Prioritas
Dalam rangka menjamin rasa aman bagi wisatawan domestik maupun
mancanegara diperlukan protokol keamanan dan keselamatan di destinasi
pariwisata yang berisi langkah pencegahan, mitigasi dan tanggap darurat

55
terhadap potensi dan kejadian yang mengancam keamanan dan keselamatan
wisatawan. Adanya protokol keamanan dan keselamatan diharapkan mampu
meningkatkan kepercayaan wisatawan nusantara dan mancanegara untuk
berkunjung ke Indonesia, terutama 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas
sehingga hal ini dapat meningkatkan angka kunjungan wisatawan. Kegiatan
penyusunan protokol keamanan dilaksanakan melalui FGD dan table top exercise
yang melibatkan lintas sektor seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Kepolisian Republik Indonesia, Badan SAR Nasional, Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika, Kementerian Kominfo, Kementerian Kesehatan,
Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian PPN/BAPPENAS,
dan Lembaga Pengelola Kawasan di masing-masing 5 DSP.

Gambar 25. Penyusunan dan Simulasi Protokol Keamanan dan Keselamatan Melalui Scenario
Planning

Sebagai tindak lanjut, dilaksanakan kegiatan Simulasi Protokol Keamanan dan


Keselamatan Melalui Scenario Planning (meliputi serangan jantung, kapal
tenggelam, dan bencana tsunami) di kawasan destinasi pariwisata super
prioritas, Labuan Bajo. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 November 2020
dengan dipimpin langsung oleh Bapak Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta dihadari oleh Menteri dan
Wakil Menteri Parekrsf serta staf khusus menteri bidang keamanan
Kemenparekraf; perwakilan Kemenkomarves, BNPB, Kominfo, Kemenkes,
Bappenas, Kementerian PUPR, Badan Otorita, dan stakeholders lainnya.

56
Gambar 26. Pelaksanaan FGD dan table top exercise di Jakarta serta simulasi protokol keamanan
dan keselaamatan di DSP Labuan Bajo

2. Penyusunan, uji kelayakan, dan persiapan pendampingan implementasi petunjuk


teknis standar operasional prosedur pengelolaan sampah plastik di destinasi
wisata bahari
Dalam rangka penanganan sampah laut, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut dan
Lampirannya berupa Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut Tahun
2018 – 2025 yang ditindaklanjuti lewat pembentukan Tim Koordinasi Nasional
Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dengan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi sebagai ketua serta Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan sebagai Ketua Harian. Gerakan penanganan sampah laut nasional ini
terdiri dari 5 strategi/ pokja, yaitu (1) gerakan nasional peningkatan kesadaran
para pemangku kepentingan, (2) pengelolaan sampah yang bersumber dari
darat, (3) penanggulangan sampah di pesisir dan laut, (4) mekanisme
pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan dan penegakan hukum, serta
(5) penilitian dan pengembangan.
Target dari pelaksanaan kelima (5) strategi atau pokja tersebut adalah
pengurangan sampah di laut sebanyak 70% pada 2025 melalui 59 kegiatan yang
berada di 16 Kementerian/ Lembaga. Kementerian Parekraf sendiri mendapat
tanggung jawab pada strategi/ pokja 3 dan 4. Guna pengimplementasian di
57
lapangan, maka disusunlah Petunjuk Teknis Standar Operasional Prosedur
Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari sebagai tindak lanjut dari
amanah Permenpar No.5 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah
Plastik di Destinasi Wisata Bahari. Ke depannya, kegiatan ini akan dilanjutkan
dengan pendampingan implementasi juknis di 5 lokasi destinasi wisata bahari
yaitu Labuan Bajo, Banyuwangi, Mandalika, Bali, dan Danau Toba. Uji kelayakan
dan persiapan kegiatan pendampingan implementasi juknis telah dilaksanakan di
3 lokasi yaitu Labuan Bajo (NTT), Banyuwangi (Jatim), dan Lombok/ Kawasan
Mandalika (NTB). Saat ini juknis dimaksud telah disahkan melalui Keputusan
Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Nomor:
SK.45/KD.00.01/DPDI/2020 pada tanggal 11 Desember 2020.

Gambar 27. Pelaksanaan uji kelayakan dan persiapan pendampingan implementasi juknis SOP
Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari

3. Pengembangan dan dukungan infrastruktur dan konektivitas destinasi wisata


kopi
Kegiatan ini diawali dengan penyusunan kebutuhan dan dokumen assessment
untuk destinasi wisata kopi yang meliputi perumusan ruang lingkup secara
spesifik terkait perencanaan destinasi agrowisata kopi dari hulu ke hilir,
processing, kedai kopi sampai dengan penyelenggaraan event kopi.

58
Pendukungan infrastruktur dan konektivitas destinasi wisata kopi secara
keseluruhan diberikan kepada 13 lokasi agrowisata yang tersebar di 5 provinsi di
seluruh Indonesia, dengan jenis dukungan berupa papan interpretasi, signage,
dan alat ukur kadar air kopi. Ke-13 lokasi tersebut antara lain adalah:
1. Provinsi Sumatra Utara
a. Synergy Coffee, Toba
b. Rumah Produksi Saabas
c. Lisa & Leo’s Organic Coffee
2. Provinsi Jawa Barat
a. Kopi Malabar
b. Kopi Gunung Halu
c. Joeragan Coffee
3. Provinsi Jawa Tengah
a. MesaStila, Magelang
4. Provinsi Jawa Timur Gambar 28. Serah terima dukungan
infrastruktur dan konektivitas destinasi
a. Kopi Gombengsari wisata kopi
b. Elkopi, Banyuwangi
c. Arassa Coffee, Banyuwangi
5. Provinsi Bali
a. Arca Coffee, Kab. Bangli, Kintamani
b. Belantih Coffee Farm, Kab. Bangli, Kintamani
c. Satria Agro Tampaksiring, Kab. Gianyar

Selain itu, terdapat pendukungan berupa pembuatan infrastruktur digital


direktori destinasi wisata kopi yang bertujuan untuk mengumpulkan database
penggiat wisata kopi yang mencakup agrowisata kopi, café, event dan tour/
perjalanan wisata kopi. Direktori digital destinasi wisata kopi beralamat di
www.wisatakopiindonesia.com. Direktori ini diharapkan bisa menjadi dasar
dalam penyusunan pola perjalanan dan pembuatan paket wisata kopi. Selain itu,
dalam waktu yang bersamaan dapat mempromosikan komoditi kopi dan wisata
kopi di seluruh Indonesia.

59
Gambar 29. Direktori digital destinasi wisata kopi

4. Pengembangan tourism hub di destinasi pariwisata prioritas


Kegiatan pengembangan tourism hub di destinasi pariwisata prioritas di
dasarkan pada peringkat Indonesia yang menduduki posisi #42 pada Tourism and
Travel Competitiveness Report/ TTCR tahun 2017 yang masih tertinggal apabila
dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Posisi daya saing infrastruktur
pariwisata Indonesia juga berada di bawah negara Singapura (#13); Thailand
(#34); dan Malaysia (#26). Kegiatan ini bertujuan untuk (a) meningkatkan
kualitas layanan transportasi di kawasan pariwisata yang diperlukan wisatawan;

60
dan (b) mendorong percepatan pembangunan transportasi yang terintegrasi di
kawasan pariwisata.
Rangkaian kegiatan ini dimulai dengan (1) pembahasan awal kajian
pengembangan tourism hub; (2) pembahasan kajian pengembangan tourism hub
bersama dengan tim konsultan; (3) FGD pengembangan tourism hub; (4) survei
rencana lokasi bandara baru Bali Utara; yang diakhiri dengan (5) FGD
pengembangan tourism hub di Bali. Dukungan pengembangan mengerucut pada
keterkaitan sektor aviasi yang bersinergi dengan pengembangan sektor
pariwisata dan ditindaklanjuti dengan mengkaji potensi bandara untuk
menunjang sektor pariwisata Bali. Kegiatan ini turut ikuti dan disambut antusias
oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta
Pemerintah Daerah Kab. Buleleng seperti Bappeda serta Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kab. Buleleng.
Keluaran dari kegiatan pendukungan ini berupa dokumen (1) Jaringan
Transportasi Pendukung Bali Tourism Hub, (2) Kebutuhan Investasi Dalam
Mendukung Pengembangan Bandara Baru Bali Utara, (3) Dampak Pertumbuhan
Penerbangan ke/ dari Bali Melalui Pembangunan Bandara Baru Bali Utara, dan
(4) Dampak Ekonomi dan Lingkungan Atas Pembangunan Bandara Baru Bali
Utara (BBBU).

Gambar 30a. Serah terima dokumen pengembangan tourism hub – bandara baru Bali Utara

61
Gambar 30b. Serah terima dokumen pengembangan tourism hub – bandara baru Bali Utara

5. Pengembangan dan dukungan sistem informasi digital di desa wisata


Dalam rangka mendukung program pengembangan tata kelola destinasi dan
pariwisata berkelanjutan di desa wisata, diberikan pendukungan sistem
informasi digital yang diberikan dalam bentuk smart-tv yang memuat video profil
desa, protokol CHSE, paket wisata, dashboard manajemen pengunjung, dan
indeks kepuasan wisatawan. Dukungan tersebut diberikan kepada 9 desa wisata
yang berada di 4 provinsi, yaitu:
1. Provinsi Jawa Barat
a. Desa Wisata Cibuntu, Kab. Kuningan
2. Provinsi Jawa Tengah
a. Desa wisata Candirejo, Kab. Magelang
b. Desa Wisata Kab. Dieng Kulon, Kab. Banjarnegara
c. Desa Wisata Karangrejo, Kab. Magelang
3. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
a. Desa Wisata Nglanggeran, Kab. Gunungkidul
b. Desa Wisata Pentingsari, Kab. Sleman
c. Desa Wisata Jatimulyo, Kab. Kulon Progo
4. Provinsi Jawa Timur
a. Desa Wisata Pujon Kidul, Kab. Malang
b. Desa Wisata Kemiren, Kab. Banyuwangi

Selain itu, terdapat pula pendukungan infrastruktur digital yang diberikan


kepada desa wisata berupa televisi (tv), tablet, dan router, yang diberikan
kepada 5 desa wisata di 3 provinsi, yaitu:
1. Provinsi Jawa Tengah
a. Desa Wisata Kandri, Kota Semarang
2. Provinsi Bali
a. Desa Wisata Panglipuran, Kab. Bangli
b. Desa Wisata Pemuteran, Kab. Buleleng

62
c. Desa Wisata Kutuh, Kab. Badung
3. Provinsi Nusa Tenggara Barat
a. Desa Wisata Hijau Bilebante, Kab. Lombok Tengah

Gambar 31. Serah terima dukungan sistem informasi digital di desa wisata

6. Penyusunan strategi pengembangan destinasi pariwisata di calon ibu kota


negara (IKN)
Kegiatan Penyusunan Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata di Calon
Ibukota Negara Baru memiliki tujuan yaitu tersusunnya kajian awal terkait Kajian
Potensi Pengembangan Pariwisata di Provinsi Kalimantan Timur sebagai salah
satu persiapan destinasi pariwisata di Ibu Kota Negara (IKN) baru yang
dicanangkan akan dipindahkan ke Kalimantan Timur. Sektor pariwisata perlu
diperhatikan dalam pengembangan calon IKN karena menjadi salah satu
penyumbang peningkatan perekonomian di IKN dan sekitarnya.

Dalam pengembangan kawasan destinasi pariwisata di IKN harus memenuhi


komponen-komponen dasar destinasi (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas) yang
juga berpedoman pada pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu
memperhatikan aspek lingkungan, sosial & budaya, dan ekonomi. Tentunya
pengembangan kawasan destinasi pariwisata di IKN ini perlu dikaji dan
direncanakan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. Adapun, tahapan pelaksanaan
kegiatan digambarkan sebagai berikut:

63
Gambar 32. Tahapan pelaksanaan
kegiatan Penyusunan Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata di IKN Baru

Keluaran (output) kegiatan Penyusunan Strategi Pengembangan Destinasi


Pariwisata di Ibukota Negara Baru ini yaitu:
a. Masukan bagi Pemerintah Daerah dan pelaku pariwisata dalam rangka
penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata di Ibukota
Negara Baru .
b. Kumpulan materi dari para narasumber dapat menjadi bahan kajian lanjutan
dalam rangka Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata di Ibukota
Negara Baru.
c. Laporan Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata di Ibukota
Negara Baru.

Gambar 33. Pelaksanaan FGD daerah


kajian pengembangan destinasi pariwisata di calon IKN baru

64
7. Fasilitasi peningkatan kualitas pengalaman wisatawan di destinasi wisata
dengan menggunakan teknologi digital (Augmented Reality/ AR & Virtual
Reality/ VR)
Pelaksanaan kegiatan ini merupakan salah bentuk program pengembangan tata
kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang dilakukan melalui Program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan pendanaan yang bersumber dari
anggaran BA BUN. Total alokasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar
Rp.7.879.525.000,00 dengan realisasi penyerapan sebesar Rp.7.878.507.000,00.
Pendukungan dilaksanakan di 3 lokasi yaitu (1) Provinsi Kepulauan Riau, (2)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan (3) Provinsi Bali, dengan manfaat
yang diharapkan adalah tersedianya informasi terkait kondisi atau situasi di
destinasi wisata sehingga sebelum datang ke destinasi wisata, calon wisatawan
sudah mengetahui dan menyiapkan apa saja yang harus dibawa (untuk saat ini
misalnya dokumen surat keterangan hasil rapid/swab test, keperluan pribadi apa
saja yang perlu disiapkan, dan lain sebagainya). Selain itu, wisatawan juga
diharapkan dapat memperoleh informasi terkait kondisi di lapangan seperti apa
nantinya. Dalam kegiatan ini, pendukungan yang diberikan terbagi dalam 4
aspek, yaitu:
a. Aspek pertama
Penyusunan TIC secara digital untuk masing-masing regional, berisi database
terkait daya tarik wisata yang ada pada regional tersebut. TIC regional akan
diintegrasikan dengan website dinas pariwisata baik kabupaten/ kota maupun
provinsi sehingga baik kabupaten/ kota maupun provinsi dapat melakukan
updating secara berkala. Di dalam TIC digital tersebut akan ada perencanaan
perjalanan wisata yang nanti didalamnya mengampu paket-paket yang sudah
tersusun yang ada di regional tersebut, tapi tidak menutup kemungkinan untuk
traveler melakukan customisasi/ penyesuaian perjalanan wisatanya dengan basis
data yang berasal dari PIC digital tersebut.
b. Aspek kedua
Pengembangan aplikasi media digital tourism navigation dengan harapan length
of stay/ lama waktu tinggal wisatawan dapat ditingkatkan. Apabila informasi
terkait daya tarik wisata dapat secara maksimal diperoleh oleh wisatawan yang

65
sudah datang ke destinasi wisata, maka diharapkan wisatawan dapat semakin
lama tinggal sehingga spending money-nya pun akan semakin banyak.
c. Aspek ketiga
Pengembangan Virtual Tour Experience dengan menyajikan mode eksplorasi
daya tarik wisata secara virtual 3D atau kamera 360.
d. Aspek keempat
Pengembangan virtual story telling daya tarik wisata yang mendeskripsikan
suatu alur cerita untuk masing-masing lokasi atau masing-masing daya tarik
wisata. Fitur story telling ini ada tiga aspek yaitu gambar 3D, voice over dan narasi
dalam bahasa Indonesia bahasa Inggris.

Gambar 34. Serah terima pendukungan AR dan VR

Selain pencapaian target dan berbagai program/ kegiatan pendukungan serta


fasilitasi implementasi tata kelola destinasi dan pariwisata berkelanjutan yang
telah dilakukan, terdapat pula program Pelaksanaan Fasilitasi Destinasi
Pariwisata dalam Pelaksanaan Sustainable Tourism Observatory (STO) dengan
total pagu anggaran sebesar Rp.7.000.000.000 yang bersumber dari Pinjaman
Luar Negeri (PLN) Bank Dunia yang tidak dapat dilaksanakan pada tahun
anggaran 2020 ini. Tidak terlaksananya program/ kegiatan ini sangat berdampak
terhadap realisasi penyerapan anggaran di lingkungan Direktorat Tata Kelola
Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Destinasi
Pariwisata dalam Pelaksanaan Sustainable Tourism Observatory (STO) tidak dapat
dilaksanakan karena penyampaian usulan program restrukturisasi komponen I
P3TB: Sustainable Tourism Observatory (STO) Program menjadi dua (2) kegiatan
usulan baru yaitu:
1) Sistem Monitoring Nasional Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
(STDEv), dan
2) Lomba Konsep Pengembangan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
66
Belum secara resmi mendapat tanggapan dari pihak Bank Dunia. Adapun,
usulan adanya restrukturisasi kegiatan tersebut didasarkan pada hasil evaluasi
pada pelaksanaan tahun anggaran 2019 yang dinilai kurang membuahkan hasil
optimal.
Berkaitan dengan hal tersebut, setidaknya telah dilaksanakan 13 kali rapat
koordinasi selama periode Mei sampai dengan Oktober 2020 antara
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q. Pusat
Pengembangan Infrastruktur Wilayah II PUPR, BPIW (Central Project
Management Unit/ CPMU); Kementerian PPN/ BAPPENAS c.q. Direktorat Industri,
Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif); Project Management Support (PMS) Program
Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan/ P3TB; Pihak Bank
Dunia; dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif c.q. Direktorat Tata
Kelola Destinasi (Project Implementing Unit/ PIU). Direktorat Managemen
Strategis (Project Management Unit/ PMU), Biro Perencanaan dan Keuangan,
Inspektorat Kementerian, serta Sektretariat Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur.
Melengkapi rapat koordinasi yang telah dilakukan, Direktorat Tata Kelola
Destinasi dan Pariwisata berkelanjutan juga telah mengirimkan surat:
1. Surat Penyampaian Perubahan Annual Working Plan (AWP) TA 2020 dan
Restrukturisasi Kegiatan Komponen 1 P3TB: Sustainable Tourism
Observatory (STO) Program kepada Kepala Pusat Pengembangan
Infrastruktur PUPR Wilayah II Kementerian PUPR pada tanggal 28 Agustus
2020; dan
2. Surat Penyampaian Restrukturisasi Kegiatan Komponen 1 P3TB: Sustainable
Tourism Observatory (STO) Program dan Peluncuran Anggaran ke Tahun
Anggaran 2021 kepada Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu
pada tanggal 7 September 2020.
Bank Dunia juga telah menanggapi usulan restrukturisasi kegiatan STO
melalui surat nomor 056/TOURISM/XII/2020 tanggal 17 Desember 2020, yang
mengindikasikan tetap dilaksanakannya Program STO dengan skema
pengadaan TA 2019 dan memastikan MCSTO memperoleh kecukupan
pendanaan selama 2020-2023. Sehingga, berdasarkan hal tersebut kegiatan
usulan baru restrukturisasi STO tidak dapat dilaksanakan yang pada akhirnya

67
berpengaruh pada performansi penyerapan anggaran TA 2020 Direktorat
Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan.

Pada tanggal 28 Agustus 2020, Pada tanggal 07 September 2020, Deputi BPDI
Direktur TKDPB Mengirimkan Mengirimkan surat & brief sheet kepada Dirjen
surat kepada Kepala Pusat Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko,
Pengembangan Infrastruktur Kemenkeu terkait Penyampaian
PUPR Wilayah II (selaku CPMU) Restrukturisasi Kegiatan STO dan Peluncuran
terkait Penyampaian Anggaran ke TA 2021.
Perubahan AWP TA 2020 dan
Restrukturisasi Kegiatan STO.

Pada tanggal 09 November


2020, CPMU- P3TB Pada tanggal 17 Desember
mengirimkan proposal 2020, Bank Dunia menanggapi
restruksturisasi STO kepada usulan restrukturisasi
tim Bank Dunia. kegiatan STO

68
4. Meningkatnya Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara di Destinasi

Capaian
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target %
Realisasi
Meningkatnya Lama lama tinggal (length
Tinggal Wisatawan of stay) wisman di
2,80 Hari 8, 63 hari1) 308%
Mancanegara di destinasi
Destinasi

1)
Data sementara tahun 2020, Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, Direktorat Jenderal Imigrasi (diolah kembali
oleh Pusdatin Kemenparekraf)
Lama tinggal wisman di destinasi di asumsikan sebagai lama tinggal wisman menurut pintu masuk, yaitu wisman
yang masuk dan keluar dari Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di provinsi yang sama

Tabel 14. Capaian Sasaran Strategis Meningkatnya Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara di destinasi

Berdasarkan Balanced Score Card, formulasi menghitung capaian dan cara pengambilan data
atas indikator lama tinggal (length of stay) wisman di destinasi adalah :

Formula/Cara Ambil informasi lama tinggal wisman di destinasi dalam


menghitung
tahun berjalan yang didapat dari hasil olahan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atas data dari Badan Pusat
Statistik (BPS)
Cara pengambilan Mengambil Informasi lama tinggal wisman di destinasi
data
dalam tahun berjalan yang didapat dari hasil olahan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atas data dari
Badan Pusat Statistik (BPS)

Dari metode diatas, maka diperoleh capaian indikator lama tinggal (length of stay) wisman di
destinasi pada tahun 2020 adalah 8,63 hari dari target 2,80 hari. Data capaian tersebut
berdasarkan data Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM yang diolah
kembali oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
diasumsikan sebagai lama tinggal wisman menurut pintu masuk, yaitu wisman yang masuk
dan keluar dari Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di provinsi yang sama pada tahun 2020.

69
Capaian indikator lama tinggal (length of stay) di destinasi ini berkontribusi terhadap capaian
indikator Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
yaitu jumlah spending wisatawan mancanegara dalam rangka peningkatan kualitas dan
jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia, pada tahun 2020 spending wisatawan
mancanegara tercatat sebesar USD 1145.64* dari target USD 1166.67-1213.87 (*data
sementara, sumber: BPS, Pusdatin Kemenparekraf (diolah), Lembaga Demografi UI).

Meningkatnya lama tinggal wisatawan mancanegara juga menjadi sasaran strategis yang
baru bagi kedeputian Destinasi dan Infrastruktur, dimana sebelumnya indikator ini
merupakan indikator capaian kedeputian Pemasaran Pariwisata. Pada periode sebelumnya,
rata-rata lama tinggal wisatawan adalah 8,42 hari (tahun 2016), 8,64 hari (tahun 2018), dan
8,87 hari (tahun 2019), sebagaimana tabel berikut:

Rata-Rata Lama Tinggal


Wisatawan Mancanegara
Negara Tempat Tinggal Menurut Negara Tempat
Tinggal (Hari)
2019 2018 2016
Brunei Darussalam 7,04 7,88 5,36
Malaysia 5,29 5,84 5,14
Filipina 6,30 6,38 5,48
Singapura 3,07 4,53 4,35
Thailand 7,89 7,80 6,60
Hong Kong 8,67 7,25 6,58
India 7,05 6,72 6,57
Jepang 6,94 7,22 6,52
Korea Selatan 8,81 8,28 7,35
Pakistan 19,11 13,22 6,79
Bangladesh 5,97 5,85 4,70
Srilanka 7,12 6,60 5,56
Taiwan 7,56 8,06 6,29
Cina 10,71 8,00 7,13
Arab Saudi 13,17 12,90 10,83
Austria 15,71 15,26 13,15
Belgia 14,91 14,99 13,61
Denmark 14,84 14,86 13,93
Perancis 14,56 14,05 14,21
Jerman 15,86 15,39 15,11
Italia 13,59 12,77 13,77
Belanda 18,03 17,52 15,37
Spanyol 13,72 13,49 13,60
Portugal 8,40 7,98 12,48
Swedia 16,02 15,27 15,40

70
Swiss 15,46 14,99 15,13
Inggris 11,52 11,15 12,09
Finlandia 14,98 13,83 13,82
Norwegia 14,60 14,29 13,33
Eropa lainnya - - -
Rusia 19,66 17,63 14,45
Amerika Serikat 11,40 11,27 11,48
Kanada 13,17 12,54 12,92
Amerika Tengah 11,79 13,04 14,90
Amerika Selatan 14,60 13,36 15,06
Australia 9,43 9,50 10,02
Selandia Baru 10,13 10,21 12,09
Mesir 12,23 11,86 10,47
Negara lainnya 8,45 11,14 9,22
Rata- Rata 8,87 8,64 8,42

*Tahun 2018, rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara menurut kebangsaan


* Data tahun 2017 tidak tersedia, sampai dengan tahun 2007 data Portugal tergabung dengan Spanyol
*Sumber: Passenger Exit Survey, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2000 - 2016)
*Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, Direktorat Jenderal Imigrasi (2018, diolah)

Tabel 15. Rata-Rata Lama Tinggal Wisatawan Berdasarkan Negara Tempat Tinggal

Pada tahun 2020, tercatat rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 8,63 hari dari target
2,80 hari. Pencapaian target ini tentunya menjadi salah satu tantangan tersendiri di masa
pandemi COVID-19 yang berdampak besar pada kunjungan wisatawan baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara di tahun 2020. Pandemi COVID-19
mengakibatkan adaptasi di kenormalan baru menjadi kebijakan dalam segala sektor di
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali sektor pariwisata yang akhirnya pemerintah melalui
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berfokus pada kualitas dan kuantitas kunjungan
wisatawan nusantara pada tahun 2020, mengingat sebagian besar negara di dunia menutup
segala akses perjalanan dari dan/ atau ke negara lainnya untuk berkunjung, hal inilah yang
juga berdampak pada capaian lama tinggal (length of stay) wisman di destinasi pariwisata.
Realisasi ini dapat dicapai di tengah tantangan Indonesia menghadapi pandemi COVID-19
yang muncul sejak bulan Maret 2020, dan tantangan lain yang dihadapi antara lain:
1. Selama pandemi COVID-19, banyak negara di dunia yang akhirnya menutup akses
kunjungan keluar masuk ke negara lain termasuk Indonesia, yang mengakibatkan
turunnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
2. Data BPS dan Pusdatin yang belum update sebagai referensi sumber data yang
digunakan

71
3. Belum ada formula yang pasti dalam menghitung target length of stay ini, sehingga perlu
di evaluasi pada perencanaan ke depan

3.3. REALISASI ANGGARAN TA.2020

Selama periode Tahun 2020, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur telah
melakukan revisi Daftar Isian Pelaksanan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan kegiatan sesuai situasi dan kondisi pada saat pelaksanaan. Perubahan
tersebut berdasarkan jenis belanja adalah sebagai berikut:

Belanja Pagu Anggaran Tahun 2020


Sebelum Revisi Setelah Revisi
Belanja Pegawai - -
Belanja Barang 164.259.095.000 262.158.270.000
Belanja Modal 1.398.075.000 1.398.075.000
Belanja Bantuan Sosial - -
165.657.170.000 263.556.345.000
Tabel 16. Pagu Anggaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Tahun 2020 Berdasarkan Jenis
Belanja

PAGU
KODE NAMA KEGIATAN REALISASI SISA DANA
ANGGARAN

4312 Dukungan Manajemen 19,000,000,000 18,914,992,663 99.55% 85,007,337


dan Dukungan Teknis
Lainnya Deputi
Pengembangan Destinasi
dan Infrastruktur

4313 Pengembangan Tata 36,379,525,000 29,330,964,129 80.62% 7,048,560,871


Kelola Destinasi dan
Pariwisata Berkelanjutan
4314 Pengembangan 67,312,315,000 61,475,962,464 91.33% 5,704,599,772
Infrastruktur Ekonomi
Kreatif

72
4315 Pengembangan Destinasi 64,007,027,000 61,779,147,794 96.52% 2,227,879,206
Pariwisata Regional I

4316 Pengembangan Destinasi 76,857,478,000 69,311,845,624 90.18% 7,545,632,376


Pariwisata Regional II

263,556,345,000 240,812,912,674 91.37% 131,752,764

Tabel 17. Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Tahun 2020

Berdasaran tabel 17 diatas, realisasi anggaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur pada tahun 2020 adalah Rp 240.812.912.674,- atau sebesar 91,37% dari total pagu
anggaran sebesar Rp 263.556.345.000,-. (sumber aplikasi Omspan per tanggal 22 Januari 2020).

Dapat dilihat pada tabel 17 diatas, disampaikan pula bahwa selain indikator utama yang
tertuang di dalam perjanjian kinerja tahun 2020 sebagai capaian utama yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur juga
melaksanakan kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur dengan realisasi anggaran Rp 18.914.992.663,-
atau 99,55% dari pagu anggaran Rp 19.000.000.000,-. Sedangkan target capaian fisik berupa
3,1 (skala likert) atas Tingkat Kepuasan Layanan Sekretariat Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur, dan tercapai dengan nilai 3,19 (skala likert). Capaian ini diperoleh
dari hasil survei internal yang telah dilakukan di akhir tahun dengan melibatkan pejabat dan
staf Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur sebagai responden. Adapun
layanan yang diberikan di lingkungan internal Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur, antara lain:
1. Layanan Dukungan Manajemen Eselon I
2. Layanan Sarana dan Prasarana Internal
3. Layanan Perkantoran

Pagu anggaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur berdasarkan DIPA
awal Tahun 2020 adalah sebesar Rp 165.657.170.000,-, kemudian mendapatkan penambahan
pagu anggaran sebesar Rp 97.899.175.000,- yaitu pada revisi DIPA ketiga tanggal 7 September
2020. Penambahan ini berasal dari pagu anggaran BA BUN dalam rangka Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN)/pemulihan sektor pariwisata dan penanganan pandemic COVID-19 yang
berdampak pada pariwisata.

73
No KEGIATAN PAGU REALISASI %

Direktorat Pengembangan Destinasi 38.662.172.000 38.066.929.676 98.46%


Pariwisata Regional I
Revitalisasi Destinasi Pariwisata 6.662.172.000 6.283.579.676 94.32%
1.
(ABT PEN Tahap I)
Reaktivasi Industri Perhotelan 32.000.000.000 31.783.350.000 99.32%
2. Untuk Isolasi Mandiri Masyarakat
OTG (ABT PEN Tahap I)
Direktorat Pengembangan Destinasi 51.357.478.000 45.234.945.676 88.08%
Pariwisata Regional II

Penguatan Sapta Pesona dan 6.857.478.000 4.814.902.222 70.12%


1. Revitalisasi Amenitas (ABT PEN
Tahap I)
Reaktivasi Industri Perhotelan 44.500.000.000 40.420.043.454 90.83%
2. Untuk Isolasi Mandiri Masyarakat
OTG (ABT PEN Tahap I)
Direktorat Tata Kelola Destinasi dan 7.879.525.000 7.878.507.000 99,98%
Pariwisata Berkelanjutan

Pengembangan AR dan VR di Bali, 7.879.525.000 7.878.507.000 99,98%


1.
DIY, dan Kepri

97.899.175.000 91.180.382.352 93.14%

Tabel 18. Realisasi Anggaran BA BUN Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Tahun 2020

Berdasarkan tabel 18 diatas, dapat dilihat bahwa realisasi anggaran BA BUN Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur adalah Rp 91.180.382.352,- atau sebesar 93,14% dari
total pagu anggaran Rp 97.899.175.000,-

74
KODE JENIS BELANJA PAGU REALISASI %

Belanja Barang 132.511.813.000 124.041.332.622 93.60%


52

Belanja Modal 215.940.000 214.928.000 99.53%


53

Total 132.727.753.000 124.256.260.622 93,61%

Tabel 19. Realisasi Anggaran Belanja Dalam Rangka COVID-19

Berdasarkan tabel diatas, jumlah pagu anggaran yang dialokasikan untuk penanganan pandemi
COVID-19 adalah sebesar Rp 132.727.753.000,-. Jumlah anggaran yang terserap sebesar Rp
124.256.260.622,- atau sebesar 93,61% dari pagu anggaran yang dialokasikan. Adapun program
yang telah dilaksanakan dalam rangka penanganan pandemic COVID-19 adalah seperti yang
telah dijelaskan pada bab realisasi sebelumnya, diantaranya:
1. Program Gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat dan Aman)
Program ini dimaksudkan sebagai langkah stimulus bagi destinasi pariwisata dan sektor
ekonomi kreatif serta pelaku didalamnya untuk mempersiapkan destinasi yang layak
dikunjungi selama pandemic COVID-19 maupun pasca pandemic nantinya dengan
mengedepankan unsur-unsur destinasi yang bersihm indah, sehat serta aman bagi
wisatawan
2. Program Revitalisasi Destinasi Pariwisata
Program yang dilakukan di Bali ini dimaksudkan untuk membangkitkan Kembali sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif yang paling terdampak khususnya di Bali sebagai tujuan
destinasi unggulan Indonesia. Diharapkan dukungan serupa akan dilakukan juga di destinasi
pariwisata lainnya di Indonesia.
3. Program Reaktivasi Industri Perhotelan
Program ini dimaksudkan sebagai upaya Menghidupkan kembali geliat sektor pariwisata
dan ekonomi kreatif khususnya di bidang perhotelan yang juga terdampak, melalui
pemanfaatan hotel sebagai lokasi isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 dengan kriteria tanpa
gejala-gejala ringan diharapkan pelayanan industry perhotelan dapat tetap hidup di masa
pandemic COVID-19 ini.

75
BAB IV PENUTUP

PENUT
Dalam menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2020, Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur mengacu pada Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2020. Berdasarkan
UP dari Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur,
capaian
target pada sasaran strategis dengan capaian 4 (empat) indikator kinerja yaitu rasio
pemenuhan infrastruktur ekonomi kreatif sebesar 60%, jumlah destinasi pariwisata yang siap
dipasarkan sejumlah 9 destinasi, jumlah perangkat tata Kelola destinasi dan pariwisata
berkelanjutan yang siap diimplementasikan sejumlah 10 lokasi, serta lama tinggal (length of
stay) wisman di destinasi ditargetkan sebesar 2,80%. Dari target tersebut, capaian Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur tahun 2020 berdasarkan Perjanjian Kinerja
yang telah disepakati adalah sebagai berikut: (1) target pada indikator kinerja rasio pemenuhan
infrastruktur ekraf terhadap kebutuhan ekraf sebesar 60%; (2) jumlah destinasi pariwisata yang
siap dipasarkan tercapai sejumlah 9 destinasi; (3) jumlah perangkat tata kelola destinasi dan
pariwisata berkelanjutan yang siap diimplementasikan sebanyak 15 lokasi; dan (4) lama tinggal
(length of stay) wisman di destinasi tercapai 8,63 hari.

Sementara total realisasi anggaran reguler Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Infrastruktur pada Tahun Anggaran 2020 adalah Rp 240.812.912.676,- atau sebesar 91,37% dari
total anggaran sebesar Rp 263.556.345.000,- (data realisasi per 22 Januari 2021). Selain itu,
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur juga mendapatkan tambahan pagu
anggaran sebesar Rp 97.899.175.000,- yaitu pada revisi DIPA ketiga tanggal 7 September 2020.
Penambahan ini berasal dari pagu anggaran BA BUN dalam rangka Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN)/pemulihan sektor pariwisata dan penanganan pandemi COVID-19 yang
berdampak pada pariwisata, anggaran tersebut digunakan untuk program yang telah
dilakukan diantaranya gerakan destinasi BISA (Bersih, Indah, Sehat dan Aman), Revitalisasi
Destinasi, Reaktivasi Industri Perhotelan, destinasi Rebound, serta mitigasi dan penanganan
pandemi COVID-19.

76
Dari capaian tahun 2020, dapat direkomendasikan beberapa langkah penting sebagai bahan
pertimbangan untuk peningkatan Kinerja tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas perencanaan program dan anggaran, sehingga pencapaian target


kinerja program dan anggaran dapat lebih efektif dan tepat sasaran;
2. Meningkatkan koordinasi dan sinergi antara unit-unit organisasi internal di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah
Daerah, Akademisi, Pelaku Industri, Komunitas serta pihak-pihak lain yang terkait
pariwisata;
3. Meningkatkan implementasi pada sistem monitoring dan evaluasi terpadu untuk hasil
monitoring dan evaluasi yang lebih efektif dan efisien;
4. Melakukan evaluasi secara berkala atas pencapaian Indikator Kinerja Utama, melalui
aplikasi e-Performance, SMART Kemenkeu, E-Monev Bappenas maupun pelaporan lainnya
secara benar, lengkap dan tepat waktu;
5. Terus menciptakan inovasi di bidang pengembangan destinasi pariwisata untuk
mendukung perbaikan kinerja di masa yang akan datang.
6. Perlu dilakukan evaluasi berkala atas perencanaan yang telah disusun.

77
LAMPIRAN

78
79
80

Anda mungkin juga menyukai