Anda di halaman 1dari 42

SINERGI STAKEHOLDERS AKUAKULTUR DALAM

MEWUJUDKAN KEDAULATAN PERIKANAN


BERKELANJUTAN
IRZAL EFFENDI
Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

SEMINAR AKUAKULTUR
JURUSAN AKUAKULTUR - FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
Outline Presentasi

 Akuakultur: potensi, peran dan harapan


 Isu dan Permasalahan Pokok
 Stakeholders Akuakultur
 Sinergi Stakeholders Akuakultur Menghadapi Industri 4.0
 Penutup
Potensi Perikanan Budidaya Nasional

Daratan Lautan (ZEE)


1,9 juta km2 = 190 juta ha 5,8 juta km2 = 580 juta ha

Lahan Darat Perairan Tawar dan Payau (Danau, Waduk,


136 juta ha (72%) Sungai, Rawa) 54 juta ha (28%)

Lautan 67%, daratan 33% dengan 17.504 pulau dan 95.181 km garis pantai (kedua setelah Kanada).
Potensi marikultur saja mencapai 210 milyar USD/tahun (Dahuri 2018)

No. Sektor Ekonomi Maritim Nilai (milyar USD/tahun)


1 Perikanan Tangkap 16
2 Perikanan Budidaya/Marikultur 210
3 Industri Pengolahan Hasil Perikanan 227
4 Industri Bioteknologi Kelautan 180
5 ESDM 210
6 Parawisata Bahari 60
7 Transportasi Laut 30
8 Industri dan Jasa Maritim 200
9 Coastal Forestry 8
10 Sumber Daya Wilayah Pulau Kecil 120
11 Sumber daya Non-Konvensional 200
Total 1 461
Indonesia produsen utama akukaultur dunia dengan
pertumbuhan produksi paling tinggi (FAO 2017)
Pertumbuhan (%/tahun)
No. Negara 2010 2015 2016
2015-2016 2010-2016
1 Cina 36.734 47.053 49.244 4,66 5,68
2 India 3.786 5.260 5.700 8,37 8,43
3 Indonesia 2.305 4.343 4.950 13,98 19,13
4 Vietnam 2.683 3.438 3.625 5,44 5,85
5 Bangladesh 1.309 2.060 2.204 6,99 11,40
6 Mesir 920 1.175 1.371 16,68 8,17
7 Norwegia 1.020 1.381 1.326 -3,98 5,00
8 Chilie 701 1.046 1.035 -1,05 7,94

Prime mover pertumbuhan akukaultur Indonesia adalah Marikultur


Pertumbuhan produksi perikanan budidaya nasional 2011-2015 (dalam
ton).

No. Sistem Budidaya 2011 2012 2013 2014 2015


1 Budidaya Laut 4.605.827 5.769.737 8.379.271 9.034.756 10.174.022
2 Tambak 1.602.748 1.756.799 2.344.671 2.428.389 2.498.966
3 Kolam 1.127.127 1.433.820 1.774.407 1.963.509 2.043.161
4 Keramba 131.383 178.367 200.006 221.304 193.790
5 Jaring Apung 375.430 455.012 505.248 500.873 535.673
6 Jaring Tancap - - - 65.955 40.852
7 Sawah 86.448 81.818 97.303 144.263 147.631
Jumlah 7.928.963 9.675.553 13.300.906 14.359.050 15.634.095
Pertumbuhan (%) 22,03 37,47 7,96 8,88

Rumput laut sebagai komoditas penghela


10 propinsi produsen utama akuakultur nasional adalah propinsi
dengan sumber daya kelautan yang tinggi

No. Propinsi 2011 2012 2013 2014 2015


1 Sulawesi Selatan 1.633.274 2.235.007 2.592.136 3.103.434 3.479.420
2 Nusa Tenggara Timur 379.399 401.582 1.849.473 1.970.112 2.289.605
3 Sulawesi Tengah 781.378 929.215 1.324.445 1.218.406 1.396.701
4 Jawa Timur 715.865 927.974 995.962 1.043.886 1.093.121
5 Jawa Barat 695.104 778.999 970.568 1.006.017 1.075.260
6 Nusa Tenggara Barat 381.410 547.059 719.358 887.395 1.066.922
7 Sulawesi Tenggara 647.836 712.597 1.010.927 1.037.416 994.056
8 Maluku 612.505 477.484 592.053 501.582 725.278
9 Sumatera Selatan 291.375 404.923 435.001 487.199 496.943
10 Sulawesi Utara 151.549 212.160 322.863 429.543 478.702
Produksi Akuakultur VS Penangkapan Dunia
Pertumbuhan Rata-
Kategori 2011 2012 2013 2014 2015 2016
rata (%)
PRODUKSI
Perikanan Tangkap
Darat 10,7 11,2 11,2 11,3 11,4 11,6 1,64
Laut 81,5 78,4 79,4 79,9 81,2 79,3 -0,52
Sub-total 92,2 89,6 90,6 91,2 92,6 90,9 -0,27
Perikanan Budidaya
Darat 38,6 42 44,8 46,9 48,6 51,4 5,91
Laut 23,2 24,4 25,4 26,8 27,5 28,7 4,35
Sub-total 61,8 66,4 70,2 73,7 76,1 80,1 5,33
Total Produksi 154,0 156,0 160,8 164,9 168,7 171,0 2,12
PEMANFAATAN
Pangan 130,0 136,4 140,1 144,8 148,4 151,2 3,07
Non-pangan 24,0 19,6 20,6 20,0 20,3 19,7 -3,52
Populasi Manusia 7,0 7,1 7,2 7,3 7,3 7,4 1,12
Krisis ikan di masa depan

 Populasi manusia bertambah 0,1 milyar per tahun

Tahun Ikan yang Dikonsumsi (%) Konsumsi Ikan Per (%)


(juta ton) Kapita (kg)
2011 130,0 18,5
2012 136,4 4,9 19,2 3,8
2013 140,1 2,7 19,5 1,6
2014 144,8 3,4 19,9 2,1
2015 148,4 2,5 20,2 1,5
2016 151,2 1,9 20,3 0,5
Peran Akuakultur

 Produksi makanan (penyedia pangan manusia)


 Produksi bahan baku industri
 Produksi ikan hias
 Perbaikan stok alam (stock enhancement)
 Produksi ikan untuk rekreasi
 Produksi ikan umpan
 Daur ulang bahan organik
Isu dan Permasalahan Pokok: Eksternal

 Regulasi yang menghambat (restrictive regulation), termasuk perizinan dan belum mantapnya rencana tata
ruang laut,
 Pasar pada beberapa tujuan ekspor produk perikanan budidaya mengalami pelemahan,
 Penurunan mutu lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran terutama di kawasan perikanan budidaya
pesisir akibat belum adanya aturan tentang tata ruang dan penegakan hukum,
 Wabah penyakit dari kawasan lain akibat sifat perikanan budidaya yang umumnya waterbased aquaculture
yakni wadah produksi berada dalam badan perairan yang common property dan open acces,
 Konflik pemanfaatan ruang laut akibat sifat perikanan budidaya tersebut di atas dan juga menggunakan
perairan yang common property dan open acces,
 Infrastruktur wilayah seperti transportasi, energi, air bersih, komunikasi dan akomodasi yang kurang mendukung,
 Negara kompetitor seperti Vietnam dan Thailand yang berjarak lebih dekat ke pusat perdagangan ikan
perikanan budidaya dunia dan mengembangkan perikanan budidayanya lebih agresif serta totalitas, dan
 Lemahnya kemauan pelaksana pembangunan di tingkat pusat dan daerah dalam mewujudkan misi luhur Nawa
Cita yang telah dicanangkan oleh Presiden.
Isu dan Permasalahan Pokok
No. Isu Permasalahan Dampak
1 Benih dan a) Beberapa komoditas perikanan budidaya a) Produktivitas dan daya saing produk perikanan budidaya
Induk belum memiliki benih dan induk unggul rendah
b) Standarisasi benih belum optimal, b) Produktivitas serta daya saing usaha dan produk perikanan
sehingga mutu benih belum standar budidaya rendah dan bervariasi yang menyebabkan industri
c) Penyebaran benih dan induk unggul perikanan budidaya belum bisa mantap
nasional belum merata c) Kemajuan pembangunan perikanan budidaya menjadi tidak
d) Penerapan Cara Pembenihan Ikan yang merata dan timpang sehingga menyebabkan ketimpangan
Baik (CPIB) belum optimal pembangunan dan ekonomi wilayah
e) Kurangnya kerjasama antara pemerintah d) Sulit mendapatkan ketersediaan benih yang tepat waktu, tepat
dan swasta dalam pengembangan benih jumlah, tepat mutu dan tepat harga
dan induk unggul e) Pengembangan benih dan induk unggul nasional menjadi
f) Anggaran untuk pengembangan benih lambat, tidak efisien dan efektif
dan induk unggul di lembaga penelitian f) Pengembangan benih dan induk unggul di lembaga penelitian
dan perekayasan relatif kecil dan perekayasaan terkait menjadi melambat bahkan berhenti,
g) Kurang kuatnya kemauan pemerintah sehingga tidak mampu memeuhi tuntutan industri perikanan
budidaya nasional
g) Timbulnya peraturan/regulasi yang kurang affirmatif,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan dan
anggaran yang lemah
No. Isu Permasalahan Dampak
2 Pakan a) Harga pakan tinggi, cenderung meningkat dan a) Mengurangi keuntungan, menyebabkan ketidakpastian
berfluktuasi dan melemahkan daya saing dan produk usaha perikanan
b) Bahan baku pakan, terutama tepung ikan sebagai budidaya
sumber protein pakan yang merupakan komponen b) Menyebabkan berfluktuasinya dan meningkatnya harga
paling mahal dalam struktur biaya pakan, sebagian pakan mengikuti kurs mata uang asing sehingga
besar masih impor menyebabkan ketidakpastian usaha perikanan budidaya
c) Industri tepung ikan dalam negeri belum berkembang c) Belum bisa mendukung pengembangan indutri pakan
karena dihadapkan kepada permasalahan bahan dalam negeri yang mandiri, efisien dan berdaya saing
baku (kuantitas dan kualitas), ketepatan waktu dan d) Menyebabkan rendahnya daya saing usaha dan produk
harga usaha perikanan budidaya terutama di kawasan remote
d) Distribusi pakan dari produsen (pabrik) ke konsumen dan berbatasan dengan negara kompetitor seperti
(pembudidaya) belum efektif dan efisien (berbiaya Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam
tinggi) e) Pakan mandiri dan paka alternatif belum bisa menjadi
e) Program pengembangan pakan madiri dan pakan solusi permasalahan pakan nasional
alternatif belum berjalan secara optimal
No. Isu Permasalahan Dampak
3 Penykait a) Penurunan mutu lingkungan Menyebabkan kegagalan panen dan menurunkan
b) Lemahnya kapasitas SDM dan produktivitas serta meningkatkan biaya produksi
kelembagaan
c) Penggunaan sarana produksi (benih, pakan,
obat-obatan) yang tidak standar dan unggul
d) Lemahnya penerapan SOP/CBIB
4 Kapasitas SDM dan a) Kualitas dan kapabilitas SDM dan a) Lambatnya penguasaan dan diseminasi teknologi
Kelembagaan kelembagaan yang rendah dan bervariasi b) Kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) dan lembaga
b) Lemahnya kelembagaan masyarakat dan perikanan (baik di tingkat pusat maupun daerah) belum
pemerintah efektif dan efisien dan menjadi motor dan ujung tombak
c) Rendahnya anggaran yang terkait dengan pembangunan perikanan budidaya
kelembagaan SDM perikanan budidaya c) Pembangunan kapasitas SDM dan kelembagaan
d) Rendahnya sinergitas antar lembaga dan perikanan budidaya berjalan lambat bahkan jalan di
stake holder perikanan budidaya tempat
d) Tidak kuat menghadapi persaingan global dan regional
dan rendahnya daya saing
No. Isu Permasalahan Dampak
5 Teknologi a) Pengembangan teknologi perikanan budidaya a) Lambatnya respon dan solusi terhadap masalah
berjalan lambat yang dihadapi perikanan budidaya seperti serangan
b) Banyaknya komoditas perikanan budidaya yang harus hama penyakit, benih dan induk unggul,
ditangani pencemaran dan kualitas lingkungan, intoduksi
c) Lemahnya koordinasi antar lembaga penelitian dan spesies baru, sistem produksi dan sebagainya
pengembangan pemerintan dan swasta serta dengan b) Pengembangan komoditas menjadi tidak efektif dan
perguruan tinggi efisien
d) Rendahnya anggaran yang terkait dengan c) Pengembangan teknologi menjadi tidak efketif dan
kelembagaan penelitian dan pengembangan perikanan efisien serta lambat mengantisipasi guna mencari
budidaya solusi atas permasalahan perikanan budidaya
d) Menimbulkan persamalahan seperti pada poin a
6 Skala Usaha Skala usaha perikanan budidaya belum ekonomis Menyebabkan rendahnya daya saing usaha dan
produk usaha perikanan budidaya dan sulitnya
pembinaan
No. Isu Permasalahan Dampak
7 Regulasi a) Terbitnya peraturan (Permen, Perda) yang tidak a) Menyebabkan usaha perikanan budidaya
afirmatif bahkan restriktif terhadap pengembangan sulit berkembang, melemahkan daya saing
usaha perikanan budiadya bahkan mematikan usaha
b) Belum dijalankannya aturan dan lemahnya b) Pembangunan perikanan budidaya berjalan
penegakan hukum, baik di tingkat nasional (Perpres lambat bahkan timbul berbagai konflik antara
Percepatan Pebangunan Perikanan, tata ruang laut) lain terkait pemanfaatan ruang dan sumber
maupun lokal (seperti perizinan usaha, pengawasan daya
dan sebagainya)
No. Isu Permasalahan Dampak
8 Pasar a) Fluktuasi permintaan dan suplai produk perikanan a) Kekurangtepatan antara produksi (panen dan
budidaya di pasar domestik dan ekspor terkait pola tanam) dengan permintaan yang bisa
dengan kondisi makro dan mikro ekonomi lokal, menyebabkan menurunnyakeuntungan dan
kawasan dan dunia, momen/even kawasan dan kerugian usaha
dunia dan sebagainya b) Kurangnya daya saing usaha perikanan
b) Lemahnya koordinasi antara pmerintah dan pelaku budidaya menghadapi kompetitor dari negara lain
usaha perikanan budidaya (asosiasi maupun dalam pasar global
perusahaan dan individu) dalam menghadapi c) Meningkatkan ketidakpastian pasar dan usaha
persaingan pasar regional dan global akuakultur
c) Regulasi pasar di negara tujuan ekspor yang
bervariasi dan berubah-ubah
9 Pencemaran a) Belum dijalankannya aturan dan lemahnya a) Konflik pemanfaatan ruang dan sumber daya
Lingkungan penegakan hukum, seperti tata ruang, b) Melemahkan daya saing dan keberlanjutan
pengawasan dan sebagainya usaga perikanan budidaya
b) Menurunkan tingkat produktivitas dan
meningkatkan biaya produksi
Stakeholders Akuakultur

Pengadaan Proses Penanganan


Sarana dan Produksi Pascapanen dan
Prasarana Pemasaran

Pendukung
Pengadaan sarana dan Proses produksi:
prasarana produksi: -Pembesaran (biomasa): daging
-Benih -Pembenihan: benih, ikan hias
-Pakan (alami dan buatan)
-Obat-obatan
-Pupuk dan pestisida
-Peralatan produksi

Pendukung:
Penanganan pascapanen dan
pemasaran: -Hukum

-Transportasi ikan hidup -Kelembagaan: pembinaan,


penelitian, pendidikan (SDM),
-Pengumpulan perbankan, kemasyarakatan
-Penyajian (display) (profesi)
-dsb
Hatchery Agen benih Benih
Bisnis
akuakultur
didukung Pabrik pakan Agen pakan Pakan

Proses produksi akuakultur (pembesaran)


oleh bisnis
pengadaan
Pabrik pupuk Agen pupuk Pupuk
sarana
produksi
Obat-
sejak Pabrik obat- Agen obat-obatan
obatan
Sistem
perusahaan obatan Pema-
saran
manufaktur Pabrik es Agen es Es
hingga agen
penyaluran
nya Depot Agen BBM BBM
Pertamina

Masyarakat Agen tenaga Tenaga


kerja kerja

Pabrik Agen peralatan Peralatan


peralatan
Segmentasi Usaha Akuakultur
Segmentasi Usaha Pembanihan

Pemeliharaan Pemijahan
Induk Induk

Pembesaran/ Penetasan
Pendederan Telur

Pemeliharaan Pemeliharaan
Benih Larva
Pabrik saprodi Agen Agen menengah Agen kecil Pembudidaya ikan
di sentra produksi
besar

Importir

Mata rantai pengadaan sarana produksi (saprodi) akuakultur sejak


pabrik/importir hingga pembudidaya di sentra produksi.
Pengolahan ikan patin yang diproduksi oleh bisnis akuakultur (KJA, karamba jaring apung atau
kolam air tenang) menjadi berbagai jenis makanan.

Degeosminasi di Industri
KJA Deboning
kolam atau air makanan
mengalir

Kolam air Fillet


tenang
Burger
Ikan patin
Sosis

Ikan asin Biskuit

Nugget
Ikan pindang
Kerupuk

Baso
Ikan pepes
Budidaya ikan bandeng di Pemindangan ikan Rantai pemasaran produk
tambak di Jawa Timur bendeng di Karwang, budidaya
Jawa Barat

Budidaya ikan nila di Pengolahan dendeng


tambak Subang Jawa ikan di Bekasi, Jawa Pengumpul
Barat Barat

Budidaya ikan mas


dalam KJA di Cirata,
Jawa Barat Pasar induk
Kramat Jati
Jakarta
Pengecer kecil Pengecer besar

Konsumen: rumah
tangga, warung
makan dan restoran
BIT’s 5th Annual World Congress of Aquaculture and Fisheries-2016

29
WORLD DEMAND
Uni Eropa
320.000 ton USA
568.650 ton

SHRIMP
China Japan
78.000 ton 223.423 ton
South Korea
Vietnam 63.000 ton
155.000 ton

World shrimp demand is still high in 2016 up to


5,000,000 ton (FAO GLOBEFISH 2015)
BIT’s 5th Annual World Congress of Aquaculture and Fisheries-2016

30
WORLD PRODUCTION

India Ekuador
345.404 ton 300.576 ton
Thailand
167.057 ton
Indonesia
181.351 ton

World Shrimp Production is 3.6 million ton year-1, with 2.37 million ton
are come from pond white shrimp culture(FAO GLOBEFISH 2015).
Total Shrimp Production
Indonesia2010-2019: KKP VS Private)

No. Shrimp 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 L. vannamei 206.578 246.420 238.663 376.189 428.905 406.795 484.002 513.042 543.825 576.454
2 P. monodon 125.519 126.157 116.311 168.318 129.231 125.073 150.860 146.268 141.815 146.069
Total 332.097 372.577 354.974 544.507 558.136 531.868 634.862 659.310 685.640 722.523

No. Farmers 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 CPP 46.000 45.000 43.750 41.000 38.000 36.000 30.000 20.000 20.000 30.000
2 SCI 107.000 109.750 113.750 145.000 173.400 201.677 210.544 221.071 243.178 236.667
3 SME Farmers 53.578 91.670 93.400 95.000 78.600 51.323 64.456 92.229 103.452 136.626
Total 206.578 246.420 250.900 281.000 290.000 289.000 305.000 333.300 366.630 403.293

Estmated data for 2017-2019


Source: Minsitry of Fisheries and Marine Affair (2016) and SCI (2016)
Dipasena Citra Darmaja (DCD)
acquired by CPP

Bumi Dipasena DIPASENA II Ships used for direct export

PT DCD established on October 23, 1987 and granted the first concession to develop 16,250 (two
districts) hectares of previously uninhabited tidal land in Lampung Province,
Main Issue: Feed and Feeding

 ASEAN, India &


China Aqua Feed
Consumption
(1000 metric ton)
Top 5 countries for aquafeed
production in 2013 (x1000 metric tons)

Source: Copyright 2014


WATT Global Media
Feed the Nation

 Non Profit Organization GPMT Members of Aqua Feed


that was established 30
October 1976
 65 companies members
(97 feed mills) that consist
of Poultry Feed Mills, Fish &
Shrimp Feed Mills
Tiger Shrimp

NO. ISSUE CHALLENGES


1 Induk dan Masih dominan induk alam dan rentan
Benih terhadap penyakit.

• Pemuliaan induk belum


menghasilkan induk unggul sesuai
kriteria yang dibutuhkan.

• Jumlah dan kualitas benih bermutu


masih kurang
2 Penyakit • Rentan serangan penyakit akibat
dari sumber induk dan benih
(belum SPF dan SPR) serta minimnya
upaya pengelolaan lingkungan
perairan.

• Umumnya usaha budidaya udang


windu secara tradisional
Sinergitas Stakeholders Akuakultur
Menghadapi Industri 4.0

Pemerintah Asosiasi Perbankan

Lembaga Kelompok Pedagang


Penelitian dan Pembudidaya
Perekayasaan

Pembudidaya
Perguruan Tinggi
Ikan
Penutup: Kedaulatan Perikanan

 Hak eksklusif untuk menguasai dan mengelola sumber daya alam


suatu wilayah untuk pengembangan perikanan.
 Memiliki kendali penuh urusan pengelolaan perikan sehingga
dicapai tujuan yang diharapkan dan terkait dengan berbagai
kelembagaan yang memiliki yurisdiksi hukum/aturan sendiri.
 Kekuasaan tertinggi atas pengelolaan perikanan
 Memerlukan sinergitas segenap stakeholders akuakultur
Misi KKP
1. Kedaulatan (Sovereignty), yakni mewujudkan pembangunan kelautan
dan perikanan yang berdaulat, guna menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumberdaya kelautan dan perikanan, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Keberlanjutan (Sustainability), yakni mewujudkan pengelolaan


sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.

3. Kesejahteraan (Prosperity), yakni mewujudkan masyarakat kelautan


dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta berkepribadian
dalam kebudayaan.
41
Produksi Akuakultur VS Penangkapan Dunia

Anda mungkin juga menyukai