Anda di halaman 1dari 103

PEMICU 1 BLOK SMS

VIVIAN SAPUTRA
405140126
LO
• MM. otot & alat gerak secara anatomi
• MM. otot & tulang secara histologi
• MM. fisiologi alat gerak & kontraksi otot
• MM. faktor resiko nyeri lutut
• MM. etiologi nyeri lutut
• MM. patofisiologi nyeri lutut
• MM. tanda & gejala nyeri lutut
• MM. pemeriksaan penunjang
• MM. D/ & DD
• MM. prognosis & komplikasi
• MM. tatalaksana farmako & non farmako
1. MM. ANATOMI
Page
019
Anterior Muscles
Anterior muscles
Nerves
Muscles of the Posterior Compartment
• Triceps brachii
– Long head
– Lateral head
– Medial head
• Anconeus
Posterior Muscles
Posterior Nerve
Anconeus
Blood Supply
Blood Supply
Veins
Intrinsics of foot
Frolich, Human Anatomy,
Lower LImb
2. MM. HISTOLOGI
Tulang
• Adalah bentuk khusus jaringan ikat & terdiri
dari sel, serat dan matriks ekstraselular.
• Pengendapan mineral dalam matriks
menyebabkan tulang mengalami kalsifikasi 
tulang jadi keras & dapat menahan beban
lebih besar dibanding tulang rawan.
Fungsi Tulang
– Sebagai kerangka tubuh yang kaku
– Memberi tempat perlekatan bagi otot dan organ.
– Melindungi organ vital
– Berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel
darah)
– Tempat penyimpanan kalsium, fosfat, mineral lain
– Sistem pengungkit melipatgandakan kekuatan yg
timbul akibat kontraksi otot rangka, menghasilkan
gerak tubuh.
STRUKTUR TULANG
• Tulang: tulang rawan & tulang rangka
• Struktur tulang dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu:
– Matriks tulang
– Sel tulang :
• Osteprogenitor
• Osteoblas
• Osteosit
• osteoklas
• Permukaan tulang dilapisi lapisan osteogenik, yaitu: endosternum
(dalam) dan periosternum(luar)
• Pertukaran zat terjadi dilakukan oleh osteosit dan pembuluh
darah kapiler di kanalikuli
STRUKTUR TULANG
Bagian Tulang Keterangan
Osteoprogenitor Lokasi: perios, endosteum, vaskuler
Osteoblas Sintesis komp.organik matrix tulang (kolagen tipe 1,
proteoglikan, glikoprotein)
Osteosit Tiap kanalikuli terdapat tonjolan dari osteosit, tonjolan
osteosit ini akan saling berhubungan 1 dengan yg lain
dengan gap junction
Osteosit berperan dalam mempertahankan matrix tulang
Bila osteosit mati akan disertai resorpsi matrix tsb
Osteoklas Sel motil besar dengan inti 5-50 sel
Osteoklas menhasilkan kolagenase dan enzim yang lain,
digunakan untuk melarutkan kolagen dan melarutkan
kristal garam kalsium, aktivitasnya dikendalikan hormon
Batas zona gelombang menandakan aktivitas osteoklas
Matrix tulang Bahan organik: kolagen tipe1, proteoglikan, glikoprotein
Bahan anorganik: kalsium, fosfor, bikarbonat, sitrat, Mg, K,
Na
Jaringan Otot
• 3 jenis jaringan otot dalam tubuh :
– Otot rangka
– Otot polos
– Otot jantung
• Semua jaringan otot terdiri atas sel memanjang = serat
• Sitoplasma sel otot = sarkoplasma  mengandung banyak
miofibril yang mengandung 2 jenis filamen protein kontraktil
(aktin & miosin)
Otot Rangka
• Serat otot rangka adalah sel
multinukleus silindris panjang, dgn
inti-inti tersebar di perifer
• Setiap serat otot terdiri dari
subunit-subunit yang disebut
miofibril.
• Otot rangka dibungkus oleh
epimisium, perimisium dan
endomisium.
– Otot dikelilingi oleh jar. Ikat
padat tidak teratur (epimisium).
– Fasikulus otot dikelilingi oleh
jaringan ikat perimisium.
– Setiap serat otot dikelilingi oleh
jaringan ikat endomisium.
• Hampir semua otot rangka terdapat reseptor regang
sensitif = gelendong neuromuskular (junctio
neuromuscularis fusi)
• Gelendong neuromuskular terdiri atas kapsul jaringan ikat,
tempat ditemukannya serat otot modifikasi (serat
intrafusal) dan banyak ujung saraf, dikelilingi oleh ruang
berisi cairan.
• Gelendong neuromuskular memantau perubahan
(peregangan) panjang otot & mengaktifkan refleks
kompleks untuk mengatur aktivitas otot.
Gambaran Mikroskop Elektron Otot
Rangka
• Pita terang = Stria I  dibentuk oleh filamen tipis aktin.
• Stria I dipotong oleh linea Z.
• Di antara linea Z ada unit kontraktil terkecil otot (sarkomer)
• Pita gelap = Stria A & ada di bagian tengah sarkomer.
• Stria A dibentuk oleh filamen aktin & miosin yg tumpang
tindih
• Stria M di bagian tengah stria A memperlihatkan ikatan
filamen-filamen miosin.
• Stria H di setiap sisi stria M hanya mengandung filamen
miosin
• Setiap sarkomer dikelilingi o/ retikulum sarkoplasma &
mitokondria.
• Ketika otot kontraksi  stria I & H memendek , sementara
stria A tidak berubah.
• Invaginasi sarkolema ke dalam masing-masing serat
otot membentuk tubulus T.
• Sisterna terminalis retikulum sarkoplasma & tubulus T
membentuk triad  letaknya di taut A-I
• Rangsangan untuk kontraksi otot dibawa oleh tubulus T
ke setiap serat otot.
• Setelah stimulasi, retikulum sarkoplasma
membebaskan ion kalsium ke dalam sarkomer
• Kalsium mengaktifkan pengikatan aktin & miosin 
menyebabkan kontraksi otot.
• Pada akhir kontraksi, kalsium secara aktif diangkut ke &
disimpan di dalam retikulum sarkoplasma.
Otot Jantung
• Terletak di jantung & pembuluh besar yg melekat pada jantung.
• Cross-striation aktin & miosin membentuk stria I, stria A, linea Z yg
serupa dengan otot rangka.
• Mengandung 1-2 nukleus di sentral ; serat bercabang.
• Ditandai oleh kompleks taut padat yaitu diskus interkalaris yg
mengandung nexus.
• Tubulus T terletak di linea Z; lebih besar daripada otot rangka.
• Rangka sarkoplasma kurang berkembang.
• Nexus menyatukan semua serat u/ kontraksi ritmik.
• Memperlihatkan otoritmisitas & menghasilkan rangsangan spontan
Otot Polos
• Ditemukan di organ berongga & pembuluh darah.
• Mengandung filamen aktin & miosin tanpa pola cross-
striation.
• Serat berbentuk fusiformis & mengandung 1 nukleus.
• Di usus, otot tersusun dalam lapisan konsentrik.
• Filamen aktin & miosin tidak teratur dan tidak ada
serat melintang.
• Aktin & miosin membentuk anyaman kisi-kisi &
menyisip ke dalam vinculum sarcoplasmicum di
sarkoplasma.
• Aktin & miosin berkontraksi & memperpendek otot dgn
mekanisme pergeseran yg mirip otot rangka
• Memperlihatkan aktivitas spontan & mempertahankan tonus
di organ berongga.
• Nexus menggabungkan otot & memungkinkan komunikasi
ionik di antara semua serat.
• Otot involunter diatur o/ sistem saraf otonom, hormon, &
peregangan.
3. MM. FISIOLOGI ALAT GERAK &
KONTRAKSI OTOT
Sarkomer
• Miosin mempunyai ujung kepala yang
memiliki dua tempat pengikatan, yakni
- tempat pengikatan aktin
- tempat ATPase miosin
• Filamen tipis terdiri dari 3 protein:
- aktin
- tropomiosin: protein berbentuk seperti
benang yang terletak di sepanjang sisi alur
spiral aktin yang berikatan dengan jembatan
silang  menghambat kontraksi otot
- troponin: suatu kompleks yang terdiri dari 3
jenis unit polipeptida
 satu mengikat tropomiosin
 satu mengikat aktin
 satu mengikat ion kalsium
Terjadinya kontraksi
otot
Fisiologi Kerja Otot
Kontraksi :
• Asetilkolin yg dikeluarkan dr ujung terminal neuron motorik mengawali
potensial aksi di sel otot merambat ke seluruh permukaan membran
• Aktivitas listrik/potensial aksi permukaan dibawa ke bagian sentral serat
otot oleh tubulus transversus (tubulus T)kantung2 lateral retikulum
sarkoplasma dekat tubulus pelepasan Ca++
• Aktin : Ca++ berikatan dg troponin mengubah bentuknya kompleks
troponin-tropomiosin tergeser ke samping membuka tempat
pengikatan jembatan silang aktin
• Miosin dpt energi dr penguraian ATP jd ADP +Pi +energi oleh ATPase
miosin jembatan silang miosin
• Pengikatan aktin dan miosin di jembatan silang jembatan silang
menekuk suatu gerakan mengayun kuat menarik filamen tipis ke
arah dalam.
• Pergeseran ke arah dalam dr semua filamen tipis yg mengelilingi
filamen tebal memperpendek sarkomer (KONTRAKSI OTOT)
Relaksasi
• Selama gerakan mengayun kuat dilepaskan ADP dan Pi
dibebaskan dr jembatan silang
• ATP baru melekat di jembatan silang terlepasnya jembatan
silang, kembali ke bentuk semula penguraian ATP baru oleh
ATPase miosin memberikan energi bagi jembatan silang
• Jika :
– Ca++ msh ada kompleks troponin-tropomiosin tergeser
ke samping jembatan silang menjalani siklusnya kembali
utk kontraksi
– Potensial aksi lokal tdk ada Ca++ scr aktif kembali ke
kantung lateral retikulum sarkoplasma kompleks
troponin-tropomiosin geser kembali ke posisi semula yg
menutup jembatan silang aktin aktin dan miosin tdk
berikatan di jembatan silang filamen tipis ke posisi
istirahat RELAKSASI
4. MM. FAKTOR RESIKO NYERI
LUTUT
LESI MENISCUS
• Meniscus : suatu bantalan sendi yang terdapat di antara
Os. Femur dan Os. Tibia.
• FUNGSI MENISCUS :
– Memperlebar dan memperdalam permukaan kontak
antara femur dan tibia  stess / tekanan pada
kartilago artikuler berkurang.
– Mendistribusikan beban yang diterima oleh sendi
lutut.
– Menjaga stabilitas sendi dan fungsi lubrikasi
menghasilkan cairan sendi.
Faktor Resiko Lesi Meniscus
• Anyone performing activities involving aggressive twisting and
pivoting of the knee is at risk of a torn meniscus.
• The risk is particularly high for athletes — especially those
who participate in contact sports, such as football, or
activities that involve pivoting, such as tennis or basketball.
• The risk of a torn meniscus also increases as you get older,
due to years of wear and tear on your knees.
Faktor Risiko Cedera Olahraga
1. Faktor dari dalam diri atlet:
– Umur (Pertambahan usia berpengaruh terhadap kondisi
fisik atlet serta lamanya penyembuhan cedera.)
– Temperamental Atlet (Emosi)
– Kurangnya pemanasan
– Tahap latihan
– Tingkat kebugaran fisik
– Keadaan gizi kurang

2. Faktor dari luar diri atlet :


– Fasilitas Olahraga
– Jenis olahraga
Faktor resiko
TENDINITIS
– gerakan berulang,
– trauma,
– penggunaan antibiotik tertentu (seperti levofloksasin dan
ciprofloxacin),
– Tendinitis dapat juga terjadi pada orang dengan penyakit
seperti rheumatoid arthritis, obesitas, dan diabetes
– Gender
Cedera Achilles tendon lebih banyak terjadi pada laki-
laki pada rasio 6:1, mungkin karena keterlibatan
olahraga-spesifik.
– Umur
Luka ini biasanya diamati pada atlet berusia 30-50
tahun.
5. MM. ETIOLOGI NYERI LUTUT
Penyebab Cedera Olahraga Sepak Bola
a) Faktor luar:
• Body contact sport (benturan dengan lawan)
• Alat olahraga
• Kondisi lapangan

b) Faktor dalam:
• Faktor kelainan bentuk anatomi. (Panjang tungkai yang tidak
sama, arcus kaki rata, kaki cinjit, sehingga pada waktu lari akan
mengganggu gerakan.)
• Latihan gerakan / pukulan/ tendangan yang keliru, mis:
tendangan meleset dan tendangan yang luput dari bola
• Adanya kelemahan otot. (kelemahan otot yang terjadi akibat
latihan/ permainan sepak bola dengan tenaga berlebih sehingga
terdapat kelemahan otot paha, betis, dan kurang kuatnya
melakukan tendangan bola. )
• Tingkat kebugaran rendah
Tendinitis
• Tendinitis adalah peradangan, iritasi, dan
pembengkakan tendon, yang merupakan struktur
berserabut yang menghubungkan otot ke tulang.
• Tendinitis paling sering di bahu (rotator cuff
tendinitis), siku (tennis elbow atau golfer's
elbow), pergelangan tangan dan jempol (penyakit
de Quervain's), lutut (lutut jumper's),
pergelangan kaki (Achilles tendinitis).
Etiologi Tendinitis
• gerakan yang berulang dan berlebihan biasanya pada aktivitas
atletik dan pekerjaan ( penggunaan otot yang berlebihan )
• Cedera
• Penuaan
• Mikro trauma repetitif
• penggunaan yang berlebihan
• stres mekanik lokal
• Luka
• Infeksi
• Penyakit sistemik
RUPTUR TENDO ACHILLES
Adalah robek, pecah atau terputusnya tendon.
Etiologi ruptur tendo achilles
• Dorsoflexi yang tiba2 secara pasif pada
keadaan kontraksi maksimal otot betis.
• Berolahraga (berlari, melompat, bermain bulu
tangkis)

• Faktor risiko ; atlet


Etiologi Tenosivitis Suppurativ
• Tenosynovitis most commonly results from the introduction of
bacteria into a sheath through a small penetrating wound
such as that made by the point of needle or thorn.
• Repeated use of hand tools can precede the condition, as well
as arthritis or injury.
• Tenosynovitis sometimes runs in families and is generally seen
more often in females than in males. The causes for children
are even less well known and have a recurrence rate of less
than 1-5% after treatment
Trauma Sendi
• Trauma langsung mengakibatkan sendi mengalami kontusi, dan bila
trauma tersebut lebih berat lagi dapat menimbulkan subluksasi atau
dislokasi bahkan fraktur intraartikular.
• Pada trauma tidak langsung (indirect injury) maka jaringan lunak
seperti ligamentum akan teregang atau ruptur parsial yang disebut
dengan nama sprain , berdasarkan pergeseran sendi seta
pemeriksaan klinis dan mikroskopik dibagi menjadi :
– Sprain grade I hanya mengeluh kesakitan tanpa instabilitas sendi.
– Sprain grade II terjadi ruptur sebagian serabutnya saja sehingga
terjadi instabilitas sendi minimal.
– Sprain grade III karena energi trauma cukup besar dapat terjadi
ruptur komplit atau avulsi sehingga terjadi instabilitas sendi.
Dislokasi Sendi Lutut
• Dislokasi sendi lutut sangat jarang karena ligamen di sekitar
sendi sangat kuat dan bila terjadi dislokasi membutuhkan
energi besar maka ligamentum dan jaringan lunak sekitar
sendi akan terputus, demikian juga kerusakan sendi itu
sendiri.
6. MM. PATOFISIOLOGI NYERI LUTUT
Patfis achilles tendonitis
• Pemakaian high heels >5cm  kaki terus-menerus jinjit
kontraksi gastrocnemius terus-menerus  nyeri otot  stress
mekanis pada miofasial dalam waktu yang lama 
menstimulasi nosiceptor otot semakin kuat refleks kontraksi
otot, dan mikrosirkulasi tidak kuat jaringan kekurangan
nutrisi dan 02  iskemik jaringan lokal & menumpuknya zat-zat
sisa metabolisme.
• merangsang ujung-ujung saraf tepi nosiceptif tipe C
melepaskan neuro peptide (P Subtance)  membebaskan
prostaglandin 
• pembebasan bradikinin, K+, serotonin  radang
7. MM. TANDA & GEJALA NYERI LUTUT
Tanda dan Gejala Radang Tendon
 Pembengkakan ( tumor)
 Tenderness
 Nyeri (dolor ) yang semakin besar ketika menggunakan
tungkai yang terkena  gangguan pergerakan ( fungsio laesa )
 hangat (kalor)
 kemerahan ( rubor )
 krepitus
Tanda dan gejala ruptur tendo achilles
• Nyeri hebat seperti dicambuk meski masih dapat
menggerakan tumitnya.
• Terdapat celah pada tendo achilles
• Ditemukan ruptur parsial yang mungkin terletak di
perbatasan aponeurosis M.gastrocnemius dan tendo
achilles / di tendo itu sendiri
Tanda & Gejala Tenosivitis Suppurativ
• Tenosynovitis is the inflammation of the fluid-filled
sheath (called the synovium) that surrounds a tendon.
• Symptoms of tenosynovitis :
- pain
- swelling
- difficulty moving the particular joint where the
inflammation occurs.
• When the condition causes the finger to "stick" in a
flexed position, this is called "stenosing" tenosynovitis,
commonly known as "trigger finger". This condition
often presents with comorbid tendinitis.
Physical examination reveals Kanavel signs of flexor tendon sheath
infection, which are as follows:
– Finger held in slight flexion
– Fusiform swelling
– Tenderness along the flexor tendon sheath
– Pain with passive extension of the digit
Clinical features of gonococcal tenosynovitis include the following:
– Erythema, tenderness to palpation, and painful range of
motion (ROM) of the involved tendon(s)
– Fever - A common sign
– Dermatitis - Also a common sign; it occurs in approximately
two thirds of disseminated gonococcal infections; it is
characterized by hemorrhagic macules or papules on the distal
extremities or trunk
8. MM. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lesi Meniscus
• Plain radiography – Anteroposterior weight-bearing
view, posteroanterior 45° flexed view, lateral view,
and Merchant patellar view
• Arthrography – Once the standard imaging study for
meniscal tears but now largely supplanted by
magnetic resonance imaging (MRI)
• MRI – Criterion standard for imaging meniscus
pathology and all intra-articular disorders
Pemeriksaan ruptur tendo achilles
• Tes thompson: Pada keadaan normal jika betis dipijat akan terjadi
flexiplantar tetapi pada keaddan ruptur hal ini tidak terjadi (tes
thompson positif)
• Pemeriksaan : pd bagian belakang betis, dapat terjadi akibat
dorsifleksi kaki yg mendadak dan kuat melawan suatu tahanan.
Perasaan nyeri terletak pada sisi lateral betis, pada batas antara
bagian atas dan sepertiga tengah tungkai.
• Ruptur pada tendon achilles dgn mudah dapat dapat didiagnosis
dengan meraba dan menemukan cacat pada tendon dan
menemukan tidak adanya plantar fleksi aktif. Sebuah bursa besar,
yg memisahkan tendo achilles dari bagian belakang sendi
pergelangan kaki dapat mengalami peradangan. Tendonitis Achilles
atau bursitis seperti ini disertai dg perasaan nyeri, perbatasan
pergerakan sendi pergelangan kaki dan pengembengkakan lokal
sepanjang kedua sisi tendo.
9. MM. D/ & DD
Differential Diagnosis
• DVT
• Selulitis
• Hematoma
• OA
• RA
• SLE
Diagnosis Tenosivitis Suppurativ
• A physical examination shows swelling over the involved
tendon. The health care provider may touch or stretch the
tendon or have the patient move the muscle to which it is
attached to see whether the patient experiences pain
Diagnosis Trauma Sendi
• untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan:
– eksplorasi riwayat (history) yaitu kejadian yang meliputi
keluhan dan mekanisme trauma.
– Pada pemeriksaan fisik akan teriihat sendi edema (kecuali
sendi panggul yang ditutupi oleh otot-otot tebal), deformitas
seperti angulasi, rotasi, pemendekan, atau pemanjangan.
Palpasi terasa nyeri tekan pada daerah yang mengalami sprain
atau ligamen yang mengalami ruptur komplit.
– Pemeriksaan X-ray akan membuka tabir subluksasi atau
dislokasi. Proyeksi konventional AP dan lateral cukup memadai.
– membaca radiograph yang periu diperhatikan adalah: derajat
pergeseran, rongga sendi (space), permukaan sendi, fraktur
yang menyertainya (lokasi), apakah ada trap dipermukaan sendi
itu.
10. MM. PROGNOSIS & KOMPLIKASI
Komplikasi Radang Tendon
• Ruptur tendon
• Degenerasi tendon
• Kelemahan otot
11. MM. TATALAKSANA FARMAKO &
NON FARMAKO
Terapi
• Istirahat, es, dan kompres harus menjadi
tindakan pertama saat terjadi cedera  untuk
mengurangi peradangan
• Kruk dapat juga digunakan untuk mengurangi
tekanan pada lutut yang sakit, dilanjutkan
dengan fisioterapi setelah rasa sakit berkurang
agar otot lebih kuat dan memungkinkan
berbagai jenis gerakan.
• Fisioterapi berperan dalam :
– Menurunkan nyeri
– Meningkatkan luas gerak sendi
– Meningkatkan kekuatan otot depan (quadriceps)
dan otot belakang (hamstring)
– Meningkatkan kekuatan otot ekstermitas bawah
– Meningkatkan propioceptor dan keseimbangan
serta memaksimalkan aktivitas ADL
– Menghindari cedera yang sama terjadi.
Penatalaksanaan Fisioterapi
• IRR
Tujuan : u/ melancarkan sirkulasi darah dan sebagai preeliminer
exercises
Teknik : pasien dalam posisi tidur terlentang, fisioterapi memberikan
pemanasan IRR pada bagian lutut.

• TENS
Tujuan: u/ mengurangi nyeri
Teknik: pasien dalam posisi terlentang lalu ke4 pet diletakkan di lutut
pasien bagian lateral, medial, superior dan inferior.

• Static Kontraksi
Teknik : pasien tidur terlentang kemudian tangan fisioterapi yang
kanan diletakkan dibawah lutut pasien dan bersamaan dengan itu kaki
didorso fleksikan kemudian pasien diminta menekan tangan
fisioterapi.
• SLR exercises
Tujuan: u/ meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kontraktu otot dan
atropi
caranya : pasien tidur terlentang kemudian pasien disuruh untuk
mengangkat tungkainya dalam berbagai posisi, 30°,50°, 70°, kemudian
memberikan tahanan sampai hitungan ke 8.

• Leg exstension dan foot movement


Tujuan : u/ menjaga stabilitas sendi dan mengurangi peradangan, juga
melancarkan sirkulasi darah
Caranya : pasien bisa dalam posisi duduk atau baring, kemudian tungkai
diluruskan sambil menggerakkan ankle dilakukan selama < menit

• Quadricep exercises dengan NWB


Tujuan : u/ melatih kekuatan Quadricep dan mencegah atropi.
Caranya : pasien duduk di bed kemudian kakinya terjuntai ke bawah, pasien
disuruh menggerakkan ke arah depan dan belakang.
Tatalaksana Ruptur Tendo Achilles
• Imobilisasi sampai nyeri hilang dan tidak boleh
olahraga selama empat minggu
• Terapi konservatif ruptur total terdiri dari
fiksasi dengan bidai, di sikap fleksi
dipergelangan kaki selama 3 minggu, lalu
latihan untuk mengadakan fleksi dorsal secara
berangsur-angsur.
• Pembedahan : penjahitan tendo dg benang yg
tak dapat diserap tubuh.
Tatalaksana Tendinitis
• NSAID (7-10 hr)
• Injeksi Kortikosteroid (betamethason, triamcinolon,
metilprednisolon)  jarang: kristal di sendi dan selubung
tendo  cold compress & pain relievers
• Injeksi anestetik lokal
• Aplikasi es atau air panas,
• Imobilisasi
• Custom orthotic device
• Iontophoresis
• Extracorporeal Shock-wave therapy (ESWT)
– several chronic tendinopathies ( rotator cuff, extensor,
Achilles, and patellar tendinopathy)
• Physical therapy: Exercise after the inflammation is
controlled
Tatalaksana Tenosivitis Suppurativ
• Treatments for tenosynovitis depend on the severity of the
inflammation and location.
• Mild tenosynovitis causing small scale swelling can be
treated with non-steroidal anti-inflammatory drugs
(NSAIDs) such as Naproxen, ibuprofen or diclofenac taken
to reduce inflammation and as an analgesic.
• Physical or occupational therapy may also be beneficial in
reducing symptoms.
• More acute cases are treated with cortisone (steroid)
injections, then a course of paracetamol and ibuprofen for
pain. Outpatient surgery can be used to enlarge the
synovium. The sprained tendon or limb is splinted for a
week or so.

Anda mungkin juga menyukai