Anda di halaman 1dari 22

+

Diagnosis dan Tatalaksana Abses


Peritonsil pada Laki –laki 21 Tahun

Feby Christifani Tonapa


102016054
+
Skenario 5

Seorang laki laki 20 tahun datang ke


dokter dengan keluhan nyeri menelan
+
Rumusan Masalah

 Laki – laki 20 tahun dengan keluhan nyeri menelan


+
Mind Map

Anamnesis
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Fisik

Patogenesis RM Pemeriksaan
Penunjang

Etiologi
Differential
Diagnose
Epidemiologi
+
Anatomi
Tonsil mendapat pendarahan dari
cabang-cabang arteri karotis eksterna,
Tonsil Palatiana
yaitu:
• Bentuk : Oval panjang 2 – 5 cm
• Arteri maksilaris eksterna
• Masing masing tonsil punya 10 -
(arteri fasialis) dengan
30 Kripitus yang meluas ke dalam
cabangnya arteri tonsilaris
jaringan tonsil
dan arteri palatina asenden.
• Arteri maksilaris interna
Tonsil terletak dilateral
dengan orofaring,
cabangnya arteri
dibatasi olehpalatina desenden
Lateral :•m.konstriktor faring
Arteri lingualis superior
dengan
Persarafan Anterior : m.palatoglosus
cabangnya arteri lingualis
Tonsil bagian atas mendapat Posterior : dorsal
m.palatofaringeus
sensasi dari serabut saraf ke V Superior• : palatum mole asenden.
Arteri faringeal
(nervus trigeminus) melalui Inferior : tonsil lingual
ganglion sfenopalatina dan bagian
bawah dari saraf ke IX (nervus
glosofaringeus).
+
ANAMNESIS
 Identitas Pasien : laki-laki usia 20 tahun

 Keluhan utama : Nyeri menelan

 RPS: Nyeri menelan memberat 2 hari menjalar ke telinga kiri,


demam, sulit buka mulut timbul bengkak di leher sebela kiri,
palatum mole bengkak dan menonjol kedepan uvula
bengkak terdorong kekanan hiperemi + edeme + tonsil
kannan normal

 RPK: -

 RPD: -

 Riwayat sosial :
+
Pemeriksaan Fisik

 KU : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : CM

 TTV : Suhu 38 ° C

 Inspeksi :

- Tenggorokan : sulit di buka dan trismus 2 jari,


- palatum mole membengkak kearah kiri dan
menonjol ke depan.

-Tonsil kiri terjadi pembesaran T2, tonsil kanan


normal dan ada nyeri menjalar ke telinga kiri.
+
Pemeriksaan Penunjang

 Darah lengkap

 Biakan abses dengan pewarnaan gram

 CT-Scan dengan krontas

 MRI

 USG
+
Differential Diagnosis

 Tonsilitis Akut Gejala:


• nyeri tenggorok
- Tonsilitis viral penyebab • nyeri waktu menelan,
yang paling sering adalah virus
Epstein Barr. • demam dengan suhu
tubuh yang tinggi,
- Tonsilitis bakterial paling • lesu,
sering disebabkan oleh kuman • nyeri sendi,
grup A Strptococcus beta • tidak nafsu makan
hemolitikus. • otalgia.
Penyebaran : Droplets dan
airbone, tangan dan ciuman

Masa Inkubasi : 2- 4 hari


+
Diffrential diagnosis

 Faringitis Akut Gejala


• demam disertai rinorea,
Etiologi : virus (40-60%), • mual,
bakteri (5-40%), alergi, • nyeri tenggorok,
trauma, toksin • sulit menelan.
• Pada pemeriksaan tonsil dan
Penularan infeksi melalui faring hiperemis.
• Pada faringitis bakteri tonsil
sekret hidung dan ludah
membesar dan terdapat
(droplet infection) eksudat di permukaannya serta
dapat timbul bercak petechiae
pada palatum dan faring.
+
Diffrential diagnosis
Abses Retrofaring

 Abses Retrofaring
Gejala Utama: Pemeriksaan penunjang
RasaPadanyeri
usia didan
atas 6sukar menelan
tahun kelenjar limfa akan mengalami • foto rontgen riwayat
atrofi
Anak –anak : infkesi saluran napas,
anak
Keadaan menangis
yang dapatterus (rewel)terjadinya
menyebabkan dan abses ruang gejala dan tanda klinik
tidak mauialah
retrofaring makan atau minum. serta pemeriksaan
Juga terdapat demam, penunjang foto
(1) infeksi saluran napas atas yang menyebabkan
kakulimfadenitis
leher, dan nyeri. (
retrofaring, rontgen jaringan lunak
Dapat timbul sesak napas karena sumbatan jalan leher.
2) trauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti
napas,
tulang ikanterutama di hipofaring.
atau tindakan medis, seperti adenoidektomi,
Pada dinding belakang faring tampak benjolan,
intubasi endotrakea dan endoskopi.
biasanya unilateral. Mukosa terlihat bengkak dan
(3) tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas.
hiperemis
+
Differential diagnosis
Abses Parafaring

Gejala
Abses: Parafaring
trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar
Infeksi:
anguluslangsung,
mandibula,yaitu
demamakibat tusukan
tinggi dan jarum
pembengkakan
pada dinding
saat melakukan lateral faring,
tonsilektomi sehingga
dengan
menonjol ke arah medial.
analgesia.

(2) Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian


dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus
paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat
merupakan sumber infeksi untuk terjadinya
abses ruang parafaring.

(3) Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil,


retrofaring atau submandibula.
+
Diffrential Diagnosis

 Abses parafaring :

Etiologi : tusukan jarum pada saat


melakukan tonsilektomi dengan
analgesia. Proses supurasi kelenjar
limfa leher bagian dalam, gigi,
tonsil, faring, hidung, sinus
paranasal, mastoid dan vertebra
servikal dapat merupakan sumber
infeksi untuk terjadinya abses
ruang parafaring.

3) Penjalaran infeksi dari ruang


peritonsil, retrofaring atau
submandibula
+
Working Diagnosis

 Abses Peritonisi kiri Pemeriksaan penunjang


• Pemeriksaan laboratorium darah
Gejala Klinis
berupa faal hemostasis, terutama
1. Trismus adanya leukositosis sangat
membantu diagnosis.
2. Palatum mole tampak menonjol
ke depan
• Pemeriksaan radiologi berupa
3. Dapat teraba fluktuasi. foto rontgen polos,
• ultrasonografi
4. Tonsil bengkak, hiperemis, • dan tomografi komputer
mungkin banyak detritus,
terdorong ke arah tengah,
depan dan bawah.

5. Uvula terdorong ke arah kontra


lateral
+
Epidemiologi

 Sering ditemukan dengan jumlah yang menurun menjadi


18% di United Kingdom dalam sepuluh tahun terahir ini

 Tonsilitis seringkali dijumpai pada anak -anak sedangkan


abses peritonsil sering mengenai dewasa pada umur 20 – 40
tahun
+
Etiologi

 Abses peritonsil disebabkan oleh organisme yang bersifat


aerob maupun yang anaerob.

 Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses


peritonsil adalah Streptococcus pyogene (Group A beta-
hemolitic streptococcus)

 Organisme anaerob yang berperan adalah fusobacterium.


Untuk kebanyakan abses peritonsil diduga disebabkan karena
kombinasi antara organisme aerob dan anaerob. Kuman aerob:
Grup A beta-hemolitik streptococci (GABHS) Group B, C, G
streptococcus, Hemophilus influenza (type b and nontypeable)
Staphylococcus aureus, Haemophilus parainfluenzae, Neisseria
species. Mycobacteria sp. Kuman Anaerob: Fusobacterium
Peptostreptococcuse, Streptococcus sp. Bacteroides
+
Patofisiologi

Tonsilitis akut eksudatif Selulitis abses

Kelenjar Weber membersihkan daerah reruntuhan tonsil. Jika


kelenjar ini meradang, selulitis lokal berkembang. Ketika infeksi
berlanjut, peradangan memburuk dan mengakibatkan nekrosis
jaringan dan pembentukan nanah (abses peritonsil)
+
Manifestasi Klinik
 Nyeri Tenggorok (otolgia),Demam

 Disfagia

 Dehidrasi

 Hipersalivasi

 mulut berbau (foetor ex ore),

 Trismus muncul sekunder akibat iritasi otot pterigoideus. Limfadenopati


servikal anterior ipsilateral sering muncul.

 Perubahan suara

 Palatum mole tampak bengkak menonjol kedepan,

 dapat teraba fluktuasi

 Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral.

 Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan terdorong ke


arah tengah, depan, dan bawah

 muntah (regurgitasi), sampai nyeri alih ke telinga


+
Komplikasi

 Dehidrasi

 Abses pecah spontan

 Abses parafaring

 Endokarditis

 Nefritis

 Peritonitis
+
Penatalaksanaan

 Insisi dan drainase abses (Gold Standart)

 Kumur kumur dengan cairan air hangat

 Tonsilektomi

Pemberian antibiotik dapat diberikan pada


penderita secara oral maupun intravena seperti
1. antibiotic intravena ampicillin 4 x 3 gram,
Penisilin G 4 x 10 juta unit + metrodinazole,
Clindamisin 3x90
2. Antibiotik oral ampicillin acid 2 x 875 gram,
Penicillin VK 4 x 500 mg + metrodinazol,
Clindamycin 2 x 600mg, 4 x 300mg
+
Prognosis

Prognosis Dubia et bonam


+
Kesimpulan

 Abses peritonsil adalah penyakit infeksi yang paling sering


terjadi pada bagian kepala dan leher, gejala yang biasanya
sering terjadi berupa pembengkakan diruang leher dalam
yang terlibat. Yang memiliki prognosis baik jika dilakukan
penanganan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai