Anda di halaman 1dari 28

DM pada kehamilan

 Azri Nurshidiq : 114170007


 Belia Gustami Putri : 114170008
 Karunia Safitri : 114170032
 Lina Budiarti : 114170033
 Muhammad Dawam R S : 114170042
 Muhammad Luthfi : 114170043
 Nur Hayati : 112170040
 Rakhmansyah : 114170058
 Rio Yusfi A P : 114170059
 Wia Septiyani : 114170077
definisi

 Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan


sebagai derajat apapun intoleransi glukosa dengan
onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.
(WHO-World Health Organisation 2011). Hal ni
berlaku baik insulin atau modifikasi diet hanya
digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak
kondisi tersebut terus berlangsung setelah
kehamilan. Ini tidak mengesampingkan
kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum
diakui mungkin telah dimulai bersamaan dengan
kehamilan
DMG

• Suatu intoleransi karbohidrat ringan (TGT) sampai


berat (DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali
pada saat kehamilan berlangsung.
• Overt Diabetes yaitu pasien yang diketahui
menderita Diabetes Melitus (DM) sebelum kehamilan,
dalam hal ini dapat berupa DM tipe 1 atau 2
• Kekerapan 1-3 % di dunia
• Indonesia sendiri adalah 1,9-3,6 %.
• Sedangkan untuk DM tipe 2 dalam kehamilan
disebutkan 6,3 % dari 811 kehamilan pada suku
Indian Pima di Arizona.
DMG

 Klasifikasi kehamilan dengan DMG


(White)
 Klasifikasi tersebut menekankan pada
keterlibatan target organ terutama
mata, ginjal, dan jantung terhadap hasil
akhir kehamilan
Patofisologi

 Kehamilan terjadi perubahan hormonal mayor, terdapat


penyesuaian metabolisme karbohidrat maternal dan fetal.
 Wanita hamil normal penurunan gula darah puasa dan
tingkat asam amino peningkatan gula darah postprandial,
asam lemak bebas, keton, trigliserida dan sekresi insulin
sebagai respon terhadap glukosa  menjaga tersedianya
pasokan nutrient ke janin tetap konstan
 Pada kehamilan awal (lebih dari 20 minggu) metabolisme
karbohidrat maternal dipengaruhi peningkatan estrogen dan
progesteron
Estrogen  memperkuat kerja insulin dengan menstimulasi
sekresi insulin dari pankreas dan memperbaiki penggunaan
glukosa perifer
Patofisologi

 Pada keadaan lanjut dari kehamilan, level basal insulin


meningkat.
Laktogen plasenta manusia yang disekresi oleh
sinsitiotrofoblas plasenta setelah umur kehamilan lebih
dari 20 minggu merupakan suatu antagonis insulin.
 Pada tingkat sel, peningkatan ikatan insulin ke jaringan
sel adipose dan sel hepatosit menyebabkan resistensi
insulin dikarenakan mekanisme postreseptor
 Pada keadaan hamil apabila sel beta pankreas tidak dapat
secara cukup mensekresi insulin  resistensi insulin
pada organ-organ yang sensitif insulin seperti hati dan
otot  diabetes gestasional.
Faktor resiko
 Cara WHO yaitu wanita hamil dalam keadaan
puasa diberikan glukosa 75 gram lalu diperiksa
plasma vena dalam 2 jam kemudian tergantung
hasilnya yaitu normal atau DMG menurut kriteria
dari WHO
 Persiapan:
 makan makanan yang mengandung cukup karbohidrat
minimal 3 hari sebelumnya
 malam sebelum hari pemeriksaan pasien harus puasa
selama 8-10 jam
Komplikasi pasien DMG

 Komplikasi berhubungan dengan hiperglikemia


hampir sama dg komplikasi DM
 Nefropati diabetik : peningkatan Glomerular
filtration Rate (GFR), hipertensi, peningkatan
pemasukan dan pengeluaran protein dan kontrol
gula darah.
 Retinopati DM: didapatkan hubungan antara
hormon pertumbuhan, insulin like growth faktor
1 dan berbagai faktor angiogenik berkontribusi
terhadap progresi dari retinopati.
 Ketoasidosis diabetikum
 Keadaan preeklampsia serta eklampsia
Komplikasi janin dg ibu DMG

 Makrosomia
 berat badan lahir 4000-4500 gram
 berkisar 7-33%.
 mempertinggi kejadian trauma lahir, sindrom
aspirasi mekonium dan hipertensi portal persisten.
 Dpt tjd : organomegali (hati, pancreas, jantung dan
kelenjar adrenal) disebabkan karena meningkatnya
jumlah protein total, glikogen dan lemak
 Distosia bahu
 insiden 3-9 % (0,2-2,8 %)
 Terjadi trauma lahir seperti Erb’s Palsy, fraktur
clavicula, sindroma distress pernapasan, Apgar skor
rendah dan asfiksia janin
Komplikasi janin dg ibu DMG

 Hipoglikemia.
 Insiden : 30-50 % pada 24 jam pertama.
 Polisitemia.
 Akibat hipoksia intrauterine relatif  memerlukan
sel darah merah lebih banyak
 Insiden terjadinya adalah 30 %. Hiperbilirubinemia.
 Insiden 20 % (10 %)
 Penyebab : kemungkinan karena pengrusakan
eritrosit berlebih karena polisitemia dan system
konjugasi bilirubin yang imatur
 Gangguan metabolisme kalsium, magnesium
dan fosfat. (10-20 %)
Komplikasi janin dg ibu DMG
 Risiko terjadinya sindroma distress pernapasan.
 Didapatkan adanya takipneu, retraksi, hipoventilasi,hipoksia
dan gambaran radiologik RDS.
 Hiperinsulinemia menghambat kerja kortisol pada paru janin
 menghambat produksi lesitin oleh sel tipe II. Lesitin
diperlukan dalam surfaktan
 Polihidramnion.
 Insiden 18 %.
 Gangguan keseimbangan osmotik fetal terhadap kelebihan
cairan
 Hipertrofi pada septum jantung.
 Insiden 35-40 %
 Dapat terjadi cyanosis atau gagal jantung setelah dilahirkan
 Hiperinsulinemia pada janin  cardiomyopati
Komplikasi janin dg ibu DMG

 Kematian pada janin


 dapat terjadi pada keadaan hiperglikemia dan
hiperinsulinemia yang dapat menyebabkan asidemia dan
hipoksia.
 Risiko jangka panjang
 obesitas,

 perkembangan kepada DM tipe II,

 gangguan perkembangan intelektual dan

psikomotor
Tatalaksana
Tatalaksana
1. Perencanaan makan yang sesuai dengan
kebutuhan.
 merupakan tahap awal yang penting pada penatalaksanaan
DMG.
 Tujuan : mencapai normoglikemia dan pertumbuhan dan
perkembangan janin yang optimal.
 Perhitungan jumlah kalori yang diperlukan sesuai dengan
perhitungan pada penderita diabetes mellitus tetapi dengan
penambahan 300 kalori untuk kehamilan
Tatalaksana

1. Perencanaan makan yang sesuai dengan kebutuhan.


 Distribusi dari kalori yang diperlukan adalah 40-50 % terdiri
dari karbohidrat, 20 % protein dan 30-40 % lemak.
 Selain makanan diperlukan juga latihan jasmani dengan
tujuan untuk memperbaiki sensitivitas insulin.
Tatalaksana

2. Pemantauan glukosa darah di rumah.


 Dapat mempermudah pencapaian normoglikemia bagi
mereka yang mendapat insulin
 Mencegah reaksi hipoglikemia berat.
 Pada pasien DMG juga dilakukan pemeriksaan HbA1c 6-8
minggu sekali.
Kadar HbA1c yang diinginkan adalah < 6%
Tatalaksana

3. Pemberian insulin
 indikasi : setelah gagal respon terhadap terapi
dengan diet dan latihan jasmani.
 pengaturan makan selama dua minggu tidak tercapai
sasaran normoglikemia yaitu glukosa darah < 105
mg/dl dan 2 jam sesudah makan <120 mg/dl insulin
harus segera dimulai.
Tatalaksana

3. Pemberian insulin
 Pada umumnya insulin dimulai dengan dosis kecil,
bertambah dengan meningkatnya usia kehamilan.
 Hipergikemia hanya pada pagi hari, cukup diberikan
suntikan insulin sebelum tidur malam.
Tatalaksana

3. Pemberian insulin
 Pada pasien dengan hiperglikemia pada keadaan
puasa maupun sesudah makan diberikan insulin
kerja cepat dan menengah, pagi dan sore.
 Dosis insulin 0,5-1,5 unit/kg berat badan
 2/3 dosis diberikan pada pagi hari dan 1/3 dosis
diberikan pada sore hari
Tatalaksana

 Penggunaan obat hipoglikemik oral tidak


dianjurkan pada DMG (kontroversi)
  Kelainan kongenital pada kehamilan trimester
pertama pada pasien yang diberikan obat
hipoglikemik oral.
  Pada penelitian lain disebutkan justru tidak ada
efek samping perinatal.
 Penggunaan obat jenis sulfonil urea, Glyburide
tidak melalui sawar plasenta sehingga aman bagi
fetus
Penatalaksanaan Obstetri DMG
 Pemantauan ibu dan janin :
 pengukuran dari tinggi fundus uteri
 mendengarkan denyut jantung janin dan secara khusus
dapat dilakukan ultrasonografi dan kardiotokografi (KTG)
 Penilaian menyeluruh janin dengan skor FDJP.
 Skor < 5 merupakan tanda gawat janin.
 Penilaian setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu
 Makrosomia, PJT dan gawat janin merupakan indikasi untuk
melakukan seksio sesaria
Tatalaksana obstetri pasien DMG
Perawatan post partum

 Mencegah perkembangan lebih lanjut diabetes tipe


II pada ibu dengan DMG
 Kontrol gula darah.
 Pada DMG : gula darah  setelah melahirkan akan
membaik
 Setelah melahirkan tetap mempunyai gula darah puasa
diatas 126 mg/dl masuk ke dalam kriteria DM.
 Wanita dengan DMG yang memerlukan terapi insulin
selama kehamilan memerlukan monitor gula darah 
overt hiperglikemia.
Perawatan post partum
 Pengetahuan mengenai laktasi dan konseling
diet.
 konsultasi gizi untuk reevaluasi diet berhubungan
dengan mempertahankan berat badan
 Laktasi dapat menurunkan level gula darah dan
menurunkan insiden terjadinya DM dibandingkan yang
tidak
 Edukasi.
 mengenai risiko jangka panjang kemungkinan tjd DM
 17-63 %  DM dalam 5-16 tahun pada ps riw DMG
 Risiko ↑ dg obesitas dan DMG didapat awal kehamilan.
 efek metabolik karena keterbatasan sel B pankreas
selama kehamilan karena adanya resistensi insulin
yang berlanjut setelah melahirkan
Perawatan post partum
 Pengkajian gula darah  setelah melahirkan dan
minimal tiap 3 tahun.
 Kontrasepsi.
 Disarankan pemakaian kontrasepsi yang aman dan tidak
mengandung efek metabolik seperti kondom, diafragma,
spermisida. angka kegagalan 18-28 %.
 Pada studi retrospektif, cross sectional dan case control
tentang pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dosis kecil dan
kontasepsi oral progestin tidak meningkatkan risiko DM dan
komplikasinya.
 Pencegahan DM dan komplikasinya.
 Tidak ada rekomendasi.
 Penggunaan thiazolidinedione dikatakan dapat memperbaiki
sensitivitas insulin tetapi tidak memperbaiki toleransi glukosa
 Modifikasi gaya hidup sangat diperlukan yaitu olahraga dan
diet
KESIMPULAN

 DMG merupkan salah satu kelainan cukup berat


komplikasi bagi ibu maupun janinnya.
 Penapisan DMG pd ibu hamil usia kehamilan
mulai 26 minggu. Resti  Pemeriksaan gula darah
sejak dini
 Tatalaksana DMG yang menyeluruh perlu agar ibu
dan janin yang dikandungnya dalam kondisi yang
baik
 Post partum dimonitor kadar gula darah agar
diketahui apakah DMG berkembang menjadi DM
tipe II atau tidak
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai