Anda di halaman 1dari 25

FILSAFAT ILMU

ILKA JENITRA 12030117410006


SHAFURA FEBRIANA 12030117410049
NUR HIDAYAH. K. F 12030117410054
KONSEP DASAR ONTOLOGIS

Ontologi mengandung beberapa pengertian yaitu :


1. Menyelidiki status realitas suatu hal
2. Menyelidiki apakah jenis realitas yang dimiliki hal-hal
3. Menyelidiki realitas yang menentukan apa yang kita sebut
realitas

Dapat disimpulkan ONTOLOGI berarti  Pengetahuan


tentang yang ada
SEJARAH MUNCULNYA
ONTOLOGI

• Istilah ontologi muncul sekitar pertengahan abad ke-17


• Ontologi merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal
dan paling menyeluruh
• Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan, dan menjelaskan yang ada meliputi semua realitas
dalam semua bentuknya
• Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi membahas
apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
pengkajian mengenai “yang ada”, yang ada yang universal,
menampilkan pemikiran semesta universal.
SEJARAH MUNCULNYA
ONTOLOGI

a. Objek Formal Ontologi


Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi
pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
akan menjadi kualitatif. Realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materalisme,
idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.

b. Dasar Ontologi Ilmu


Dasar ontologi ilmu berbicara tentang apakah yang ingin diketahui
ilmu? Atau apa yang bisa dirumuskan secara eksplisit yang menjadi bidang
telaah ilmu? Objek kajian ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat
diuji oleh pancaindera manusia. Objek empiris tersebut yaitu batu-batuan,
binatang, tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri
ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI

1. Monoisme
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin
dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi
ataupun berupa ruhani. Plato adalah tokoh filsuf untuk penelitian ini, karena
ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya.

2. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi,
bukan ruhani. Sering disebut aliran naturalisme. Zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Thales
(624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya
bagi kehidupan.
ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI

3. Idealisme
Diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran
ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak
tampak. Aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori
idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada didalam mesti ada idenya yaitu konsep
universal dari tiap sesuatu. Idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu.

4. Dualisme
Benda terdiri dari 2 macam hakikat sebagai asal sumbernya yaitu
hakikat materi dan hakikat (rohani, benda dan roh, jasad dan spirit). Tokoh
aliran ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern. Dia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran
(rohani) dan dunia ruang (kebendaan)
ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI

5. Pluralisme
Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan
sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari
banyak unsur. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras
dan Empedocles. Menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dari 4
unsur yaitu tanah, air, api, dan udara.

6. Nihilisme
Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
Pada zaman Yunani Kuno, pandangan Gorgias (485-360 SM) yang
memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada satupun yang
eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, iya tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun
realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada
orang lain
ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI

7. Agnostisisme
Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal
dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri
sendiri dan dapat kita kenal. Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal
dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan
bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku
individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan kedalam sesuatu
orang lain.
Agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap
kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.
MANFAAT MEMPELAJARI
ONTOLOGI

a. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi


berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada
b. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar
berbagai eksisten dan esensi
c. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada
berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu
sains hingga etika.
KAJIAN METAFISIKA

 Berasal dari bahasa Yunani metata physika yang berarti "hal-hal yang
terdapat sesudah fisika“
 Aristoteles mendefinisikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada
sebagai yang-ada, yang dilawankan
 Aristoteles memandang metafisika sebagai "filsafat pertama. Filsafat
pertama menyelidiki pengandaian-pengandaian paling mendalam dan paling
akhir dalam pengetahuan manusiawi yang mendasari segala macam
pengetahuan lainnya
 metafisika dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Metafisika umum (yang disebut ontologi)
b. Metafisika khusus (yang disebut kosmologi)
LANJUTAN

Menurut Sutan takdir Alisjahbana, metafisika itu dibagi atas


dua bagian besar, yaitu metafisika kuantitas dan metafisika
kualitas. Skemanya adalah sebagai berikut:
LANJUTAN

Menurut Lanigan, metafisika adalah suatu studi tentang sifat dan tungsi teori
tentang realita, metafisika berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual, dan individual dengan
realita dalam alam semesta;
2. Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;
3. Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku
manusia.
LANJUTAN

Selain itu, mengenai basis ontologis bagi metafisika, dapat dimulai dengan apa
yang dikemukakan oleh lbn Khaldun. Dalam kitabnya yang terkenal, Al-
Muqaddimah, dia membagi ilmu metafisika ke dalam lima bagian, yakni:
1. bagian yang mempelajari wujud sebagai wujud (sering disebut ontologi);
2. bagian yang mempelajari materi umum yang mernp, ngaruhi benda-benda
jasmani dan spiritual, seperti kuiditas, kesatuan, pluralitas, dan
kemungkinan;
3. bagian yang mempelajari asal-usul benda yang ada dan menentukan bahwa
mereka adalah entitas-entitas spiritual (tentu ini telah masuk pada
kosmologi);
4. bagian yang mempelajari bagaimana cara benda-benda yang ada muncul
dari entitas-entitas spiritual dan mempelajari susunan mereka; dan
5. bagian yang mempelajari keadaan jiwa setelah perpisahannya dengan badan
dan kembalinya ke asal atau permulaannya.
LANJUTAN

 Mengenai objek metafisika ditegaskan Oleh Aristoteles, yang mengatakan


bahwa metafisika dipisahkan dalam dua bagian, yaitu:
 Ada sebagai yang Ada
 Didasarkan pada empirisisme.
 Mengenai hal ini ilmu pengetahuan berupaya mengungkap yang murninya, bahwa suatu benda
kata tidak terkena perubahan. sungguh ada, apabila sesuatu manusia. Aristoteles membedakan
beragam "ada" seiring dengan kategori pengertiannya.

 Ada sebagai yang Illahi.


 Hal ini adalah keberadaan yang mutlak, yang sama sekali tidak bergantung pada yang lain
 Ini berarti bahwa sesuatu yang ada adalah yang seumum-umumnya dan yang mutlak, yakni
Tuhan
 Thomas membedakan dua tingkat pengetahuan manusia. Pengetahuan tentang alam yang
dikenal melalui akal dan pengetahuan tentang rahasia Tuhan yang diterima oleh manusia lewat
wahyu atau kitab suci.
 Tuhan adalah aktualitas semata-mata, oleh karena itu pada Tuhan hakikat (essentia) dan
keberadaan (existentia) ada sama dan satu (identik).
ONTOLOGI SAINS DAN
ONTOLOGI FILSAFAT

 Tahap-ontologis yang membuat manusia terbebas dari


kepungan kekuatan-kekuatan gaib, sehingga mampu mengambil
jarak dari obyek di sekitarnya, dan dapat menelaahnya.
 Teori koherensi, yaitu perihal melekatnya sifat yang terdapat
pada sumbemya yang disebut premis-premis yang telah teruji
kebenarannya, dengan kesimpulan yang pada gilirannya
otomatis mempunyai kepastian kebenaran.
 Tahap fungsional pengetahuan sesungguhnya memasuki proses
aksiologi filsafat ilmu, yaitu yang membahas amal ilmiah serta
profesionalisme terkait dengan kaidah moral.
ONTOLOGI SAINS ADALAH
HAKIKAT PENGETAHUAN SAINS
Pengetahuan yang bersifat rasional - empiris.
1. Pertama, masalah rasional. Dalam sains, pernyataan atau hipotesis yang dibuat haruslah berdasarkan rasio.
2. Kedua, masalah empiris. Hipotesis yang dibuat tadi diuji (kebenarannya) mengikuti prosedur metode ilmiah

Ahmad Tafsir, membagi sains menjadi dua, yaitu :


1. Sains kealaman
 Astronomi
 Fisika : mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika nuklir
 Kimia : kimia organik, kimia an organik, kimia teknik
 Ilmu Bumi : paleontologi, geofisika, mineralogi, geografi
 Ilmu Hayat : biofisika, botani, zoologi

2. Sains Sosial
 Sosiologi : sosiologi pendidikan, sosiologi komunikasi
 Antropologi : antropologi budaya, antropologi politik, antropologi ekonomi
 Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal
 Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan
 Politik : politik dalam negeri, politik hukum, pohtik internasional
ONTOLOGI FILSAFAT ADALAH
HAKIKAT PENGETAHUAN FILSAFAT

Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu


1. Ontologi mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat
masuk di sini, misalnya: logika, metafisika, kosmologi, teologi,
antropologi, etika, estetika, filsafat pendidikan, filsafat hukum, dan
lain-lain.
2. Epistemologi hanya mencakup satu bidang saja yang disebut
Epistemologi, yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan
itu.
3. Aksiologi hanya mencakup satu cabang saja, yaitu Aksiologi, yang
membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi
semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat.
FILSAFAT HEIDEGGER TENTANG
YANG ADA

Heidegger adalah seseorang yang sangat ahli dalam metode Sokratik,


Heidegger membuat para pendengarnya berdiskusi dengan pemikiran
terbuka.

Proyek utama filsafat Heidegger adalah mempertayakan makna “ada”

Makna “Ada” menurut Hubert Dreyfus adalah latar belakang dari semua
tindakan keseharian manusia yang dapat dipahami dengan akal budi.

Filsafat Heidegger berfokus pada ontologi. Namun ontologi Heidgger


tidak sama dengan ontologi yang sudah ada sebelumnya. Searah dengan
perjalanan waktu, makna dari pertanyaan “Ada” pun sudah berubah.
LANJUTAN

Apakah yang dimaksud dengan “Ada” yang mendasari ada ada yang lainnya
didalam realitas
Pemikiran Heidegger banyak mendasarkan pikirannya pada filsafat Yunani
Kuno , disini Heidegger salah satunya dipengaruhi oleh Plato.
Plato berpendapat “Ada” adalah problem gigantotnacbia, yang berarti
problem para raksasa pemikiran. Heidegger sadar akan hal ini.
Tetapi Heidegger banyak berpijak pada pemikiran aristosteles, dimana
Aristoles berpendapat bahwa seluruh sejarah pemikiran manusia
adalah sejarah kelupaan akan ada (forgetulness of being).
LANJUTAN

Heidegger berpendapat bahwa makna dari kesadaran manusia tidak akan


pernah bisa didapatkan hanya dengan sekedar mengamati realitas panca
indera.
Menurut Heidegger, pemikiran Scotus sudah membuka kemungkinan
merefleksikan tentang “Ada” yang baru. Konsep Scotus tentang “Ada”
berbeda-beda untuk setiap hal. Yang dibedakan menjadi dua hal, yakni:
1. Ada dari alam (being of nature)
2. Ada dari akal budi (being of reason)
Pemikiran Scotus yang mempengaruhi Heidegger adalah, bahwa walaupun
pikiran dan realitas itu tidak selalu sama, namun keberadaan realitas itu
sendiri ditentukan oleh pengertian subyek tentangnya. Inilah yang
disebut subyektivitas yang obyektif.
GAGASAN AWAL MASALAH BEING
AND TIME

Menurut Frede, gaya berfilsafat Heidegger sangat dipengaruhi oleh


Edmund Husserl. Terdapat dua bentuk pengaruh Husserl yang sangat jelas
mempengaruhi Heidegger, yaitu:
1. Heidegger menyadari peran fenomenologi di dalam persoalan tentang
ada. Dalam hal ini, upaya Heidegger untuk menerapkan fenomologi
untuk memahami “Ada”. Salah satu konsep kunci fenomologi Husserl
adalah intensionalitas, Setiap aktivitas manusia, baik fisik maupun
mental, seperti berpikir, selalu mengarahkan pada suatu fenomoena
obyektif diluar dirinya.
2. Husserl menyatakan bahwa ada dari benda-benda terletak di dalam
pengertian manusia tentang benda-benda tersebut.
LANJUTAN

Terdapat 4 hal yang tidak disetujui oleh Heidegger.


1. Kecenderungan Husserl untuk memusatkan seluruh analisisnya pada
manusia sebagai subyek.
2. Konsepsi Husserl tentang “menaruh didalam kurung”. Tidak mungkin
manusia bisa menaruh didalam kurung pertimbangan-
pertimbangannya tentang dunia eksternal.
3. Filsafat Husserl nantinya akan terkurung ke dalam subyektivisme,
yakni paham yang berpendapat bahwa duniar luar berada dalam diri
sendiri.
4. Husserl masih terjebak dalam filsafat tradisional, yakni bahwa
kesadaran adalah sesuatu yang bisa diselidiki dengan cara menciptakan
refleksi yang berjarak dari manusia itu sendiri
LANJUTAN

Heidegger hendak memahami “ada” dari seluruh realitas dalam artinya


yang paling dinamis, sesuai dengan perkembangan dan perubahan realitas
itu sendiri. Karena Heidegger sendiri memang terobsesi dengan proses
menghancurkan ontology ini disebut destruksi metafisika, namun sampai
akhir hidupnya Heidegger tidak pernah menyelesaikan destruksi
metafisikanya.
FENOMOLOGI SEBAGAI
ONTOLOGI

Fenomologi adalah ilmu tentang fenomena, artinya fenomenologi menolak


semua rumusan teori, asumsi, maupun prasangka yang seringkali justru
mengaburkan proses untuk mencapai pengetahuan. Fokus Heidegger
adalah untuk memahami “Ada”, dalam arti iniliah fenomenologi berubah
menjadi ontologi. Untuk memahami “ada” Heidegger awalnya mencoba
memahami mahluk penanya ada, yakni manusia itu sendiri, yang selalu
berelasi dengan dunia. Manusia dan dunia adalah satu kesatuan. Ada yang
tidak terjebak pada ada-ada lainnya di dalam realitas, melainkan ada yang
menjadi realitas itu sendiri. Filsafat Heidegger adalah suatu upaya untuk
memahami “Ada” yang menyingkapkan dirinya.
PERTANYAAN

1. MUFTY : Kenapa kita harus mempelajari filsafat ontologi? Manfaat buat


kehidupan sehari-hari, bisa ga filsafat ontologi digunakan untuk
membuktikan suatu kebenaran ?
2. Hidayat Apriyogi
Pengertian “Ada” menurut kelompok 2?
3. Evelyn
Bagaimana filsafat ontologi mampu mengembangkan dan mengkritisi
berbagai pemikiran yang ada?
4. Andina
Ontologi tidak berdasarkan pada alam nyata tetapi berdasar pada logika
semata, kenapa berdasr pada logika semata?
5. Ranti
Ontologi Heidegger nya beda, bedanya dimana?

Anda mungkin juga menyukai