BRONKOPNEUMONIA
Pembimbing : dr. Ity Sulawati, Sp.A, M.Kes
Oleh :
Daniel Albar Ramza Patterson
406181017
• Nama : By. RF
• Umur : 7 Bulan
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tempat, tanggal lahir : Bogor, 12 Agustus 2018
• Agama : Islam
• Alamat : Villa Mutiara Lido
• Suku Bangsa : Sunda
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Allo-Anamnesis (Ibu Pasien)
pada hari Kamis, 21 Maret 2019 di bangsal Melati
• ASI
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan tanggal 21 Maret 2019
Tanda-Tanda Vital
• Telinga : bentuk normal, liang telinga dada simetris, Retraksi dinding dada
lapang, serumen (-/-), sekret (-/-) interkostal (+), subkostal (+)
P : Pergerakan napas simetris
• Hidung : bentuk normal, sekret (-/-),
tidak ada septum deviasi, mukosa P : Sonor
hidung (-)
• Tenggorokan : uvula di tengah, dinding
faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
• Jantung
Ictus cordis tidak terlihat
Ictus cordis teraba
Batas jantung tidak melebar
Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Turgor kulit normal, Hepar dan lien normal.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Bronkopneumonia dd Bronkiolitis
• Epilepsi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan 19 Maret 2019
Hematologi
• Bronkopneumonia Berat
• Epilepsi
Tatalaksana
• Tatalaksana Umum
• Tatalaksana Antibiotik
• Ad Fungsionam : Bonam
• Ad Sanationam : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pneumonia
Penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat.
Bronkopneumonia
Peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal.
EPIDEMIOLOGI
WHO - 2016
EPIDEMIOLOGI
Depkes - 2015
• Demam tinggi
• Batuk
• Gelisah
• Dispnu/takipnu
• Pernapasan cepat dan dangkal
• Retraksi dinding dada
• Pernapasan cuping hidung
• Sianosis sekitar hidung dan
mulut.
• Kadang-kadang disertai
muntah dan diare
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
Suhu tubuh ≥ 38,5o C
Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping
hidung.
Takipneu berdasarkan WHO :
Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
Pada palpasi ditemukan fremitus vokal menurun.
Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang
khas pada anak besar bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan kadang terdengar juga suara bronkial.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah Rutin
• CRP
• Pemeriksaan Mikrobiologis
• Pemeriksaan Serologis
• X-Ray Toraks
X-RAY TORAKS
X-RAY TORAKS
X-RAY TORAKS
KLASIFIKASI DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
KRITERIA RAWAT INAP
Bayi : Anak :
• Saturaksi oksigen <93% • Saturaksi oksigen <93%
• Frekuensi napas >60x/menit • Frekuensi napas >50x/menit
• Dispnea pernapasan, apnea intermiten, • Dispnea pernapasan, apnea intermiten,
atau grunting atau grunting
• Tidak mau minum/menetek • Terdapat tanda dehidrasi
• Keluarga tidak bisa merawat di rumah • Keluarga tidak bisa merawat di rumah
TATALAKSANA
1. Tatalaksana umum
• SpO2 < 92% = O2 dengan kanul nasal/sungkup
• Pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat
• Antipiretik dan analgetik Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat
diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance
• Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap
4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen
2. Tatalaksana non-medikamentosa
• Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastrictube(NGT) atau
intravena.
• Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami
overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi
hormon antidiuretik.
TATALAKSANA
3. Pemberian antibiotika
• 1st Line ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
selama 5 hari.
• Selanjutnya dilanjutkan dengan amoksisilin oral (15 mg/kgBB/kali 3 kali sehari)
untuk 5 hari berikutnya.
• Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang
berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya,
kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka
ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
• Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
• Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
• Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotik dengan gentamisin
(7.5mg/kgBB IM/IV sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap
6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian).
• Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral
4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin
secara oral selama 2 minggu.
REKOMENDASI TERBARU WHO
REKOMENDASI 1 : Pneumonia dengan takipnu tanpa retraksi dinding dada
Amoxicillin oral 40mg/kgBB 2x/hari, selama 5 hari
PROGNOSIS
• Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1 %.
• Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.
KOMPLIKASI
Empiema torasis
Perikarditis purlenta
Pneumotoraks
Infeksi ekstrapulmoner
Daftar Pustaka
1. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC,
Jakarta: 2000. hal: 883-889.
2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 2. EGC, Jakarta: 2006. hal 554.
3. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta: 2000. hal 465.
4. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson: Essentials of Pedriatrics 7th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2015.
5. WHO. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO
Indonesia. 2009.
6. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6,
Penerbit EGC, Jakarta: 2005, hal: 804.
8. Rambaud-Althaus C, Althaus F, Genton B, D’Acremont V. Clinical Features for
Diagnosis of Pneumonia in Children Younger than 5 years: A Systematic Review
and Meta-analysis. The Lancet. 2015; 15(4): 439-450.
9. Rahajoe N, Basir D, Makmuri M S, Kartasasmita G.B. 2008. Buku IDAI Respirologi
Anak. Jakarta. ECG.
10. Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in Infants
and Children. Am Fam Physician 2014; 70:899-908
Terima Kasih