Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONIA
Pembimbing : dr. Ity Sulawati, Sp.A, M.Kes

Oleh :
Daniel Albar Ramza Patterson
406181017

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Periode 11 Maret 2019 – 19 Mei 2019
Identitas Pasien

• Nama : By. RF
• Umur : 7 Bulan
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tempat, tanggal lahir : Bogor, 12 Agustus 2018
• Agama : Islam
• Alamat : Villa Mutiara Lido
• Suku Bangsa : Sunda
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Allo-Anamnesis (Ibu Pasien)
pada hari Kamis, 21 Maret 2019 di bangsal Melati

Keluhan Utama • Sesak napas sejak 1 hari SMRS

Keluhan • Demam sejak +- 3 hari lalu


Tambahan • Batuk berdahak
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang :

• Pasien datang ke IGD RSUD Ciawi pada tanggal 20


Maret 2019 demam dan batuk berdahak sejak 3 hari
SMRS. Keluhan disertai rasa sesak yang dirasakan terus
menerus dan semakin lama semakin memburuk. Ibu
pasien menyangkal adanya kebiruan pada bibir maupun
tangan dan kaki pasien. Pasien masih mendapatkan
asupan ASI, BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Pengobatan

• Keluhan serupa (-) • Asam valproat (+)


• Epilepsi (+)

Riwayat Penyakit Keluarga

• Keluhan serupa (-)


• TBC (-)
• Asma (-)
Anamnesis
Riwayat Perinatal : BAIK

• Lahir spontan, partus per vaginam di RSUD Ciawi.


• Cukup Bulan, Sesuai masa kehamilan.
• BB Lahir 3400gr, PB lahir 50cm.
• Penyulit persalinan (-)
• Ibu pasien mengatakan pasien langsung menangis kencang saat lahir.
• Pasien merupakan anak pertama.
Anamnesis
Riwayat Tumbuh Kembang :
SESUAI USIA

• Menurut Ibu pasien, pasien


Riwayat Imunisasi :
saat ini usia 7 bulan sudah bisa
BELUM LENGKAP SESUAI USIA bolak balik dan tengkurap
sendiri. Pasien juga sudah
• Usia 0 bulan : HBO (+) dapat memainkan tangan dan
• Usia 1 bulan : BCG, polio 0 (+)
kakinya sendiri, menoleh ketika
• Usia 2 bulan : DPT, HiB, HB, Polio 1 (-)
ada suara dan obrolan, serta
dapat meniru suara.
• Usia 3 bulan : DPT, HiB, HB, Polio 2 (-)
• Usia 4 bulan : DPT, HiB, HB, Polio 3 (-)
• Usia 9 bulan : Campak (-)
Riwayat Asupan Nutrisi

• ASI
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan tanggal 21 Maret 2019

• Kesadaran Umum : Tampak sakit berat


• Kesadaran : Compos Mentis
• BB/PB : 7,8 kg/69cm
Sp O2: Nadi :
94 % 140x/menit, reguler

Tanda-Tanda Vital

Suhu : Respiratory Rate :


36,9˚C 64x/menit
Status Antopometri : BAIK (diatas 0 SD)
Status Antopometri : BAIK (diatas 0 SD)
Status Antopometri : BAIK (diatas -1 SD)
Pemeriksaan Fisik
• Kepala : Normocephali, UUB datar • Mulut : Sianosis bibir(-) , Coated toungue
belum menutup (-)
• Mata: Air mata (+/+), mata cekung(-/-), • Leher : tidak teraba pembesaran KGB

sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (- • Thorax


/-)  I: Bentuk dada normal, pergerakan

• Telinga : bentuk normal, liang telinga dada simetris, Retraksi dinding dada
lapang, serumen (-/-), sekret (-/-) interkostal (+), subkostal (+)
 P : Pergerakan napas simetris
• Hidung : bentuk normal, sekret (-/-),
tidak ada septum deviasi, mukosa  P : Sonor

hidung tidak hiperemis, napas cupping  A : Rhonki (+/+), wheezing (-/-)

hidung (-)
• Tenggorokan : uvula di tengah, dinding
faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
• Jantung
 Ictus cordis tidak terlihat
 Ictus cordis teraba
 Batas jantung tidak melebar
 Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

• Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Palpasi : Turgor kulit normal, Hepar dan lien normal.
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal

• Tulang belakang : tidak ada gibus, skoliosis, lordosis, kifosis

• Kulit : sianosis (-), ikterik (-), petechiae (-)

• Ekstremitas : akral hangat, CRT 2 detik, tak tampak edema


Resume

Telah diperiksa seorang bayi berusia 7 bulan dengan keluhan


demam dan batuk berdahak sejak 3 hari SMRS. Keluhan semakin
memburuk serta 1 hari SMRS pasien menjadi sesak, yang dirasakan
terus menerus dan semakin parah.
Pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit berat, compos
mentis, suhu tubuh 36,9°C, status gizi baik. Pada pemeriksaan toraks
ditemukan retraksi subkostal & interkostal, serta bunyi napas ronkhi
pada kedua paru.
Diagnosis Kerja

• Bronkopneumonia dd Bronkiolitis

• Epilepsi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan 19 Maret 2019

Hematologi

Hb 13,5 g/dL 11,5 – 13,5 g/dL

Hematokrit 37,5 % 40 – 52%

Leukosit 15.600 /µL 6000 – 15000 /µL

Trombosit 300.000 /µL 150.000 – 440.000/µL

Natrium 133 mEq/L 135 – 145 mEq/L

Kalium 5,5 mEq/L 3,5 – 5,3 mEq/L

Clorida 106 mg/dL 95 – 106 mg/dL


Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Akhir

• Bronkopneumonia Berat
• Epilepsi
Tatalaksana
• Tatalaksana Umum

 O2 3 LPM dengan kanul nasal

 Nebulasi dengan Ventolin (2,5mg/2,5mL) ½ flc + NaCl 0,9% 3cc

 Kaen 3B IVFD 10 TPM Makro

• Tatalaksana Antibiotik

• Ampicilin 50mg/kgBB/6 jam selama 5 hari

• Gentamicin 7,5mg/kgBB/hari selama 5 hari


Prognosis
• Ad Vitam : Dubia ad Bonam

• Ad Fungsionam : Bonam

• Ad Sanationam : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Pneumonia
Penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat.

Bronkopneumonia
Peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal.
EPIDEMIOLOGI
WHO - 2016
EPIDEMIOLOGI
Depkes - 2015

Proporsi penyebab kematian balita di Indonesia


ETIOLOGI

Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung :


• Usia
• Status imunologis
• Status lingkungan
• Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
• Status imunisasi
• Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)

Etiologi pneumonia sulit dipastikan


 Kultur sekret bronkus merupakan tindakan
yang sangat invasif sehingga tidak
dilakukan.
ETIOLOGI
ETIOLOGI
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang 4 bulan – Bakteri Bakteri
5 tahun Clamydia pneumoniae Haemophillus
Lahir - 20 Bakteri Bakteri
influenza tipe B
hari E.colli Bakteri anaerob
Mycoplasma pneumonia Moraxella catharalis
Streptococcus grup B Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenza Streptococcus pneumonia Staphylococcus
aureus
Streptococcus pneumonie
Virus Neisseria
Virus
meningitides
CMV
Adenovirus Virus
HMV
Rinovirus Varisela Zoster
3 minggu – Bakteri Bakteri Influenza
3 bulan Clamydia trachomatis Bordetella pertusis Parainfluenza
Streptococcus pneumonia Haemophillus influenza 5 tahun – Bakteri Bakteri
tipe B remaja Clamydia pneumoniae Haemophillus

Virus Moraxella catharalis influenza

Adenovirus Staphylococcus aureus Mycoplasma pneumonia Legionella sp

Influenza Virus Streptococcus pneumonia Staphylococcus


Parainfluenza 1,2,3 CMV aureus
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi Berdasarkan asal infeksi : Berdasarkan etiologi :


lesi di paru :
• Community Acquired • Pneumonia bakteri
• Pneumonia lobaris Pneumonia (CAP) • Pneumonia virus
• Bronkopneumonia • Hospital Acquired • Pneumonia mikoplasma
• Pneumonia Pneumonia (HAP) • Pneumonia jamur
interstitialis

Berdasarkan karakteristik Berdasarkan lama penyakit :


penyakit :
• Pneumonia akut
• Pneumonia tipikal • Pneumonia persisten
• Pneumonia atipikal
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KILINIS

• Demam tinggi
• Batuk
• Gelisah
• Dispnu/takipnu
• Pernapasan cepat dan dangkal
• Retraksi dinding dada
• Pernapasan cuping hidung
• Sianosis sekitar hidung dan
mulut.
• Kadang-kadang disertai
muntah dan diare
DIAGNOSIS

Anamnesis

Gejala klinis Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
 Suhu tubuh ≥ 38,5o C
 Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping
hidung.
 Takipneu berdasarkan WHO :
Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
 Pada palpasi ditemukan fremitus vokal menurun.
 Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
 Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang
khas pada anak besar bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan kadang terdengar juga suara bronkial.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Darah Rutin
• CRP
• Pemeriksaan Mikrobiologis
• Pemeriksaan Serologis
• X-Ray Toraks
X-RAY TORAKS
X-RAY TORAKS
X-RAY TORAKS
KLASIFIKASI DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
KRITERIA RAWAT INAP

Bayi : Anak :
• Saturaksi oksigen <93% • Saturaksi oksigen <93%
• Frekuensi napas >60x/menit • Frekuensi napas >50x/menit
• Dispnea pernapasan, apnea intermiten, • Dispnea pernapasan, apnea intermiten,
atau grunting atau grunting
• Tidak mau minum/menetek • Terdapat tanda dehidrasi
• Keluarga tidak bisa merawat di rumah • Keluarga tidak bisa merawat di rumah
TATALAKSANA

1. Tatalaksana umum
• SpO2 < 92% = O2 dengan kanul nasal/sungkup
• Pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat
• Antipiretik dan analgetik Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat
diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance
• Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap
4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen

2. Tatalaksana non-medikamentosa
• Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastrictube(NGT) atau
intravena.
• Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami
overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi
hormon antidiuretik.
TATALAKSANA
3. Pemberian antibiotika
• 1st Line ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
selama 5 hari.
• Selanjutnya dilanjutkan dengan amoksisilin oral (15 mg/kgBB/kali 3 kali sehari)
untuk 5 hari berikutnya.
• Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang
berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya,
kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka
ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
• Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
• Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
• Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotik dengan gentamisin
(7.5mg/kgBB IM/IV sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap
6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian).
• Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral
4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin
secara oral selama 2 minggu.
REKOMENDASI TERBARU WHO
REKOMENDASI 1 : Pneumonia dengan takipnu tanpa retraksi dinding dada
 Amoxicillin oral 40mg/kgBB 2x/hari, selama 5 hari

REKOMENDASI 2 : Pneumonia dengan retraksi dinding dada (usia 2 bulan – 5 tahun)


 Amoxicillin oral 40mg/kgBB 2x/hari, selama 5 hari

REKOMENDASI 3 : Pneumonia berat, letargi (usia 2 bulan – 5 tahun)


 Ampicillin injeksi 50mg/kgBB/6jam, selama 5 hari, dan
 Gentamicin injeksi 7,5mg/kgBB/hari selama 5 hari
 2nd line : Ceftriaxone 100mg/kgBB/hari selama 5 hari
 Others : Azythromycin 10mg/kgBB/hari pertama, lanjut 5mg/kgBB/hari selama 3-5 hari
TATALAKSANA
TATALAKSANA
PROGNOSIS & KOMPLIKASI

PROGNOSIS
• Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1 %.
• Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.

KOMPLIKASI
Empiema torasis
Perikarditis purlenta
Pneumotoraks
Infeksi ekstrapulmoner
Daftar Pustaka
1. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC,
Jakarta: 2000. hal: 883-889.
2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 2. EGC, Jakarta: 2006. hal 554.
3. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta: 2000. hal 465.
4. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson: Essentials of Pedriatrics 7th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2015.
5. WHO. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO
Indonesia. 2009.
6. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6,
Penerbit EGC, Jakarta: 2005, hal: 804.
8. Rambaud-Althaus C, Althaus F, Genton B, D’Acremont V. Clinical Features for
Diagnosis of Pneumonia in Children Younger than 5 years: A Systematic Review
and Meta-analysis. The Lancet. 2015; 15(4): 439-450.
9. Rahajoe N, Basir D, Makmuri M S, Kartasasmita G.B. 2008. Buku IDAI Respirologi
Anak. Jakarta. ECG.
10. Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in Infants
and Children. Am Fam Physician 2014; 70:899-908
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai