Anda di halaman 1dari 51

REFERAT

MARASMUS
KWASHIORKOR
PEMBIMBING :
DR. LILLY ZULKARNAIN SP. A
PENYUSUN :
CLARA ELITHA
030.120.60 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT-ANGKATAN LAUT DR MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 18 FEBRUARI-25 APRIL 2019
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui
intensifikasi pemantauan pertumbuhan dan identifikasi
faktor risiko yang erat dengan kejadian luar biasa gizi
seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilans.
Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di
Indonesia masih tinggi

Kekurangan gizi anak biasanya disebabkan oleh akses


asupan makanan, atau penyediaan yang tidak memadai;
buruknya akses terhadap kesehatan dan sanitasi; dan / atau
praktik pemberian makan atau perawatan anak yang tidak
tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

APA ITU Marasmus merupakan respon fisiologis


MARASMUS? tubuh terhadap kalori (karbohidrat) dan
nutrisi yang tidak adekuat.

Hilangnya massa otot dan cadangan


lemak subkutan dapat dikonfirmasi
dengan inspeksi atau palpasi dan
diukur dengan pengukuran
antropometrik.
DEFINISI

APA ITU Kwashiorkor merupakan hasil dari asupan


KWASHIORKOR? protein yang tidak memadai dengan
adanya asupan kalori yang baik.

Hypoalbuminemic menghasilkan
edema pitting yang dimulai di
ekstremitas bawah dan naik
dengan tingkat keparahan yang
meningkat.
DEFINISI MALNUTRISI
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi balita yang mengalami gizi
buruk di Indonesia masih tinggi

Hasil Riskesdas menunjukkan adanya peningkatan prevalensi


balita gizi kurang dan buruk secara nasional, prevalensi
berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri
dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007
(18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat.
Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4
persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7
persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik
sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013.4
ETIOLOGY
MANIFESTASI KLINIS

Malnutrisi berpotensi mempengaruhi semua sistem


organ dalam tubuh.

Awalnya, temuan klinis meliputi kurangnya adipositas


dan jaringan subkutan, otot yang lemah, mudah
tersinggung, dan edema.

Seiring malnutrisi berkembang, pertumbuhan


tertunda, menyebabkan stunting, dan sistem lainnya
terlibat, dengan perubahan pada rambut, kulit, kuku,
selaput lendir, dan organ lainnya.
MANIFESTASI KLINIS
Kekurangan mikronutrien, terutama kekurangan vitamin
dan mineral, umum terjadi pada pasien dengan
kekurangan gizi, sehingga banyak pasien juga akan
menunjukkan tanda-tanda kekurangan ini.

Kekurangan mikronutrien yang paling sering


dilaporkan adalah zat besi, seng, yodium, dan vitamin
A.

40 Kekurangan nutrisi mikronutrien lainnya,


bagaimanapun, termasuk kalsium, vitamin D, vitamin
C, asam folat, tiamin, dan riboflavin semakin banyak
dikenali.
MANIFESTASI
KLINIS
PATOFISIOLOGI

Asupan energi yang tidak


memadai menyebabkan
berbagai adaptasi fisiologis,
Perubahan biokimia dalam
termasuk pembatasan
kelaparan berkepanjangan
pertumbuhan; Kehilangan
melibatkan mekanisme
lemak, otot, dan massa
metabolik, hormonal, dan
viseral; Mengurangi tingkat
glukoregulasi yang kompleks.
metabolisme basal, dan
mengurangi total
pengeluaran energi.
PATOFISIOLOGI

Perubahan metabolisme
berkembang dari fase awal,
Perubahan elektrolit utama
dimana terjadi glukoneogenesis
termasuk retensi natrium dan
cepat akibat hilangnya otot
deplesi kalium intraselular dapat
rangka yang disebabkan oleh
dijelaskan dengan penurunan
penggunaan asam amino, piruvat
aktivitas pompa natrium
dan laktat, ke tahap konservasi
bergantung energi glikosida yang
protein selanjutnya, dengan
sensitif terhadap permeabilitas
mobilisasi lemak yang
membran sel dalam kwashiorkor
menyebabkan lipolisis dan
ketogenesis.
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Sistem Sistem Sistem Sistem


endokrin imunitas pencernaan kardiovaskular

Sistem
Sistem saraf Hematologi
pernapasan
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Sistem endokrin

• Hormon utama yang terkena adalah hormon tiroid, insulin,


dan hormon pertumbuhan. Perubahan meliputi penurunan
kadar tri-iodothyroxine (T3), insulin, insulin-like growth factor-
1 (IGF-1), dan peningkatan kadar hormon pertumbuhan
dan kortisol.
• Tingkat glukosa biasanya awalnya rendah, dengan
menipisnya cadangan glikogen.
• Pasien sering juga mengalami beberapa tingkat intoleransi
glukosa dari etiologi yang tidak jelas dan berisiko
mengalami hipoglikemia dalam fase renourishment
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Sistem imunitas

• Imunitas seluler paling banyak terkena karena


atrofi timus, kelenjar getah bening, dan tonsil.
• Perubahan termasuk penurunan CD4 namun
limfosit CD8-T cukup, kehilangan hipersensitivitas
delayed, fagositosis terganggu, dan
imunoglobulin A yang dimediasi sekresi (IgA).
• Perubahan ini meningkatkan kerentanan anak-
anak yang kekurangan gizi terhadap infeksi
invasif
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Sistem pencernaan

• Atrofi villi dengan kurangnya disakarida, hipoplasia


kriptografi, dan permeabilitas usus yang berubah
menyebabkan malabsorpsi, namun kehilangan seringkali
cepat pulih begitu nutrisi membaik.
• Pertumbuhan berlebih bakteri sering terjadi pada sekresi
asam lambung yang berkurang. Atrofi pankreas juga
umum terjadi dan berakibat pada malabsorpsi lemak.
• Meskipun infiltrasi lemak pada hati biasa terjadi, fungsi
sintetis biasanya ada.
• Sintesis protein, glukoneogenesis, dan metabolisme obat
menurun
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Sistem kardivaskular

• Jantung myofibril menipis dengan kontraktilitas yang


terganggu.
• Curah jantung berkurang sebanding dengan
penurunan berat badan.
• Bradycardia dan hipotensi juga sering terjadi pada
orang yang terkena dampak parah.
• Volume intravaskular sering menurun.
• Kombinasi bradikardi, gangguan kontraktilitas jantung,
dan ketidakseimbangan elektrolit mempengaruhi anak-
anak ini terhadap aritmia
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Sistem pernapasan

• Berkurangnya massa otot toraks,


penurunan tingkat metabolisme, dan
ketidakseimbangan elektrolit
(hipokalemia dan hipofosfatemia) dapat
menyebabkan ventilasi per menit yang
menurun, yang menyebabkan gangguan
respons ventilasi terhadap hipoksia.
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Sistem saraf

• Sekuel perkembangan spesifik neurodevelopmental yang


hanya berasal dari PEM sulit untuk dipastikan, karena PEM
sering berdampingan dengan kekurangan gizi lainnya.
• Malnutrisi telah diketahui menyebabkan penurunan jumlah
neuron, sinaps, arborisasi dendritik, dan mielinasi, yang
semuanya berakibat pada penurunan ukuran otak.
• Korteks serebral menipis dan pertumbuhan otak
melambat.
• Penundaan fungsi global, fungsi motor, dan memori telah
dikaitkan dengan PEM, dengan neonatus dan bayi yang
paling rentan meskipun terdapat plastisitas otak pada bayi
PERUBAHAN PADA SISTEM ORGAN

Hematologi

• Anemia normokromik sering timbul


namun dapat diperburuk oleh defisiensi
nutrisi dan zat gizi lainnya (zat besi dan
folat) seperti infeksi malaria atau parasit
lainnya.
• Fungsi pembekuan darah biasanya baik
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
DIAGNOSIS

Anamnesis Keluhan yang sering ditemukan


adalah pertumbuhan yang kurang,
anak kurus, atau berat badannya
selalu kurang.

Selain itu ada keluhan anak


kurang/tidak mau makan, sering
menderita sakit yang berulang atau
timbulnya bengkak pada kedua
kaki, kadang sampai seluruh tubuh.
PEMERIKSAAN FISIK

Pada gizi buruk didapatkan


Gizi kurang belum
Pada gizi buruk, di samping 3 bentuk klinis yaitu
menunjukan gejala klinis
gejala klinis didapatkan kwashiorkor, marasmus,
yang khas, hanya dijumpai
kelainan biokimia sesuai dan marasmik-kwashiorkor,
gangguan pertumbuhan
dengan bentuk klinis. walaupun demikian dalam
dan anak tampak kurus.
penatalaksnaannya sama
PEMERIKSAAN FISIK

MEP ringan

Sering ditemukan gangguan pertumbuhan:


• Anak tampak kurus
• Pertumnbuhan linier berkurang atau terhenti
• Berat badan tidak bertambah, adakalanya bahkan turun
• Maturasi tulang terlambat
• Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal/menurun\
• Tebal lipatan kulit normal atau berkurang
• Anemia ringan
• Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak
sehat
PEMERIKSAAN FISIK

MEP berat
Kwashiorkor: Marasmus Marasmik-kwashiorkor
•Perubahan mental sampai apatis •Penampilan wajah seperti orang tua, •Terdapat tanda dan gejala klinis
•Anemia terlihat sangat kurus marasmus dan kwashiorkor secara
•Perubahan warna dan tekstur rambut, •Perubahan mental, cengeng bersamaan
mudah dicabut/rontok •Kulit kering, dingin dan mengendor, kriput
•Gangguan system gastrointestinal •Lemak subkutan menghilang hingga
•Pembesaran hati turgor kulit berkurang
•Perubahan kulit (dermatosis) •Otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat
•Atrofi otot jelas
•Edema simetris pada kedua punggung •Kadang-kadang terdapat bradikardia
kaki,dapat sampai seluruh tubuh.5 •Tekanan darah lebih rendah
dibandingkan anak sehat yang sebaya.5
PEMERIKSAAN FISIK

Kriteria diagnosis5

•Terlihat sangat kurus


•Edema nutrisional, simetris
•Berat badan/Tinggi Badan < -3 SD
•Lingkar Lengan Atas <11,5 cm.
Penampilan
anak
dengan
Marasmus
Penampilan
anak dengan
Kwashiorkor
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kadar gula darah, darah tepi lengkap, urin lengkap, feses


lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globuilin),
ferritin.

Radiologi (dada,
Tes mantoux Elektrokardiografi.
AP dan Lateral)
PENATALAKSANAAN
Tingkat metabolisme basal dan kebutuhan nutrisi segera menurun dalam
kasus kekurangan gizi.

Bila nutrisi diberikan, tingkat metabolisme meningkat, merangsang


anabolisme dan meningkatkan kebutuhan nutrisi.

Tubuh anak yang kekurangan gizi mungkin telah mengkompensasi


kekurangan mikronutrien dengan tingkat metabolisme dan
pertumbuhan yang lebih rendah, dan pengulangan dapat
membongkar adanya kekurangan gizi ini.

Rehabilitasi nutrisi harus dimulai dan dilanjutkan perlahan untuk


meminimalkan komplikasi pada anak.
DIAGNOSIS BANDING

 Tidak ada diagnosis banding untuk marasmus, namun ketika


edema hadir dapat mencerminkan kwashiorkor dari malnutrisi.
Edema juga dapat menggambarkan adanya insufisiensi jantung
atau ginjal yang mendasarinya. Dalam keadaan seperti ini, tes
laboratorium tambahan atau tes radiografi mungkin diperlukan.8
PENATALAKSANAAN

Mencegah dan Mencegah dan Mencegah dan Koreksi


mengatasi mengatasi mengatasi gangguan
hipoglikemi hipotermi dehidrasi elektrolit

Mencegah dan Mulai Koreksi Memberikan


mengatasi pemberian kekurangan zat makanan untuk
infeksi makan gizi mikro tumbuh kejar

Memberikan
Mempersiapkan
stimulasi untuk
untuk tindak
tumbuh
lanjut di rumah
kembang
PENATALAKSANAAN

Mencegah dan mengatasi hipoglikemi

• Hipoglikemi terjadi apabila kadar gula darah < 54 mg/dl


atau ditandai lemah, kejang, suhu tubuh sangat rendah,
kesadaran menurun, keluar keringat dingin dan pucat.
• Dapat diterapi dengan memberikan segera cairan gula 50
ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh dicampurkan ke
air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap 2 jam,
antibotik, jika penderita tidak sadar dapat diberikan lewat
sonde.
• Kemudian dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih
dijumpai tandatanda hipoglikemi maka pemberian cairan
gula tersebut diulangi
PENATALAKSANAAN

Mencegah dan mengatasi hipotermi

• Dikatakan hipotermi jika suhu tubuh anak < 35oC.


• Dapat ditatalaksana dengan ruang anak harus
hangat, tidak ada lubang angin, sering diberi makan,
anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan
dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan
ibunya (metode kanguru), cepat diganti jika popok
basah.
• Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai
suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian,
tutup kepala dan kaos kaki.
PENATALAKSANAAN
Mencegah dan mengatasi dehidrasi

• Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution


for Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan
5 ml/kgBB setiap 30 menit secara oral dalam 2 jam pertama.
• Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya, jumlahnya
disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses yang keluar dan
muntah.
• Penggantian jumlah Resomal pada jam 4,6,8,10 dengan F75 jika
rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu. Monitoring tanda vital,
diuresis, frekuensi berak dan muntah, pemberian cairan
dievaluasi jika kecepatan pernafasan dan nadi menjadi cepat,
tekanan vena jugularis meningkat, atau jika anak dengan
oedem maka oedemnya bertambah
PENATALAKSANAAN

Koreksi gangguan elektrolit

• Berikan ekstra Kalium 150- 300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4-0,6


mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal).

Mencegah dan mengatasi infeksi

• Jika tidak ada komplikasi maka dapat diberikan kotrimoksazol


selama 5 hari, namun bila ada komplikasi dapat diberikan
amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari.
• Dan hendaknya dilakukan monitoring terhadap komplikasi
infeksi seperti hipoglikemia atau hipotermi
PENATALAKSANAAN
Mulai pemberian makan

• Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi dan


mencukupi kebutuhan energi dan protein.
• Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil, sering,
secara oral atau sonde, energy 100 kkal/kgBB/hari, protein 1- 1,5
g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus,
marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika
derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.

Koreksi kekurangan zat gizi mikro

• Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam folat


(5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3
mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu
perawatan, vitamin A hari 1 (1 tahun 200.000 IU)
PENATALAKSANAAN
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar

• Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100
kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan
protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan protein.

Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

• Mainan digunakan sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur dan


perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi psikologis,
baik mental, motorik dan kognitif. 2,4,5

Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

• Setelah BB/PB mencapai -1SD dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang tua
frekuensi dan jumlah makanan, berikan terapi bermain anak, pastikan
pemberian imunisasi boster dan vitamin A tiap 6 bulan.
KOMPLIKASI
Infeksi Anak-anak kurang gizi lebih rentan terhadap infeksi, terutama sepsis, pneumonia,
dan gastroenteritis.

Hipoglikemia Hipoglikemia umum terjadi setelah puasa berat namun juga bisa menjadi pertanda
sepsis.

Hipotermia Hipotermia dapat menandakan infeksi atau, dengan bradikardia, dapat


menunjukkan tingkat metabolisme yang menurun untuk menghemat energi.

Bradikardia Bradikardia dan curah jantung yang buruk mempengaruhi anak malnutrisi akibat
gagal jantung, yang diperparah oleh cairan akut atau muatan zat terlarut.

Kekurangan Kelainan mikronutrien juga dapat mempersulit malnutrisi. Kekurangan vitamin A dan
seng umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab penting
mikronutrient respons imun yang berubah dan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
KOMPLIKASI
KEKURANGAN
Bercak bitot (putih seperti busa sabun atau
VITAMIN A
keju di daerah celah mata sisi luar) ini
merupakan penumpukan keratin dan sel epitel
yang merupakan tanda khas pada penderita
xeroftalmia,
NOMA
Noma atau stomatitis gangrainosa merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat
progresif hingga dapat menembus pipi, bibir
atau dagu
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN Kwashiorkor merupakan hasil dari asupan protein yang tidak
memadai dengan adanya asupan kalori yang baik.

Dan Marasmus merupakan respon fisiologis tubuh terhadap kalori


dan nutrisi yang tidak adekuat. Hilangnya massa otot dan
cadangan lemak subkutan dapat dikonfirmasi dengan inspeksi
atau palpasi dan diukur dengan pengukuran antropometrik.

Malnutrisi pada anak tidak hanya meningkatkan angka kesakitan


dan angka kematian tetapi juga dapat menimbulkan gangguan
dalam pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi


pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko serta harus
segera ditangani dengan cepat dan cermat.

Masalah gizi buruk dapat ditatalaksana dengan pemberian


asupan gizi yang seimbang secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan pada tahap tersebut.
SARAN
Promosi
kesehatan
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi dan kesehatan
pada balita terutama mengenai ASI ekslusif,
pemberian makan pada balita, perilaku sanitasi
dan mencuci tangan.

TRANSPORTAS
I
Pemerintah perlu memperhatikan daerah pelosok
dan terpencil karena masalah transportasi
membuat tidak terjangkaunya oleh tenaga
kesehatan.
PROGNOSIS

 prognosis yang baik jika mendapatkan perawatan dan perawatan


lanjutan diterapkan dengan benar.
 pertumbuhan dan perkembangan telah mengalami gangguan
berat dan jika anemia defisiensi besi berat terjadi, keterbelakangan
mental dan fisik mungkin bersifat permanen.
 Semakin muda usia anak pada saat kekurangan gizi, semakin
buruk efek jangka panjangnya.10
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai