Anda di halaman 1dari 91

By ; LAILY PRIMA MONICA, S.ST.,M.

Kes

KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN

Hipertensi, APB, Kelainan Lamanya


Kehamilan, IUFD, Hidramnion,
Emboli Air Ketuban
POKOK BAHASAN

• HIPERTENSI
• ANTEPARTUM BLEEDING
• KELAINAN LAMANYA KEHAMILAN
• IUFD
• KELAINAN AIR KETUBAN
• EMBOLI AIR KETUBAN
PENGERTIAN
HIPERTENSI ???
Pengukuran tekanan darah

– Hipertensi
• nilai absolut  140/90 mmHg
 peningkatan  30/15 mmHg tak lagi dipakai
 TD diastolik ³ 90 mmHg
– posisi duduk dengan lengan setinggi jantung
– ukuran cuff sesuai
– sfigmomanometer air raksa akurat
– konfirmasi TD dalam  4 jam kecuali bila sangat tinggi

4
PATOFISIOLOGI
TEORI KELAINAN VASKULARISASI PLASENTA
• Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis
dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya,
arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia
plasenta.

5
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

• Hipertensi kronik  hipertensi sebelum kehamilan,


dibawah 20 minggu usia kehamilan, dan hipertensi tidak
menghilang 12 minggu pasca persalinan.
• Hipertensi kronik (superimposed preeklamsia)
• Hipertensi gestasional  hipertensi pada kehamilan yang
tidak disertai proteinuria hingga 12 minggu pasca
persalinan.
• Preeklamsia – eklamsia  hipertensi dan proteinuria
yang didapatkan setelah usia kehamilan 20 minggu.
Hipertensi Kronis
• Definisi  hipertensi yg terjadi sebelum
kehamilan 20 minggu dan tdk menghilang
20 minggu pasca persalinan.
• Dibagi 2 yakni  primer (90%), sekunder
(10% berhub dgn DM, ginjal, hipertensi dan
vaskular).
DIAGNOSIS berdasarkan resiko

Resiko Tinggi = Hipertensi


Berat Dan Hipertensi Ringan
Dgn Kerusakan Organ
Resiko Rendah =
Hipertensi
Ringan Tanpa
Kerusakan
Organ Patologis.
Pengelolaan
• Menekan Resiko Ibu
• Hindari Obat Membahayakan Janin
• Laboratorium : Test Spesifik (Ekg, Echo,
Opthalmology, USG Ginjal).
• Usg, Hipertensi Kronik Dalam Kehamilan Dgn
Penyulit Yakni Penyakit Kardiovaskular Atau
Penyakit Ginjal Perlu Perhatian Khusus.
• Test Kesejahteraan Janin
Pengobatan medikamentosa :

PILIHAN 2 :
NIFEDIPINE
PILIHAN 1 :
METILDOPA
Pengelolaan terhadap kehamilannya
Anastesi :
regional anastesi

Sikap pada hipertensi kronis


berat : aktif, yakni
secepatnya kehamilan
diakhiri (terminasi)
Sikap terhadap kehamilannya pada
hipertensi kronik ringan : konservatif yaitu
dilahirkan secepat mungkin pervaginam
Gestational Hypertension
• TD > 140/90 mmHg yang timbul pertama
kali pada saat kehamilan
• Tanpa diikuti proteinuria
• Disebut juga Transient hypertension, jika:
- tidak timbul preeklampsia
- TD kembali normal 12 mggu postpartum

12
PE Superimposed Pada Hipertensi Khronis
• Hipertensi khronis sebab apapun merupakan
predisposisi PE-E superimposed
• PE superimposed : timbulnya proteinuria pada
wanita dengan riwayat hipertensi kronis
sebelumnya
• Hipertensi khronis:
- timbul sebelum hamil
- timbul sebelum hamil 20 minggu
- menetap sampai 12 mgg post partum
13
6,6 juta
wanita di 4 juta 30%
dunia PJT prematurit Rekure
as nsi 20- 12% kematian
25% neonatal; 18%
kematian
maternal/tah
Peny. un
Kardiovaskul
er jangka
panjang

WHO, 2002; SOGC, 2008;


Trogstad, 2011
JANGAN
MENGANGGAP PRE
EKLAMPSI RINGAN !!!!

SKRG HANYA ADA PRE EKLAMPSIA DAN PRE EKLAMPSIA BERAT


Preeklamsia

• Tekanan darah >140/90 mmhg yang


timbul setelah umur kehamilan 20
mgg pada wanita yang sebelumnya
mempunyai tekanan darah yang
normal, disertai dengan proteinuria
• Tidak harus disertai udema
• Proteinuria : ≥300mg/24jam atau
≥dipstik +1
16
Gejala EDEMA
ANASARCA

TRIAS GEJALA PROTEINURIA

HIPERTENSI
Faktor Resiko Preeklamsia
• Resiko yang berhubungan dengan patner laki-laki  primigravida,
primipaternity, umur kehamilan yang ekstrem, pemaparan terbatas
terhadap sperma, inseminasi donor oosit.
• Resiko yang berkaitan dengan penyakit terdahulu  pernah
preeklamsia, hipertensi kronik, penyakit ginjal, obesitas
• Resiko yang berhubungan dengan kehamilan  mola, kehamilan
ganda, hydrops fetalis.
Faktor Pencegahan
• Diuretik

Non medical
Medical

• Antihipetensi • Retriksi garam


• Kalsium • Suplementasi diet
• Zn • Tirah baring
• Mn
• Obat anti
trombotik
• Vitamin C, vitamin
E
• Asam lipoid
• Invasi arteri • Maladaptasi
uterina maternal,
trofoblastik yang paternal
abnormal (plasenta) dan
jaringan fetus
Plasentasi Imunologis

Kardio
Genetik vaskular-
• Termasuk gen-gen inflamasi • Maladaptasi
yang diturunkan serta maternal dalam
pengaruh epigenik kehamilan

(Cunningham et al., 2010)


Karumanchi et al., 2005
Cytothrophobla
st invasion
Immunologic Stage 1
factors
Poor
placentation
Placental
Acute debris
PBLs Cytokines PGs ROS
atherosis
Endothelial cell
Gomerular activation
endotheliosis/pro Hypertensio
teinuria/ATN Maternal n
Liver
damage/he
syndrome Cardiomyopat
patoma/rup hy
ture
Microangiopatic Eclampsi
hemolysis/thro Edem a/stroke
mbocytopaenia ARDS a Stage 2
/DIC
Pengelolaan preeklamsia
• Preeklamsia/PE ringan, dengan
kriteria diagnosis :
TD =140 / 90 Mm
Proteinuria  300
Hg Setelah 20
Mg / 24 Jam
Minggu Kehamilan

 1 + Dipstick Edema
Pengelolaan PE dibagi menjadi :

• Rawat jalan:
1. tirah baring
2. diet reguler
3. vitamin prenatal
4. ANC setiap minggu

• Indikasi rawat inap :


1. HT dan atau proteinuria menetap 2 minggu
2. lab yang abnormal
3. tanda 1 atau lebih preeklamsia berat
Monitoring Dan Evaluasi Pada Ibu
1. Tensi Setiap 4 Jam, Pengamatan Terjadinya
Edema Pada Ibu, Timbang Berat Badan Ibu.
2. Awasi Kemungkinan Impending Eklamsia
3. Pemeriksaan Proteinuria, Hematokrit Dan
Trombosit 2x Seminggu, Test Fungsi Hepar 2
Kali Seminggu, Test Produksi Urine Setiap 3 Jam.
Pada Pasien Preeklamsia Wajib Dilakukan
Pemeriksaan Kesejahteraan Janin , Meliputi

1. pemeriksaan gerakan janin


2. NST 2 kali/minggu
3. profil biofisik janin bila NST nonreaktif
4. evaluasi pertumbuhan janin dengan USG tiap 3-4
minggu
5. USG doppler arteri umbilicalis, arteri uterina.
Indikasi Terminasi Kehamilan
pada preeklamsia ringan :
• UK <37 minggu  gejala tidak memburuk,
dipertahankan hingga aterm
• UK >37 minggu  kehamilan dipertahankan
hingga onset partus, induksi persalinan bila
serviks matang.
Preeklamsia Berat
T D  160/ 110 Mm Hg
• Proteinnuria 2 Gr/ 24 Jam Trombosit < 100.000 /
Atau  2 +
Mm3
• Serum Creatinin > 1,2 Mg/Dl

Mikroangipatic Pusing Dan Gangguan


Hemolisis Visual, Epigastric Pain
Terminasi
Ekspektatif Konservatif
kehamilan
Kehamilan Bila UK<37 Minggu, Tanpa Tanda
Impending Eclamsia

Kehamilan Dipertahankan Selama Mungkin


Sambil Memberikan Terapi Medikamentosa

Terapi Medikamentosa Untuk Konservatif  Lama Perawatan 23 Hari, Pemberian Mgso4 Loading
Dose, Pemberian Maturasi Paru 32-34 Minggu Selama 48 Jam, Perawatan Di RS,
Terminasi kehamilan, lanjutan
Cara persalinan bila tidak inpartu  dipertahankan
sampai aterm, bila inpartu diikuti dgn kurva
friedmann.
Jika kala 2 diusahakan pervaginam, kecuali ada
indikasi ostetri untuk SC.

Aktif, agresif  bila UK >37 minggu, kehamilan


diakhiri setelah mendapat medikamentosa untuk
stabilisasi ibu.
Terapi Medikamentosa Yang Diberikan

1. MRS, tirah baring ke kiri secara intermitten


2. infus RL/Ringer dextrose
3. pemberian anti kejang MgSO4
4. pemberian antihipertensi.
• Syarat: tensi >180/110 atau MAP >126.
• jenis obat : nifedipine 10-20 mg oral diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam.
• Nicardipine : 10 mg dalam 100 cc atau 250 cc RL diberikan secara IV selama 5 menit
 bila gagal diulangi dengan dosis 12,5 mg selama 5 menit  bila masih gagal
dalam 1 jam, diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit.
5, diuretik bila diperlukan, misalnya pada edema paru, edema anasarca
6. diet
Eklampsia
• PE disertai kejang dan atau koma
• Kejang terjadi sebelum, selama dan postpartum
• Kejang bisa juga terjadi 48 jam/10 hr post
partum
• Setiap kejang pada wanita hamil, fikirkan
eklamsia, kecuali ada penyebab kejang lain
• Kejang dapat timbul berulang-ulang
• DD : epilepsi
Gangguan otak : meningitis, ensefalitis
32
Eclamsia
Definisi  PEB yang disertai kejang
tonik klonik yang diikuti dgn koma.
Dasar pengelolaan eklamsia yakni:
1. terapi suportif untuk stabilisasi pad aibu
2. penatalaksanaan sesuai A B C
3. mengatasi dan mencegah kejang
4. koreksi hipoksemia dan asidemia
5. mencegah dan mengatasi penyulit,khususnya hipertensi krisis.
6. melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang
tepat.
Terapi Kejang Meliputi
1. penderita dimasukkan ruang isolasi koma.
2. tempat tidur penderita cukup lebar
3. rendahkan kepala kebawah
4. spatula lidah
5. fiksasi badan
6. rel tempat tidur terkunci dgn kuat.
7. Resiko jatuh / cidera
Perawatan Koma
1. pantau GCS
2. jalan nafas bebas terjaga
3. hindari decubitus dan perhatikan
nutrisi
4.konsultasi bagian lain bila penyulit,
misalnya edema, oliguria, diperlukan
kateterisasi arteri pulmonalis.
Pengelolaan Eklamsi
1. sikap dasar yakni terminasi kehamilan, terminasi
secara aktif.
2. saat pengakhiran kehamilan yakni saat
stabilisasi/pemulihan hemodinamika dan
metabolisme ibu,
3. stabilisasi selambat lambatnya 4-8 jam kemudian
diakhri dengan terminasi kehamilan.
PROTAP
PEMBERIAN
MGSO4
HELLP SYNDROME

• Hellp syndrome : hemolysis (H),


Elevated liver enzym (EL), Low
platelets (LP
• Laboratoris
- Trombosit : <100.000
- SGOT > 72 IU/L
- Bilirubin > 1,2mg/dl
- LDH > 600 IU/mL
39
ANTEPARTUM
BLEEDING
PLASENTA

 Berbentuk bundar atau hampir bundar


 Diameter 15-20 cm
 Tebal  2,5 cm
 Berat rata-rata 500 Gr
APB

• SOLUSIO PLACENTA
• PLACENTA PRAEVIA & PLACENTA
LETAK RENDAH
• KELAINAN PERLEKATAN TALI PUSAT
KELAINAN IMPLANTASI PLASENTA
PLASENTA PREVIA

prae= di depan
vias = jalan
Jadi maksudnya adalah placenta yang
implantasinya tidak normal ( rendah
sekali ) hingga menutupi seluruh atau
sebagian jalan lahir (ostium internum)
Klasifikasi plasenta previa

 Placenta previa totalis:


seluruh ostium internum
tertutup
 Placenta previa lateralis:
hanya sebagian dari ostium
tertutup
 Placenta previa marginalis:
hanya pada pinggir ostium
terdapat jaringan placenta
 Plasenta letak rendah : bila
plasenta berada 3-4 cm
diatas pinggir pembukaan
jalan lahir.
Gejala Plasenta Previa :
• Perdarahan tanpa nyeri
• Perdarahan berulang-ulang sebelum partus
• Perdarahan keluar banyak
• Darah berwarna merah segar
• Bagian depan tinggi
• Pada pemeriksaan dalam teraba jaringan
placenta.
• Robekan selaput marginal
Penatalaksanaan:
1. Konservatif bila :
Kehamilan kurang 37 minggu.
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak
(Hb masih dalam batas normal).
Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah
sakit (dapat menempuh perjalanan
selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
Perdarahan banyak tanpa memandang usia
kehamilan.
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
Anak mati
VASA PREVIA

Vasa previa merupakan keadaan


dimana pembuluh darah umbilikalis
janin berinsersi dengan vilamentosa
yakni pada selaput ketuban.
Penyebab vasa previa belum jelas.
Hubungan Plasenta Dengan tali Pusat
 Disebut Insersio Sentralis
bila Tali Pusat berhubungan dgn Plasenta di tengah
 Disebut Insersio Lateralis
bila Tali Pusat berhubungan dgn Plasenta di agak ke
pinggir
 Disebut Insersio Marginalis
bila Tali Pusat berhubungan dgn Plasenta di pinggir
 Disebut Insersio Velamentosa
bila Tali Pusat berhubungan dgn Plasenta di luar,
sehingga hubungan plasenta melalui selaput janin
Diagnosis:
Pada pemeriksaan dalam vagina diraba
pembuluh darah pada selaput ketuban.
Bila sudah terjadi perdarahan maka
akan diikuti dengan denyut jantung
janin yang tidak beraturan, deselerasi
atau bradikardi, khususnya bila
perdahan terjadi ketika atau beberapa
saat setelah selaput ketuban pecah.
Penatalaksanaan :

 Tergantung pada status janin.


Bila ada keraguan tentang maturitas
janintentukan lebih dahulu umur
kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan
pemantauan kesejahteraan janin dengan
USG dan kardiotokografi.
 Bila janin hidup dan cukup matur dapat
dilakukan seksio sesar segera namun bila
janin sudah meninggal atau imatur,
dilakukan persalinan pervaginam.
VASA PREVIA PLASENTA NORMAL
SOLUSIO PLASENTA
• Solutio placenta adalah
pelepasan placenta
sebelum waktunya.
• Solusio plasenta 
pelepasan sebagian atau
seluruh placenta yang
normal implantasinya
antara minggu ke22
sampai lahirnya anak.
Klasifikasi solusio
plasenta:
 Solutio placenta dengan
perdarahan keluar
 Solutio placenta dengan
perdarahan tersembunyi
(haematoma
retroplacenta)
 Solutio placenta dengan
perdarahan tersembunyi
dan keluar
Gejala solusio plasenta
 Perdarahan disertai nyeri.
 Perdarahan hanya keluar sedikit
 Palpasi sukar karena abdomen terus menerus tegang dan
adanya nyeri tekan.
 Fundus uteri lama-lama menjadi naik.
 Rahim keras seperti papan.
 Anemi dan syock, beratnya anemi dan syok sering tidak
sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
 Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus
karena isi rahim bertambah.
 Darah berwarna merah tua/kehitaman.
Penatalaksanaan :

1. Pemberian transfusi darah


2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio
sesar.
PERSALINAN
PRE TERM
• Definisi
– Kontraksi uterus yang reguler diikuti dengan
dilatasi servik yang progresif dan atau
penipisan servik kurang dari 37 minggu usia
gestasi
 20 – 50 % diagnosis persalinan preterm tidak
tepat
• Diagnosis
– Menetapkan waktu
– Riwayat kontraksi dan faktor-faktor resiko
– Pemeriksaan abdomen untuk menilai aktifitas uterus
– Pemeriksaan servik serial bila beralasan
– Pemeriksaan dengan spekulum steril yang tersendiri
seharusnya dilakukan pada ketuban pecah dini
– Menunda pemeriksaan digital bila terdapat
perdarahan vaginal yang belum terdiagnosa sampai
letak plasenta diketahui
• Penentuan TP
– Beritahu TP nya pada si ibu
• Informasikan mengenai TP berdasarkan hari
pertama haid terakhir apabila sesuai dan ulangi
lagi pada saat usia kehamilan 18 minggu
• Catat TP pada status
• Catat waktu dan hasil pemeriksaan USG pada
status (termasuk lokasi plasenta)
– Taksiran persalinan yang benar tidak akan berguna
bila hanya diketahui oleh dokter sedangkan pada
saat persalinan dia tidak ada di tempat
• Penyebab
– Idiopatik
– Perdarahan antepartum
– Ketuban pecah dini
– Korioamnionitis
– Kehamilan kembar/polihidramnion
– Servik inkompeten dan anomali servik
– Penyakit pada ibu
– Kelainan fetus
• Penatalaksaan persalinan preterm
Empat tujuan:
1. Diagnosis dini persalinan preterm
2. Identifikasi dan terapi penyebab persalinan
preterm bila mungkin
3. Coba untuk menghentikan persalinan preterm
4. Minimalkan morbiditas dan mortalitas neonatal
• Penataksanaan kehamilan yang memanjang
 Kurang dari 40% persalinan preterm
mendapat tokolisis

Tujuan terapi tokolisis:


– Menunda kelahiran bila mungkin:
• Pemberian kortikosteroid dalam 48 jam
• Transportasi
• Optimalkan personel
• Kontraindikasi tokolisis
• Kontra indikasi untuk melanjutkan kehamilan
misalnya :
Preeklampsia
Korioamnionitis
Kematian janin intrauteri
• Kontraindikasi terhadap obat yg digunakan
• Tokolisis-tidak ada bukti
kuat untuk efeknya

– Magnesium sulfat
• Trial kecil dan kualitas
rendah,plasebo dan kontrol
• Tidak menunjukkan
keuntungan
• Tokolisis yang terbukti baik
– -sympathomimetics (ritodrine)
• Tinggi efektifitasnya dalam menunda persalinan
dalam waktu yang singkat
• tidak ada efek yang diperlihatkan pada neonatus
– Inhibitor PG synthetase (indomethacin)
• Lebih efektif dibandingkan plasebo dalam
menunda persalian lebih dari 48 jam
• tidak ditemukan efek pada neonatus
• trial kecil, hati hati dengan efek samping
– Calcium channel blockers (e.g. nifedipine)
KEHAMILAN
SEROTINUS
KEHAMILAN SEROTINUS
• a. Pengertian
Kehamilan serotinus adalah
kehamilan yang umur
kehamilannya lebih dari 42 minggu
(Hanifa, 2002).
KEHAMILAN SEROTINUS
• Etiologi
Hipoplasia hipofise
Anensefalus
Defisiensi enzim sulfatase plasenta
Hormon estrogen yang rendah
Pemakaian obat-obatan yang
berpengaruh pula sebagai anti
prostaglandin: salbutamol, progestin dan
asam mefenamat
KEHAMILAN SEROTINUS

• Patofisiologi
Penurunan hormon progesterone memacu
proses biomolekuler pada persalinan
sehingga oksitosin meningkat yang
menghasilkan prostaglandin.
Prostaglandin menyebabkan terjadinya
kontraksi uterus.
Bila tidak terjadi : persalinan lewat waktu.
KEHAMILAN SEROTINUS
Tanda dan Gejala
• Gerakan janin jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7
kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10
kali/20 menit.
• Kehamilan lebih dari 42 minggu
• Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda yaitu:
a) Stadium I: kulit kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi.
b) Stadium II:seperti stadium 1 disertai pewarnaan
mekanium (kehijauan) di kulit bayi.
c) Stadium III:seperti stadium 1 disertai pewarnaan
kekuningan pada kulit dan tali pusat.
KEHAMILAN SEROTINUS
Komplikasi Serotinus
• Oligohidramnion
• Fetal Distress
• Kematian janin
KEHAMILAN SEROTINUS
Pemeriksaan Penunjang
• USG untuk menilai usia
kehamilan, oligohidramnion
dan derajat maturitas placenta
• KTG untuk menilai ada atau
tidaknya gawat janin.
• Amnioskopi atau amniotomi
Penatalaksanaan Kasus Serotinus
• Setelah usia kehamilan > 40 minggu penting
dilakukan monitoring janin sebaik-baiknya
• Lakukan induksi persalinan bila sudah ada
kematangan serviks.
• Operasi SC dapat dilakukan bila:
Pre eklampsia
Infertilitas
Kesalahan letak janin
Terjadi tanda gawat janin
Primigravida tua
PROTAP INDUKSI
PERSALINAN
DRIP OKSITOSIN
INDUKSI PERSALINAN
• OKSITOSIN
• Oksitosin digunakan secara hati-hati karena gawat janin dapat terjadi karena hiperstimulasi. Walaupun jarang, ruptura uteri
dapat pula terjadi, terutama pada multipara.
• Dosis efektif oksitosin bervariasi. Infus oksitosin dalam dekstrose atau NaCl 0,9%, dengan tetesan dinaikkan secara gradual
sampai his adekuat.
• Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan DJJ.
• Kaji ulang indikasi.
• Baringkan ibu dengan posisi miring ke kiri.
• Catat semua pengamatan pada parograf setiap 30 menit
– Kecepatan infus oksitosin
– Frekuensi dan lamanya kontraksi
– Denyut jantung janin. Apabila DJJ < 100 kali/menit, segera hentikan infus, dan tatalaksana gawat janin
• Senantiasa lakukan observasi ketat pada pasien yang mendapat oksitosin
• Berikan 2,5 – 5 unit oksitosin dalam 500 ml cairan kristaloid, lalu mulai infus dengan 8 tetes/menit. Setiap 30 menit tambahkan 4
tetes/menit hingga dosis optimal untuk his adekuat tercapai. Dosis maksimum oksitosin adalah 20 mU/menit.
• Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik atau lebih dari 4 kali kontraksi dalam 10 menit), hentikan infus dan
kurangi hiperstimulasi dengan:
– Terbutalin 250 µg IV perlahan selama 5 menit, atau
– Salbutamol 10 mg dalam 1 L cairan (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) 10 tetes/menit
KELAINAN
LIKUOR AMNII
LIKUOR AMNII
• Volume pada hamil cukup bulan 1000-1500
ml.
• Warna putih, agak keruh, bau yang khas,
agak amis dan manis.
• Berat jenis 1,008
• Terdiri atas: - 98 % air
- sisanya garam anorganik, lanugo, sel
epitel dan verniks kaseosa.
Protein rata-rata 2,6 % gram/liter.
Peredaran Likuor Amnii:

• Peredaran likuor amnii cukup baik, dalam 1


jam terjadi perputaran +/- 500 ml.
• Janin menelan +/- 8-10 cc air ketuban atau 1
% dari total volume air ketuban.
• Jika janin tidak menelan (janin dg stenosis)
akan terjadi Hidramnion.
• Amniosintesis untuk keperluan diagnosis,
dilakukan pada kehamilan minggu ke 14-16.
Fungsi Likuor Amnii:

• Melindungi janin terhadap trauma dari


luar.
• Memungkinkan janin bergerak dengan
bebas.
• Melindungi suhu tubuh janin.
• Meratakan tekanan didalam uterus
pada saat partus.
• Membersihkan jalan lahir.
KELAINAN AIR KETUBAN
1. POLIHIDRAMNION
Batasan hidramnion adalah apabila volume cairan ketuban
melebihi 2000 mL. Hidrmnion ringan apabila lebih dari 2000
mL, Sedangkan hidramnion sedang apabila lebih dari 3000 mL

2. OLIGOHIDRAMNION
suatu kelainan cairan ketuban dimana jumlah cairan
ketuban/amnion yang terlalu sedikit. Jumlah cairan
amnion pada kehamilan cukup bulan sekitar 300-500
mL.
EMBOLI AIR
KETUBAN
EMBOLI AIR KETUBAN

• Emboli air ketuban adalah salah


satu kondisi paling bahaya yang
dapat terjadi dalam kehamilan.
ETIOLOGI
 Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti.
Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang
fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus
cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang
selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan
menyebabkan :
 Kegagalan perfusi secara masif
 Bronchospasme
 Renjatan
FAKTOR RESIKO :
 Multipara
 Solusio plasenta
 IUFD
 Partus presipitatus
 Suction curettahge
 Terminasi kehamilan
 Trauma abdomen
 Versi luar
 Amniosentesis
GAMBARAN KLINIK
 Gambaran klinik umumnya terjadi secara
mendadak dan diagnosa emboli air ketuban
harus pertama kali dipikirkan pada pasien
hamil yang tiba tiba mengalami kolaps.
 Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala
dan tanda yang bervariasi, namun umumnya
gejala dan tanda yang terlihat adalah segera
setelah persalinan berakhir atau menjelang
akhir persalinan, pasien batuk batuk, sesak ,
terengah engah dan kadang ‘cardiac arrest’
PENATALAKSANAAN

 Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan


diberikan secara agresif.
 Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan
mengatasi DIC
 Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan
catatan dilakukan setelah keadaan umum ibu stabil
 X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan
bertambahnya ukuran atrium kanan dan ventrikel
kanan.
 Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2
dan PaCO2)
Terapi tambahan :

 Resusitasi cairan
 Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac
output
 Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
 Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
 Terapi perdarahan pasca persalinan dengan
oksitosin
 Segera rawat di ICU
PROGNOSIS

Mortalitas perinatal kira kira 65% dan sebagian


besar yang selamat baik ibu maupun anak akan
mengalami skualae neurologi yang parah.

Anda mungkin juga menyukai