Anda di halaman 1dari 36

Adalah obat yang dapat mengurangi

atau menghilangkan rasa nyeri dan


akhirnya akan memberikan rasa
nyaman pada orang yang menderita.
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik
dan motorik yang tidak menyenangkan,
berhubungan dengan adanya potensi kerusakan
jaringan atau kondisi yang menggambarkan
kerusakan tersebut.
Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat
menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi).
Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik
mempunyai efek antipiretik.
Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai
rasa benda tajam yang menusuk, pusing,
panas seperti rasa terbakar, menyengat,
pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri
yang hilang – timbul dan berbeda tempat
nyeri.
Nyeri terjadi jika organ tubuh, otot, atau kulit
terluka oleh benturan, penyakit, keram, atau
bengkak. Rangsangan penimbul nyeri umumnya
punya kemampuan menyebabkan sel-sel
melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein)
dan polipeptida yang merangsang ujung saraf yang
kemudian menimbulkan impuls nyeri. Senyawa
kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin
beraksi membuat ujung saraf menjadi lebih sensitif
terhadap rangsangan nyeri oleh polipeptida ini.
• Golongan Para amino fenol à asetaminofen (Parasetamol),
fenasetin
• Golongan Pirazolon à dipiron (antalgin)
1. Derivat.As.Fenamat à As.Mefenamat, Meklofenamat
2. Derivat Asam Propionat à As.Tiaprofenat, Fenbufen,
Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen
3. Derivat As.Fenilasetat à Diklofenak, Fenklofenak
Derivat Asam Salisilat à Aspirin, Benorilat, Diflunisal,
Salsalat
Proses peradangan diawali dengan masuknya
mikroorganisme (MO) ke dalam tubuh.
Mikroorganisme yang masuk memiliki suatu
zat toksikn tertentu (pirogen eksogen). Dengan
masuknya mikroorganisme tersebut, tubuh
akan berusaha melawan dan mencegahnya
dengan memerintahkan leukosit, makrofag, dan
limfosit untuk melawannya (fagositosit).
Dengan adanya proses fagositosit, perahanan
tubuh mengeluarkan pirogen endogen. Pirogen
endogen yang keluar akan merangsang sel-sel
endotel hipotalamus untuk mengeluarkan asam
arakhidonat. Asam arakhidonat yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan memacu
pengeluaran prostaglandin. Pengeluaran
prostaglandin memacu hipotalamus
meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas
suhu normal).
Adanya peningkatan titik patokan ini
dikarenakan termostat tubuh
(hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh
sekarang berada di bawah batas normal.
Akibatnya terjadilah respon
dingin/menggigil . Adanya proses
menggigil (pergerakan otot rangka) ini di
tujukan untuk menghasilkan panas tubuh
yang lebih banyak dan terjadilah demam.
NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
atau obat anti inflamasi non steroid (AINS)
adalah suatu kelompok obat yang berfungsi
sebagai anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik. NSAID merupakan obat yang
heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimiawi. Walaupun demikian,
obat-obat ini ternyata memiliki banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek
samping.
Obat golongan NSAID dinyatakan sebagai
obat anti inflamasi non steroid, karena ada
obat golongan steroid yang juga berfungsi
sebagai anti inflamasi. Obat golongan steroid
bekerja di sistem yang lebih tinggi dibanding
NSAID, yaitu menghambat konversi
fosfolipid menjadi asam arakhidonat melalui
penghambatan terhadap enzim fosfolipase.
Sebagian besar efek terapi dan efek samping
NSAID berdasarkan atas penghambatan
biosintesis prostaglandin (PG). Pada saat sel
mengalami kerusakan, maka akan dilepaskan
beberapa mediator kimia. Di antara mediator
inflamasi, prostaglandin adalah mediator
dengan peran terpenting. Enzim yang
dilepaskan saat ada rangsang mekanik
maupun kimia adalah prostaglandin
endoperoksida sintase (PGHS) atau siklo
oksigenase (COX) yang memiliki dua sisi
katalitik.
Sisi yang pertama adalah sisi aktif siklo
oksigenase, yang akan mengubah asam
arakhidonat menjadi endoperoksid PGG2.
Sisi yang lainnya adalah sisi aktif
peroksidase, yang akan mengubah PGG2
menjadi endoperoksid lain yaitu PGH2.
PGH2 selanjutnya akan diproses membentuk
PGs, prostasiklin dan tromboksan A2, yang
ketiganya merupakan mediator utama proses
inflamasi. COX terdiri atas dua isoform yaitu
COX-1 dan COX-2.
COX-1 memiliki fungsi fisiologis, mengaktivasi
produksi prostasiklin, dimana saat prostasiklin
dilepaskan oleh endotel vaskular, maka
berfungsi sebagai anti trombogenik, dan jika
dilepaskan oleh mukosa lambung bersifat
sitoprotektif. COX-1 di trombosit, yang dapat
menginduksi produksi tromboksan A2,
menyebabkan agregasi trombosit yang mencegah
terjadinya perdarahan yang semestinya tidak
terjadi. COX-1 berfungsi dalam menginduksi
sintesis prostaglandin yang berperan dalam
mengatur aktivitas sel normal.
Masing-masing NSAID menunjukkan potensi
yang berbeda-beda dalam menghambat COX-1
dibandingkan COX-2. Hal inilah yang
menjelaskan adanya variasi dalam timbulnya efek
samping NSAID pada dosis sebagai anti
inflamasi. Obat yang potensinya rendah dalam
menghambat COX-1, yang berarti memiliki rasio
aktivitas COX-2/ COX-1 lebih rendah, akan
mempunyai efek sebagai anti inflamasi dengan
efek samping lebih rendah pada lambung dan
ginjal.
Tabel 1. Rasio COX-2/COX-1 pada NSAID

NSAID COX-2 COX-1 COX-2/COX-1

Tolmetin 7 0.04 175

Aspirin 50 0.3 166

Ibuprofen 15 1 15

Asetaminofen 20 2.7 7.4

Diklofenak 0.35 0.5 0.7

Naproksen 1.3 2.2 0.6

Celecoxib 0.34 1.2 0.3

Refecoxib 0.84 63 0.013


Jangka panjang gunakan
 Dispepsia - juga dikenal sebagai gangguan
pencernaan atau sakit perut, sebuah istilah
yang menggambarkan rasa tidak nyaman atau
sakit di perut bagian atas. Ini bukan suatu
penyakit. Dispepsia adalah kumpulan gejala
yang sering meliputi kembung, mual dan
bersendawa.
Borok Perut - ini pada akhirnya dapat
mengakibatkan komplikasi berikut:
Sebuah lubang di dinding lambung atau
usus (perforasi gastrointestinal)

Anemia - ketika jumlah sel darah merah


atau hemoglobin konsentrasi rendah
seseorang dikatakan mengalami anemia.
Hemoglobin adalah suatu protein
(metalloprotein) di dalam sel darah merah
yang mengandung zat besi dan oksigen
transportasi.

Anda mungkin juga menyukai