DISUSUN OLEH
NAMA : INDRA FAUZI
PEMBIMBING : DR. ELIDA SARI SIBURIAN SP.BRE
Luka kronik
Klasifikasi luka operasi
Clean (class I)
Tahap Inflamasi
Tahap Proliferasi
Tahap Remodeling
TAHAP INFLAMASI
TAHAP PROLIFERASI
TAHAP REMODELING
JENIS-JENIS PENYEMBUHAN LUKA
anamnesis
pemeriksaan fisik
pengkajian luka
PENGKAJIAN LUKA (MEASURE)
Chemical debridement
Biological debridement
Debridemen autolitik
PENJAHITAN LUKA
Luka harus ditutup secara primer jika :
Struktur penting di bawah kulit terpapar (otot,
tendo, tulang).
Luka terjadi di area di mana terbentuknya
jaringan parut akan mengganggu fungsi (luka
di area persendian, di bawah kelopak mata
atau di lipatan-lipatan kulit, seperti fossa cubiti,
leher dan aksila) dan mengakibatkan problem
kosmetik (luka di wajah).
ANTIBIOTIK
Antibiotik digunakan bila ada infeksi luka yang jelas.
Mayoritas luka sudah terkontaminasi bakteri
Tanda infeksi seperti eritema, selulitis, bengkak, dan cairan
purulen
Pemberian antibiotik untuk luka akut harus didasarkan pada
organisme yang diduga ada pada luka yang terinfeksi
ketika beberapa organisme dicurigai atau ketika fungsi
kekebalan pasien terganggu oleh diabetes, penyakit kronis,
atau pengobatan tertentu, maka pemberian antibiotik yang
tepat adalah antibiotik spektrum luas atau kombinasi
antibiotik.
Antibiotik juga dapat diberikan secara topikal sebagai bagian
dari irigasi atau dressing.
DRESSING
> Tujuan utama dari pembalutan luka (dressing) adalah untuk
menyediakan lingkungan yang ideal untuk penyembuhan luka.
> Karakteristik dressing yang baik:
Membantu penyembuhan luka (menjaga lingkungan yang lembab)
Sesuai dengan kondisi luka
Kontrol nyeri
Kontrol bau
Tidak menyebabkan alergi dan iritasi
Permeabilitas terhadap gas
Aman
Non traumatik
Efektivitas biaya
Nyaman
JENIS-JENIS DRESSING
Dressing oklusif dan Semioklusif. Memberikan lingkungan yang baik
pada luka yang bersih dan minimal eksudatif. Dressing film ini tahan
air dan tahan terhadap mikroba tetapi dapat menyerap uap air dan
oksigen.
Dressing Hidrofilik dan Hidrofobik. Dressing ini adalah komponen
dari dressing komposit. Perlengkapan hidrofilik membantu dalam
penyerapan, sedangkan dressing hidrofobik tahan air dan mencegah
penyerapan.
Foam. ini adalah balutan penyerap yang dimaksudkan untuk
mengurangi tingkat eksudat. Namun produk ini jika digunakan
sendiri berpotensi mengeringkan luka sepenuhnya, karena akan
menyerap eksudat lebih cepat daripada yang dapat dihasilkan tubuh.
Film. produk ini tidak menyerap kelembaban atau melembabkan
luka.
JENIS-JENIS DRESSING
Memilih balutan :
Pemilihan pembalut luka tergantung pada sebab,
ukuran, kedalaman, lokasi, jumlah eksudat yang
dihasilkan dan kontaminasi luka.
Untuk luka bersih, gunakan balutan basah-basah atau
balutan mengandung pelembab.
Untuk luka yang memerlukan debridement, gunakan
balutan basah-kering sampai luka bersih dan diganti
dengan regimen balutan yang berbeda.
Untuk luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik, tetap
harus dilakukan debridement mekanis, baru kemudian
ditutup dengan balutan yang sesuai
Balutan basah-kering7
Tujuan : untuk membersihkan luka kotor atau terinfeksi.
Teknik :
- Lembabkan kassa dengan saline steril.
- Buka lipatannya dan tutupkan pada luka.
- Pasang lembaran kassa steril kering di atasnya.
- Biarkan kassa menjadi kering kemudian diangkat.
- Saat kassa terangkat akan membawa serta debris. Jika kassa
menempel terlalu erat, lembabkan kassa supaya mudah diangkat.
Idealnya balutan diganti 3-4 kali sehari. Bahkan dapat lebih sering
pada luka sangat kotor. Pada luka bersih, balutan boleh diganti 1-2
kali sehari.
Salep antibiotika
Tujuan : supaya luka bersih tetap bersih;
menstimulasi penyembuhan luka.
Cara : Aplikasikan salep 1-2 x sehari di atas
luka tipis-tipis dengan aplikator atau cotton
bud kemudian tutup dengan kassa kering.
MENGGANTI BALUTAN
Langkah 1: Melepas balutan
Jika perban telah kering atau ada bagian yang menempel
pada luka, maka perlu melembabkan balutan dengan
menggunakan saline dapat memudahkan melepas balutan
yang menempel.
Langkah 2 : Membersihkan luka
Luka dicuci menggunakan saline. Sebaiknya tidak
menggunakan sabun atau larutan pembersih lain karena
justru luka akan mengering dan akan merusak sel-sel baru
serta melarutkan substansi-substansi biokimia alamiah yang
penting untuk penyembuhan luka. Setelah luka bersih,
keringkan hati-hati dengan handuk bersih dan kering.
Langkah 3 : Mengaplikasikan obat-obat topikal
Pada luka kronis, obat topikal digunakan untuk
memanipulasi suasana lingkungan di dasar luka. Yang
sering diberikan adalah antibiotika topikal atau pelembab.
Jika masih terdapat jaringan nekrotik dapat diberikan obat
yang mengandung enzim proteolitik (papain, urea,
collagenase). Obat diaplikasikan dengan lidi kapas secara
merata ke seluruh dasar luka.
Langkah 4: Memasang perban baru ( 2 lapis )
Perban lapis pertama untuk mempertahankan kelembaban
luka dan menjaga dasar luka tetap bersih. Perban lapis
kedua dipilih yang dapat menempel dengan erat sehingga
melindungi luka dari trauma.
Aspek penting dalam mempertahankan
lingkungan luka lembab adalah frekuensi
penggantian balutan; jika balutan menjadi jenuh,
kelembapan yang akan dihasilkan oleh luka akan
tidak memiliki tempat untuk keluar sehingga akan
membuat kulit di sekitarnya menjadi lebih asam.
Jika luka sangat basah, mungkin memerlukan
beberapa perubahan perban dalam sehari; jika
luka sangat kering, mungkin tidak perlu sering
diganti
TEKNOLOGI LANJUTAN
Growth factors ( Faktor pertumbuhan )3,4
Ini adalah faktor larut yang merangsang sel seperti
fibroblas dan keratinosit melalui reseptor
glikoprotein transmembran.
Matriks ekstraseluler (ECM)4,8
ECM adalah pengatur aktivitas seluler dinamis dan
cetak biru penting untuk perbaikan jaringan.
ECM terdiri dari perancah nonseluler protein,
glikosaminoglikan, polisakarida, dan air yang
memfasilitasi komunikasi dua arah antara sel dan
mikroenvioren biokimia / biofisiknya.
Engineered skin
Dermagraft ® adalah, pengganti dermal manusia tiga dimensi
cryopreserved yang terdiri dari fibroblas manusia dalam mesh
dilarutkan dengan persetujuan FDA untuk digunakan dalam DFUs.
Terapi oksigen
Hipoksia adalah pedang bermata dua dalam penyembuhan luka dan
ada dalam luka sebagai gradien dari pusat (paling hipoksia) ke
pinggiran (paling tidak hipoksia). Sementara hipoksia memainkan peran
dalam inisiasi neovaskularisasi pada paparan akut, hipoksia kronis
diketahui merusak angiogenesis. Oleh karena itu penerapan terapi
oksigen untuk merangsang penyembuhan luka memiliki nilai dan
memang menerapkan hiperoksia sistemik (terapi oksigen hiperbarik
(HBOT)) yang telah terbukti efektif mengobati infeksi nekrosis, dan
meningkatkan angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi, kontraksi
luka dan penutupan sekunder.
Negative pressure wound therapy = NPWT ( Terapi
luka tekanan negatif ) Adalah modalitas
pengobatan terkenal yang digunakan untuk
merangsang penyembuhan pada luka akut atau
kronis. Konsep dasar NPWT melibatkan
penggunaan busa yang dibasahi atau gresing kasa
antimikroba, ditutupi dengan penutup perekat
transparan, yang melekat pada pompa vakum
yang menciptakan lingkungan tekanan sub-
atmosfer ke area luka.
Electroceuticals
Medan listrik intrinsik dan arus langsung alami
hadir di kulit penting untuk regenerasi normal
dan menginduksi degenerasi. Alat ini akan
merangsang beberapa kaskade pensinyalan
utama yang mempengaruhi migrasi langsung
dari banyak sel (seperti keratinosit, fibroblas,
sel endotel dan sel imun) yang merupakan
bagian integral dari respon penyembuhan luka.
Terapi Gen dan Stem sel
Terapi gen dan sel induk muncul sebagai
pendekatan yang menjanjikan untuk pengobatan
luka akut dan kronis. Meskipun tambalan
biologikal seperti Apligraf memiliki beberapa
keberhasilan dalam penyembuhan ulkus
diabetes, mereka mahal, dengan tingkat
engraftment rendah.
SKIN REPLACEMENT
Skin Graft
Skin graft terbagi menjadi dua macam, yaitu
- Split-thickness skin graft, disebut juga partial-thickness
skin graft, yaitu skin graft yang terdiri atas epidermis dan
sebagian dermis. Skin graft jenis ini lebih sedikit
membutuhkan supai darah untuk mengembalikan fungsi
kulit.
- Full-thickness skin graft merupakan skin graft yang terdiri
dari epidermis dan seluruh dermis. Skin graft jenis ini
memberikan kekuatan mekanik dan mencegah kontraksi
luka sehingga lebih baik dari segi kosmetik.
Substitusi Kulit
Terapi substitusi kulit mulanya dirancang untuk
luka yang luas dengan keterbatasan autograft.
Saat ini penggunaan substitusi kulit juga
ditujukan sebagai dressing alami. Terapi ini
didapatkan melalui rekayasa jaringan yang
digabungkan dengan sel hidup sebagai
pengganti kulit fungsional, menyediakan
jembatan antara dressing dan skin graft.
Terapi Faktor Pertumbuhan
Luka yang tidak sembuh dapat disebabkan oleh
faktor pertumbuhan yang tidak mencukupi atau
tidak memadai di lingkungan luka. Solusinya dengan
memberikan faktor pertumbuhan pada luka untuk
mengejar proses penyembuhan dan re-epitelisasi.
Faktor pertumbuhan untuk penggunaan klinis dapat
berupa rekombinan atau homolog/ autologus.
Faktor pertumbuhan autologus diambil dari platelet
milik pasien.
RE-ASSESTMEN LUKA
Menilai status kesehatan pasien secara umum. Memastikan
status kesehatan tetap optimal untuk penyembuhan luka.
Memastikan vaskularisasi ke area luka tetap baik.
Memeriksa perubahan ukuran luka.
Mengamati perubahan pada luka (dasar luka, tepi luka,
jaringan di sekitar luka).
Mengamati produksi discharge (berkurang atau bertambah)
Menilai apakah manajemen yang diberikan masih efektif
untuk penyembuhan luka.
Mendokumentasikan perubahan yang terjadi tiap kali
penggantian balutan.
DAFTAR PUSTAKA
Northamptonshire Healthcare. Guidelines for Assesment & Management of Wounds. NHS,
2015.
De Jong, Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 4. Jakarta: EGC. 2017
Federal Bureau of Prisons Clinical Practice Guidelines. Prevention and management of acute
and chronic wounds. 2014.
Thone, Charles. Part I: wound healing and wound care in Grabb and Smith’s plastic surgery, 7th
edition Lippincott Williams & Walkins. A Wolters Kluwer Business. Philadelphia: 2014. Page
Brunicardi C, Anderson D, Billiar T, Dunn D. Chapter 9: wound healing in Schwartz’s principles of
surgery, 10th edition. The McGraw-Hill Companies. USA: 2015.
Lorenz HP, Longaker MT. Wounds: biology, pathology, and management.
NHSH Senior Management Team. NHS highland wound management guidelines and
formulary. Tissue Viability Leadership Group.
Gonzales ACO, Andrade ZA, Costa TF, Medrado ARVP. Wound healing – a literature review. Anais
Brasileiros de Dermatologia. Brazil: 2016;91(5):614-20.
Selvaraj Dhivya, Viswanadha Vijaya Padma, Elango Santhini; Wound dressings-a review;
BioMedicine (ISSN 2211-8039), December 2015, vol 5, No 4, Article 4, page 24-28
Victor W.Wong, Geoffrey C.Gurtner, Michael T.Longaker; Wound Healing: A paradigm for
Regeneration; Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2013.