Anda di halaman 1dari 50

REFERAT PERAWATAN LUKA

DISUSUN OLEH
NAMA : INDRA FAUZI
PEMBIMBING : DR. ELIDA SARI SIBURIAN SP.BRE

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RSUP FATMAWATI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PERIODE 8 JANUARI – 17 MARET 2019
JAKARTA
DEFINISI LUKA

 Luka (wound) merupakan adanya


diskontinuitas dan/atau kerusakan jaringan
tubuh yang menyebabkan gangguan fungsi.
Luka disebabkan oleh trauma benda tajam
atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan
KLASIFIKASI LUKA

Klasifikasi luka berdasarkan waktunya dapat


dibagi menjadi 2, yaitu:
 Luka akut

 Luka kronik
Klasifikasi luka operasi
 Clean (class I)

 Clean contaminated (class II)

 Contaminated (class III)

 Dirty (class IV)


Klasifikasi luka berdasarkan penyebabnya :
1. Luka mekanik, terdiri atas :
 Vulnus scissum, atau luka sayat akibat benda tajam.
 Vulnus contusum, luka memar di karenakan cedera pada jaringan bawah kulit
akibat benturan benda tumpul.
 Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
 Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar (bagian mulut luka) akan tetapi
besar di bagian di dalam luka.
 Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru.
 Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
2. Luka non mekanik
 Luka akibat zat kimia.
 Radiasi.
 Serangan listrik
 Penyebab termal
FASE PENYEMBUHAN LUKA

 Tahap Inflamasi
 Tahap Proliferasi

 Tahap Remodeling
TAHAP INFLAMASI
TAHAP PROLIFERASI
TAHAP REMODELING
JENIS-JENIS PENYEMBUHAN LUKA

 Primary intention wound healing


(Penyembuhan luka primer)
 Secondary intention wound healing
(Penyembuhan luka sekunder)
 Tertiary intention wound healing
(Penyembuhan luka tersier)
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT
MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
 Usia
 Nutrisi
 Infeksi
 Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
 Hematoma
 Benda asing (pasir atau mikroorganisme)
 Iskemia
 DM
 Obat-obatan
PENILAIAN LUKA

 anamnesis
 pemeriksaan fisik

 pengkajian luka
PENGKAJIAN LUKA (MEASURE)

 Measure : Menyediakan data dasar bahkan jika insisi


memiliki aproksimasi yang baik. Mengukur panjang dan
lebar dari luka.
 Exudate : Menilai kualitas dan kuantitias dari eksudat.
Warna, jumlah, konsistensi dan bau (jika ada).
Pembuangan cairan harus berkurang dalam 3-4 hari. Tanda-
tanda peningkatan beban biologikal termasuk peningkatan
drainase eksudat serosa; perubahan warna dari serosa
jernih ke kuning putih; dan berbau.
 Appearance : Jaringan dinilai kualitas, tipe, dan jumlah;
jaringan epitelial; jaringan granulasi dan kehadiran nanah,
atau jaringan nekrotik.
 Suffering : Penilaian nyeri berupa tipe, kualitas dan derajat
nyeri. Penggunaan alat penilaian nyeri untuk mendukung
komunikasi antara pasien dan pengasuh.
 Undermining : Identifikasi apakah ada saluran atau kavitas
dan nilai jumlahnya.
 Re-evaluation : Luka secara umum dievaluasi ulang setiap 1-
4 minggu atau ketika terdapat perubahan status luka yang
terjadi
 Edge : Nilai pada tepi luka. Jika terjadi dehiscence,
pengukuran kedalaman ditambahkan pada pengukuran
panjang x lebar. Deskripsikan jaringan di sekitar luka
termasuk warna, temperatur, dan kehadiran atau lokasi
edema atau indurasi.
PENGKAJIAN LUKA (TIME)
 Tissue : Warna luka akan mengidentifikasi apakah ada
jaringan yang rusak atau tidak sehat. Hal ini penting
untuk membedakan antara slough dan biofilm yang
dapat muncul sama dalam hal warna.
 Infection : Adanya bakteri yang signifikan pada luka
dapat memperpanjang fase inflamasi dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien sekaligus
memperkenalkan risiko potensial infeksi sistemik. Hal
yang penting yag perlu dinilai berdasarkan 2 faktor yaitu
:
1. Jumlah bakteri
2. Jenis organisme atau respon imun yang menurun
 Moisture : Luka sembuh dengan baik ketika dalam kondisi lembab
sehingga tingkat cairan di luka merupakan faktor penting. Jika terlalu
kering, faktor pertumbuhan tidak dapat mengaktifkan granulasi dan
angiogenesis. Jika terlalu basah, faktor pertumbuhan terlalu encer
untuk menjadi efektif atau hanya hanyut. Sifat perubahan cairan di
luka kronis, memiliki konsistensi yang lebih tinggi dari
metalloproteinase, yang menghancurkan jaringan pada fase
inflamasi. Bahan kimia ini kemudian merusak jaringan granulasi,
memperlambat, atau menghentikan penyembuhan.
 Edge : Paparan kulit ke cairan luka menyebabkan maserasi dari
kulit menyerap cairan berlebihan, iritasi karena bahan kimia
yang terkandung dalam caian tubuh dan ekskoriasi dari asiditaas,
alkalinitas atau eksudat dari beberapa bakteri (contohnya
Pseudomonas).
PRINSIP PERAWATAN LUKA

 Optimalkan parameter sistemik : Nutrition, Gula darah,


Merokok
 Debridemen jaringan yang rusak
 Reduksi beban luka dan edema ( elevasi, kompresi )
 Optimize blood flow : Hangat, tingkat hidrasi, Surgical
revascularization
 Gunakan dressing yang ideal : lembab, bersihkan
eksudat,
 Gunakan obat obatan bila perlu
 Operasi bila perlu
PRINSIP PERAWATAN LUKA
TUJUAN PERAWATAN LUKA
1. Menciptakan kondisi lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka.
2. Membersihkan luka dari eksudat dan jaringan nekrotik.
3. Melindungi luka dari infeksi.
4. Mengeliminasi faktor-faktor yang mengganggu
penyembuhan luka.
5. Menstimulasi pertumbuhan jaringan baru.
6. Mengembalikan fungsi.
7. Memperhatikan masalah psikologis (kosmetik, rasa
nyaman mental dan fisik).
TATALAKSANA AWAL LUKA

 anamnesis dan pemeriksaan luka, mungkin


perlu pemberian profilaksis tetanus.
 Anastesi lokal dengan lidokain atau bupikain

 Irigasi untuk memvisualisasikan semua area


luka dan membuang benda asing.
DEBRIDEMEN LUKA

 Debridement adalah proses mengangkat


jaringan mati dan benda asing dari dalam luka
untuk memaparkan jaringan sehat di
bawahnya.
 Jaringan mati bisa berupa pus, krusta, eschar
(pada luka bakar), atau bekuan darah.
TEKNIK DEBRIDEMENT

 Surgical debridement (sharp debridement)


 Mechanical debridement

 Chemical debridement

 Biological debridement

 Debridemen autolitik
PENJAHITAN LUKA
Luka harus ditutup secara primer jika :
 Struktur penting di bawah kulit terpapar (otot,
tendo, tulang).
 Luka terjadi di area di mana terbentuknya
jaringan parut akan mengganggu fungsi (luka
di area persendian, di bawah kelopak mata
atau di lipatan-lipatan kulit, seperti fossa cubiti,
leher dan aksila) dan mengakibatkan problem
kosmetik (luka di wajah).
ANTIBIOTIK
 Antibiotik digunakan bila ada infeksi luka yang jelas.
Mayoritas luka sudah terkontaminasi bakteri
 Tanda infeksi seperti eritema, selulitis, bengkak, dan cairan
purulen
 Pemberian antibiotik untuk luka akut harus didasarkan pada
organisme yang diduga ada pada luka yang terinfeksi
 ketika beberapa organisme dicurigai atau ketika fungsi
kekebalan pasien terganggu oleh diabetes, penyakit kronis,
atau pengobatan tertentu, maka pemberian antibiotik yang
tepat adalah antibiotik spektrum luas atau kombinasi
antibiotik.
 Antibiotik juga dapat diberikan secara topikal sebagai bagian
dari irigasi atau dressing.
DRESSING
> Tujuan utama dari pembalutan luka (dressing) adalah untuk
menyediakan lingkungan yang ideal untuk penyembuhan luka.
> Karakteristik dressing yang baik:
 Membantu penyembuhan luka (menjaga lingkungan yang lembab)
 Sesuai dengan kondisi luka
 Kontrol nyeri
 Kontrol bau
 Tidak menyebabkan alergi dan iritasi
 Permeabilitas terhadap gas
 Aman
 Non traumatik
 Efektivitas biaya
 Nyaman
JENIS-JENIS DRESSING
 Dressing oklusif dan Semioklusif. Memberikan lingkungan yang baik
pada luka yang bersih dan minimal eksudatif. Dressing film ini tahan
air dan tahan terhadap mikroba tetapi dapat menyerap uap air dan
oksigen.
 Dressing Hidrofilik dan Hidrofobik. Dressing ini adalah komponen
dari dressing komposit. Perlengkapan hidrofilik membantu dalam
penyerapan, sedangkan dressing hidrofobik tahan air dan mencegah
penyerapan.
 Foam. ini adalah balutan penyerap yang dimaksudkan untuk
mengurangi tingkat eksudat. Namun produk ini jika digunakan
sendiri berpotensi mengeringkan luka sepenuhnya, karena akan
menyerap eksudat lebih cepat daripada yang dapat dihasilkan tubuh.
 Film. produk ini tidak menyerap kelembaban atau melembabkan
luka.
JENIS-JENIS DRESSING

 Dressing Absorbent. Akumulasi cairan luka dapat


menyebabkan maserasi dan pertumbuhan berlebih
bakteri. Idealnya, balutan harus dapat menyerap tapi
tanpa menjadi basah kuyup, karena ini akan
memungkinkan bakteri dari luar untuk masuk ke luka.
Balutan harus sesuai dengan sifat eksudatif dari
lukanya. Termasuk dalam jenis ini adalah kapas, wol,
dan spons.
 Dressing Nonadherent. Dressing nonadherent diresapi
dengan parafin, petroleum jelly, atau jeli yang larut
dalam air untuk digunakan sebagai bahan yang tidak
melekat. Balutan sekunder harus ditempatkan di atas
untuk mencegah pengeringan dan infeksi.
JENIS-JENIS DRESSING
 Hydrocolloid and Hydrogel Dressings. Balutan ini mencoba
untuk menggabungkan manfaat dari oklusi dan serap.
Hidrokoloid dan hidrogel membentuk struktur kompleks
dengan air, dan penyerapan cairan terjadi dengan
pembengkakan partikel, yang membantu menghilangkan
atraumatik dari pembalut.
 Alginate. adalah dressing primer absorben yang
membutuhkan salah satu dari dressing sekunder yang
diterapkan di atasnya. Polimer gel, dan menyerap banyak
cairan. Digunakan pada luka bedah terbuka dengan
eksudasi sedang, dan pada luka kronis yang dalam. Juga
dapat diterapkan pada luka yang lebih dangkal untuk
membantu mempertahankan luka 'lembab', dan untuk
meningkatkan daya serap.
JENIS-JENIS DRESSING

 Hidrofibre. ini adalah dressing primer absorben


yang juga mempertahankan lingkungan luka
lembab jika dressing primer isolasi diterapkan
secara berlebihan. Ini digunakan dengan cara
yang sama seperti Alginat yang digunakan, tapi
mempunyai sifat tambahan untuk menjebak
bakteri karena menyerap luka eksudat.
 Bahan yang bisa diserap. Bahan yang mudah
diserap terutama digunakan dalam luka sebagai
hemostat dan termasuk kolagen, gelatin, selulosa
teroksidasi, dan selulosa regenerasi teroksidasi.
JENIS-JENIS DRESSING

 Dressing Medicated. Bahan yang terkandung


dalam balutan termasuk benzoyl peroxide, zinc
oxide, neomycin, dan bacitracin-zinc. Agen-agen ini
telah terbukti meningkatkan epitelisasi sebesar
28%. Jenis balutan yang akan digunakan
tergantung pada jumlahnya drainase luka. Luka
nondraining dapat ditutupi dengan dressing semi-
inklusif. Drainase kurang dari 1 - 2 mL / hari
mungkin membutuhkan dressing semi-inklusif
atau penyerap nonadherent
 Madu . memiliki sifat antimikroba dan anti-inflamasi
dan dapat digunakan untuk luka akut atau kronis. Madu
memiliki sifat osmotik yang menghasilkan lingkungan
yang akanmerangsang proses autolitik (yaitu
pemindahan puing-puing di dasar luka). Karena
membunuh dan mengurangi tingkat bakteri sehingga
pada gilirannya mengurangi bau. Ini adalah produk
hemat biaya dan efektif pada sejumlah besar spesies
bakteri. Kerugian menggunakan madu adalah bahwa
tidak semua bakteri diberantas dengan madu, dan
memang beberapa bakteri diketahui berkembang pada
kehadiran gula yang ditemukan di dalam madu.
 Iodine dan dressing yodium diresapi. Produk ini
biasanya dipilih sebagai antimikroba lini pertama
karena murah untuk dibeli. Dua jenis utama
yodium : 1. Cadexomer yodium dalam salep dan
pasta. Berfungsi sebagai antiseptik di permukaan
luka. Dapat menyerap eksudat dan membantu
pengeluaran sisa-sisa luka. Kekurangannya
adalah bahwa adanya resistensi bakteri, absorpsi
sistemik yodium dapat terjadi jika diterapkan pada
luka besar atau digunakan untuk waktu yang
lama.
 Balutan perak yang diresapi. Perak memiliki spektrum
aktivitas antimikroba yang luas dan hingga saat ini belum
diketahui resistensi bakteri. Volume luka eksudat harus
dipertimbangkan ketika memilih perban perak. Ada
kemungkinan reaksi alergi.
 Hyaluronic acid-based dressings. Hyaluronic acid (HA) adalah
polisakarida linear yang terdiri dari unit disakarida berulang
yang terdiri dari N-acetyl-glucosamine dan D-glucuronic acid.
HA cocok untuk digunakan pada luka bakar, luka bedah
epitel dan luka. Ini menyediakan struktur sementara untuk
memfasilitasi difusi pasokan nutrisi, membantu
membersihkan luka produk sisa metabolisme oleh interaksi
HA-CD44 dan mengontrol hidrasi selama perbaikan luka dan
peradangan.
 Kitosan dan dressing berbahan dasar chitin. Chitosan dan chitin
tidak beracun, mudah terurai dan bersifat biokompatibel dan dapat
digunakan pada luka terbuka. Para peneliti telah menunjukkan
bahwa chitosan dan chitin dressing memiliki daya tahan tinggi,
toksisitas rendah, biokompatibilitas yang baik, penyerapan cairan
dan aktivitas anti-bakteri
 Composite dressing. Dressing komposit bahan serbaguna dan
nyaman untuk luka. Sebagian besar dressing komposit memiliki tiga
lapisan. Lapisan paling luar melindungi luka dari infeksi, lapisan
tengah biasanya terdiri dari bahan absorpsi yang mempertahankan
lingkungan kelembaban dan membantu debridemen autolitik,
lapisan bawah terdiri dari bahan non adherent yang mencegah
menempel ke jaringan granulasi muda.
TEKNIK PEMASANGAN BALUTAN

Memilih balutan :
 Pemilihan pembalut luka tergantung pada sebab,
ukuran, kedalaman, lokasi, jumlah eksudat yang
dihasilkan dan kontaminasi luka.
 Untuk luka bersih, gunakan balutan basah-basah atau
balutan mengandung pelembab.
 Untuk luka yang memerlukan debridement, gunakan
balutan basah-kering sampai luka bersih dan diganti
dengan regimen balutan yang berbeda.
 Untuk luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik, tetap
harus dilakukan debridement mekanis, baru kemudian
ditutup dengan balutan yang sesuai
Balutan basah-kering7
 Tujuan : untuk membersihkan luka kotor atau terinfeksi.
 Teknik :
- Lembabkan kassa dengan saline steril.
- Buka lipatannya dan tutupkan pada luka.
- Pasang lembaran kassa steril kering di atasnya.
- Biarkan kassa menjadi kering kemudian diangkat.
- Saat kassa terangkat akan membawa serta debris. Jika kassa
menempel terlalu erat, lembabkan kassa supaya mudah diangkat.
 Idealnya balutan diganti 3-4 kali sehari. Bahkan dapat lebih sering
pada luka sangat kotor. Pada luka bersih, balutan boleh diganti 1-2
kali sehari.
 Salep antibiotika
 Tujuan : supaya luka bersih tetap bersih;
menstimulasi penyembuhan luka.
 Cara : Aplikasikan salep 1-2 x sehari di atas
luka tipis-tipis dengan aplikator atau cotton
bud kemudian tutup dengan kassa kering.
MENGGANTI BALUTAN
Langkah 1: Melepas balutan
 Jika perban telah kering atau ada bagian yang menempel
pada luka, maka perlu melembabkan balutan dengan
menggunakan saline dapat memudahkan melepas balutan
yang menempel.
Langkah 2 : Membersihkan luka
 Luka dicuci menggunakan saline. Sebaiknya tidak
menggunakan sabun atau larutan pembersih lain karena
justru luka akan mengering dan akan merusak sel-sel baru
serta melarutkan substansi-substansi biokimia alamiah yang
penting untuk penyembuhan luka. Setelah luka bersih,
keringkan hati-hati dengan handuk bersih dan kering.
Langkah 3 : Mengaplikasikan obat-obat topikal
 Pada luka kronis, obat topikal digunakan untuk
memanipulasi suasana lingkungan di dasar luka. Yang
sering diberikan adalah antibiotika topikal atau pelembab.
Jika masih terdapat jaringan nekrotik dapat diberikan obat
yang mengandung enzim proteolitik (papain, urea,
collagenase). Obat diaplikasikan dengan lidi kapas secara
merata ke seluruh dasar luka.
Langkah 4: Memasang perban baru ( 2 lapis )
 Perban lapis pertama untuk mempertahankan kelembaban
luka dan menjaga dasar luka tetap bersih. Perban lapis
kedua dipilih yang dapat menempel dengan erat sehingga
melindungi luka dari trauma.
 Aspek penting dalam mempertahankan
lingkungan luka lembab adalah frekuensi
penggantian balutan; jika balutan menjadi jenuh,
kelembapan yang akan dihasilkan oleh luka akan
tidak memiliki tempat untuk keluar sehingga akan
membuat kulit di sekitarnya menjadi lebih asam.
 Jika luka sangat basah, mungkin memerlukan
beberapa perubahan perban dalam sehari; jika
luka sangat kering, mungkin tidak perlu sering
diganti
TEKNOLOGI LANJUTAN
 Growth factors ( Faktor pertumbuhan )3,4
Ini adalah faktor larut yang merangsang sel seperti
fibroblas dan keratinosit melalui reseptor
glikoprotein transmembran.
 Matriks ekstraseluler (ECM)4,8
ECM adalah pengatur aktivitas seluler dinamis dan
cetak biru penting untuk perbaikan jaringan.
ECM terdiri dari perancah nonseluler protein,
glikosaminoglikan, polisakarida, dan air yang
memfasilitasi komunikasi dua arah antara sel dan
mikroenvioren biokimia / biofisiknya.
 Engineered skin
Dermagraft ® adalah, pengganti dermal manusia tiga dimensi
cryopreserved yang terdiri dari fibroblas manusia dalam mesh
dilarutkan dengan persetujuan FDA untuk digunakan dalam DFUs.
 Terapi oksigen
Hipoksia adalah pedang bermata dua dalam penyembuhan luka dan
ada dalam luka sebagai gradien dari pusat (paling hipoksia) ke
pinggiran (paling tidak hipoksia). Sementara hipoksia memainkan peran
dalam inisiasi neovaskularisasi pada paparan akut, hipoksia kronis
diketahui merusak angiogenesis. Oleh karena itu penerapan terapi
oksigen untuk merangsang penyembuhan luka memiliki nilai dan
memang menerapkan hiperoksia sistemik (terapi oksigen hiperbarik
(HBOT)) yang telah terbukti efektif mengobati infeksi nekrosis, dan
meningkatkan angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi, kontraksi
luka dan penutupan sekunder.
 Negative pressure wound therapy = NPWT ( Terapi
luka tekanan negatif ) Adalah modalitas
pengobatan terkenal yang digunakan untuk
merangsang penyembuhan pada luka akut atau
kronis. Konsep dasar NPWT melibatkan
penggunaan busa yang dibasahi atau gresing kasa
antimikroba, ditutupi dengan penutup perekat
transparan, yang melekat pada pompa vakum
yang menciptakan lingkungan tekanan sub-
atmosfer ke area luka.
 Electroceuticals
Medan listrik intrinsik dan arus langsung alami
hadir di kulit penting untuk regenerasi normal
dan menginduksi degenerasi. Alat ini akan
merangsang beberapa kaskade pensinyalan
utama yang mempengaruhi migrasi langsung
dari banyak sel (seperti keratinosit, fibroblas,
sel endotel dan sel imun) yang merupakan
bagian integral dari respon penyembuhan luka.
 Terapi Gen dan Stem sel
Terapi gen dan sel induk muncul sebagai
pendekatan yang menjanjikan untuk pengobatan
luka akut dan kronis. Meskipun tambalan
biologikal seperti Apligraf memiliki beberapa
keberhasilan dalam penyembuhan ulkus
diabetes, mereka mahal, dengan tingkat
engraftment rendah.
SKIN REPLACEMENT
 Skin Graft
Skin graft terbagi menjadi dua macam, yaitu
- Split-thickness skin graft, disebut juga partial-thickness
skin graft, yaitu skin graft yang terdiri atas epidermis dan
sebagian dermis. Skin graft jenis ini lebih sedikit
membutuhkan supai darah untuk mengembalikan fungsi
kulit.
- Full-thickness skin graft merupakan skin graft yang terdiri
dari epidermis dan seluruh dermis. Skin graft jenis ini
memberikan kekuatan mekanik dan mencegah kontraksi
luka sehingga lebih baik dari segi kosmetik.
 Substitusi Kulit
Terapi substitusi kulit mulanya dirancang untuk
luka yang luas dengan keterbatasan autograft.
Saat ini penggunaan substitusi kulit juga
ditujukan sebagai dressing alami. Terapi ini
didapatkan melalui rekayasa jaringan yang
digabungkan dengan sel hidup sebagai
pengganti kulit fungsional, menyediakan
jembatan antara dressing dan skin graft.
 Terapi Faktor Pertumbuhan
Luka yang tidak sembuh dapat disebabkan oleh
faktor pertumbuhan yang tidak mencukupi atau
tidak memadai di lingkungan luka. Solusinya dengan
memberikan faktor pertumbuhan pada luka untuk
mengejar proses penyembuhan dan re-epitelisasi.
Faktor pertumbuhan untuk penggunaan klinis dapat
berupa rekombinan atau homolog/ autologus.
Faktor pertumbuhan autologus diambil dari platelet
milik pasien.
RE-ASSESTMEN LUKA
 Menilai status kesehatan pasien secara umum. Memastikan
status kesehatan tetap optimal untuk penyembuhan luka.
 Memastikan vaskularisasi ke area luka tetap baik.
 Memeriksa perubahan ukuran luka.
 Mengamati perubahan pada luka (dasar luka, tepi luka,
jaringan di sekitar luka).
 Mengamati produksi discharge (berkurang atau bertambah)
 Menilai apakah manajemen yang diberikan masih efektif
untuk penyembuhan luka.
 Mendokumentasikan perubahan yang terjadi tiap kali
penggantian balutan.
DAFTAR PUSTAKA
 Northamptonshire Healthcare. Guidelines for Assesment & Management of Wounds. NHS,
2015.
 De Jong, Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 4. Jakarta: EGC. 2017
 Federal Bureau of Prisons Clinical Practice Guidelines. Prevention and management of acute
and chronic wounds. 2014.
 Thone, Charles. Part I: wound healing and wound care in Grabb and Smith’s plastic surgery, 7th
edition Lippincott Williams & Walkins. A Wolters Kluwer Business. Philadelphia: 2014. Page
 Brunicardi C, Anderson D, Billiar T, Dunn D. Chapter 9: wound healing in Schwartz’s principles of
surgery, 10th edition. The McGraw-Hill Companies. USA: 2015.
 Lorenz HP, Longaker MT. Wounds: biology, pathology, and management.
 NHSH Senior Management Team. NHS highland wound management guidelines and
formulary. Tissue Viability Leadership Group.
 Gonzales ACO, Andrade ZA, Costa TF, Medrado ARVP. Wound healing – a literature review. Anais
Brasileiros de Dermatologia. Brazil: 2016;91(5):614-20.
 Selvaraj Dhivya, Viswanadha Vijaya Padma, Elango Santhini; Wound dressings-a review;
BioMedicine (ISSN 2211-8039), December 2015, vol 5, No 4, Article 4, page 24-28
 Victor W.Wong, Geoffrey C.Gurtner, Michael T.Longaker; Wound Healing: A paradigm for
Regeneration; Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2013.

Anda mungkin juga menyukai