Anda di halaman 1dari 15

DASAR-DASAR HIGIENE INDUSTRI

DR. Dewi Rahayu


Industrial Hygiene
. . . “that science and art devoted to the anticipation, recognition,
evaluation, and control of those environmental factors or stresses
arising in or from the workplace, which may cause sickness,
impaired health and well-being, or significant discomfort among
workers or among the citizens of the community.” (OSHA)

“the art and science dedicated to the


anticipation, recognition, evaluation,
communication, and control of environmental
stressors in or arise from the workplace that
may result in injury, illness, impairment, or
affect the well-being of workers and members
of the community’. (AIHA)

DR/HI_productivity 2
DR/HI_productivity 3
The goal of the industrial hygienist is to keep workers, their families, and the
community healthy and safe. They play a vital part in ensuring that federal,
state, and local laws and regulations are followed in the work environment.

DR/HI_productivity 4
Prinsip Dasar Higiene Industri/ Higiene Lingkungan

Yang dimaksud dengan ruang lingkup dalam Higiene


Industri adalah scope atau area yang menjadi perhatian EVALUASI
atau dilakukan jika ingin melaksanakan higiene industri Merupakan kegiatan dalam melakukan
di tempat kerja
assesment atau analisa terhadap hasil rekognisi
Prinsip Dasar Higiene Industri: sehingga dapat ditentukan apakah suatu
 Antisipasi (Antisipation) & Rekognisi (Recognition) lingkungan kerja berbahaya atau tidak terhadap
 Evaluasi (Evaluation) & Pengendalian (Control) kesehatan pekerja
-Analisa dampak kesehatan
ANTISIPASI :
- Analisa batas konsentrasi dan dosis
Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
CONTROL/PENGENDALIAN:
memprediksi kemungkinan atau potensi-potensi bahaya yang
Merupakan serangkaian kegiatan dalam
ada di tempat kerja, khususnya bahaya kesehatan kerja 
mengendalikan hazards di tempat kerja
didapat INFORMASI  Daftar potensi bahaya & Risiko
sehingga tidak menimbulkan gangguan
REKOGNISI:
kesehatan bagi pekerja
Merupakan serangkaian kegiatan dalam mengenali dan
Dengan kata lain kegiatan pengendalian adalah
mengukur semua faktor-faktor lingkungan kerja dan stres agar
untuk menekan konsentrasi atau dosis hazards
diperolehnya suatu metoda yang logis dan sistematis untuk
yang memapar pekerja sampai pada tingkat
memungkinkan suatu masalah dievaluasi secara objektif
yang tidak membahayakan kesehatan
Apa fokus dari semua informasi ?
Informasi Apa yang dicari . . . ?
Potensi bahaya dan risiko baik kesehatan maupun
keselamatan
• Karakteristik bangunan tempat kerja
Potensi Bahaya apa yang utama?
• Mesin-mesin yang digunakan
Potensi terhadap timbulnya gangguan kesehatan pada
pekerja jika bekerja di area atau proses tersebut • Proses kerja dari mesin dan alat produksi
Apa potensi yang lain …? • Bahan baku yang digunakan
• Dampak terhadap lingkungan • Alat-alat yang dipakai
• Dampak aspek keselamatan pekerja • Cara kerja yang dilakukan
• Dampak terhadap kerusakan alat dan terhentinya proses • Jumlah dan karakteristik pekerja
• Dll
REKOGNISI:
Mengenal bahaya (hazard)lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan pemahaman dari efek atau
akibatnya terhadap para pekerja maupun masyarakat disekitarnya.Bahaya-bahaya (hazard) yang terkait isu
higiene industri diantaranya :

1. Bahaya fisik: Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion, suhu
ekstrim dan pressure (tekanan)
2. Bahaya Kimia: Bahaya yang dari timbul dari excess-nya konsentrasi mists, uap, gas atau padatan dalam
bentuk fume atau debu di udara. Selain itu, bahaya kimia terkait higiene industri termasuk juga bahan
yang bersifat iritan atau beracun ketika terabsorpsi kulit.
3. Bahaya biologi: Bahaya yang oleh organisme hidup atau sifat organisme tersebut yang dapat
memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen yang menginfeksi).
4. Bahaya Ergonomi: Bahaya termasuk dari design peralatan kerja, area kerja, prosedur kerja yang tidak
memadai/sesuai. Selain itu, bahaya ergonomi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan atau pekerja
sakit diantaranya pengangkatan dan proses ketika menjangkau/meraih yang tidak memadai, kondisi
visual yang buruk, gerakan monoton dalam postur janggal.
5. Bahaya Psikologis: aspek desain dan manajemen kerja dalam kontek sosial dan organisasional yang
mungkin dapat membahayakan tenaga kerja secara fisik dan psikologis.
Tujuan rekognisi adalah:

 Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity,
pola pajanan, besaran, dan lain-lain), mengetahui sumber bahaya dan area yang
berisiko, mengetahui proses kerja yang berisiko, dan mengetahui pekerja yang
berisiko.
 Apabila di tahapan antisipasi kita hanya memprediksi bahaya maka di tahap rekognisi
ini kita sudah harus mengetahui detail terkait dengan bahaya serta risiko yang ada.
Metode yang dapat dilaksanakan dalam tahapan rekognisi adalah:
 Menyelidiki laporan kecelakaan
 Melakukan pemeriksaan fisik tentang kondisi kesehatan pekerja
 Memberikan kesempatan kepada pekerja untuk memberi tahu manajemen ketika ada
bahaya
 Inspeksi baik inspeksi rutin alat, inspeksi harian di tempat kerja, inspeksi manajemen,
inspeksi P2K3, dan inspeksi yang lain
 Studi literatur dan diskusi dengan profesional yang lain
 Pengukuran dengan alat dan laboratorium
 Preliminary hazard analysis untuk sistem oprasi baru
 Job Safety Analysi
Prinsip pengendalian bahaya antara lain:
 Prinsip pertama : semua bahaya dapat dikendalikan
 Prinsip kedua : biasanya terdapat banyak pilihan metode untuk mengendalikan bahaya
 Prinsip ketiga : beberapa metode lebih baik dari yang lain
 Prinsip keempat: beberapa situasi membutuhkan lebih dari 1 metode pengendalian untuk menjamin hasil yg
optimum.
Metode pengendalian bahaya dapat mengambil prinsip dalam
hierarki pengendalian bahaya:
1. Engineering control: Meliputi Cara pengendalian bahaya baik
berdasarkan spesifikasi saat menentukan desain awal maupun
dengan menerapkan metode substitusi, isolasi, memagari atau
sistem ventilasi. Engineering control berdasarkan hierarkinya
merupakan pengendalian yang pertama.
2. Administrative control: Pengendalian melalui penjadwalan,
yaitu mengurangi waktu bekerja para pekerja di area kerja
yang mengandung bahaya. Selain itu termasuk juga di dalam
administrative control adalah training yang memberikan
pekerja kemampuan untuk mengenali bahaya dan bekerja
dengan aman melalui prosedur.
3. APD (Alat Pelindung Diri): Pengendalian ini merupakan
pegendalian terakhir pada hirarki pengendalian bahaya. APD
digunakan oleh pekerja untuk melindungi pekerja dari bahaya
(hazard) yang terdapat di lingkungan kerjanya
Identifikasi pekerjaan yang perlu dianalisa
Hazard Sources - Walk-through Observations

Hazards Source List –con’t


Electrical Hazards: What is the condition of your extension cords, wiring, service
panels, etc.?
Lighting Levels: Is there enough light to do the work?
Stored Energy Hazards Can stored energy be released by the work? (Lock-out/Tag-
(Electrical, mechanical, out)
pressure):

Falling or dropping objects: Are people working overhead?

Motor vehicles or traffic: Do workers have to drive or work in traffic as part of the job?

Sharp objects: Do workers use knives, razors, etc.?


Slip, trip or fall hazards: What is the condition of the walking/ working surfaces,
housekeeping, etc.?
Physical layout of work place: Does the layout or process flow create a hazard?

Ladder or Scaffold use: Are ladders or scaffolds used in the work?


DRS./JSA 10
DR/HI_productivity 11
Permenaker no.5 tahun 2018
Permenaker nomor 5 tahun 2018 memuat
syarat-syarat lengkap tentang K3 Lingkungan
Kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dan selamat.

Syarat dalam penerapan K3 Lingkungan Kerja


1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada dibawah NAB
(Nilai Ambang Batas)
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi
Kerja agar memenuhi standar
3. Penyediaan Fasilitas Kebersihan dan sarana Hygiene di Tempat Kerja
yang bersih dan sehat
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan
K3 di bidang Lingkungan Kerja

DR/HI_productivity 12
Industrial Hygiene as a Long Term Company Invesment
(Permenaker No.5 Tahun 2018)
DR/HI_productivity 13
What’s next ?
• Mewujudkan lingker yg sehat, aman & nyaman  “Pengukuran
dan Pengendalian”  STANDARD.

• Personil, SOP, Method, NAB. Contoh: NAB: “Komisi NAB”

• Advisory agency, Supporting agency; Controlling agency,


Communicating agency

DR/HI_productivity 14
PENUTUP
• Melalui hygiene industry (improve work condition) dapat dicapai
improve productivity dan improve lives;
• Industrial hygiene merupakan “agent” dalam strategies business
actions untuk mendapatkan economic and environmental
performance yang baik, sehingga tercapai Business & sustainable
development yang merupakan “long term company investment”.
• Perlu upaya kolaborasi dan komitmen pemangku kepentingan
(pemerintah, non pemerintah, pengusaha, organisasi profesi dan
keilmuan) untuk bekerja dalam kerangka peraturan pemerintah
(Permenaker no.5 tahun 2018).

DR/HI_productivity 15

Anda mungkin juga menyukai