• Kondiloma akuminata atau genital warts atau kutil kelamin atau
penyakit jengger ayam ialah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa tumor pada kulit dan mukosa. Virus ini menyebabkan pertumbuhan jaringan yang bertangkai dan permukaannya berjonjot, bersifat jinak, superfisial di daerah genital. Penyakit ini mengenai kulit dan permukaan mukosa genitalia eksterna dan daerah perianal. ETIOLOGI Kondiloma akuminata disebabkan oleh human papilloma virus, yaitu virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan tergolong dalam famili Papovaviridae. HPV tersusun dari DNA untai ganda dengan rata-rata berat molekul 5x106 Dalton. Virus DNA ini muncul dalam bentuk lingkaran tertutup dari DNA supercoil melalui kapsid ikosahedral yang tidak terselubung. Dengan cara hibridisasi DNA, sampai saat ini telah dapat diisolasi lebih dari 100 tipe HPV yang dapat menimbulkan kondilomata akuminata, namun sekitar 30 tipe yang ditularkan melalui kontak seksual. Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6,11,16,18,30,31,33,35,39,41,42,44,51,52 dan 55. HPV belum dapat dibiak dalam kultur sel sehingga penelitian terhadap virus ini sangat terbatas. Patofisiologi GEJALA KLINIS • Kondiloma akuminata sering muncul di daerah yang lembab, biasanya pada penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah perianal. • Berbau busuk. • Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol. • Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. • Infeksi dapat dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi. • Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian kasus biasanya terjadi perdarahan setelah coitus, gatal atau vaginal discharge. • Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan. • Terkadang muncul lebih dari satu daerah. Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai saluran uretra. • Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan. MANIFESTASI KLINIS • Gambaran klinis kondiloma akuminata pada pria sering tampak pada daerah predileksi yaitu glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, daerah vulva, serviks dan kadang-kadang perineum. Lesi dapat mudajh dilihat tanpa menggunakan alat Bantu pembesaran. • Untuk kepentingan klinis kondilomata akuminata dibagi dalam 3 bentuk lesi yaitu bentuk akuminata, bentuk papul, dan bentuk datar (flat). DIAGNOSIS • Diagnosis dapat dibangun berdasarkan gejala klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan histopatologi, dan pemeriksaan HPV DNA untuk diagnosa etiologi. Pemeriksaan HPV DNA dapat menggunakan 3 teknik pemeriksaan antara lain signal amplified techniques, target amplified technuiques, non amplified techniques misalnya soutehrn blot hybridization. Metoda baku yang merupakan gold standar untuk diagnosis DNA HPV adalah soutehrn blot hybridization. DIAGNOSIS BANDING • Veruka vulgaris : vegetasi yang tidak bertangkai, kering, dan berwarna abu-abu atau sama dengan kulit
• Kondiloma lata : Sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif, ditemukan banyak Spirochaeta pallidum. • Karsinoma sel skuamosa : vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau.
• Moluskum kontangiosum : biasanya bentuk rata, dapat dikeluarkan
badan moluskum PEMERIKSAAN PENUNJANG • HPV-DNA • Perlu dilakukan pemeriksaan darah serologis (untuk membedakan dengan kondiloma lata pada sifilis). • Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin. • Histopatologi. PENATALAKSANAAN • Pendekatan manajemen dari kondilomata akuminata tergantung dari usia pasien, luas dan lamanya lesi, status imunologis dan kepatuhan pasien terhadap terapi, selain itu juga perlu dipertimbangkan jumlah, ukuran, letak dan morfologi dari lesi. • Adapun metode pengobatan dari penyakit ini terbagi tiga, yaitu agen kimia, metode destruktif dan imunologik. Agen Kimia • Podofilin (Podofilotoksin 0,5%) Podofilox, atau juga dikenal dengan sebagi podofilotoksin, merupakan bahan toksik dari podofilin. Podofilox dapat diaplikasikan sendiri. Penderita dianjurkan untuk mengoleskan larutan podofilox 0,5% pada papul ekstra genital, dengan menggunakan aplikator, dioleskan dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Larutan ini hanya dioleskan jika besar papul kurang dari 10 cm dan tidak boleh dioleskan lebih dari 0,5 ml per hari. Pengobatan dengan larutan ini dilakukan selama 4 minggu. • 5-Fluorouracil Penggunaan krim yang mengandung 5 Fluorouracil dapat digunakan pada pada kasus kondiloma akuminata yang tidak responsive terhadap pemberian podofilin. Cara mengoleskan krim ini pada vaginal wart dilakukan dengan menggunakan aplikator. Dosis yang diberikan sepertiga dari krim 5 Fluorouracil 0,5%, kira-kira sebanyak 3 ml, dimasukkan ke dalam vagina,. Pengolesan dilakuakn ketika akan tidur. Penggunaan krim ini dilakukan setiap satu minggu sekali selama 10 minggu. vulva dan uretra ditutup dengan petrolatum. Tampon perlu dimasukkan ke dalam introitus. Iritasi ringan dan vagiunal discharge mungkin sering terjadi, oleh karena itu, vulva dilindungi dengan mengoleskan krim hidrokortison atau zink oksida. • Asam trikloroasetat Penggunaan asam triklor asetat lebih efektif dan lebih kurang destruktif bila dibandingkan dengan penggunaan bedah laser, elektrokauter dan penggunaan nitrogen cair. Penggunaan prepoarat ini merupakan pilihan yang baik untuk wanita hamil. Beberapa klinisi menggunakan larutan 25% hingga 50%, tetepai penggunaan larutan 80%juga tidak apa-apa. Dengan menggunakan sedikit larutan ini, dioleskan pada wart,yang kemidian akan memutih dengan cepat. Asam ini kemudian akan dinetralisasi dengan air atau soda bikarbonat. Jaringan yang dioleskan akan sembuh dalm 7-10 hari. Penggunaan berlebihan dapat meninggalkan jarinagn parut. Metode Destruktif • Elektrokauterisasi (bedah listrik) Penatalaksanaan jumlah wart yang sedikit pada batang penis sebaiknya dilakukan dengan bedah elektrokauter. Daripada dengan apliksai podophylin. Wart yang lebih besar yang tumbuh disekitar rektumatau vulva lebih baik diobati dengan eksisi massa, diikuti dengan elektrokauter pada permukaan kulit. Eksisi jaringan yang lebih besar akan meninggalkan rasa sakit, oleh karena iti, sebaiknya operasi ini dilakuakn dalm anestesi spinal atau anesatesi umum. • Cryosurgery (bedah beku) a. Bedah Beku (N2, N2O cair) Bedah beku merupakan metode pengobatan umum dermatologist, berbahan dasar nitrogen atau karbondioksida cair, es beku kering penghancur kulit, penghancur kulit untuk edema lokal, bertujuan untuk mencapai tujuan pengobatan. Virus kondiloma akuminata menyebabkan terjadinya hiperplasia prostatik jinak pada kulit dan membran mukosa. Ini memiliki pembuluh darah lecil dalam jumlah banyak, berproliferasi secara cepat. Metode dapat menggunakan es beku untuk kondiloma akuminata, membentuk edema lokal derajat tinggi. Keuntungan yang paling bagus dari bedah beku ini ialah hanya bersifat lokal tanpa meninggalkan bekas, tingkat keberhasilan pengobatan kira-kira 70%. Tersedia dalam metode semprot atau kontak langsung, mampu diaplikasikan pada bentuk kecil. Dapat digunakan dalam 1 minggu sebanyak 2-3 kali. Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah. b. Bedah Skalpel Pengobatan bedah pada kondiloma akuminata pada dasarnya bukan merupakan pembedahan yang dianjurkan, karena pengobatan dengan pembedahan, kondiloma akuminata sangat mudah kambuh kembali, sehingga pengobatan menjadi gagal. Namun bentuk yang lebih besar dapat dipertimbangkan untuk dibedah. Beberapa pasien memiliki kondiloma yang tumbuh begitu cepat, dan pengobatan lainnya sangat sulit, hal ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan. Dengan tujuan untuk mencegah kekambuhan, dapat dilakukan pengobatan lainnya. • Laser Karbondioksida Umum digunakan pada pengobatan kulit dan penyakit menular seksual. Merupakan pengobatan yang tergolong cepat dan kondiloma dapat hilang. Pengobatan dengan laser hanya dapat diaplikasikan pada kondiloma ukuran kecil dimana jika digunakan pada kondiloma dengan ukuran besar mudah untuk kambuh. • Interferon Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjikan bagi verucciformis dan infeksi HPV anogenital, keefektifan bahan ini dalam perawatan terhadap kutil kelamin masih dipertanyakan. Terapi parentral dan intra lesional terhadap kutil kelamin dengan persiapan interferon alami dan rekombinasi telah menghasilkan tingkat respon yang berkisar antara 70 – 80 % pada laporan – laporan awal. Telah ditunjukkan pula bahwa kombinasi IFN dengan prosedur pembedahan ablatif lainnya menghasilkan tingkat kekambuhan( relapse rate ) dan lebih rendah. Efek samping dari perlakuan interferon sistemik meliputi penyakit seperti flu dan neutropenia transien. Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (im atau intralesi) dan topikal (krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU.i.m. 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis. • Imunoterapi Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama imunostimulator. • Diet Tidak ada restriksi, namun sebaiknya mengkonsumsi nutrisi yang seimbang pada program dietari untuk memastikan pasien mendapatkan sistem imun yang optimal. KOMPLIKASI 1. Fisik dan Psikoseksual Implikasi Kondiloma Akuminata sering dianggap sebagai dampak darigaya hidup seksual yang buruk.. Dapat menimbulkan perasaan cemas,rasa bersalah, kemarahan, dan kehilangan harga diri, dan membuatkekhawatiran tentang kesuburan masa depan dan risiko kanker 2. Pra-Kanker dan Kanker Pra-Kanker (vulva, dubur, dan penis intra-epitel neoplasia, yaitu VIN (Vulva Intraepithelial Neoplasia), AIN ( Anal Intraepithelial Neoplasia), dan PIN ( Penis Intraepithelial Neoplasia) atau lesi invasif (vulva, dubur, dan kanker penis) dapat muncul bersamaan dengankondiloma akuminata, dan salah didiagnosa sebagai kondilomaakuminata. Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat kemerahanterkait dengan onkogenik jenis HPV dan merupakan bagian darispektrum klinis neoplasia intraepithelial anogenital. Kecurigaan klinis perubahan neoplastik harus dipertimbangkan oleh banyaknya perdarahan banyak. Melakukan biopsi atau rujukan spesialis yang tepatharus dipertimbangkan. Varian lain yang jarang HPV 6/11 adalah kondiloma raksasa atau Buschke- Lowenstein tumor. Bentuk inimerupkan suatu karsinoma verukosa, ditandai dengan infiltrasi lokalyang agresif hingga ke bagian dasar. Keadaan ini diperlukan penanganan lebih lanjut (spesialis bedah onkologi). Suatu laporanmenunjukkan hasil yang baik dengan kemo-radioterapi. PROGNOSIS • Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisi dicari, misalnya hygiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak disirkumsisi. DAFTAR PUSTAKA • Androphy EJ, Lowy Douglas R. Warts. In: Wolff Klaus, Goldsmith Lowell A., Katz Stephen I eds Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine7th edition. USA: The McGraw-Hill Companies; 2008. p 1914-22 • Wolff Klaus, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology5th edition. USA: The McGraw- Hill Companies; 2007. • Garcea RL, Chen Xioajiang. Papilloma Virus Structure and Assembly. In: Garcea RL, Dimaio D. The Papillomaviruses. USA: Springer; 2007. p 69-71 • Atlas Penyakit Kulit & Kelamin. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. SOETOMO SURABAYA. 2007 : 224 • Handoko, RP. Penyakit Virus. Dalam : Djuanda Prof. Dr. dr. Adhi, Utama Hendra dr, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007 : 113-14 • Siregar, R.S. Prof. Dr, Sp. KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2. EGC : Jakarta • Kirnbauer R, Lenz P, Okun MM. Human Papillomavirus In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, edsDermatology 2nd edition. United Kingdom: Mosby; 2003. p 1217-31 • Handoko RP. Penyakit Virus. Djuanda A, eds. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI ; 2007. hal 113-4 • Poligone B, Kulwichit Wanla. Sexually Transmitted Diseases. In: Arndt K, Hsu Jeffrey TS eds Manual of Dermatologic Therapeutics7th edition USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2007. p 242-9 • Sterling JC. Virus Infections. In:, Burns Tony, Breathnach Stephen, Cox Neil eds. Rook’s Textbook of Dermatology 8th edition. USA:Blackwell; 2010. P1029-38. • Aprillianingrum, Farida. Kondiloma Akuminata dalam Faktor Risiko Kondiloma Akuminata pada Pekerja Seks Komersial. Universitas Diponegoro, Semarang: Program Pasca Sarjana; 2006 • Ferizi M, Gercari A, Pajaziti L, Bylta Y, Kocinaj A, Dobruna S. CondylomaAcuminata in Child end Laser Therapy: a Case Report. Cases Journal 2009, 2:123 • Dias EP, Gouvea ALF, Eyer CC. Condyloma acuminatum: its histopathological pattern . Sao Paulo Medical Journal. 1997; 115(2) p1383-9 • Sexually Transmitted Viral Infections. In: Habif, Thomas P eds. Clinical Dermatology A Colour Guide To Diagnosis and Therapy 4th edition. USA: Mosby; 2004. p.336-42. • Menaldi SL, Sjamsoe ES, Wisnu IM, eds. Dalam: Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta: Medical Multimedia Indonesia ; 2005. hal64-5 • Sarma DP, Panganiban S, Albertson D. Diagnostic Microscopic Images: Condyloma Acuminatum and scabies.The Internet Journal of Dermatology. 2009; 7(1) • Anonim. Guidelines for the Management of Sexually Transmitted Infections. USA: WHO; 2003. p 51-4 • Kauvar AN, eds. Principles and Practices in Cutaneus Laser Surgery.USA: Taylor and Francis; 2005. p 150-1 • James, William D, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Condyloma Akuminata in Andrews’ Diseases of The Skin Clinical Dermatology Tenth Edition. USA: University of Pennsylvania; 2005 • Lumintang Hans, pencegahan infeksi Human Papilloma Virus dengan vaksinasi. Surabaya Univesitas Airlangga;Hal;244-250 • Murtiastutik D, Clinical manifestasion and management of human papilloma virus infection in HIV. Surbaya Universitas Airlangga. Hal; 1,15,17