Anda di halaman 1dari 20

Disusun oleh :

- Umi Cahyantari (1711015085)


- Indah Damai Yanti (1711015027)
- Kaamilah Bilqis (1711015177)
-M. Alvin Refinaldi (1711015064)
Pengertian Pengandalian Vektor
 Pengendalian vektor adalah semua upaya yang
dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau
menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah
rendahnya sehigga tidak membahayakan kehidupan
manusia
Hubungan pengendalian vektor
dan kesehatan lingkungan
Menurut WHO (1997) pengendalian vektor yang paling
efektif adalah manajemen lingkungan, termasuk perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan aktivitas monitoring untuk manipulasi
atau modifikasi faktor lingkungan dengan maksud untuk
mencegah atau mengurangi vektor penyakit manusia dan
perkembangbiakan vektor patogen. Pada tahun 1980, WHO Expert
Committee on Vector Biology and Control membagi tiga jenis
manajemen lingkungan, yaitu:
 Modifikasi lingkungan fisik yang merupakan tempat kediaman
vektor.
 Manipulasi lingkungan tempat kediaman vektor sebagai hasil
aktivitas direncanakan untuk menghasilkan kondisi-kondisi
yang kurang baik perkembangbiakan vektor.
 Merubah perilaku atau tempat tinggal manusia untuk
mengurangi kontak vektor patogen dengan manusia.
Jenis-jenis vektor
 Menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010
sebagian dari Athropoda dapat bertindak sebagai
vektor, yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas,
dan merupakan salah satu phylum yang terbesar
jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh
jumlah binatang, mempunyai lubang ekskeleton
bersendi dan keras.
Berikut adalah klasifikasi vektor yang dapat
menularkan penyakit:
 Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas :
 Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang
 Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
 Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
 Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk
 Dari kelas hexapoda dibagi menjadi beberapa ordo,
antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian adalah :
 Ordo Dipthera yaitu nyamuk, lalat
 Contohnya : Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit
demam berdarah
 Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
 Contohnya : Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
 Ordo Anophera yaitu kutu kepala
 Contohnya : Kutu kepala sebagai vektor penyakit
demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.
 kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain :
 Ordo hemiptera, Contoh kutu busuk
 Ordo isoptera, Contoh rayap
 Ordo orthoptera, Contoh belalang
 Ordo coleoptera, Contoh kecoak
 phylum chordata yaitu tikus yang dapat dibagi
menjadi 2 golongan:

 Tikus besar (Rat)


 Contoh : Rattus norvigicus (tikus riol)
 Tikus kecil (mice)
 Contoh : Mussculus (tikus rumah)
Tujuan pengendalian vektor
penyakit
 Dalam PERMENKES RI No 374/MENKES/PER/III/2010, pengendalian
vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk:
 Menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga
keberadaannya
 Secara umum, tujuan pngendalian vektor penyakit adalah:
 memperkecil risiko kontak antara manusia dg vektor penyakit dan
memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir
 Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu
kawasan yg bebas dilakukan dengan pendekatan legal, maupun
dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting, trapping)
Faktor faktor yang mempengaruhi pengendalian
vektor penyakit, antara lain:

 a. Cuaca
 b. Reservoir/Hewan-hewan yang menyimpan kuman
patogen
 c. Geografis
 d. Perilaku Manusia
 e. Vektor/Agen penyakit dari suatu hewan ke hewan
lain atau manusia
Meteologi pengendalian vektor
 Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-
macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di
bawah garis batas yang tidak merugikan/
membahayakan.
 Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan
atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan
hidup.
Cara /metode pengendalian dan
pemberantasan vektor
 Menurut WHO (Juli SOEMIRAT,2009), pengendalian
vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam
penyakit karena berbagai alasan :
 Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya,
seperti hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
 Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja
obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter
 Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain
manusia, sehingga sulit di kendalikan
 Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria
 Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak
cepat seperti insekta yang bersayap
beberapa cara pengendalian vector
penyakit
 Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
 Merupakan suatu pendekatan yang menggunakan
kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan,
rasionalitas, efektifitas pelaksanaannya serta dengan
mempertimbangkan kesinambungannya.
 Pengendalian secara fisik dan mekanik
 Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-
upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan
habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara
fisik dan mekanik.
Masalah terkait pengendalian
vektor
 Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di
Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi
yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum
teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan sebaran
vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya
peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian
vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor
terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya
baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan
kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor.
 Pengendalian secara biologi
 Pengendalian secara biologi yaitu pemanfaatan predator yang
menjadi musuh vektor dan bioteknologi sebagai alat untuk
mengendalikan vektor.
 Pengendalian secara kimia
 Pengendalian secara kimia merupakan pengendalian vektor
dengan menggunakan pestisida kimia. Misalnya, penggunaan
kelambu berinsektisida, larvasida dan lain sebagainya.
 Pengendalian Vektor Secara Radiasi
 Pada pengendalian ini nyamuk dewasa jantan diradiasi
dengan bahan radioaktif dengan dosis tertentu sehingga
menjadi mandul. Kemudian nyamuk jantan yang telah
diradiasi ini dilepaskan ke alam bebas.
 Pengendalian Fisika
 Pengendalian fisika dengan cara menitikberatkan pemanfaat
iklim atau musim dan menggunakan alat penangkap.
Upaya penanganan pengendalian
vektor
 Menurut WHO (1997) pengendalian vektor yang paling efektif
adalah manajemen lingkungan, termasuk perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan aktivitas monitoring untuk
manipulasi atau modifikasi faktor lingkungan dengan maksud
untuk mencegah atau mengurangi vektor penyakit manusia dan
perkembangbiakan vektor patogen. Pada tahun 1980, WHO
Expert Committee on Vector Biology and Control membagi tiga
jenis manajemen lingkungan, yaitu:
 Modifikasi lingkungan fisik yang merupakan tempat kediaman
vektor.
 Manipulasi lingkungan tempat kediaman vektor sebagai hasil
aktivitas direncanakan untuk menghasilkan kondisi-kondisi
yang kurang baik perkembangbiakan vektor.
 Merubah perilaku atau tempat tinggal manusia untuk
mengurangi kontak vektor patogen dengan manusia.
Peranan Vektor Penyakit Terhadap
Kesehatan
 Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu
sebagai pengganggu dan penular penyakit. Vektor
yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk,
kecoa/lipas, lalat, semut, lipan, kumbang, kutu kepala,
kutu busuk, pinjal, dll.
 Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada
manusia yang rentan dapat melalui beberapa cara
yaitu :
 Dari orang ke orang
 Melalui udara
 Melalui makanan dan air
 Melalui hewan
 Melalui vektor arthropoda
Current issue pengendalian vektor
 UPAYA PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE, AEDES AEGYPTI L.
MENGGUNAKAN BIOINSEKTISIDA
 Dyah Wulan Sumekar, Wage Nurmaulina
 Nyamuk Aedes aegypti L. merupakan vektor utama penyakit demam dengue dan deman
berdarah dengue.Salah satu upaya untuk mengendalikan vektor demam berdarah
dengue, Aedes aegypti L., adalah dengan menggunakan insektisida. Penggunaan
insektisida sintetik secara terus-menerus dalam waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan resistensi pada Aedes aegypti.Selain itu penggunaan insektisida sintetik
yang mengandung senyawa kimia dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan
masalah kesehatan. Resistensi Aedes aegyptiterhadap insektisida Piretroid telah terjadi
di Semarang, Jawa Tengah dan Cimahi, Jawa Barat.Beberapa tumbuhan dilaporkan dapat
digunakan sebagai bioinsektisida untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti.
Bioinsektisida bersifat lebih ramah lingkungan sehingga lebih aman untuk
digunakan.Bioinsektisida diharapkan dapat menggantikan penggunaan insektisida
sintetik. Beberapa tumbuhan yang dilaporkan berpotensi sebagai bioinsektisida adalah
daun jeruk purut (Citrus hystrix), akar wangi (Vetiverria zizanoides), dan biji karika
(Vasconcellea pubescens). Insektisida ini digunakan untuk mengendalikan Aedes aegypti
pada stadium larva dikarenakan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu
flavonoid, terpenoid, saponin, dan steroid. Senyawa metabolit ini bersifat sebagai racun
saraf dan racun perut.
•TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai