Anda di halaman 1dari 30

SAJIMAN, S.KM., M.

Gizi
• dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan
• Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan tahapan
pencapaian visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025.
• RPJMN merumuskan tantangan serta strategi kebijakan dan
target yang akan diambil untuk menjawab permasalahan
nasional dalam 5 tahun ke depan
• RPJPN 2005-2025 secara garis besar memberikan pedoman
dan arah pembangunan dalam visi dan misi untuk periode 20
tahun ke depan
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP 2005-2025
Pembangunan pangan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi
produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi
yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya

UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


Arah perbaikan gizi adalah MENINGKATNYA MUTU GIZI perorangan dan masyarakat.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat bersama-sama menjamin
tersedianya bahan makanan yang bergizi secara merata dan terjangkau

Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014


Arah Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan
status kesehatan dan gizi masyarakat

4
Inpres Nomor 3 Tahun 2010
Perlunya disusun dokumen Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-
2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 provinsi

UU Pangan NO 18 Tahun 2012


Pemerintah menetapkan kebijakan di bidang Gizi untuk perbaikan status gizi
masyarakat. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun Rencana Aksi Pangan dan
Gizi setiap 5 (lima) tahun

Perpres No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional


Percepatan Perbaikan Gizi
Upaya penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan
secara terencana dan terkoordinir untuk percepatan perbaikan gizi pada
1000 hari pertama kehidupan.
5
RPJMN 2015-2019 tujuan pembangunan bidang kesehatan dan gizi
adalah mengingkatkan status gizi masy., dengan target indikator
tahun 2019 :
1) Anemia pada ibu hamil sebesar 28%;
2) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 8%;
3) Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
sebesar 50%;
4) Anak balita kekurangan gizi (underweight) sebesar 17%;
5) Anak balita wasting (kurus) sebesar 9,5%;
6) Anak baduta (di bawah 2 tahun) stunting (pendek dan sangat
pendek) sebesar 28%.
Renstra Kemenkes 2015-2019 : sasaran kegiatan Pembinaan Gizi Masy adalah
meningkatnya pelayanan gizi masyarakat. Indikator Pembinaan Gizi Massyarakat
Tahun 2015-2019
Undang-Undang No. 17 tahun 2007
tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) tahun 2005—2025

Pendekatan multisektor dalam pembangunan pangan


dan gizi pada UU ini telah dinyatakan dengan jelas,
bahwa PEMBANGUNAN GIZI meliputi PRODUKSI,
PENGOLAHAN, DISTRIBUSI, hingga KONSUMSI
PANGAN, dengan KANDUNGAN GIZI yang cukup,
seimbang, serta terjamin keamanannya.
Peningkatan mutu gizi dilakukan
melalui :
Arah perbaikan a. perbaikan pola konsumsi
gizi adalah : makanan yang sesuai dengan
gizi seimbang;
MENINGKATNYA
b. perbaikan perilaku sadar gizi,
MUTU GIZI aktivitas fisik, dan kesehatan;
perorangan dan c. peningkatan akses dan mutu
masyarakat pelayanan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan
(UU 36 tahun
teknologi; dan
2009) d. peningkatan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi.
direktur gizi masyarakat_doddy_12 Mei 2016 9
ARAH KEBIJAKAN PERBAIKAN GIZI
2015 - 2019
6 Penguatan peran Linsek
dalam rangka intervensi
Peningkatan
sensitif dan spesifik
surveilans gizi 1
termasuk pemantauan
pertumbuhan
Penguatan
PERBAIKAN pelaksanaan 5
dan pengawasan
GIZI
Peningkatan promosi regulasi dan
perilaku masyarakat standar gizi
tentang kesehatan, 2
gizi, dll 4
Peningkatan peran
serta masyarakat
Peningkatan akses dalam perbaikan
dan mutu paket gizi
3
yankes dan gizi 10
Penyebab masalah gizi saling berkaitan antara
satu dan lainnya
POLA ASUH
Rendahnya yang kurang baik
Rendahnaya akess
akses terhadap terhadap
terutama pada
PELAYANAN
perilaku dan
MAKANAN dari praktek pemberian
KESEHATAN
termasuk akses
segi jumlah dan makan bayi dan
sanitasi dan air
kualitas gizi anak
bersih

AKAR MASALAH
Potitik, sosial Kemiskinan Kurangnya Degradasi
pemberdayaan Lingkungan11
dan budaya
4/9/2019
perempuan
• Kerangka untuk memandu perbaikan gizi di Indonesia tersedia
dalam gerakan 1.000 HPK dan Keputusan Presiden 42/2013
“GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI”
• Satu kebijakan yang disarankan untuk sektor kesehatan:
“Meningkatkan akses kualitas pelayanan gizi sesuai continuum
of care untuk mengatasi gizi kurang, terfokus pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK), dan gizi lebih”
KONTRIBUSI INTERVENSI PERBAIKAN GIZI

INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF


▪ Upaya-upaya untuk mencegah dan ▪ Upaya-upaya untuk mencegah
mengurangi gangguan secara dan mengurangi gangguan secara
langsung tidak langsung
▪ Kegiatan ini pada umumnya ▪ Berbagai kegiatan pembangunan
dilakukan oleh sektor kesehatan pada umumnya non-kesehatan
▪ Kegiatannya antara lain spt ▪ Kegiatannya antara lain
imunisasi, PMT ibu hamil dan penyediaan air bersih, kegiatan
balita, monitoring pertumbuhan penanggulangan kemiskinan, dan
balita di Posyandu kesetaraan gender
▪ Sasaran: khusus kelompok 1.000 ▪ Sasaran: masyarakat umum, tidak
HPK (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, khusus untuk 1000 HPK
dan Anak 0-23 bulan)

direktur gizi masyarakat_doddy_12 Mei 2016 13


1. Memperkuat koordinasi multi-sektor dan multi-pemangku
kepentingan dalam Gerakan 1.000 HPK di tingkat nasional dan
daerah
2. Menyusun Rencana Aksi Gizi dan Pangan multi-sektor, di tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
3. Mengarahkan pembuat kebijakan dan perencana pada semua
sektor terkait untuk memperhatikan gizi dalam 1.000 hari pertama
kehidupan, dan hubungan antara kurang gizi dan kelebihan gizi.
4. Dengan jelas memisahkan tanggung jawab dan kewenangan gizi
pada semua sektor yang terkair dan menunjukkan pemisahan ini
dalam strategi dan rencana spesifik untuk tiap sektor.
1. Meningkatkan cakupan dan kualitas paket kesehatan terintegrasi dan
pelayanan gizi untuk mengatasi kekurangan dan kelebihan gizi
• Pelayanan gizi harus bisa mencakup setidak-tidaknya 90% dari seluruh sasaran
• Pelayanan gizi ini harus ada dalam paket manfaat JKN dan SPM untuk menjamin
peningkatan akses pelayanan dan akuntabilitas pemerintah daerah memberikan
pelayanan yang layak.
2. Mempromosikan kesehatan, gizi, sanitasi, kebersihan, dan pengasuhan
yang sesuai
• KemenKes ,dengan sektor lainnya yang terkait, harus mendisain sarana komunikasi dan
bahan mengenai perilaku kesehatan, gizi, sanitasi, kebersihan dan parenting yang bisa
dipahami oleh wanita hamil, pengasuh anak kecil dan masyarakat umum
3. Memperkuat kompetensi ahli gizi dan tenaga kesehatan dalam
menyediakan pelayanan gizi
4. Memperkuat rancangan, implementasi, dan pengawasan undang-undang,
peraturan, dan standar gizi.
3. Memperkuat kompetensi ahli gizi dan tenaga kesehatan dalam
menyediakan pelayanan gizi
• KemenKes bekerjasama dengan institusi pendidikan untuk menjamin kurikulum dan
kompetensi merefleksikan fokus status gizi pada 1000 HPK dan beban ganda
Masalah gizi.
• Standar kompetensi ahli gizi harus dikembangkan, dan proses akreditasinya harus
dijalankan.
• Kesempatan pelatihan in-service untuk pemutakhiran ilmu, keterampilan dan
kompetensi ahli gizi dan tenaga kesehatan juga harus diperkuat
4. Memperkuat rancangan, implementasi, dan pengawasan undang-undang,
peraturan, dan standar gizi
• KemenKes, dan Kemen rindag harus bekerjasama untuk memastikan bahwa adanya
legislasi untuk fortifikasi pangan dan untuk perlindungan terhadap pemasaran
substitusi susu, pangan komplementer, pangan dengan kadar garam, gula dan trans-
fatty acid yang tidak benar.
• Mekanisme yang tepat untuk monitoring dan penegakan hukum juga harus
dikembangkan
• Remaja wanita dan wanita pra-hamil:
• Zat besi dan Asam Folat (Iron-folic acid (IFA)) atau multiple micronutrient
supplements (MMS)
• Wanita hamil
• IFA or MMS selama masa kehamilan
• Suplemen kalsium untuk wanita yang kuran mengkonsumsi kalsium
• Konseling diet tepat selama masa kehamilan dan masa menyusui
• Suplemen protein-energi yang seimbang untuk wanita hamil yang kurang
gizi
• Wanita setelah melahirkan
• IFA or MMS untuk 40 hari setelah melahirkan
• Suplemen vitamin A
• Konseling diet tepat selama masa menyusui
• Anak
• Monitoring pertumbuhan bulanan untuk anak 0 – 23 bulan dan pengukuran tinggi
badan dua kali setahun untuk anak umur 6 – 36 bulan
• Promosi ASI eksklusif untuk 6 bulan dan setidaknya 2 tahun
• Pendidikan pangan komplementer yang tepat
• Suplemen vitamin A untuk anak umur 6 – 59 bulan dua kali setahun
• Bubuk Zat Gizi Mikro untuk anak umur 6 – 23 bulan
• Obat cacing untuk anak umur 12 – 59 bulan (sekali atau dua kali pertahun tergantung
prevalensi tanah terkontaminasi helminths)
• Manajemen malnutrisi dan malnutrisi akut
• Suplemen zinc untuk anak diare
• Masyarakat umum
• Fortifkasi pangan (garam, tepung terigu, minyak sayur dan lainnya)
• Skrining untuk gizi lebih
• Pendidikan umum perilaku sanitasi dan kebersihan yang tepat
• Pendidikan umum diet yang seimbang; pengurangan konsumsi garam, lemak dan gula;
dan hidup sehat
• Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan
• berkontribusi pada 30% penurunan stunting.
• Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan
pada sektor kesehatan.
• Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya
dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
• Kegiatan yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan
Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa
intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga
melahirkan balita:
• Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil., meliputi
• kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk
mengatasi kekurangan energi dan protein kronis,
• mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat,
• mengatasi kekurangan iodium,
• menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta
• melindungi ibu hamil dari Malaria.
• Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak
Usia 0-6 Bulan. Meliputi :
• mendorong inisiasi menyusui dini/IMD terutama melalui pemberian ASI
jolong/colostrum serta
• mendorong pemberian ASI Eksklusif.
• Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak
Usia 7-23 bulan, meliputi :
• mendorong penerusan pemberian ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan.
• bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI,
• menyediakan obat cacing,
• menyediakan suplementasi zink,
• melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan,
• memberikan perlindungan terhadap malaria,
• memberikan imunisasi lengkap,
• melakukan pencegahan dan pengobatan diare
• Program terkait Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil, yang
dilakukan melalui beberapa program/kegiatan berikut:
• Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis
• Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, melalui
pemberian suplementasi besi folat minimal 90 table
• Program untuk mengatasi kekurangan iodium
• Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
• Program untuk melindungi ibu hamil dari Malaria, melalui memberikan
kelambu serta pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria.
• Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
bulan termasuk diantaranya
mendorong IMD/Inisiasi Menyusui Dini melalui pemberian ASI
jolong/colostrum dan memastikan edukasi kepada ibu untuk terus
memberikan ASI Eksklusif kepada anak balitanya. Kegiatan terkait
termasuk memberikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), promosi menyusui ASI eksklusif (konseling
individu dan kelompok), imunisasi dasar, pantau tumbuh kembang secara
rutin setiap bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat.
• Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak
Usia 7-23 bulan:
• mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian
MP-ASI
• menyediakan obat cacing
• menyediakan suplementasi zink
• melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
• memberikan perlindungan terhadap malaria
• memberikan imunisasi lengkap
• melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
• Selain itu, beberapa program lainnya adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita
Gizi Kurang oleh Kementerian Kesehatan/Kemenkes melalui Puskesmas dan Posyandu.
• Program terkait meliputi pembinaan Posyandu dan penyuluhan serta penyediaan makanan
pendukung gizi untuk balita kurang gizi usia 6-59 bulan berbasis pangan lokal (misalnya
melalui Hari Makan Anak/HMA).
• Anggaran program berasal dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) – Dana Alokasi
Khusus (DAK) Non Fisik sebesar Rp. 200.000.000 per tahun per Puskesmas di daerahnya
masing masing.
• dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar
sektor kesehatan
• berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting.
• Sasaran dari intervensi gizi spesifik
• adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil
dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK.
• Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan
dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga.
• Ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui
Intervensi Gizi Spesifik sebagai berikut:
1. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
2. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
3. Melakukan fortifikasi bahan pangan.
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
12. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih melalui program
PAMSIMAS (Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi berbasis Masyarakat).
Program PAMSIMAS dilakukan lintas K/L termasuk Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas/Kementerian PPN), Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (KemenPUPERA), Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Selain pemerintah pusat,
PAMSIMAS juga dilakukan dengan kontribusi dari pemerintah daerah
serta masyakart melalui pelaksanaan beberapa jenis kegiatan seperti
dibawah:
• Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat
• Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi yang
berkelanjutan
• Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah daerah
maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat
• Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi melalui
Kebijakan Sanitasi Total Berbasis
• Masyarakat (STBM) yang pelaksanaanya dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (KemenPUPERA). Kegiatan ini meliputi gerakan
peningkatan gizi/Scaling Up Nutrition (SUN) Movement yanghingga 2015
telah menjangkau 26.417 desa/kelurahan.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan (Garam, Terigu, dan
Minyak Goreng), umumnya dilakukan oleh Kementerian
Pertanian.
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga
Berencana (KB) melalui dua program:
a. Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga) oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
• Penguatan advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait
Program KKBPK
• Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata
• Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga
• Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan
pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
• Penguatan data dan informasi kependudukan, KB dan KS
b. Program Layanan KB dan Kesehatan Seksual serta Reproduksi (Kespro)
oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI). Kegiatan yang dilakukan adalah:
• Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan kemampuan
berbeda) dan kelompok marjinal termasuk remaja
• Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang
komprehensif yang terjangkau.
• Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata pelayanan,
termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
• Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
• Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi pada
situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
• Mengembangkan model pelayanan KB dan Kesehatan Produksi (Kespro) melalui
pendekatan pengembangan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai