DALAM KEHAMILAN
2. Preeklampsia – Eklampsia.
- Hipertensi & proteinuria setelah kehamilan 20
mgg
3. Hipertensi kronik dgn Superimposed
preeklampsia.
- Hipertensi kronik yg disertai proteinuria
4. Hipertensi Gestasional
- Timbul hipertensi pd kehamilan yg tidak
disertai proteinuria hingga 12 minggu
pasca persalinan
- Bila menghilang setelah 12 minggu
persalinan disebut “ Hipertensi Transient”
Penjelasan :
1. Hipertensi :
- Sistolik > 140 mmHg & Diastolik > 90 mmHg
- Diukur 2 kali selang 4 jam stl istirahat.
- Kenaikan Sistolik/Diastolik 30/15 mmHg
tidak dipakai lagi sbg kriteria hipertensi,
oleh karena kadar proteinuria berkorelasi
harga nominal desakan darah.
2. Proteinuria :
a. > 30 mg/l dari urine tengah acak.
b. > 300 mg dlm 24 jam produk urine
c. Dengan memakai dipstick
3. Edema Tungkai
- Tidak dipakai lg sbg kriteria hipertensi
dlm kehamilan kecuali edema anasarca.
STANDARISASI
I. Pengukuran desakan darah :
Alat yg dipakai :
Mercury Sphygnomanometer.
Aneroid Sphygnomanometer.
Electronic Sphygnomanometer
B. Cara Pengukuran Desakan darah :
1. Postur :
- Pasien duduk dikursi, punggung bersandar.
- Lengan yg diukur setinggi jantung.
- Lengan dibebaskan dari baju yg ketat.
- Bila tidak memungkinkan duduk tidur miring kiri
2. Pasien 30 mnt sblm pengukuran tidak boleh minum
kopi/stimulan adrenergik.
3. Alat yg dipakai :
a. Ukuran cuff :
- Bladder cuff melingkari 80% lengan atas
- Pipa karet penghubung cuff diarahkan
keatas / kebawah shg tdk mengganggu waktu
meletakkan stetoskop.
b. Manometer
- Harus dikalibrasi
- Kolom mercury hrs dlm posisi vertikal.
C. Stetoscope.
- Tentukan denyut a. Brachialis.
- letakkan stetoscope diatasnya.
Tehnik Pengukuran :
- Dipompa melampaui 20-30 mmHg diatas saat
hilangnya denyut a. Brachialis dengan palpasi.
- Pompa dibuka dg kecepatan 2-3 mmHg/dtk.
- Desakan sistolik Bunyi korotkoff I
- Desakan Diatolik Korotkoff V
- Bila tidak teridentifikasi, desakan diastolik ditentukan pd
“muffling of sound”
Pengukuran kadar Proteinuria :
a. Cara Esbach :
- Proteinuria 300 mg/24 jam jml urine
- Setara dg > 30 mg/dL ( + 1 dipstick)
Urine tengah tanpa tanda infeksi
b. Pengukuran dg Dipstick :
- 1 + 0,3-0,45 g/L(95% Predictive value utk PEB)
- 2 + 0,45 – 1 g/L
- 3 + 1-3 g/L (36% Predictive value utk PEB).
- 4 + > 3 g/L
FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA
A. Faktor yg meningkatkan terjadinya
Preeklampsia :
1. HIPERTENSI GESTASIONAL :
- TD 140/90 mmHg pertama kalinya pd kehamilan
tanpa proteinuria.
- Kembali normal < 12 mgg pasca persalinan.
2. PREEKLAMPSIA
- Kriteria Minimum TD 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 mgg.
- Proteinuria > 300 mg/24 Jam.
3. EKLAMPSIA.
- Kejang pd Preeklampsia disertai koma.
5. HIPERTENSI KRONIK
- TD > 140/90 mmHg sbl kehamilan 20 mgg dan tdk
menghilang stlh 12 minggu pasca persalinan
CARA MENEGAKKAN DIAGNOSIS :
1. Riwayat Penyakit : Anamnesa
- Adanya gejala : Nyeri kepala, ggn visus, panas
dimuka, dispnea, nyeri dada, mual muntah, kejang
- RPD : Hipertensi sebelumnya, penyulit pd
pemakaian kontrasepsi, Peny. Ginjal, ISK.
- Riwayat Keluarga : Ditanyakan jika ada keluarga
yg mengalami hipertensi dalam kehamilan
- Riwayat gaya hidup : Keadaan lingk. Sosial,
apakah merokok dan minum alkohol.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Kardiovaskuler : Evaluasi TD, Bunyi jtg, Pulsasi perifer.
b. Paru : auskultasi Diagnosis edema paru.
c. Abdomen : Palpasi nyeri pada hepar, evaluasi
keadaan rahim dan janinnya.
d. Refleks : adanya klonus.
f. Funduskopi : Retinopati grade I – III.
3. Pada pelayanan kesehatan Primer :
Dokter umum & bidan dapat melakukan :
a. Pengukuran TD dgn cara standard.
b. Mengukur proteinuria.
c. Menentukan edema anasarca.
d. Tentukan tinggi fundus deteksi IUGR
e. Pemeriksaan Funduskopi.
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
1. HIPERTENSI GESTASIONAL :
Pada wkt pertama kali diagnosis :
a. Perkiraan pertumbuhan janin & Vol. air ketuban
b. NST Saat didiagnosis
- NST Non reaktif & TD tdk Ulangan NST dilakukan
jika ada perubahan dari ibu
2. HIPERTENSI RINGAN :
a. Perkiraan pertumbuhan janin & Vol. air ketuban
Jika normal ulangi tiap 3 mgg
b. NST Wkt diagnosis, Jika Non reaktif & TD
ulangi tiap minggu
c. USG TBBA < 10th percentile dari umur kehamilan
atau didapatkan oligohidramnion
Pemeriksaan 2 mgg sekali
PENGELOLAAN PREEKLAMPSIA :
A. PREEKLAMPSIA RINGAN
1. Definisi :
Sindroma spesifik kehamilan dengan penurunan
perfusi pd organ2 akibat vasospasme dan aktivasi
endotel
2. Kriteria Diagnostik :
a. TD > 140/90 mmHg s.d < 160/110 mmHg.
b. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau dipstik 1+
c. Edema lokal tungkai tdk termasuk diagnosa,
kecuali edema anasarka
3. PENGELOLAAN Preklampsia ringan :
c. Konsultasi :
Selama MRS dilakukan konsultasi :
1. Bagian Peny. Mata.
2. Bagian Peny. Jantung.
3. Bagian lain atas indikasi.
PREEKLAMPSIA BERAT
1. DEFINISI :
Preeklampsia dgn salah satu gejala dibawah :
a. TD sistolik >160 mmHg, Diastolik > 90 mmHg.
b. Proteinuria > 5 g/Jml urine 24 jam atau 4+
c. Oliguria : Prod. Urine < 400-500 cc/24jam
d. Kreatinin serum
e. Edema paru dan cyanosis.
f. Nyeri epigastrium, kuadran kanan atas abdomen
peregangan kapsula Glisoni
g. Ggn otak dan Visus Perubahan kesadaran,
nyeri kepala, scotoma, pandangan kabur.
h. Ggn fungsi hepar SGOT/SGPT .
i. Hemolisis mikroangiopatik.
j. Trombositopenia < 100 000 cell/mm3
k. Sindroma HELLP.
2. Pembagian PEB :
a. PEB tanpa impending eklampsia
b. PEB dengan gejala impending eklampsia :
Gejala : - Nyeri kepala
- Mata Kabur
- Mual muntah
- Nyeri epigastrium
- Nyeri kuadran kanan atas abd.
3. Pemeriksaan Laboratorium :
- Sama dengan PER
4. Dasar Pengelolaan :
Pd kehamilan dg penyulit apapun pd ibu dilakukan :
a. Rencana terapi penyulit
Medikamentosa utk penyulitnya
b. Menentukan sikap terhadap kehamilannya.
b. 1. Ekspektatif/Konservatif :
Kehamilan dipertahankan jika < 37 mgg
b. 2. Aktif/Agresif :
Kehamilan > 37 mgg akhiri
5.a. Pemberian terapi medikamentosa :
a. Segera MRS
b. Tirah baring miring kiri scr intermiten.
c. IVFD RL
d. Pemberian antikejang MgSO4
Pemberian MgSO4 dibagi menjadi :
- Loading dose / dosis awal
MgSO4 40% 6 gr IV
- Maintenance dose / dosis lanjutan.
MgSO4 40% 4gr dalam RL 500
cc
Lanjut tiap 6 jam
e. Antihipertensi :
- Bila TD > 180/110 mmHg atau MAP > 126 mmHg
- Jenis : Nifedipin 10-20 mg oral Maks 120 mg/24 J
- Desakan drh diturunkan bertahap
* Penurunan awal 25% dari TD awal.
* Diturunkan mjd < 160/105 mmHg
g. Diet
- Diberi diet seimbang
- Hindari protein dan kalori ber >>.
5. b. SIKAP TERHADAP KEHAMILANNYA :
PERAWATAN KONSERVATIF, EKSPEKTATIF
a. Tujuan :
1. Pertahankan kehamilan Viable
2. Me kesejahteraan bayi tanpa pengaruhi ibu
b. Indikasi :
Kehamilan < 37 mgg tanpa gejala impending
c. Terapi medikamentosa :
- MgSO4 maintenance dose tanpa loading dose
- Bila sdh menjadi PER rawat 2-3 hari Plg
- Glukokortikoid kehamilan < 28-34 mgg
d. Perawatan di RS
1. Monitoring thd gejala :
Nyeri kepala, penglihatan kabur, nyeri
epigastrium, nyeri kuadran kanan
atas, kenaikan BB dengan cepat.
2. Timbang BB wkt MRS diikuti tiap hari.
3. Ukur proteinuria tiap 2 hari.
4. Ukur TD sesuai standard.
5. Periksa lab sesuai ketentuan.
6. Periksa USG sesuai standard
a. Ukuran biometrik janin.
b. Volume air ketuban.
6. PERAWATAN AKTIF (AGRESIF)
a. Tujuan : Terminasi kehamilan
b. Indikasi :
b. 1. Indikasi Ibu :
a. Gagal terapi medikamentosa
1. 6 jam stl terapi medikamentosa tjd
kenaikan TD persisten
2. 24 jam stl terapi medikamentosa tjd
kenaikan TD persisten
b. Tanda & gejala impending.
c. Ggn fungsi hepar.
d. Ggn fungsi ginjal
e. Curiga tjd solusio plasenta
f. Timbul onset partus, KPD, Perdarahan
b. 2. Indikasi Janin :
b. 3. Indikasi Laboratorium :
- Trombositopenia progresif
menjurus ke HELLP
c. Cara Persalinan :
Sedapat mungkin persalinan Pervaginam
1. Penderita belum inpartu :
a. Induksi persalinan Bishop skor > 8
- Bila perlu pematangan servik dg misoprostol
- Induksi hrs mencapai kala II dlm 24 jam
bila tdk Gagal SC
b. Indikasi SC :
a. Ada kontra indikasi persalinan pervaginam.
b. Induksi persalinan gagal
c. Terjadi maternal / fetal distress.
d. Bila umur kehamilan < 33 minggu
2. Bila penderita inpartu :
A. SSP : B. Gastrointestinal-hepar
9. Konsultasi :
a. Obsgyn : Fetomaternal, Perinatologi anak.
b. Tergantung situasi klinis ICU, NICU,
Neurolog, Nefrologi, Patologi klinik
EKLAMPSIA
Definisi : Preeklampsia yg disertai kejang tonik-
klonik disusul dgn koma.
Dasar Pengelolaan :
a. Terapi supportif Stabilisasi ibu
b. Ingat A,B, C (Airway, Breath, Circulation)
c. Pastikan jalan nafas terbuka.
d. Cegah dan atasi kejang
e. Koreksi hipoksemia & Acidemia.
f. Atasi dan cegah penyulit Krisis hipertensi
g. Lahirkan janin pd saat yg tepat
Perawatan kejang :
a. Tempatkan pend di ruang tenang
b. Tempat tidur ckp lebar ubah2 posisi
c. Rendahkan kepala kebawah aspirasi lendir
d. Siapkan spatel
e. Fiksasi badan hrs kendor cegah fraktur
Perawatan koma :
a. Ukur kedalaman koma GCS
b. Usahakan jalan nafas terbuka.
c. Hindari dekubitus.
d. Perhatikan nutrisi
Pengelolaan Eklampsia :
a. Sikap dasar terminasi tanpa
memandang umur
kehamilan
b. Terminasi dilakukan hemodinamik
stabil
c. Stabilisasi dicapai dalam 4-8 jam
setelah :
1. Pemberian obat kejang terakhir.
2. Kejang terakhir.
3. Pemberian obat antihipertensi terakhir
4. Pend. Mulai sadar
HIPERTENSI KRONIK
Pengelolaan :
Tujuan :
a. Menekan risiko pd ibu
b. Hindari pemberian obat2 yg berbahaya
Pemeriksaan Lab :
a. Px klinik spesifik : EKG, Echo, Opthalmology
b. Px laboratorium :
- TFG Kreatinin, as. Urat , BUN, Proteinuria
- TFH SGOT/PT
- Hematologik Hb, Ht, Thrombo