Anda di halaman 1dari 11

INFEKSI INTRA UTERIN

Yunda Siti Nurrahmah (1710331006)


Irma Safitri
(1710331012)
Suci Meysun Baddriya
(1710332004)
Ovella Apriel Rieza
(1710332008)
Afifa Humaira
(1710332014)
Naomi Sondang
(1710332015)
Pengertian

Infeksi intrauterin atau korioamnionitis merupakan


infeksi yang terjadi pada membran (korion) dan cairan
amnion. Beberapa buku obstetri memperlihatkan insidens
berkisar 1% dari seluruh persalinan. Di negara berkembang
dimana asuhan prenatal dan nutrisi ibu yang buruk selama
kehamilan mempunyai insidens yang lebih tinggi dalam hal
terjadinya korioamnionitis.
Korioamnionitis dapat terjadi akibat invasi mikroba ke
cairan amnion dimana bakteri yang mencapai rongga amnion
menyebabkan terjadinya infeksi serta inflamasi di membran
plasenta dan umbilical cord.Infeksi amnion dapat terjadi baik
pada membran yang masih utuh maupun pada membran yang
telah ruptur dan lamanya ruptur dari membran secara
langsung berhubungan dengan perkembangan
korioamnionitis.
Korioamnionitis dapat menyebabkan
bakteremia pada ibu, menyebabkan
kelahiran prematur dan infeksi yang serius
pada bayi.Penyebab tersering infeksi
intrauterin adalah bakteri yang
ascendingdari saluran kemih ataupun
genital bagian bawah atau vaginitis.
2.2 Etiologi
Organisme penyebab terjadinya
korioamnionitis adalah organisme normal di
vagina, termasuk Eschericia coli, selain itu
Streptokokusgrup B juga sering berperan
sebagai penyebab infeksi.Chlamydia
trachomatissebagai salah satu bakteri
penyebab cervicitisjuga berperan sebagai
bakteri penyebab infeksi intrauterin dan
berhasil diisolasi dari cairan amnion.Peran
virus sebagai penyebab korioamnionitis sampai
dengan saat ini belum jelas diketahui.
Jalur Ascending Infeksi Intrauterin
Mikroorganisme dapat memasuki kantong amnion dan fetus melalui jalur
:
1.Naik dari vagina dan serviks
2.Penyebaran hematogen melalui plasenta (infeksi transplasenta)
3.Retrogradedari rongga peritoneum melalui tuba falopi
4.Accidentalpada waktu melakukan prosedur invasif, seperti
amniosentesis, percutaneus fetal blood sampling, chorionic villous
sampling, atau shunting

Penyebab tersering infeksi intrauterin adalah melalui jalur


pertama yaitu bakteri naik dari vagina dan serviks. Korioamnionitis
secara histologi didapati lebih sering dan lebih berat pada daerah
dimana terjadi ruptur membran dibandingkan dengan daerah lainnya,
seperti placental chorionic plate atau umbilical cord. Identifikasi
bakteri pada kasus ini mirip dengan bakteri yang terdapat di saluran
genital bagian bawah. Bila terjadi infeksi kantong amnion selalu
terlibat.
Faktor predisposisi
 Persalinan prematur
 Persalinan lama
 Ketuban pecah lama
 Pemeriksaan dalam yang dilakukan
berulang-ulang
 Adanya bakteri patogen pada traktus
genitalia (IMS, BV)
 Alkohol
 Rokok
Tanda dan gejala klinis korioamnionitis
meliputi:
1.Demam
2.Takikardia ibu (>120x/menit)
3.Takikardia janin (>160x/menit)
4.Cairan ketuban berbau atau tampak
purulen
5.Uterus teraba tegang
6.Leukositosis ibu (leukosit 15.000-18.000
sel/mm3)
Penatalaksanaan
Korioamnionitis diterapi antimikroba dan
janin dilahirkan tanpa memandangusia gestasi.
Antibiotika yang diberikan adalah antibiotika
intravena berspektrumluas. Untuk sebagian
besar kasus, cukup digunakan antibiotika
tunggal. Terdapatpenelitian yang membuktikan
bahwa pemberian antibiotika intrapartum
dibandingkandengan postpartum akan
menurunkan kejadian sepsis & pneumonia
neonatal danmorbiditas postpartum ibu.
 Terdapat studi yang merekomendasikan pemberian ampisilin(2
g setiap 6 jam) ditambah dengan gentamisin (1,0-1,5mg/kg
setiap 8 jam).
 Ampisilin diberikan sebagai pilihan pertama karena dapat
melintasi plasenta dengancepat (<30 menit) dalam konsentrasi
tinggi (rasio darah maternal/darah umbilicus0,71).
 Regimen intravena yang direkomendasikan termasuk cefoxitin
(4X2gr),cefotetan (2x2gr), piperasilin atau mezlocilin (4x3-
4gr), ampisilin sulbaktam (4x3gr),tikarsilin/klavulanat (4x3gr).
 Pada kasus yang lebih berat misalnya pada sepsis
dapatdiberikan terapi kombinasi yang terdiri dari penisilin atau
ampisilin, aminoglikosidadan agen anaerob seperti klindamisin
(3x900gr).
 Pilihan cara persalinan pada kasus korioamnionitis
sebaiknya pervaginam.Jika persalinan tidak timbul
spontan, maka dilakukan induksi persalinan, baik
denganmedikamentosa atau mekanik
 Persalinan perabdominam meningkatkan risikodemam
postpartum akibat infeksi (endometritis) pada ibu.
Endometritis dapat terjadipada 30% pasien dengan
persalinan perabdominam, dibandingkan risiko
padapersalinan pervaginam hanya 10%.
 Morbiditas ibu meningkat 5x lipat pada persalinan
perabdominam jika dibandingkan dengan persalinan
pervaginam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai