Anda di halaman 1dari 38

KEBIJAKAN & KETAHANAN

PANGAN
Niken Widyastuti Hariati, S.Gz.,
M.Kes
Kebijakan Pangan
Suatu wilayah kebijakan publik yang khusus menangani masalah
bagaimana makanan diproduksi, diproses, didistribusikan, dan
diperjualbelikan. Kebijakan publik didesain untuk mempengaruhi
operasi sistem pertanian dan pangan.
Kebijakan pangan terdiri dari :

Penetapan tujuan produksi

Pemprosesan

Pemasaran

Ketersediaan

Akses

Pemanfaatan

Konsumsi bahan pangan


Menjelaskan proses untuk
mencapai tujuan tersebut
Kebijakan pangan dapat berada pada berbagai level;
1. Cakupan (Lokal hingga Global)
2. Pelaku Kebijakan (Pemerintah, Komersial, hingga
Organisasi)

Kebijakan pangan juga melibatkan institusi pendidikan


untuk mendidik, peraturan untuk mengatur, dan
standar yang ditetapkan untuk melaksanakan
kebijakan. Peraturan dan standar yang ditetapkan
meliputi kesehatan dan keselamatan, pemberian label,
dan kualifikasi produk tertentu (makanan organik,
makanan halal, dan sebagainya)
Tujuan Utama Kebijakan Pangan

Melindungi masyarakat miskin dari krisis

Mengembangkan pasar jangka panjang yang


meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya

Meningkatkan produksi pangan yang lalu akan


meningkatkan pendapatan petani
Kebijakan Pangan & Kesehatan Masyarakat
Secara Global
• Kebijakan pangan terkait dengan kesehatan populasi. Catatan
awal mengenai malagizi yang terjadi di negara
berkembang terkait dengan efek kelangkaan pangan yang
memicu penyakit seperti marasmus dan kwashiorkor.
• Dengan meningkatnya produksi pangan, konsumsi bahan
pangan bernutrisi tinggi, dan pengurangan aktivitas fisik, telah
terjadi kasus obesitas yang meluas di negara maju, terutama
di masyarakat berpenghasilan menengah, dan beberapa juga
terjadi di negara berkembang.
• Masalah ini mendapatkan perhatian karena biaya perawatan
penyakit yang terkait seperti diabetes dan darah tinggi yang
harus dibayar sepanjang hidup. Kebijakan pangan juga terkait
dengan tingkat harapan hidup/ usia harapan hidup.
• Secara garis besar berdasarkan pola konsumsi zat gizi yang
terjadi saat ini, untuk tetap sehat masyarakat negara miskin
dan berkembang membutuhkan asupan nutrisi protein,
zat besi, kalsium, vitamin A, dan vitamin C.
• Sedangkan masyarakat negara maju dianjurkan untuk
mengurangi asupan lemak dan gula serta menambah serat
makanan untuk tetap sehat.
Konflik Dalam Kebijakan Pangan
 Kebijakan pangan memiliki faktor ekonomis dan politis yang
harus dihadapi pada masa depan.
 Kebijakan pangan tidak berdasarkan politik, namun kebijakan
pangan berdampak pada politik.
 Negara yang memiliki keterlibatan lebih pada kebijakan
pangan akan memiliki pengaruh dalam menyelesaikan
masalah kelaparan dan kemiskinan.
 Solusi kelaparan dan kemiskinan dapat ditemukan pada
peningkatan jumlah makanan yang dikonsumsi per individu. Jumlah
bahan pangan yang ditingkatkan tergantung pada seberapa banyak
nutrisi yang dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas harian.
 Jika harga bahan pangan terlalu tinggi bagi konsumen, maka mereka
akan mengurangi jumlah yang dimakannya. Harga bahan pangan
yang tinggi akan menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah
memiliki asupan nutrisi yang lebih buruk.
 Di sisi lain, produsen bahan pangan bergantung pada harga pangan
untuk penghasilan mereka, sehingga mereka tidak dapat membuat
harga yang terlalu rendah. Masalah suplai dan permintaan bahan
pangan merupakan salah satu yang harus diselesaikan dalam
kebijakan pangan.
Organisasi dan Kebijakan
• https://id.wikipedia.org/wiki/One_Day_No_Ri
ce
• https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pang
an_dan_Pertanian
• https://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Peneliti
an_Kebijakan_Pangan_Internasional
One Day No Rice
• One Day No Rice (ODNR) adalah sebuah program yang dicanangkan
Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail demi
menggalakkan diversifikasi pangan di wilayahnya.
• Program ini diawali dengan diterbitkannya SK Walikota Depok no.
010/27-um tanggal 10 Februari 2012 yang memerintahkan seluruh
penjual makanan di kantin di balai kota Depok untuk tidak menjual
nasi yang terbuat dari beras setiap hari Selasa, namun menyediakan
makanan pengganti seperti kentang, singkong, dan umbi-
umbian lainnya.
• Kebijakan ini muncul setelah diskusi antara Nur Mahmudi Ismail
antara dan profesor Djoko Said Damardjati mengenai kesuksesan
program serupa di Korea Selatan. Melalui program One Day No Rice
ini, masyarakat diminta untuk mengurangi konsumsi beras dan
beralih ke makanan pokok lain seperti umbi-umbian yang
sebenarnya tersedia dalam jumlah besar di pasar tradisional.
Ketahanan Pangan
• Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang
harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan
merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut
dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang
Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia,
pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi
kehidupan suatu bangsa.
• Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya
dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak
sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan
terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat
membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
FAO mendefinisikan ketahanan pangan sebagai "ketika manusia, setiap
saat memiliki akses fisik dan ekonomi ke bahan pangan yang
mencukupi dan aman yang memenuhi kebutuhan diet dan selera
untuk menjalankan kehidupan yang aktif dan sehat“.

Ketahanan Pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya Pangan


bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

(UU No. 18/2012 tentang Pangan)


Mengacu pada definisi di atas, maka masalah ketahanan pangan dapat
terjadi apabila salah satu unsur ketahanan pangan tersebut terganggu.
Namun dalam realitanya, pemahaman terhadap ketahanan sering
direduksi hanya ditekankan pada unsur penyediaan dan harga saja,
atau bahkan ada yang hanya menekankan pada aspek yang lebih
sempit yang menyamakan pengertian ketahanan pangan dengan
pengertian swasembada.

Ketiga pilar ketahanan pangan tersebut harus dapat terwujud secara


bersama-sama dan seimbang. Pilar ketersediaan dapat dipenuhi baik
dari hasil produksi dalam negeri maupun dari luar negeri. Pilar
keterjangkauan dapat dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik
berada di dekat konsumen dengan kemampuan ekonomi konsumen
untuk dapat membelinya (memperolehnya). Sedangkan pilar stabilitas
dapat dilihat dari kontinyuitas pasokan dan stabilitas harga yang dapat
diharapkan rumah tangga setiap saat dan di setiap tempat.
Empat syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan keamanan
sistem pangan meliputi;

Ketersediaan akses
Ketersediaan akses fisik
ekonomi

Jaminan stabilitas ketiga


Pemanfaatan tepat guna elemen tersebut dalam
jangka waktu yang lama
Brainstorming !
 Terdapat 6.7 miliar manusia di bumi, sekitar 2 miliar
mengalami kerawanan pangan.
 Sistem pangan akan semakin tertekan dengan populasi global
yang akan mencapai 9 miliar pada tahun 2050 dan perubahan
pola diet yang akan membutuhkan lebih banyak bahan
pangan.
 Perubahan iklim juga menambah ancaman bagi ketahanan
pangan, mempengaruhi hasil pertanian, persebaran hama dan
penyakit, perubahan pola cuaca yang diikuti perubahan pola
dan musim tanam.
Kebijakan Pertanian
 Kebijakan pertanian menjelaskan serangkaian
hukum terkait pertanian domestik dan impor hasil
pertanian. Pemerintah pada umumnya
mengimplementasikan kebijakan pertanian dengan
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di dalam
pasar produk pertanian domestik.
 Tujuan tersebut bisa melibatkan jaminan tingkat
suplai, kestabilan harga, kualitas produk, seleksi
produk, penggunaan lahan, hingga tenaga kerja.
Contoh dari cakupan dan tipe kepentingan kebijakan
pertanian misalnya:
1. Tantangan pemasaran dan selera konsumen
2. Lingkungan perdagangan internasional (pasar dunia, hambatan perdagangan,
hambatan karantina dan teknis, menjaga tingkat persaingan global dan citra pasar, dan
manajemen masalah keamanan hayati (biosecurity) yang mempengaruhi perdagangan
internasional
3. Keamanan hayati (hama dan penyakit yang menular dari hasil tanaman dan
peternakan, seperti busuk jeruk (citrus canker), jelaga tebu (sugarcane smut), flu
burung, bovine spongiform encephalopathy (BSE), dan penyakit mulut dan kuku)
4. Infrastruktur seperti transportasi, pelabuhan, telekomunikasi, energi, dan
fasilitas irigasi
5. Kemampuan manajemen dan suplai tenaga kerja
6. Koordinasi agenda strategis internasional (penelitian, metode pertanian terbaru,
aktivitas agroindustri, dan sebagainya)
7. Air (hak akses, perdagangan air, penyediaan air untuk keberlangsungan lingkungan,
perhitungan jumlah dan alokasi water)
8. Masalah akses sumber daya alam (manajemen vegetasi setempat,
perlindungan keragaman hayati, keberlanjutan sumber daya alam pertanian produktif)
Hambatan perdagangan
Hambatan perdagangan adalah regulasi atau peraturan
pemerintah yang membatasi perdagangan bebas.

Bentuk-bentuk hambatan perdangangan antara lain:


1. Tarif atau bea cukai. Tarif adalah pajak produk impor.
2. Kuota. Kuota membatasi banyak unit yang dapat diimpor untuk
membatasi jumlah barang tersebut di pasar dan menaikkan harga.
3. Subsidi. Subsidi adalah bantuan pemerintah untuk produsen lokal.
Subsidi dihasilkan dari pajak. Bentuk-bentuk subsidi antara lain
bantuan keuangan, pinjaman dengan bungarendah dan lain-lain.
4. Muatan lokal.
5. Peraturan administrasi.
6. Peraturan antidumping.
• Hambatan perdangan mengurangi efisiensi ekonomi, karena masyarakat
tidak dapat mengambil keuntungan dari produktivitas negara lain. Pihak
yang diuntungkan dari adanya hambatan perdangan adalah produsen
dan pemerintah. Produsen mendapatkan proteksi dari hambatan
perdagangan, sementara pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea-
bea.

• Argumen untuk hambatan perdangan antara lain perlindungan


terhadap industri dan tenaga kerja lokal. Dengan tiadanya hambatan
perdangan, harga produk dan jasa dari luar negeri akan menurun
dan permintaan untuk produk dan jasa lokal akan berkurang. Hal ini akan
menyebabkan matinya industri lokal perlahan-lahan. Alasan lain yaitu untuk
melindungi konsumen dari produk-produk yang dirasa tidak patut
dikonsumsi, contoh: produk-produk yang telah diubah secara genetika.

• Di Indonesia, hambatan perdagangan banyak digunakan untuk membatasi


impor pertanian dari luar negeri untuk melindungi petani dari anjloknya
harga lokal.
Proteksionisme
• Proteksionisme adalah kebijakan ekonomi yang
mengetatkan perdagangan antarnegara melalui cara-
cara seperti tarif barang impor, batas kuota, dan
berbagai peraturan pemerintah yang dirancang
uuntuk menciptakan persaingan adil (menurut para
pendukungnya) antara barang & jasa impor dan
barang & jasa dalam negeri.
• Kebijakan ini bertentangan dengan perdagangan
bebas yang meminimalkan pembatasan perdagangan
oleh pemerintah.
• Di era modern, proteksionisme semakin erat
kaitannya dengan anti-globalisasi dan anti-imigrasi.
Istilah ini sering digunakan dalam konteks ekonomi;
• Proteksionisme dalam ekonomi mengacu pada
kebijakan atau doktrin yang melindungi perusahaan
dan pekerja di suatu negara dengan membatasi atau
mengatur perdagangan luar negeri.
Berbagai kebijakan telah diterapkan untuk mencapai tujuan-
tujuan proteksionis, yaitu:
1. Tarif
2. Kuota impor
3. Pembatasan administratif
4. Undang-undang anti-dumping
5. Subsidi langsung
6. Subsidi ekspor
7. Manipulasi nilai tukar
8. Sistem paten internasional[3]
9. Batasan imigrasi berbasis pekerjaan, misalnya syarat sertifikasi tenaga
kerja atau kuota visa kerja.
10. Kampanye politik yang mendorong konsumsi produk dalam negeri
(e.g. kampanye "100% Indonesia" atau "Buy American" yang dianggap
sebagai proteksionisme di luar hukum)
11. Belanja pemerintah preferensial, misalnya Buy American Act, UU
federal yang meminta pemerintah Amerika Serikat mengutamakan
pembelian produk-produk buatan A.S.
• Dalam perdagangan modern, sejumlah inisiatif selain tarif
disebut sebagai tindakan proteksionis. Contohnya, Jagdish
Bhagwati memandang upaya negara-negara maju dalam
menegakkan standar tenaga kerja atau standar lingkungan
sebagai tindakan proteksionis. Selain itu, pelaksanaan
prosedur sertifikasi ketat untuk barang impor juga dianggap
proteksionisme.
• Pihak lainnya memaparkan bahwa perjanjian perdagangan
bebas biasanya memiliki pasal proteksionis untuk properti
intelektual, hak cipta, dan pembatasan paten yang
menguntungkan perusahaan besar. Pasal seperti ini
menyerahkan perdagangan musik, film, obat-obatan,
perangkat lunak, dan barang manufaktur lain kepada
produsen berbiaya tinggi dan menghapus kuota produsen
berbiaya rendah.
Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas adalah kebijakan di mana pemerintah tidak
melakukan diskriminasi terhadap impor atau ekspor.

Perdagangan bebas dicontohkan oleh Area Ekonomi Eropa/ Uni


Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, yang telah
mendirikan pasar terbuka dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan.
Sebagian besar negara-negara saat ini adalah anggota dari perjanjian
perdagangan multilateral Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Namun, sebagian besar pemerintah masih memberlakukan beberapa


kebijakan proteksionis yang dimaksudkan untuk mendukung kerja lokal,
seperti penerapan tarif impor atau subsidi untuk ekspor. Pemerintah juga
dapat membatasi perdagangan bebas untuk membatasi ekspor sumber daya
alam. Hambatan lain yang dapat menghambat perdagangan termasuk kuota
impor, pajak, dan hambatan non-tarif seperti undang-undang peraturan.
Subsidi Pertanian
• Subsidi pertanian adalah subsidi dari pemerintah yang dibayarkan
kepada petani dan pelaku agribisnis untuk melengkapi sumber
pendapatan mereka, mengelola suplai komoditas pertanian, dan
mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditas tertentu.

Komoditas yang disubsidi bervariasi mulai dari hasil tanaman sampai hasil
peternakan. Subsidi dapat berupa secara keseluruhan pada suatu komoditas,
atau hanya pada tujuan penggunaan tertentu saja (misal pada
program makanan sekolah).
Subsidi pertanian tetap menjadi topik yang kontroversial dari sisi asal
muasalnya maupun kompleksitasnya karena seringkali melibatkan
perusahaan agribisnis besar yang memiliki kepentingan secara politik
dan ekonomi.

Subsidi pertanian sama halnya dengan memindahkan uang dari


pembayar pajak ke pemilik lahan usaha tani. Pembenaran dari transfer
ini dan efeknya cenderung kompleks dan kontroversial.
Perdagangan Internasional dan Harga Pangan Global

• Meski beberapa kritik dan penentang dari WTO menyatakan bahwa


subsidi komoditas yang diekspor mendorong penurunan harga
komoditas sehingga menyediakan harga pangan murah bagi
konsumen di negara berkembang. Namun harga yang rendah ini tidak
menguntungkan bagi petani yang tidak menerima subsidi. Karena
umumnya hanya negara kaya yang mampu menyediakan subsidi di
dalam negeri, beberapa kritik menyatakan bahwa ini justri
meningkatkan jumlah kemiskinan dengan menurunkan harga pangan.
• Umumnya, negara berkembang memiliki keuntungan dalam
memproduksi bahan pertanian, namun harga bahan pangan yang
rendah menjadikan petani sangat bergantung pada keberadaan
pembeli dari negara maju. Sehingga petani lokal cenderung tidak
mandiri di negara sendiri, bahkan terlempar dari pasar domestik.
• Hal ini dikarenakan politik dumping di mana petani
yang disubsidi dapat "melempar" bahan pangan
murah ke pasar luar negeri pada tingkatan harga di
mana petani yang tidak disubsidi tidak bisa bersaing.
• Subsidi pertanian merupakan sebuah topik yang
cenderung menghambat perbincangan perdagangan
internasional.
Kemiskinan di negara berkembang
• Terdapat beberapa dampak nyata dari subsidi pertanian di negara maju
terhadap negara berkembang. Subsidi pertanian menurunkan harga
pangan, yang berarti petani yang tidak disubsidi di negara berkembang
tidak dapat bersaing, dan efeknya adalah bertambahnya jumlah
kemiskinan di kalangan petani yang tidak mampu bersaing dengan harga
pangan yang murah.
• Diperkirakan dampak subsidi ini terhadap negara berkembang setara
dengan kehilangan pendapatan sebesar US$ 24 miliar yang bisa
didapatkan negara berkembang dari sektor pertanian dan industri
pengolahan hasil pertanian. Dan lebih dari US$ 40 miliar gagal didapatkan
karena berkurangnya ekspor hasil pertanian.
• Subsidi pertanian di negara maju memiliki dampak buruk bagi
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan perdagangan di negara
miskin dan berkembang dan memiliki dampak yang tidak langsung
terhadap berkurangnya investasi di pedesaan.
• Haiti adalah contoh nyata negara berkembang yang terpengaruh secara
negatif dari keberadaan subsidi pertanian di negara maju. Haiti memiliki
kemampuan memproduksi beras dan pernah swasembada. Namun kini
Haiti tidak memproduksi cukup beras untuk penduduknya. 60 persen
bahan pangan di negara tersebut adalah hasil impor.
• Setelah liberalisasi ekonomi dan turunnya tarif impor, beras yang
diproduksi di dalam negeri tidak mampu bersaing dengan beras murah
bersubsidi dan diproduksi secara efisien karena mekanisasi pertanian, yang
diimpor dari Amerika Serikat. Sedangkan petani Haiti tidak menerima
subsidi sama sekali. Tarif impor turun sebanyak 50% sejak 1995 dan negara
ini mengimpor 80 persen beras yang dikonsumsinya.
• USDA mencatat bahwa sejak tahun 1980, produksi beras Haiti tidak
berubah, sedangkan konsumsi meningkat 8 kali lipat sejak tahun
tersebut. Haiti merupakan salah satu importir beras terbesar dari Amerika
Serikat. Dengan ketidakmampuan bersaing, para petani Haiti menyerah
dan banyak yang bermigrasi ke perkotaan untuk mencari pekerjaan lain
Dampak pada asupan nutrisi
• Harga bahan pangan berkalori tinggi yang disubsidi
seperti serealia dan kentang diperkirakan menjadi
penyebab obesitas di Amerika Serikat karena harganya yang
murah.[22] Guladari tebu dan bit gula telah diganti dengan pemanis
yang lebih murah seperti sirup jagung sehingga makanan yang
manis pun menjadi lebih murah.[23] Bahkan 63% subsidi yang
dikeluarkan oleh Amerika Serikat dinikmati oleh industri
daging dan peternakan susu.[24] Harga jagung yang rendah
membuat sapi pedaging diberikan pakan berbahan dasar
jagung.[25] Sapi yang diberikan pakan jagung akan memiliki daging
dengan kandungan lemak yang lebih tinggi.[25]
• Namun penelitian lain tidak menemukan adanya kaitan antara
kebijakan pertanian Amerika Serikat terhadap obesitas.[26]
Ekonomi publik

Intervensi pemerintah melalui subsidi pertanian


mempengaruhi mekanisme pasar yang secara
normal menentukan harga komoditas, dan
seringkali menyebabkan produksi tanaman
pertanian berlebih dan diskriminasi pasar.
Subsidi juga menjadikan ekonomi tidak adil,
karena meningkatkan penghasilan suatu
kalangan saja (petani).
Dampak lingkungan
• Subsisi yang diberikan pada usaha pertanian skala besar
menyebabkan pertanian monokultur berkembang dan menjadi
penyebab utama keruntuhan koloni lebah. Penyerbukanyang
dilakukan oleh lebah adalah suatu jasa yang sangat penting di
dalam ekosistem dan berbagai produksi pertanian,
terutma hortikultura.
• Selain itu besarnya subsidi yang menargetkan pada usaha industri
daging dan susu[28] akan menyebabkan masalah lingkungan terkait
pelepasan gas metana yang menjadi penyumbang emisi gas rumah
kaca. Industri daging menyebabkan tekanan pada lingkungan karena
setiap kilogram daging yang dihasilkan membutuhkan air sebanyak
60 kali lebih banyak dibandingkan yang dibutuhkan kentang untuk
menghasilkan jumlah yang sama.[29]
• The subsidies contribute to meat consumption by allowing for an
artificially low cost of meat products.[30]

Anda mungkin juga menyukai