KOOPERATIF
Dibuatkan oleh : Dede Nurlela
Abdan Syakuro
Akmal Tafiqurrochman
Sodri
Deni
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses
pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok yang didasari dengan
kerja sama dan setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas pembelajarannya
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik) adalah memfasilitasi agar proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara
optimal.
Teori-Teori Pendukung Model Pembelajaran
Kooperatif
Dari uraian di atas nampak bahwa guru bukanlah sebagai pusat pembelajaran, sumber
utama pembelajaran, serta pentransfer pengetahuan sebagaimana terjadi pada pembelajaran
konvensional. Pusat pembelajaran telah bergeser dari guru ke peserta didik. Dalam model
pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi
peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar 4 kelompok, pemberi motivasi
peserta didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki
ketrampilan kooperatif.
Teori Psikologi Kognitif-Konstruktivistik
(Piaget dan Vygotsky)
Teori Piaget
Piaget (dalam Slavin, 2000) memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bawaan
yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Baik lingkungan fisik maupun
sosialnya. Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan pemanipulasian lingkungan
akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya dalam mengemukakan ide dan berdiskusi akan membantunya
memperjelas hasil pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis.(Slavin, 2000).
Teori Vygotsky
Lev Semionovich Vygotsky, seorang ahli psikologi Rusia memiliki kesamaan dengan
Piaget (ahli psikologi dan biologi dari Switzerland) dalam memandang perkembangan
kognitif anak Vygotsky memandang bahwa akuisisi "system isyarat" (sign system) terjadi
dalam sekuen tahapan yang invarian untuk setiap anak sebagaimana disampaikan oleh
Piaget. Namun, Vygotsky berbeda dalam memandang "pemicu" perkembangan kognitif
anak. Ia meyakini bahwa perkembangan kognitif anak terkait sangat kuat dengan masukan
dari orang lain.
Teori Psikologi Sosial
(Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin)
Teori John Dewey dan Herbert Thelan
Menurut Dewey (Arends, 1997), kelas seharusnya merupakan cermin dari masyarakat luas
dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan nyata. Dewey menegaskan
bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah
dalam lingkungan belajar peserta didik dalarn kelas. Tanggung jawab utama guru adalah
memotivasi peserta didik untuk belajar secara kooperatif dan memikirkan masalah-masalah
sosial yang penting setiap hari.
Beberapa tahun setelah Dewey, Thelan (dalam Arends, 1997) berpendapat bahwa kelas
haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji
masalah-masalah sosial dan masalah antar pribadi.
Teori Gordon Allport
Aliport (Arends, 1997) berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup untuk mengurangi
kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar kelompok. Pandangan Allport
dikenal dengan "The Nature of Prejudice".
Shlomo Sharan dan koleganya menyimpulkan adanya tiga kondisi dasar untuk
memformulasikan pandangan Allport untuk mengurangi kecurigaan antar kelompok dan
meningkatkan penerimaan antar mereka. Tiga kondisi tersebut adalah: 1) kontak langsung
antar suku atau ras; 2) dalam seting tertentu, mereka bekerjasama dan berperan aktif dalam
kelompok; 3) dalam seting tersebut, mereka secara resmi menyetujui adanya kerjasama
(Arends, 1997).
Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang sebagai Bapak
Psikologi Sosial. https://www.users.miamioh.edu/shermalw/wolf_chapter-draft3-25.htm .
Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah pergerakan yang dinamis dalam kelompok
(group dynamics movement), terutama tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara
para peserta didik. Dalam suatu kelompok, ada duakernungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
mendorong penerimaan sosial (promotesocial acceptance) atau meningkatkan
jarak/ketegangan sosial (increase social distance).
Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif
Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit.
Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam latar belakang.
Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social
siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok
Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa
6 Memberikan penghargaan
baik individu maupun kelompok.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam
(intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut.
1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih
banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat
dan biaya yang cukup memadai;
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic permasalahan
yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, dan
4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang
lain menjadi pasif.
Kesimpulan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa
6 Memberikan penghargaan
baik individu maupun kelompok.
Model - model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS ( TGT )
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif
Terpadu Membaca dan Menulis)
Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).